Anda di halaman 1dari 32

ASSALAMUALAIKUM WR WB

Konsep Demokrasi di
Indonesia
Rossyana S Herianto

Prodi keperawatan Malang


Tujuan Mata Kuliah :
Akhir perkuliahan diharapkan mampu
Mengerti dan memahami Demokrasi di Indonesia dan menerapkan
demokrasi dalam manajemen konflik dan ketahanan Nasional
Pokok Bahasan
- Pengertian konsep dasar demokrasi Indonesia
- Konsep Dasar Konflik dan Ketahanan Nasional
- Menerapkan demokrasi indonesia dalam manajemen konflik dan
ketahanan Nasional

Prodi keperawatan Malang


DEMOKRASI INDONESIA

1. Pengertian Demokrasi Pancasila


Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang
diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM.
Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh
awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan
hukum demokrasi modern.
Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan
dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi
sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan
sistem "demokrasi" di banyak negara.
Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat.

Demokrasi yang dianut di Indonesia, yaitu demokrasi berdasarkan Pancasila, masih


dalam taraf perkembangan dan mengenai sifat-sifat dan ciri-cirinya terdapat
berbagai tafsiran serta pandangan.
Tetapi yang tidak dapat disangkal ialah bahwa beberapa nilai pokok dari demokrasi
konstitusionil cukup jelas tersirat di dalam Undang Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Dasar kita menyebut secara
eksplisit 2 prinsip yang menjiwai naskah itu dan
yang dicantumkan dalam penjelasan mengenai
Sistem Pemerintahan Negara, yaitu:
I. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum
(Rechstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka
(Machstaat).

II. Sistem Konstitusionil


Pemerintahan berdasarkan atas Sistem Konstitusi (Hukum
Dasar), tidak bersifat Absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas).
Dengan demikian demokrasi Indonesia mengandung
arti di samping nilai umum, dituntut nilai-nilai khusus
seperti nilai-nilai yang memberikan pedoman tingkah
laku manusia Indonesia dalam hubungannya dengan :
-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, yang berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia dan bertujuan untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia (demokrasi pancasila).
Secara ringkas, demokrasi Pancasila memiliki
beberapa pengertian sebagai berikut :
1. Demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan gotong-
royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang
mengandung unsur-unsur berkesadaran religius, berdasar
kan kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepri
badian Indonesia dan berkesinambungan.
2. Sistem pengorganisasian negara dilakukan oleh rakyat
sendiri atau dengan persetujuan rakyat.
3. Kebebasan individu tidak bersifat mutlak, tetapi harus
diselaraskan dengan tanggung jawab sosial.
4. Keuniversalan cita-cita demokrasi dipadukan dengan cita-
cita hidup bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat
kekeluargaan, sehingga tidak ada dominasi mayoritas atau
minoritas.
2. Prinsip Pokok Demokrasi Pancasila

Prinsip merupakan kebenaran yang pokok/dasar orang


berfikir, bertindak dan lain sebagainya.
Dalam menjalankan prinsip-prinsip demokrasi secara
umum, terdapat 2 landasan pokok yang menjadi dasar yg
merupakan syarat mutlak utk harus diketahui oleh setiap
orang yg menjadi pemimpin negara/rakyat/
masyarakat/organisasi/partai/keluarga, yaitu:
1). Suatu negara itu adalah milik seluruh rakyatnya,
jadi bukan milik perorangan atau milik suatu keluarga
atau kelompok/golongan/partai, dan bukan pula milik
penguasa negara.
2. Prinsip Pokok Demokrasi Pancasila

2). Siapapun yang menjadi pemegang kekuasaan negara,


prinsipnya adalah selaku ‘pengurus’ rakyat, yaitu harus bisa
bersikap dan bertindak adil terhadap seluruh rakyat nya,
dan sekaligus selaku ‘pelayan’ rakyat, yaitu tidak boleh/bisa
bertindak zalim terhadap ‘tuannya’, yakni rakyat.
Adapun prinsip pokok demokrasi Pancasila

1. Pemerintahan berdasarkan hukum: dalam penjelasan UUD


1945 dikatakan: 
a. Indonesia ialah negara berdasarkan hukum (rechtstaat)
dan tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat),
b. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi /hukum dasar

tdk bersifat absolutisme (kekuasaan tidak terbatas)


c. Kekuasaan yang tertinggi berada di tangan MPR.
2. Perlindungan terhadap hak asasi manusia,
3. Pengambilan keputusan atas dasar musyawarah
4. Peradilan yang merdeka berarti badan peradilan (kehaki
man) merupakan badan yang merdeka, artinya terlepas
dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan kekuasaan lain
contoh : Presiden, BPK, DPR, DPA atau lainnya,
5. adanya partai politik dan organisasi sosial politik karena
berfungsi “Untuk menyalurkan aspirasi rakyat”,
6. Pelaksanaan Pemilihan Umum;
7. Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh MPR (pasal 1 ayat 2 UUD 1945),
8. Keseimbangan antara hak dan kewajiban,
9. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara
moral kepada Tuhan YME, diri sendiri, masyarakat, dan
negara ataupun orang lain,
10. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita Nasional.
3. Ciri-ciri Demokrasi Pancasila

1. Kedaulatan ada di tangan rakyat.


2. Selalu berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong.
3. Cara pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk
mencapai mufakat.
4. Tidak kenal adanya partai pemerintahan dan partai
oposisi.
5. Diakui adanya keselarasan antara hak dan kewajiban.
6. Menghargai hak asasi manusia.
7. Ketidaksetujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah
dinyatakan dan disalurkan melalui wakil-wakil rakyat.
Tidak menghendaki adanya demonstrasi dan pemogo
kan karena merugikan semua pihak.
8. Tidak menganut sistem monopartai.
9. Pemilu dilaksanakan secara luber.
10. Mengandung sistem mengambang.
11. Tidak kenal adanya diktator mayoritas dan tirani
minoritas.
12. Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan
umum .
Pendidikan Pembelajaran dan Penyebaran Kewarganegaraan, Idris Israil (2005:52-53)
4. Sistem Pemerintahan Demokrasi Pancasila

Landasan formil dari periode Republik


Indonesia III ialah Pancasila, UUD’45 serta
Ketetapan-ketetapan MPRS. Sedangkan sistem
pemerintahan demokrasi Pancasila menurut
prinsip-prinsip yang terkandung di dalam
Batang Tubuh UUD 1945 berdasarkan tujuh
sendi pokok
Tujuh sendi pokok, yaitu sebagai berikut : 
1) Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukum
Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechsstaat),
tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machsstaat) 
2) Indonesia menganut sistem konstitusional Pemerintah
berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan
tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang mutlak
tidak terbatas).
3) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai
pemegang kekuasaan negara yang tertinggi, MPR
adalah lembaga negara tertinggi sebagai penjelmaan
seluruh rakyat Indonesia.
4) Presiden adalah penyelenggaraan pemerintah yang ter
tinggi di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
5) Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Presiden
tdk bertanggung jawab kpd DPR, tetapi DPR mengawasi
pelaksanaan mandat (kekuasaan pemerintah) yang dipe
gang oleh presiden dan DPR harus saling bekerja sama
dalam pembentukan undang-undang termasuk APBN.
6) Menteri Negara adalah pembantu presiden, Menteri
Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR
7) Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas Kepala
Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi ia
bukan diktator, artinya kekuasaan tidak tak terbatas.
Konsep Dasar Konflik dan Ketahanan Nasional

Konflik biasanya didefinisikan sebagai bentuk


peradaban atau pertentangan ide, pendapat, paham, dan
kepentingan diantara dua pihak atau lebih.
Pertentangan ini bisa berbentuk fisik dan
nonfisik, yang pada umumnya berkembang dari perten
tangan nonfisik menjadi benturan fisik, yang bisa ber
kadar tinggi dalam bentuk kekerasan (violent) dan bisa
berkadar rendah yang tidak menggunakan kekeras
an (nonviolent).
konsep ketahanan nasional sering diartikan
sebagai kondisi dinamik yang berisi tentang
‘keuletan’ dan ‘ketangguhan’ suatu bangsa dalam
mengembangkan kemampuan untuk mengatasi
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan
(ATHG) baik yang muncul dari dalam maupun dari
luar baik yang langsung atau tidak langsung yang
membahayakan identitas, integritas, dan
kelangsungan hidup suatu bangsa dalam mengejar
cita-cita nasionalnya.
Substansi pokok ketahanan nasional mencakup seluruh
aspek kehidupan bangsa yang tergambar dalam bidang-
bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan (ipoleksosbudhankam).

Jika ketahanan nasional Indonesia tidak mampu


menciptakan kondisi yang aman, perumusan politik dan
strategi nasional tadi, tidak akan bisa dilakukan dengan
cermat dan penuh dengan pertimbangan. Akibatnya, ke
bijakan nasional tidak memiliki nilai fungsional, terutama
dalam memberikan layanan serta pemberdayaan masyara
kat, rakyat dan warga
Beberapa Pandangan Tentang Konflik

Masyarakat Indonesia yang majemuk, yang


ditandai oleh beragamnya suku bangsa, agama,
ras/etnis dan antargolongan (Sara), pada
dasarnya merupakan masyarakat yang rentan
akan konflik.
Mengapa dikatakan demikian? Jika Saudara
kaji secara mendalam, bahwa dalam setiap
masyarakat, fenomena konflik memang
bersifat inhernt ( melekat dan menyerta)
dalam kehidupan masyarakat
Hampir kebanyakan orang mempersepsikan
bahwa konflik itu sebagai fenomena yang memba
hayakan. Padahal, kondisi yang sebenarnya tidak
lah demikian.
Konflik juga diartikan sebagai bahaya meru sak.
Hal itu tampak pada beberapa pernyataan bahwa
‘siapa yang bukan teman’ adalah ‘musuh saya’.
Jika pernyataan itu dikembangkan terus
menerus dalam kehidupan bisa melahirkan konflik
yang berkepanjangan
mengidentifikasi perbedaan cara pandang
terhadap konflik menurut cara lama dan cara
baru sebagai berikut :

1. Menurut cara pandang lama, konflik harus


dihilangkan karena dapat mengganggu organisasi dan
merusak prestasi; sedangkan cara baru, konflik
sesungguhnya meningkatkan prestasi organisasi dan
karena itu harus dikelola dengan baik.
2.Dalam cara pandang lama, organisasi atau kelompok
atau komunitas yang baik seharusnya tidak ada
konflik; sedangkan dalam pandangan baru bahwa
dalam organisasi baik konflik yang memuncak dapat
mendorong anggotannya untuk memacu prestasi.
3. Dalam pandangan lama, konflik harus dibasmi atau
dielakkan; sedangkan dalam pandangan baru konflik
merupakan bagian integral dari kehidupan organisasi,
kelompok dan komunitas tertentu.

4. Menurut pandangan lama, konflik itu jelek karena


menjurus ke tingkat stres yang lebih tinggi, memuncul
kan kejahatan dan sabotase sebagai program kegiatan;
sedangkan pandangan baru mengatakan konflik itu baik
karena dapat merangsang orang untuk memecahkan
persoalan dan penyebab timbulnya konflik.

Sujak (1990), menidentifikasi perbedaan cara pandang terhadap konflik


Karena konflik selalu ada dalam kehidupan
masyarakat dan juga memiliki fungsi-fungsi positif,
konflik hendaknya tidak serta-merta harus
ditiadakan.
Persoalan yang harus diperhatikan adalah
bagaimana konflik itu bisa dimanajemen sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan disintegrasi sosial
(bangsa).
Manajemen Konflik dan Ketahanan
Nasional

Konflik dapat berpengaruh baik dan atau


jelek, tetapi konflik adalah suatu kondisi yang
alamiah dalam kehidupan.
Setiap orang harus dapat memahami situa si
semacam ini dan memberikan perhatian ter
sendiri untuk dapat menetapkan cara yg tepat
bagaimana konflik bisa dikelola sedemikian
rupa agar tidak menimbulkan perpecahan antar
manusia dan disintegrasi bangsa
gambaran melalui berbagai metode penyelesaian
konflik (conflict resolution methods).

Pertama, setiap orang menggunakan


kekuasaan dan kewenangan agar konflik dapat
diredam atau dipadamkan.
Sebenarnya dalam banyak hal, manajemen
konflik tidak cukup hanya mengandalkan
kekuasaan semata-mata karena bisa jadi
konflik akan terus berlanjut dan orang akan
kehilangan kekuasaan di mata orang lain yang
terlibat konflik.
Kedua, penyelesaian konflik dengan
menggunakan metode penghalusan (smoothing).
Pihak-pihak yang berkonflik hendaknya saling
memahami konflik dengan menggunakan ‘bahasa
cinta’, untuk memecahkan dan memulihkan
hubungan yang bersifat perdamaian.

Ketiga, penyelesaian konflik dengan cara


demokratis, artinya memberikan peluang kepada
masing-masing pihak untuk mengemukakan
pendapat dan memberikan keyakinan akan
kebenaran pendapatnya sehingga dapat diterima
oleh kedua belah pihak.
Berkaitan dengan ini, Cribbin (1985) mengelaborasi
terhadap tiga hal, yaitu mulai yang paling tidak efektif,
yang efektif, dan yang paling efektif.

Strategi yang dipandangnya paling tidak efektif, meliputi:


(1) Paksaan. Strategi ini umumnya tidak disukai oleh
kebanyakan orang.
Dengan paksaan, mungkin konflik bisa diselesaikan
dengan cepat, namun bisa menimbulkan reaksi kemarahan
atau reaksi negatif lainnya.
(2) Penundaan, yang mengakibatkan penyelesaian konflik
menjadi berlarut-larut.
(3) Bujukan, bisa berakibat secara psikologis, di
mana orang akan kebal dengan berbagai bujukan
sehingga perselisihan akan semakin tajam.

(4) Koalisi, yaitu suatu bentuk persekutuan untuk


mengendalikan konflik.
Akan tetapi strategi ini bisa memaksa orang untuk
memihak, yang pada gilirannya bisa menambah kadar
konflik menjadi sebuah ‘perang’.

(5) Tawar menawar distribusi.


Strategi ini sering tidak menyelesaikan masalah
karena masing-masing pihak saling melepaskan.
Dengan demikian, manajemen konflik dalam kerangka
ketahanan nasional Indonesia harus ditangkap sebagai
upaya saling memanfaatkan potensi yang melekat pada
pihak-pihak yang berkonflik. Kiranya, ‘gaya kolaborasi’
dipandang lebih sesuai dengan keperluan ini.
Hal ini menunjukkan, bahwa untuk menyelesaikan konflik
dalam kerangka Tannas Indonesia, bukan mengguna kan
parameter ‘benar salah’, akan tetapi senantiasa lebih ba
nyak dipetakan lewat pemahaman setting kultural,
terutama kecanggihan dalam menangkap simbol-simbol
budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
Indonesia.
Dengan cara itu, latar belakang konflik dapat diidenti
fikasi dengan objektif dan dimungkinkan adanya distribusi
informasi secara terbuka.
Dalam rangka ketahanan nasional Indonesia,
manajemen konflik diharapkan mampu melahirkan
‘resultante’ keuletan, ketangguhan, dan daya tahan
bangsa Indonesia sehingga memberikan kontribusi
bagi upaya mempertahankan identitas, integritas,
dan kelangsungan hidup dalam mencapai cita-cita
nasionalnya.
Terima kasih

Atas perhatiannya disampaikan terima kasih

 WassalamualaikunWrWb.

Anda mungkin juga menyukai