Kelompok 5
MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT XXXIV B
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2021
IDENTIFIKASI KEGIATAN YANG DIANGGAP KRITIS
Kegiatan kritis adalah kegiatan yang tidak mempunyai waktu tenggang. Kegiatan kritis harus
dimulai tepat pada saat ES atau LS dan berakhir pada EF atau LF, agar tidak mengakibatkan
bertambahnya waktu penyelesaian proyek. Lintasan kritis / jalur kritis merupakan suatu hal
yang selalu menjadi perhatian dalam penjadwalan proyek disamping umur proyek, karena
terlambat atau tidaknya proyek tergantung dari terlambat atau tidaknya kegiatan yang berada
pada lintasan kritis itu (Eddy Herjanto, 2008 ).
8
Menentukan Waktu Penyelesaian
Dalam melakukan perhitungan penentuan waktu penyelesaian digunakan
beberapa terminologi dasar berikut:
a) E(earliest event occurrence time)
Saat tercepat terjadinya suatu peristiwa.
b) L(Latest event occurrence time)
Saat paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi.
c) ES (earliest activity start time)
Waktu Mulai paling awal suatu kegiatan. Bila waktu mulai dinyatakan dalam jam,
maka waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai.
d) EF (earliest activity finish time)
Waktu Selesai paling awal suatu kegiatan.
EF suatu kegiatan terdahulu = ES kegiatan berikutnya
e) LS (latest activity start time)
Waktu paling lambat kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek
secara keseluruhan.
f) LF (latest activity finish time)
Waktu paling lambat kegiatan diselesaikan tanpa memperlambat
penyelesaian proyek.
g) t (activity duration time)
Kurun waktu yang diperlukan untuk suatu kegiatan (hari, minggu, bulan).
Critical Path Method
8
“Penyebab kegiatan kritis dapat memperlambat
seluruh kegiatan yang akan dikerjakan. Sehingga
penyebab kegiatan kritis harus dipertimbangkan
sejak awal beserta pemilihan metode yang akan
digunakan.”
KONSEP TINDAKAN PREVENTIF
8
Pencegahan Penyakit
1. Pencegahan Primer
• Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi faktor risiko atau
mencegah berkembangnya faktor risiko, sebelum dimulainya
perubahan patologis, dilakukan pada tahap suseptibel dan induksi
penyakit, dengan tujuan mencegah atau menunda terjadinya kasus
baru penyakit.
• Deteksi dini penyakit sering disebut “skrining”. Skrining adalah identifikasi yang
menduga adanya penyakit atau kecacatan yang belum diketahui dengan
menerapkan suatu tes, pemeriksaan, atau prosedur lainnya, yang dapat
dilakukan dengan cepat. Tes skrining memilah orang-orang yang tampaknya
mengalami penyakit dari orang-orang yang tampaknya tidak mengalami penyakit.
8
Tindakan Protektif Dalam Pelayanan RS
● Komitmen manajemen rumah sakit
Manajemen rumah sakit berperan dalam membuat dan
merumuskan kebijakan pelayanan.
● Kompetensi tenaga medis
Peningkatan kemampuan tenaga medis secara berkala sehingga
kompetensi tetap terjaga
● SOP yang dilaksanakan
pelayanan menggunakan prosedur yang sudah dibuat oleh
rumah sakit
Indikator dan Konsep Kinerja Rumah Sakit
Menurut KBBI :
Indikator adalah sesuatu yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan
Sucahyo, R. 2017. Indikator Kinerja Rumahsakit. Kalimantan Tengah: Instalasi Rekam Medik RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. 8
Saat ini ada beberapa indikator Berdasarkan penggunaannya
kinerja rumah sakit yang secara garis besar ada dua
dikembangkan oleh beberapa manfaat penting untuk
institusi antara lain oleh : pengukuran indikator :
Sucahyo, R. 2017. Indikator Kinerja Rumahsakit. Kalimantan Tengah: Instalasi Rekam Medik RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Pengembangan indikator kinerja Rumah Sakit oleh
Kementerian Kesehatan R.I
Beberapa indikator kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan R.I antara lain:
1.Pengembangan SDM Rumahsakit.
2.Proses Pelayanan Rumahsakit yang diukur adalah Kecepatan Penanganan Pertama Pasien Gawat Darurat.
3.Proses Pelayanan Rumahsakit dan yang diukur adalah Kelengkapan Pengisian Rekam Medis.
4.Proses Pelayanan Rumahsakit dan yang diukur adalah persentase kematian ibu yang meninggal karena eklamsia.
5.Proses Pelayanan Rumahsakit dan yang diukur adalah persentase kematian ibu karena sepsis.
Sucahyo, R. 2017. Indikator Kinerja Rumahsakit. Kalimantan Tengah: Instalasi Rekam Medik RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Sedangkan untuk melakukan penilaian terhadap kinerja operasional
rumahsakit maka Kementerian Kesehatan melalui SK Menkes No.
209/Menkes/SK/I/2011 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 550/Menkes/SK/VII/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Badan Layanan
Umum Rumah Sakit telah menetapkan indikator kinerja dengan
pendekatan 3 (tiga) aspek penilaian, yaitu :
1. Indikator Kinerja Keuangan (7 indikator) dengan bobot 20%;
2. Indikator Kinerja Pelayanan (27 indikator) dengan bobot 40%; dan
3. Indikator Mutu Pelayanan dan Manfaat Bagi Masyarakat (19
indikator) dengan bobot 40%.
Sucahyo, R. 2017. Indikator Kinerja Rumahsakit. Kalimantan Tengah: Instalasi Rekam Medik RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Pengembangan indikator kinerja rumah sakit oleh
BPKP dan beberapa rumah sakit
Pengembangan indikator kinerja rumah sakit oleh BPKP dan beberapa rumahsakit menggunakan konsep
Balanced Scorecard. Indikator yang dipergunakan untuk menilai keberhasilan rumah sakit sebagai sebuah
lembaga usaha, dapat tersusun atas empat perspektif yaitu :
1. Pemberdayaan dan pengembangan sumber daya manusia,
2. Proses pelaksanaan kegiatan,
3. Kepuasan pengguna atau donor,
4. Keuangan.
Sucahyo, R. 2017. Indikator Kinerja Rumahsakit. Kalimantan Tengah: Instalasi Rekam Medik RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
PENGAWASAN KINERJA RUMAH SAKIT
Pasal 54 :
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Rumah Sakit
dengan melibatkan organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan organisasi kemasyarakatan lainnya
sesuai dengan tugas dan fungsi masing- masing.
(2) Pembinaan - Pengawasan ditujukan untuk :
1.pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat;
2.peningkatan mutu pelayanan kesehatan;
3.keselamatan pasien;
4.pengembangan jangkauan pelayanan; dan
5.peningkatan kemampuan kemandirian Rumah Sakit.
8
Badan Pengawas Rumah Sakit
uu 44- RS
PENGAWASAN
INTERNAL DAN
EKSTERNAL ➢DPRS&
BPRSI
1. Menentukan arah kebijakan rumah sakit 1. Mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban
2. Menyetujui dan mengawasi pelaksanaan pasien diwilayahnya
rencana strategis 2. Mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban RS
3. Menilai dan menyetujui pelaksanaan diwilayahnya
rencana anggaran 3. Mengawasi penerapan etika rumah sakit, etika
4. Mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan profesi, dan peraturan per uu’ an
kendali biaya 4. Melakukan pelaporan hasil pengawasan kepada
5. Mengawasi dan menjaga hak dan BPRSI
kewajiban pasien 5. Melakukan analisis hasil pengawasan dan
6. Mengawasi dan menjaga hak dan memberikan rekomendasi kepada pemerindtah
kewajiban RS daerah untuk digunakan sebagai bahan
7. Mengawasi kepatuhan penerapan etika pembinaan
rumah sakit, etika profesi dan peraturan 6. Menerima pengaaduan dan melakukan upaya
per UU’ an penyelesaian sengketa dengan cara mediasi
TERIMA KASIH