Anda di halaman 1dari 23

1.

Anugrah Dwi Riski (216080083)


2. Dasep Padilah (216080103)
3. Lailatussaadah (216080037)
4. Muhammad Faizal Qurtubi (216080112)
5. Rizky Alif Ahmad Damiri (216080111)
6. Thasya Ratu Renalita (216080109)

Kelompok 5
MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT XXXIV B
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2021
IDENTIFIKASI KEGIATAN YANG DIANGGAP KRITIS

Kegiatan kritis adalah kegiatan yang tidak mempunyai waktu tenggang. Kegiatan kritis harus
dimulai tepat pada saat ES atau LS dan berakhir pada EF atau LF, agar tidak mengakibatkan
bertambahnya waktu penyelesaian proyek. Lintasan kritis / jalur kritis merupakan suatu hal
yang selalu menjadi perhatian dalam penjadwalan proyek disamping umur proyek, karena
terlambat atau tidaknya proyek tergantung dari terlambat atau tidaknya kegiatan yang berada
pada lintasan kritis itu (Eddy Herjanto, 2008 ).

8
Menentukan Waktu Penyelesaian
Dalam melakukan perhitungan penentuan waktu penyelesaian digunakan
beberapa terminologi dasar berikut:
a) E(earliest event occurrence time)
Saat tercepat terjadinya suatu peristiwa.
b) L(Latest event occurrence time)
Saat paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi.
c) ES (earliest activity start time)
Waktu Mulai paling awal suatu kegiatan. Bila waktu mulai dinyatakan dalam jam,
maka waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai.
d) EF (earliest activity finish time)
Waktu Selesai paling awal suatu kegiatan.
EF suatu kegiatan terdahulu = ES kegiatan berikutnya
e) LS (latest activity start time)
Waktu paling lambat kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek
secara keseluruhan.
f) LF (latest activity finish time)
Waktu paling lambat kegiatan diselesaikan tanpa memperlambat
penyelesaian proyek.
g) t (activity duration time)
Kurun waktu yang diperlukan untuk suatu kegiatan (hari, minggu, bulan).
Critical Path Method

Perbedaan antara CPM dan PERT adalah bahwa CPM menggunakan


satu jenis waktu untuk perkiraan waktu penyelesaian setiap kegiatan
sedangkan PERT menggunakan tiga jenis waktu, yaitu :
prakiraan waktu optimis, waktu paling mungkin, dan waktu pesimis.
PENYEBAB KEGIATAN KRITIS

Pada Metode CPM (Critical Path Method)


- Tidak terencananya konsep biaya dalam proses perencanaan dan
pengendalian.

Pada Metode PERT (Program Evaluation and Review Technique)


- Biaya yang berubah-ubah sehingga suatu kegiatan tidak dapat
diprediksi biaya yang akan dikeluarkannya.

8
“Penyebab kegiatan kritis dapat memperlambat
seluruh kegiatan yang akan dikerjakan. Sehingga
penyebab kegiatan kritis harus dipertimbangkan
sejak awal beserta pemilihan metode yang akan
digunakan.”
KONSEP TINDAKAN PREVENTIF

● Tindakan preventif adalah bentuk tindakan yang dilakukan untuk


menangani suatu kejadian yang terjadi pada lingkungan, dengan
diharapkan tidak akan terulang kembali di masa yang akan datang.
Sehingga, tujuan dari tindakan preventif adalah untuk melindungi diri dari
hal buruk yang mungkin bisa terjadi.

● Dalam upaya kesehatan masyarakat, tindakan preventif adalah usaha


yang ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit meliputi usaha-usaha
pemberian imunisasi (bayi, anak, bumil) serta pemeriksaan kesehatan
berkala untuk mendeteksi penyakit secara dini.

8
Pencegahan Penyakit
1. Pencegahan Primer
• Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi faktor risiko atau
mencegah berkembangnya faktor risiko, sebelum dimulainya
perubahan patologis, dilakukan pada tahap suseptibel dan induksi
penyakit, dengan tujuan mencegah atau menunda terjadinya kasus
baru penyakit.

• contoh : pendidikan kesehatan, gizi yang cukup sesuai dengan aktivitas


tubuh, konseling perkawinan, imunisasi, kebersihan perorangan.
2. Pencegahan Sekunder

• Pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan pada fase penyakit


asimtomatis, tepatnya pada tahap preklinis, terhadap timbulnya gejala-gejala
penyakit secara klinis melalui deteksi dini (early detection). Jika deteksi tidak
dilakukan dini dan terapi tidak diberikan segera maka akan terjadi gejala klinis
yang merugikan.

• Deteksi dini penyakit sering disebut “skrining”. Skrining adalah identifikasi yang
menduga adanya penyakit atau kecacatan yang belum diketahui dengan
menerapkan suatu tes, pemeriksaan, atau prosedur lainnya, yang dapat
dilakukan dengan cepat. Tes skrining memilah orang-orang yang tampaknya
mengalami penyakit dari orang-orang yang tampaknya tidak mengalami penyakit.

• contoh : skrining HIV pada populasi beresiko tinggi


3. Pencegahan Tersier

• Pencegahan penyakit pada tahap ini dapat dilakukan dengan dua


aspek :
- Aspek pertama, Penanganan komplikasi dan Pembatasan cacat yang
bertujuan untuk menghentikan proses penyakit dan mencegah
komplikasi, penyediaan fasilitas untuk membatasi ketidakmampuan
dan mencegah kematian.
- Aspek kedua yaitu dengan melakukan rehabilitasi. Langkah ini
dilakukan dalam rangka Penyediaan fasilitas untuk pelatihan hingga
fungsi tubuh dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
TINDAKAN PROTEKTIF

Dalam melakukan tindakan protektif kita harus memahami dulu faktor


protektif yang merupakan faktor yang meringankan, menyangga,
menyekat, bahkan mengurangi pengaruh dari resiko. setelah identifikasi
faktor resiko dilakukan maka tindakan protektif bisa kita susun
berdasarkan resiko-resiko yang mungkin terjadi. Rumah sakit dalam
melakukan upaya pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif adalah
proses menjaga atau menyembuhkan seseorang dari keadaan sakit
menjadi bugar seperti semula, dengan upaya ini kemungkinan adanya
resiko yang terjadi dalam pelayanan perlu dilakukan tindakan protektif
agar pelayanan di rumah sakit tetap berjalan.

8
Tindakan Protektif Dalam Pelayanan RS
● Komitmen manajemen rumah sakit
Manajemen rumah sakit berperan dalam membuat dan
merumuskan kebijakan pelayanan.
● Kompetensi tenaga medis
Peningkatan kemampuan tenaga medis secara berkala sehingga
kompetensi tetap terjaga
● SOP yang dilaksanakan
pelayanan menggunakan prosedur yang sudah dibuat oleh
rumah sakit
Indikator dan Konsep Kinerja Rumah Sakit

Menurut Lawrence Green

Pengertian indikator adalah variabel-variabel yang dapat menunjukkan ataupun


mengindikasikan kepada penggunanya tentang kondisi tertentu, sehingga dapat
digunakan untuk mengukur perubahan yang terjadi

Menurut KBBI :
Indikator adalah sesuatu yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan

Sucahyo, R. 2017. Indikator Kinerja Rumahsakit. Kalimantan Tengah: Instalasi Rekam Medik RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. 8
Saat ini ada beberapa indikator Berdasarkan penggunaannya
kinerja rumah sakit yang secara garis besar ada dua
dikembangkan oleh beberapa manfaat penting untuk
institusi antara lain oleh : pengukuran indikator :

1.Kementerian Kesehatan R.I


1. Untuk keperluan laporan,
2.BPKP
2. Untuk perbaikan internal.
3.oleh beberapa rumahsakit.

Sucahyo, R. 2017. Indikator Kinerja Rumahsakit. Kalimantan Tengah: Instalasi Rekam Medik RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Pengembangan indikator kinerja Rumah Sakit oleh
Kementerian Kesehatan R.I

Beberapa indikator kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan R.I antara lain:
1.Pengembangan SDM Rumahsakit.
2.Proses Pelayanan Rumahsakit yang diukur adalah Kecepatan Penanganan Pertama Pasien Gawat Darurat.
3.Proses Pelayanan Rumahsakit dan yang diukur adalah Kelengkapan Pengisian Rekam Medis.
4.Proses Pelayanan Rumahsakit dan yang diukur adalah persentase kematian ibu yang meninggal karena eklamsia.
5.Proses Pelayanan Rumahsakit dan yang diukur adalah persentase kematian ibu karena sepsis.

Sucahyo, R. 2017. Indikator Kinerja Rumahsakit. Kalimantan Tengah: Instalasi Rekam Medik RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Sedangkan untuk melakukan penilaian terhadap kinerja operasional
rumahsakit maka Kementerian Kesehatan melalui SK Menkes No.
209/Menkes/SK/I/2011 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 550/Menkes/SK/VII/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Badan Layanan
Umum Rumah Sakit telah menetapkan indikator kinerja dengan
pendekatan 3 (tiga) aspek penilaian, yaitu :
1. Indikator Kinerja Keuangan (7 indikator) dengan bobot 20%;
2. Indikator Kinerja Pelayanan (27 indikator) dengan bobot 40%; dan
3. Indikator Mutu Pelayanan dan Manfaat Bagi Masyarakat (19
indikator) dengan bobot 40%.

Sucahyo, R. 2017. Indikator Kinerja Rumahsakit. Kalimantan Tengah: Instalasi Rekam Medik RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Pengembangan indikator kinerja rumah sakit oleh
BPKP dan beberapa rumah sakit

Pengembangan indikator kinerja rumah sakit oleh BPKP dan beberapa rumahsakit menggunakan konsep
Balanced Scorecard. Indikator yang dipergunakan untuk menilai keberhasilan rumah sakit sebagai sebuah
lembaga usaha, dapat tersusun atas empat perspektif yaitu :
1. Pemberdayaan dan pengembangan sumber daya manusia,
2. Proses pelaksanaan kegiatan,
3. Kepuasan pengguna atau donor,
4. Keuangan.
Sucahyo, R. 2017. Indikator Kinerja Rumahsakit. Kalimantan Tengah: Instalasi Rekam Medik RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
PENGAWASAN KINERJA RUMAH SAKIT

Pasal 54 :

(1)  Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Rumah Sakit
dengan melibatkan organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan organisasi kemasyarakatan lainnya
sesuai dengan tugas dan fungsi masing- masing.
(2)  Pembinaan - Pengawasan ditujukan untuk :
1.pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat;
2.peningkatan mutu pelayanan kesehatan;
3.keselamatan pasien;
4.pengembangan jangkauan pelayanan; dan
5.peningkatan kemampuan kemandirian Rumah Sakit.

8
Badan Pengawas Rumah Sakit
uu 44- RS

PENGAWASAN
INTERNAL DAN
EKSTERNAL ➢DPRS&
BPRSI

BPRSI yang ditetapkan oleh MenKes


1. buat pedoman ttg pengawasan Rumah Sakit
untuk digunakan oleh BPRSP
2. bentuk system pelaporan informasi yang BPRS-PROV:
merupakan jejaring dari BPRSI dan BPRSP
1. Mengawasi dan menjaga h&k pasien di wilayahnya;
3. Menganalisis hasil pengawasan dan
rekomendasi kepada pemereintah daerah 2. Mengawasi dan menjaga h&k Rumah Sakit di wilayahnya;
untuk digunakan sebagai bahan pembinaan. 3. etika RS ,etika profesi,dan peraturan perundang-undangan;
4. laporan hasil pengawasan kepada BPRSI
5. Melakukan analisis hasil pengawasan dan memberikan
rekomendasi kepada pemerintah daerah
6. pengaduan dan upaya penyelesaian sengketa.
Badan Pengawas Rumah Sakit

Tingkat kab- kota?


Dewan Pengawas bertugas :
1. menentukan arah kebijakan Rumah Sakit;
2. menyetujui dan mengawasi pelaksanaan rencana strategis;
3. menilai dan menyetujui pelaksanaan rencana anggaran;
4. mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan kendali biaya;
5. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien;
6. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban Rumah Sakit; dan
7. mengawasi kepatuhan penerapan etika Rumah Sakit, etika profesi, dan peraturan
perundang-undangan.
Pengawas internal: Pengawas eksternal:

1. Menentukan arah kebijakan rumah sakit 1. Mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban
2. Menyetujui dan mengawasi pelaksanaan pasien diwilayahnya
rencana strategis 2. Mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban RS
3. Menilai dan menyetujui pelaksanaan diwilayahnya
rencana anggaran 3. Mengawasi penerapan etika rumah sakit, etika
4. Mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan profesi, dan peraturan per uu’ an
kendali biaya 4. Melakukan pelaporan hasil pengawasan kepada
5. Mengawasi dan menjaga hak dan BPRSI
kewajiban pasien 5. Melakukan analisis hasil pengawasan dan
6. Mengawasi dan menjaga hak dan memberikan rekomendasi kepada pemerindtah
kewajiban RS daerah untuk digunakan sebagai bahan
7. Mengawasi kepatuhan penerapan etika pembinaan
rumah sakit, etika profesi dan peraturan 6. Menerima pengaaduan dan melakukan upaya
per UU’ an penyelesaian sengketa dengan cara mediasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai