Anda di halaman 1dari 23

Manajemen Kas

dan Surat
Berharga
By : HERNAWATY
Manajemen Kas dan Surat Berharga
Motivasi perusahaan mengadakan kas:
– Transaksi
– Berjaga-jaga
– Spekulasi
– Saldo kompensasi

Manajemen Kas VS Manajemen Likuiditas


- Manajemen kas menyangkut optimalisasi mekanisme
pengumpulan dan pendistribusian kas
- Manajemen likuiditas menyangkut optimalisasi jumlah
aktva likuid yang dimiliki perusahaan
Manajemen Kas Versus Manajemen Likuiditas

Dalam manajemen kas perlu dibedakan antara


manajemen kas yang sesungguhnya dan
manajemen likuiditas. Perbedaan ini sering
merupakan sumber ketidakjelasan, karena
istilah kas dalam praktek sering dipergunakan
untuk dua pengertian yang berbeda. Pertama,
kas sesungguhnya yang ada di perusahaan.
Kedua, manajer keuangan sering
menggunakan istilah yang sama tetapi
termasuk surat-surat berharga (marketable
securities) yang kadang-kadang disebut setara
kas (cash equivalents or near cash)
Perbedaan manajemen kas dengan
manajemen likuiditas adalah jelas.
Manajemen likuiditas, berkaitan dengan
jumlah optimal aktiva likuid yang harus
dimiliki perusahaan, sedangkan manajemen
kas lebih erat kaitannya dengan optimisasi
mekanisme untuk mengumpulkan dan
mendistribusikan kas.
Memahami Float dalam Manajemen Kas
Sering terjadi perbedaan antara saldo kas yang
ada dalam catatan buku perusahaan dengan
saldo yang ada pada rekening perusahaan di bank
. Perbedaan inilah yang dikenal dengan istilah
float .

Float mencerminkan dampak dari adanya cek


perusahaan yang masih dalam proses kliring.
Memahami Float
Float merupakan perbedaan antara saldo kas yang
tercatat di buku perusahaan dan saldo kas yang tercatat di
bank
Disbursement float
– Terjadi ketika perusahaan menulis cek
– Saldo kas di bank – Saldo kas di buku perusahaan > 0
Collection float
– Terjadi ketika perusahaan menerima cek
– Saldo kas di bank – Saldo kas di perusahaan < 0
Net float = disbursement float + collection float
Disbursement Float
Cek yang ditulis perusahaan akan menimbulkan disbursement float,
karena akan menurunkan saldo kas dalam catatan buku perusahaan,
tetapi belum merubah saldo kas perusahaan di bank sampai dengan
checks tersebut diuangkan di bank.
Contoh, perusahaan General, mempunyai Rp100 juta rekening giro di
bank. Pada tanggal 8 Oktober 2008 perusahaan membeli bahan baku
dan membayar menggunakan check Rp100 juta. Saldo kas pada
catatan buku perusahaan akan segera berkurang sebesar Rp100 juta
Dengan kata lain sebelum 8 Oktober 2008, perusahaan General,
mempunyai zero float.
Float = Firm’s available balance – Firm’s book balance
= Rp 100 juta – Rp 100 juta
= Rp 0
Posisi perusahaan General antara 8 Oktober sampai dengan 15
Oktober 2008 adalah:
Disbursement float = Firm’s available balance – Firm’s book balance
= Rp 100 juta – Rp 0
= Rp 100 juta
Collection Float
Cek yang diterima perusahaan akan menimbulkan collection float, dan segera
mingkatkan saldo kas dalam catatan buku perusahaan (book balance) tetapi
tidak segera menimbulkan perubahan pada saldo kas perusahaan di bank
(available balance).

Contoh, perusahaan General pada 20 Oktober 2008 menerima check dari


pelanggan Rp100 juta. Perusahaan mencatat penerimaan check tersebut pada
buku perusahaan General sehingga meningkatkan saldo kasnya sebesar
Rp100 juta menjadi Rp200 juta. Akan tetapi tambahan saldo kas tidak
tampak pada saldo kas perusahaan General di bank, sampai dengan check
tersebut diuangkan ke bank pelanggan, misalkan tanggal 30 Oktober 2008.

Sebelum 20 Oktober 2008 posisi kas perusahaan General adalah:


Float = Firm’s available balance – Firm’s book balance
= Rp 100 juta – Rp 100 juta
= Rp 0

Posisi perusahaan General antara 20 Oktober sampai 30 Oktober 2008


adalah:
Collection float = Firm’s available balance – Firm’s book balance
= Rp 100 juta – Rp 200 juta
= - Rp 100 juta
Net Float

Jumlah dari disbursement float dan collection float disebut


net float. Net float pada waktu tertentu menunjukkan
seluruh perbedaan antara firm’s available balance dan
firm’s book balance.

Jika net float positf, berarti disbursement float lebih besar


dari collection float, dan firm’s available balance lebih
besar dari firm’s book balance.

Jika available balance lebih kecil dari book balance, berarti


perusahaan mempunyi net collection float.
Manajemen Float
Manajemen float mencakup pengendalian penerimaan dan
pengeluaran kas.
Total waktu penerimaan atau pengeluaran kas dapat
dibagi menjadi tiga komponen, yaitu:
a. Mailing time, adalah bagian dari proses penerimaan dan
pembayaran, saat check masuk dalam sistem pengiriman.
b. Processing delay adalah waktu yang diperlukan
penerima check untuk memproses pembayaran dan
menyimpan di bank.
c. Availability delay adalah waktu yang dibutuhkan untuk
kliring cek dalam sistem perbankan.
Mengukur Float
Besar kecilnya float tergantung pada jumlah dollar atau rupiah dan
waktu penundaan.
Sebagai contoh, misalkan perusahaan Anda mengirim check senilai
Rp500 ribu setiap bulan. Dibutuhkan waktu lima hari waktu
pengiriman untuk sampai ditempat tujuan (mailing time), dan satu
hari bagi penerima untuk menyampaikan check tersebut kepada bank
penerima (processing delay). Bank penerima memproses check selama
tiga hari (availability delay). Dengan demikian total waktu adalah 9
hari.
Berapa rata-rata disbursement float per hari ?
Pertama, perusahaan Anda punya Rp 500 ribu float selama sembilan
hari, dengan demikian total float adalah 9 x Rp 500 ribu = Rp
4.500.000,- .
Kedua, jika diasumsikan satu bulan adalah 30 hari, maka rata-rata
float per hari adalah :
Average daily float = Rp 4.500.000,- / 30 = Rp 150.000,-
Jika terjadi lebih dari satu kali penerimaan atau
pembayaran dalam setiap bulan

Contoh, perusahaan Anda menerima dua macam penerimaan


setiap bulan:
Amount Processing and Total float
availability delay
1. Rp 5.000.000 x9 = Rp 45.000.000
2. Rp 3.000.000 x5 = Rp 15.000.000
Total Rp 8.000.000 = Rp 60.000.000

Berdasarkan informasi tersebut jika satu bulan sama dengan 30 hari,


maka dapat dihitung :
Average daily float = Total float / Total days
= Rp 60.000.000 / 30 = Rp 2.000.000

Dengan demikian rata-rata per hari sebanyak Rp 2.000.000 kas


yang tidak diterima dan tidak tersedia.
Biaya Float

Biaya yang timbul dengan adanya collection foat bagi


suatu perusahaan adalah berupa opportunity cost karena
perusahaan tidak dapat segera menggunakan kas.
Contoh, Perusahaan Lambo, mempunyai rata-rata
penerimaan check per hari Rp1.000.000,- dan rata-rata
tertimbang penundaan selama tiga hari.
Dengan demikian average daily float = 3 x Rp1.000.000 =
Rp3.000.000. Hal ini berarti ada Rp 3.000.000 dana yang
tidak menghasilkan bunga dalam satu hari.
Jika suku bunga 12% pertahun atau 1% per bulan, maka
biaya float adalah: 0,01(Rp3.000.000x30) =Rp900.000 per
bulan
Pengumpulan kas
Bagaimana perusahaan mengumpulkan kas dari
pelanggannya, sebagian besar tergantung pada sifat bisnis
yang dilakukan perusahaan.
Pendekatan yang lain dalam mempercepat pengumpulan
kas adalah dengan melakukan kesepakatan dengan
pelanggan untuk melakukan preauthorized payment
Banyak perusahaan menggunakan kantor pos yang
dikenal dengan lockbooxes untuk menerima pembayaran
dan mempercepat pengumpulan kas.
Manajemen Pengeluaran Kas

Meningkatkan Disbursement Float, sebagaimana telah


dipahami, memperlambat pembayaran dapat
mencakup waktu pengiriman check, pemrosesan check,
dan pengumpulan dana.
Pengendalian Pengeluaran, memaksimumkan waktu
penundaan pembayaran mungkin merupakan praktek
bisnis yang kurang baik, namun demikian perusahaan
berusaha untuk tetap menahan kas sekecil mungkin
dengan menunda waktu pembeyaran.
Investasi Kelebihan Kas dan Surat Berharga
Apabila perusahaan memiliki surplus kas untuk
sementara waktu, perusahaan dapat menginvestasikan
pada surat berharga jangka pendek di pasar uang

Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam


investasi pada surat berharga, yaitu risiko dan pendapatan
Risiko dan pendapatan yang harus
dipertimbangkan:
Default risk , yaitu risiko kegagalan perusahaan yang menerbitkan
surat berharga untuk melunasi bunga dan pokok pinjaman.
Event risk, yaitu risiko suatu kejadian yang tiba-tiba dapat segera
mengakibatkan perusahaan yang menerbitkan surat berharga dalam
kondisi yang sulit.
Interest rate price risk, yaitu risiko turunnya harga pasar suatu surat
berharga karena terjadinya kenaikan suku bunga di pasar.
Inflation risk, yaitu risiko inflasi yang akan menurunkan daya beli dari
sejumlah uang.
Marketability risk, yaitu risiko kesulitan untuk menjual surat berharga
pada tingkat harga yang berlaku di pasar.
Return on securities, yaitu tingkat pendapatan dari surat berharga, hal
ini biasanya berkaitan dengan tingkat risiko dari surat berharga
tersebut. Semakin besar risiko semakin tinggi tingkat pendapatan yang
disyaratkan.
Model Baumol Untuk Manajemen Kas dan Surat Berharga

Secara matematik besarnya saldo kas optimal dapat dihitung dengan


rumus:

2xTxF
C* = ------------------
k

Keterangan:
C* = Saldo kas optimal yang diperoleh dengan menjual
surat berharga
F = Biaya transaksi yang jumlahnya tetap setiap kali
transaksi dilakukan
T = Jumlah kas yang diperlukan selama satu periode
tertentu
( biasanya satu tahun )
k = Biaya opportunity yang timbul karena menyimpan
kas.
Contoh:
Sebagai contoh, misalkan perusahaan membutuhkan kas selama satu satu tahun sebesar
Rp18.000.000 . Biaya setiap kali transaksi Rp250 dan suku bunga yang relevan adalah
10%. Berdasarkan informasi tersebut, maka jumlah kas yang optimal adalah:
2(250)(18.000.000)
C* = √ ------------------------------ = Rp300.000,-
0,10
Setelah menghitung C*, sebagai jumlah kas optimal yang ditransfer, besarnya saldo kas
rata-rata selama periode (satu tahun) adalah:
C* Rp300.000,-
Saldo kas rata-rata = -------------- = ------------------ =Rp150.000,-
2 2
Frekuensi transaksi atau transfer yang harus dilakukan dalam satu tahun adalah:
T Rp18.000.000
Frekuensi transaksi = ---------- = -------------------- = 60 kali
C* Rp300.000
Total biaya untuk mempertahankan saldo kas dalam satu tahun adalah:
T C*
Total biaya = F(------) + k(--------)
C* 2
=Rp250(60) + 0,10(Rp150.000)
=Rp30.000,-
Model Miller-Orr dalam Manajemen Kas

Kas

Saldo kas

r
waktu
T1 T2
Fungsi biaya manajemen kas pada model Miller-
Orr, dapat dinyatakan sebagai berikut:

E(c) = bE(N)/T + iE(m)


Keterangan:
E(N) = perkiraan jumlah transfer antara
kas dan surat-surat berharga
selama satu periode.
b = biaya setiap kali transaksi
T = jumlah hari dalam satu periode
E(m) = perkiraan saldo kas harian
i = suku bunga harian
z sebagai saldo kas yang ditargetkan.
Solusi yang dihasilkan oleh Miller –Orr menjadi

3 b σ2 1/3

Z* = [-----------]
4i

Keterangan:
σ2 = variance saldo kas harian
Jika diasumsikan probabilitas saldo kas naik adalah 50% dan
probailitas saldo kas turun 50%, dan r = 0, maka batas atas h akan
selalu tiga kali lebih besar dari z :
h* = 3z*
Sebagai contoh, misalkan b = Rp25, m = Rp10, T = 8, i =
20%, r = 0, dan σ2 = m2T = 800, dan satu tahun dianggap
sama dengan 365 hari, maka besarnya z*:
3 (Rp25)(800) 1/3

Z* = [-------------------]
4(0,20/365)
= (Rp27.375.000)1/3
= Rp301,38 ≈ Rp300, dan
h* = 3(Rp300) = Rp900
Jika r = Rp100, maka h* = r + 3Z* = Rp100 + Rp900 =
Rp1.000 dan
Z* = Rp100 + Rp300 = Rp400.

Anda mungkin juga menyukai