Kristiani dalam PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN | XII MIPA 2 Kelompok Anggota Din Jon da
Rah St i v ul en
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN | XII MIPA 2
Sikap Hidup Masa Kini dalam PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN | XII MIPA 2 Bangsa Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke, terdiri dari berbagai macam agama, suku bangsa, budaya dan ras. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia disebut masyarakat majemuk.
Pierre van de Berghe, mengemukakan beberapa karakteristik
masyarakat majemuk sebagai berikut : 1) Terjadinya segmentasi dalam kelompok-kelompok yang mempunyai kebudayaan yang berbeda satu dengan yang lainnya 2) Memiliki struktur sosial yang terbagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-komplementer 3) Kurang mengembangkan konsensus (kesepakatan bersama) 4) Relatif sering terjadi konflik 5) Secara relatif, integrasi sosial tumbuh karena paksaan dan saling ketergantungan di bidang ekonomi 6) Adanya dominasi oleh suatu kelompok terhadap kelompok lain Perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, adat, dan kedaerahan sering kali disebut sebagai ciri masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk.
Pengaruh kemajemukan masyarkat Indonesia berdasarkan suku
bangsa, ras, dan agama dapat dibagi atas pengaruh positif dan negatif.
Sikap hidup masyarakat masa kini juga menentukan dampak atas
pengaruh kemajemukan masyarakat Indonesia. Pengaruh positifnya salah satunya ialah terdapat keanekaragaman budaya yang terjalin serasi dan harmonis sehingga mampu mewujudkan integrasi bangsa. Masyarakat masa kini relatif lebih terbuka terhadap keberagaman. Berbeda dengan masyarakat zaman dulu yang bahkan sampai terjadi perang antar suku. Pengaruh negatif kemajemukan antara lain ialah primordialisme. Primordialisme adalah paham yang memandang daerah asalnya lebih baik dari daerah lain. Dalam KBBI, primordialisme diartikan sebagai pandangan yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik tradisi, adat istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di lingkungan pertamanya. Meskipun lebih terbuka terhadap keberagaman, manusia tak luput dari yang namanya bersaing. Apabila sikap ini mewarnai interaksi di masyarakat maka akan timbul konflik, karena setiap anggota masyarakat akan mengukur keadaan atau situasi berdasarkan nilai dan norma suku & adatnya masing-masing. Salah satu bukti yang sering kita temukan adalah kelompok sosial yang hanya ingin terdiri dari anggota-anggota yang memiliki daerah asal yang sama, agama yang sama, dan suku yang sama. Kedua, sikap Stereotip Etnik, yaitu pandangan (image) umum suatu kelompok etnis terhadap kelompok lain. Cara pandang stereotip diterapkan tanpa pandang bulu terhadap semua anggota kelompok etnis yang distereotipkan, tanpa memerhatikan adanya perbedaan yang individual. Contohnya : Kita sering langsung menilai orang yang baru kita kenal berdasarkan stereotip sukunya, misalnya seperti stereotip yang melekat pada etnis Jawa, seperti suka berbasa-basi. Stereotip etnis Batak adalah keras kepala dan maunya menang sendiri. Stereotip orang Minang adalah pintar berdagang. Stereotip etnis Cina adalah pelit dan pekerja keras Ketiga, sikap hidup masa kini yang sering kita jumpai adalah seperti misalnya Individualisme. Dengan berkembangnya teknologi, kita lebih sering menghabiskan waktu pada gadget/alat elektronik yang kita miliki seperti handphone, laptop, dll. Kebiasaan buruk yang sering kita lakukan ketika sedang asyik bermain handphone adalah kita menjadi pribadi yang individualisme, mengabaiakan segala sesuatu yang berada di sekitar kita, tidak peduli terhadap orang lain dan hanya berfokus pada diri sendiri. Hal ini juga dapat memicu menurunnya sikap tenggang rasa karena kurangnya rasa empati dan simpati.
Keempat, sikap hidup masa kini yang kekinian/berusaha mengikuti
zaman. Pada masyarakat majemuk, kita sering terpengaruh untuk mengikuti apa yang pada umumnya diikuti oleh orang banyak. Kita mengira mengikuti hal yang sama adalah salah satu bentuk integrasi dalam kemajemukan ini, namun ternyata tidak semua hal seperti itu. Beberapa contoh sikap yang sering kita jumpai adalah hedonisme, konsumerisme, dan yang paling sering adalah westernisasi. Sikap Hidup Kristiani dalam PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN | XII MIPA 2 1) Menjunjung Tinggi Rasa Toleransi (Kolose 3:13) Toleransi adalah sikap manusia untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan, baik antarindividu maupun kelompok.Dengan adanya sikap toleransi, konflik dan perpecahan antarindividu maupun kelompok tidak akan terjadi. 2) Menghormati Hak dan Kewajiban Orang Lain (Imamat 19:13) Kita sebagai orang Kristen diajarkan untuk menghormati setiap hak dan kewajiban orang lain. Karena apabila kita menghormati hak dan kewajiban orang lain, maka hak dan kewajiban kita juga akan lebih dihormati oleh orang lain. 3) Hargai Setiap Perbedaan (Ulangan 10:17-18) Tuhan dalam sepanjang kehidupannya,saat dia menolong orang,menyembuhkan orang,menyelamatkan orang. Tuhan tidak pernah memandang latar belakang kita. Tuhan menganggap kita semua itu sama di mata-Nya. Dengan artian kita sebagai umatnya juga jangan pernah memandang latar belakang orang lain,jangan pernah membeda-bedakan, dan jangan pernah memilih milih dalam bergaul.
4) Tanamkan Kasih Kepada Setiap Orang (Matius 22:37-
40) Seperti yang diajarkan Tuhan dalam hukum kasih. Kita harus mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama kita. Kalau kita belum dapat mengasihi Tuhan dengan segenap hati. Maka mulailah dari sekitar kita terlebih dahulu. Mari kita tanamkan kasih kepada setiap orang. Kehidupan Mendukung Ayat Alkitab yang
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN | XII MIPA 2
Zakharia 8:16-17 (TB) Inilah hal-hal yang harus kamu lakukan: Berkatalah benar seorang kepada yang lain dan laksanakanlah hukum yang benar, yang mendatangkan damai di pintu-pintu gerbangmu. Janganlah merancang kejahatan dalam hatimu seorang terhadap yang lain dan janganlah mencintai sumpah palsu. Sebab semuanya itu Kubenci, demikianlah firman TUHAN." Mazmur 133:1Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Contoh Tokoh Alkitab PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN | XII MIPA 2 Pada zaman Tuhan Yesus, Dia membawa pemikiran baru tentang pentingnya inklusivisme. Yesus tidak menutup diri dari kemajemukan kebudayaan. Yesus tidak memandang latar belakang budaya, suku maupun ras, Ia berkenan menerima semua orang dalam pergaulan multikultural. Ketika seorang perempuan Kanaan hendak meminta tolong Matius 15:21- 28 dan seorang Perwira Roma meminta kesembuhan Lukas 7:1-10, Yesus menjawab akan kebutuhan mereka dan menolong mereka. Ini menunjukkan bahwa Yesus sendiri menghargai keberagaman dan perbedaan budaya. Dalam Kitab Kisah Para Rasul 2:41-47 orang-orang yang berasal dari berbagai daerah dan budaya yang berbeda mendengarkan khotbah Petrus. Pada waktu itu ada tiga ribu orang bertobat, serta menjadi model gereja pertama. Dalam perkembangan selanjutnya, perbedaan bangsa dan budaya menyebabkan perselisihan, yaitu antara jemaat yang berbudaya Yunani dan Yahudi. Perbedaan budaya antara Yahudi dan Yunani menimbulkan 65 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri banyak persoalan dalam beberapa jemaat, seperti di Roma, Korintus, yang menimbulkan perpecahan dan perselisihan mengenai kebiasaan-kebiasaan jemaat 1 Korintus 11. Namun, Paulus menegaskan bahwa sekarang tidak ada lagi orang Yunani atau Yahudi, tidak ada orang bersunat maupun tidak bersunat, tidak ada budak atau orang merdeka. Semua orang sama di hadapan Allah, semua menjadi satu jemaat dimana kepalanya adalah Yesus Kristus. Thank You For Your Attention & GBU!