Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN .

PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI
PATOLOGIS SISTEM RESPIRASI: PNEUMONIA DAN
BRONCHITIS

Disusun Oleh:
Kelompok 1
 
1. Widya nur holida(F0H020005)
2. Cheni Anca savira(F0H020003)
3. Tara putri palida (F0H020027)
4. Selvia Yanti (F0H020079)
5. Luthfiyah Salsabila(F0H0200077)
6. Tiara Destary(F0H020017)
7. Mardatillah (F0H020013)
A. Konsep Dasar

1. Pengertian Oksigenasi

Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup
O2 ruangan setiap kali bernafas.(Tarwoto Wartonah.2006.edisi 3).

Kebutuhan oksigen kapasitas(daya muat) udara dalam paru-paru


adalah 4500-5000 ml(4,5-5 liter). Udara yang diproses dalam paru-paru
hanya sekitar 10% (kurang lebih 500 ml),yakni yang dihirup(inspirasi)
dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernafasan biasa.(kebutuhan
dasar manusia.2007).
2.Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi

Sistem tubuh dalam oksigenasi adalah sistem pernafasan atau sistem respirasi.
Sistem pernafasan dapat dibagi menjadi 2 bagian,yaitu sistem pernafasan atas
dan sistem pernafasan bawah.

1.Sistem pernafasan atas

Sistem pernafasan atas terdiri atas hidung,faring,dan laring

a. Hidung ,Hidung dapat dibedakan menjadi 2 bagian,yaitu nares interior


dan rongga hidung.

b. Faring,Faring merupakan saluran berotot yang memanjang dari dasar


tengkorak hingga persambungannya dengan eksofagus.Faring dibagi
menjadi 3 bagian,yaitu nasofaring,orofaring,laringofaring
c.Laring,Laring merupakan saluran yang terletak didapan bagian
terendah faring. Didalam laring terdapat pita suara yang berfungsi
menghasilkan bunyi atau suara.

2.Sistem pernafasan bawah

a. Trakea ,Trakea merupakan saluran udara dengan panjang sekitar 9 cm


dan disokong oleh cincin-cincin kartilago.

b. Bronkus dan Paru-paru(pulmo),Ujung bawah trakea bercabang dua


,kekanan dan kekiri. Setiap percabagannya disebut bronkus,sedangkan
tempat bercabangannya disebut bifurkasi.
3.Pengertian respirasi
Respirasi adalah proses pertukaran gas oksigen dan karbondioksida baik
yang terjadi di paru-paru,maupun dijaringan . Proses respirasi dibagi
dua yaitu,respirasi eksternal dan respirasi internal.
a. Respirasi eksternal
Respirasi eksternal merupakan pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida diparu-paru dan kapiler pulmonal dengan lingkungan
luar.
b. Respirasi internal
Respirasi internal merupakan proses pemanfaatan oksigen dalam sel
yang terjadi di mitokondria untuk metabolisme dan produksi
karbondioksida.
4.Penyakit Pneumonia
a. Definisi pneumonia
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah
akut(ISNBA)dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang
disebabkan dengan agen infeksius seperti virus,bakteri,mikoplasma(fungi)
aspirasi substansi asing,berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsiladasi.(NANDA,2013.jilid 2).
b.Klasifikasi berdasarkan anatomi dan etiologis:
1. Pembagian anatomis
a) Pneumonia lobaris,melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau
lebih lobus paru.
b) Pneumonia lobularis (bronco pneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus
c) Pneumonia instentitial(bronkolitis) proses inflamasi yang terjadi di dalam
dinding alveolar dan jarigan peribronkial serta interlobular
2.Pembagian etiologis
• Bakteria
• Virus
• Mikoplasma pneumonia
• Jamur
• Aspirasi
• Pneumonia hipostatik
• Sindrom loefler

5.Etiologi pneumonia
Cara terjadinya penularan berkaitan pula dengan jenis kuman
misalnya infeksi melalui droplet sering disebabkan oleh streptopus
pneumonia,melalui selang infus oleh staphilopus aureus edangakan pada
pemakaian ventilator oleh P. Aeiruginosa dan enteobakter.
a. Pneumonia komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada Parien perokok, pathogen stop ikal
pada lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya
PPOK, penyakit penyerta kardiopolmonal/ jamak, atau paska terapi
antibiotika spektrum luas.
b.Pneumonia nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu : tingkat berat sakit, adanya trs iko
untuk jenis pathogen tertentu , dan masa menjelang timbul omset
pneumonia faktor utama untuk pathogen tertentu

c.Pneumonia aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi
bahan Toksik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan
atau lambung, edema paru, dan obstruksi melanin simpel oleh bahan
padat

d.Pneumonia pada gangguan imun


Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab
infeksi dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme
yang biasanya nonvirulen, berupa bakteri, protozoa; parasit, virus,
jamur dan cacing.
6.Pengertian bronchitis

Menurut Sherwood (2014), Bronkitis adalah suatu penyakit


peradangan saluran napas bawah jangka panjang, umumnya dipicu
oleh pajanan berulang ke asap rokok, polutan udara, atau alergen.

Menurut Widagdo (2012), bronkitis ialah inflamasi non spesifik


pada bronkus umumnya (90%) disebabkan oleh virus (adenovirus,
influenza, parainfluenza, RSV, rhinovirus, dan harpes simplex virus)
dan 10% oleh bakteri, dengan batuk sebagai gejala yang paling
menonjol.
7.Etiologi

Menurut Marni (2014), penyakit ini bisa disebabkan oleh virus dan
bakteri. Virus yang sering menyebabkan penyakit Respiratorik
Syncytial Virus. Penyebab lain yang sering terjadi pada bronkhitis ini
adalah asap rokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif, atau
sering menghirup udara yang mengandung zat iritan.

8.Patofisiologi
Menurut Kowalak (2011) Bronchitis terjadi karena Respiratory Syncytial
Virus (RSV),Virus Influenza, Virus Para Influenza, Asap Rokok, Polusi
Udara yang terhirup selama masa inkubasi virus kurang lebih 5 sampai 8
hari. Unsur-unsur iritan ini menimbulkan inflamasi pada precabangan
trakeobronkial, yang menyebabkan peningkatan produksi sekret dan
penyempitan atau penyumbatan jalan napas.
Efek tambahan lainnya meliputi inflamasi yang menyebar luas,
penyempitan jalan napas dan penumpukan mucus di dalam jalan napas.
Dinding bronkus mengalami inflamasi dan penebalan akibat edema
serta penumpukan sel-sel inflamasi. Selanjutnya efek bronkospasme
otot polos akan mempersempit lumen bronkus.

Dengan demikian, udara napas akan terperangkap di bagian distal


paru. Pada keadaan ini akan terjadi hipoventilasi yang menyebabkan
ketidakcocokan dan akibatnya timpul hipoksemia. Hipoksemia dan
hiperkapnia terjadi sekunder karena hipoventilasi.
9.Komplikasi

Menurut Marni (2014) komplikasi bronchitis dengan kondisi kesehatan yang


jelek, antara lain :
• Sniusitis
• Otitis media
• Bronkhietasis
• PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)
• Gagal napas
10.Klasifikasi

Menurut Arif (2008) Bronkitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut:


a.Bronkitis akut
Bronkitis yang biasanya datang dan sembuh hanya dalam waktu 2 hingga 3
minggu saja, kebanyakan penderita bronkitis akut akan sembuh total tanpa
masalah lain.
b.Bronkitis kronis
Bronkitis yang biasanya datang secara berulang-ulang dalam waktu yang lama,
terutama pada perokok, bronkitis kronis ini juga berarti menderita batuk yang
dengan disertai dahak dan diderita selama berbulan-bulan hingga tahunan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PNEUMONIA
A. PENGKAJIAN

 Identitas pasien

Meliputi : Nama,jenis kelamin,umur,agama,status


perkawinan,pekerjaan,pendidikan terakhir,alamat,No.CM,diagnostik medis dan
penanggung jawab.
1. RIWAYAT KESEHATAN

 Keluhan utama dan Riwayat Kesehatan sekarang

Keluhan utama yang sering timbul pada pasien pneumonia adalah adanya awitan
yang ditandai keluhan menggigil, demam ≥ 40 C, nyeri, pleutik, batuk, sputum
bewarna seperti karat, takipnea terutama setelah adanya konsolidasi paru.

 Riwayat Kesehatan masa lalu


Pneumonia sering sekali timbul saat infeksi saluran napas atau infeksi (pada hidung dan
tenggorokan). Resiko timbul pada klien dengan riwaya alkoholik, post-operasi, infeksi
pernapasan dan klien dengan imunosupresi (kelemahan dalam system imun). Hamper 60%
dari pasien klien di ICU Dapat menderita pneumonia dan 50% (separuhnya) akan
meninggal.
2. PEMERIKSAAN FISIK

 Awitan akut biasanya dari kuman pathogen seperti S pneumoniae,


streptococcus spp dan staphylococcusus. Pneumonia virus
ditandai dengan mialgia, malaise, batuk kering yang nonproduktif

 Awitan yang tidak terlihat dan ringan pada orang tua/ orang
dengan penurunan imunitas akibat kuman yang kuran patogen /
oportunitik

 Tanda – tanda fisik pada pneumonia klasik yang bisa dijumpai


adalah demam, sesak napas, tanda-tanda konsolidasi paru ( perkusi
paru yang dullness, ronchi nyaring, serta suara pernapasan
bronkial)

 Rochi basah dan gesekan pleura dapat terdengar di atas jaringan


yang terserang karena eksudat dan fibrin dalam alveolus
3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

• Foto rotgen dada (chest x-ray) teridentifikasi penyebaran, misalnya lobus, bronkial,
dapat juga menunjukkan multiple abses / infiltrate, empyema (staphylococcus),
penyebaran atau lokasi ilfiltrasi (bacterial) atau penyebaran ekstensif nodul ilfiltrat.
Pada pneumonia mycoolasma, gambara chest x-ray mungkin bersih.
• ABGs / pulse oximetry abnormalitas mungkin timbul bergantung pada luasnya
kerusakan paru
• Kultur sputum dan darah/ gram stain : di dapatkan dengan needle, biopsy,
transtracheal aspiration, fiberoptic bronchoscopy Atau biopsy paru terbuka untuk
mengeluarkan organisme penyebab akan di dapatkan lebih dari satu jenis kuman,
seperti diplococcus, pneumoniae, staphylococcus aureus, A hemolytic streptococcus
dan haemophilus imfluenxa.
• Hitung darah lengkap/ complete blood count (CBC) leukositosis biasanya timbul
meskipun nilai SDP rendah pada infeksi virus
• Tes serologic membantu membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik
• Laju endap darah (LDE) meningkat
• Pemeriksaan fungsi paru volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps, alveolar),
tekanan saluran udara meningkat, compliance menurun dan akhirnya dapat terjadi
hipoksemia
• Elektrolit : sodium dan klorida mungkin rendah
• Bilirubin : mungkin meninngkat
itandai dengan : 3. Dispnea Tarapeutik : nyaman
Perubahan menurun • Atur posisi semi fowler • Memasang perlak dan bengko
jumlah 4. Ortopnea • Pasang perlak dan bengkok • Mengajarkan pasien membuan
kedalaman menurun dipangkuan pasien secret pada tempatnya
napas 5. Sulit bicara • Buang secret pada tempat Edukasi :
Suara napas menurun sputum • Menjelaskan tujuan dan prose
abnormal, 6. Gelisah menurun   batuk efektif
penggunaan 7. Frekuensi napas Edukasi : • Mengajarkan Tarik napas mela
otot napas membaik • Jelaskan tujuan dan prosedur hidung selama 4 detik, ditahan
tambahan 8. Pola napas batuk efektif selama 2 detik, kemudian
Dispnea, membaik • Anjurkan Tarik napas dalam dikeluarkan dari mulut dengan
sianosis melalui hidung selama 4 detik, mencucu selama 8 detiK
Batuk dengan ditahan selama 2 detik, kemudia • Menganjurkan mengulangi Te
atau tanpa keluarkan dari mulut dengan yang diajarkan
produksi bibir mencucu selama 8 detik • Menganjurkan batuk dengan k
sputum • Anjurkan mengulangi Tarik setelah Tarik napas dalam yan
napas dalam hingga 3 kali 3.
• Anjurkan batuk dengan kuat Kolaborasi :
langsung setelah Tarik napas 1. Mengurangi kekentalan sputu
dalam yang ke-3 merangsang pengeluaran sput
Kolaborasi : dan mengurangi produksi spu
• Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspetoran, jika
perlu
aktivitas aktif 5. meningkatkan kenyamanan istirah
menurun 7. Berikan aktivitas serta dukungan fisiologis/psikolog
6. Perasaan lemah distraksi yang 6. mencegah kekakuan sendi, kontrak
menurun menyenangkan kelelahan otot, meningkatkan
7. Tekanan darah 8. Fasilitasi duduk di sisi kembalinya aktivitas secara dini.
membaik tempat tidur 7. Menganjurkan untuk memberitahu
8. Frekuensi napas Edukasi : ke perawat jika masih merasakan
membaik 9. Anjurkan tirah baring 8. mengoptimalkan energi yang belum
10. Anjurkan melakukan digunakan.
aktivitas secara bertahap  
11. Anjurkan menghubungi Edukasi :
perawat jika tanda gejala 9. meningkatkan kenyamanan istirah
kelelahan tidak serta
berkurang dukungan fisiologis/psikologis.
12. Ajarkan strategi koping 10. meminimalkan atrofi otot,
untuk mengurangi meningkatkan sirkulasi,
kelelahan mencegah terjadinya kontraktur.
  11. Untuk mengatasi ketika tanda dan
Kolaborasi : gejala tiba
13. Kolaborasi dengan ahli 12. mengidentifikasi kekuatan/kelema
gizi tentang cara dan dapat
meningkatkan asupan memberikan informasi mengenai
makanan pemulihan.
meningkat urine 4. Untuk mengukur kekuatan aliran urine
2. Suhu tubuh 5. Monitor komplikasi 5. Untuk menurunkan kehilangan panas
membaik akibat hipertemia melalui evaporasi
3. Suhu kulit    
membaik    
4. Ventilasi Tarapeutik : Tarapeutik
membaik 6. Sediakan lingkungan 6. Untuk menurunkan kehilangan panas
yang dingin karena konveksi / konduksi.
7. Longgarkan atau 7. Untuk menghindari komplikasi yang ser
lepaskan pakaian atau
8. Basahi dan kipasi menurunkan titik pengaturan.
permukaan tubuh 8. Untuk memaksimalkan bernapas dan
9. Berikan cairan oral membantu pengenceran secret.
10. Ganti linen setiap 9. Untuk mempertahankan cairan di dalam
hari atau lebih sering tubuh
jika mengalami 10. Untuk menurunkan kehilangan panas
hiperhidrosis melalui evaporasi
( keringat berlebih ) 11. Untuk menurunkan kehilangan panas
11. Lakukan pendinginan karena konveksi / konduksi
eksternal 12. Untuk menghindari komplikasi yang ser
12. Hindari pemberian atau menurunkan titik pengaturan
antipiretik atau 13. Untuk memaksimalkan bernapas dan
aspirin membantu pengenceran secret
C.IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Merupakan Tindakan-tindakan yang dilaksanakan untuk


mengatasi keluhan pasien berdasarkan intervensi-intervensi
yang di buat.

D.EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan


dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan
keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan.
Bandingkan perilaku klien dengan hasil yang diharapkan
dan tujuan klien mengindikasikan diperlukanya
modifikasi pendekan yang digunakan dengan melakukan
pengkajian kembali kondisi klien, merevisi diagnosa
keperawatan, dan menyesuaikan tindakan keperawatan
yang dipilih.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BRONKITIS
A. PENGKAJIAN
 Identitas pasien
Meliputi : Nama, jenis kelamin, umur, agama, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan terakhir, alamat, NO CM, diagnstik medis dan
penanggung jawab
1. Riwayat kesehatan
 Riwayat penyakit saat ini
Pada klien bronkitis bervariasi tingkat keparahan dan lamanya. Bermula dari
gejala batuk-batuk saja, hingga penyakit akut dengan manifestasi klinis yang
berat. sebagai tanda – tanda terjadinya toksemia klien dengan bronkitis sering
mengeluh malaise, demam, badan terasa lamah, banyak berkeringat, takikardia, da
takipnea.
 Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian riwayat kesehatan terdahulu sering kali klien mengeluh pernah
mengalami infeksi saluran pernapasan bagian atas dan adanya riwayat alergi pada
pernapasan atas. Perawat haru memperhatikan dan mencatatnya baik – baik.
2 Pemeriksaan fisik
• B1 (breathing)
Inpeksi
Klien bisa mengalami peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, biasanya
menggunakan otot bantu pernapasan. Pada kasus bronkhitis kronis, sering didapatkan
bentuk dada barrel/tong.
Palpasi :Taktil fremitus biasanya normal
Perkusi :Hasil pengkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan pada seluruh
lapang paru
Auskultasi :Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang buruk, maka
suara napas melemah, jika bronkhus paten dan drainasenya baik ditambah adanya
konsolidasi disekitar abses
• B2 (blood)
Sering di dapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, denyut nadi takikardi. Tekanan
darah biasanya normal, bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan. Batas jantung
tidak mengalami pergeseran
• B3(Brain)
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit
yang serius
• B4 ( Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan erat dengan intake
cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguria yang merupakan salah satu
tanda awal dari syok
• B5 (Bowel)
Klien biasanya sering mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makanan
dan penurunan berat badan
• B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum sering menyebabkan klien
memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-
hari.
3 Pemeriksaan diagnostik
• Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan foto thoraks posterior – anterior dilakukan untuk menilai derajat
progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif
menahun.
• Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan adanya perubahan pada penngkatan
eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum diperiksa secara
makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberculosis paru (Soemantri,
2007).
 Perubahan jumlah 3. Dispnea cairan dan output cairan
kedalaman napas menurun Tarapeutik : Tarapeutik :
 Suara napas 4. Ortopnea Atur posisi semi fowler 5. Mengatur posisi pasien
abnormal, menurun Pasang perlak dan bengkok terasa nyaman
penggunaan otot 5. Sulit bicara dipangkuan pasien 6. Memasang perlak dan
napas tambahan menurun Buang secret pada tempat bengkok
 Dispnea, sianosis 6. Gelisah sputum 7. Mengajarkan pasien
 Batuk dengan atau menurun   membuang secret pada
tanpa produksi 7. Frekuensi napas Edukasi : tempatnya
sputum membaik 5. Jelaskan tujuan dan Edukasi :
8. Pola napas prosedur batuk efektif 8. Menjelaskan tujuan dan
membaik 6. Anjurkan Tarik napas prosedur batuk efektif
dalam melalui hidung  
selama 4 detik, ditahan 9. Mengajarkan Tarik nap
selama 2 detik, kemudia melalui hidung selama
keluarkan dari mulut detik, ditahan selama 2
dengan bibir mencucu detik, kemudian
selama 8 detik dikeluarkan dari mulut
7. Anjurkan mengulangi dengan bibir mencucu
Tarik napas dalam selama 8 detik
hingga 3 kali  
8. Anjurkan batuk dengan 10. Menganjurkan mengula
kuat langsung setelah Teknik yang diajarkan
aktivitas sehari- selama melakukan yang tepat.
hari meningkat aktivtas 4. mengidentifikasi kekuatan/kelem
3. Keluhan Lelah Tarapeutik : dan dapat memberikan informasi
menurun 5. Sediakan lingkungan mengenai pemulihan.
4. Dispnea saat nyaman dan rendah  
aktivitas stimulus  
menurun 6. Lakukan Latihan Teraupeutik :
5. Dispnea setelah rentang gerak pasif/
5. meningkatkan kenyamanan istira
aktivitas aktif serta dukungan fisiologis/psikolo
menurun 7. Berikan aktivitas 6. mencegah kekakuan sendi, kontr
6. Perasaan lemah distraksi yang kelelahan otot, meningkatkan
menurun menyenangkan kembalinya aktivitas secara dini.
7. Tekanan darah 8. Fasilitasi duduk di sisi
7. Menganjurkan untuk memberitah
membaik tempat tidur ke perawat jika masih merasakan
8. Frekuensi napas Edukasi : sakit
membaik 9. Anjurkan tirah baring
8. mengoptimalkan energi yang bel
10. Anjurkan melakukan digunakan.
aktivitas secara  
bertahap Edukasi :
11. Anjurkan 9. meningkatkan kenyamanan istira
menghubungi perawat serta
jika tanda gejala dukungan fisiologis/psikologis.
kelelahan tidak 10. meminimalkan atrofi otot,
  5. Untuk menurunkan kehilangan
  panas melalui evaporasi
Tarapeutik : Tarapeutik
6. Sediakan lingkungan 6. Untuk menurunkan kehilangan
yang dingin panas karena konveksi / konduk
7. Longgarkan atau 7. Untuk menghindari komplikasi y
lepaskan pakaian serius atau
8. Basahi dan kipasi menurunkan titik pengaturan.
permukaan tubuh 8. Untuk memaksimalkan bernapas
9. Berikan cairan oral membantu pengenceran secret.
10. Ganti linen setiap hari 9. Untuk mempertahankan cairan d
atau lebih sering jika dalam tubuh
mengalami 10. Untuk menurunkan kehilangan
hiperhidrosis panas melalui evaporasi
( keringat berlebih ) 11. Untuk menurunkan kehilangan
11. Lakukan pendinginan panas karena konveksi / konduk
eksternal 12. Untuk menghindari komplikasi y
12. Hindari pemberian serius atau menurunkan titik
antipiretik atau pengaturan
aspirin 13. Untuk memaksimalkan bernapas
13. Berikan oksigen membantu pengenceran secret
   
Edukasi : Edukasi :
A. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Merupakan Tindakan-tindakan yang dilaksanakan untuk
mengatasi keluhan pasien berdasarkan intervensi-intervensi yang di
buat.

B. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana


taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan
dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan. Bandingkan perilaku
klien dengan hasil yang diharapkan dan tujuan klien
mengindikasikan diperlukanya modifikasi pendekan yang
digunakan dengan melakukan pengkajian kembali kondisi
klien, merevisi diagnosa keperawatan, dan menyesuaikan
tindakan keperawatan yang dipilih.

Anda mungkin juga menyukai