Anda di halaman 1dari 74

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM

PERSYARAFAN
KELOMPOK 2
Gita Lestari (8801190026)
Tatu Usrotun (8801190029)
Riska Indriyani (88011900
Tatu Mahpudoh (88011900
Intan Larasay (88011900
Anatomi dan Fisiologi
Sistem Persarafan

Sistem persarafan dan system hormonal merupakan bagian-bagian tubuh yang


saling berkomunikasi dan saling berkomunikasi, dan saling berhubungan, system
ini mempunyai kemampuan untuk mengoordinasi,menafsirkan, dan mengontrol
interaksi anatara individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem persarafan
mengatur kebanyakan aktivitas system-system tubuh lainnya.

Secara ringkas system persarafan dibagi menjadi dua bagian yaitu :


 Sistem Saraf Pusat (SSP)
SSP terdiri atas otak dan medulla spinalis
 Sistem Saraf Tepi (SST)
SST terdiri atas neuron aferen dan eferen system saraf somatis (SSS)
serta neuron system saraf otonom/visceral (SSO).
Jaringan Saraf

 Neuron
Susunan saraf pusat msnusia mengandung sekitar 100 miliar neuron, Neuron adalah
suatu sel saraf dan merupakan unit anatomis dan fungsional system persarafan.
Biasanya terdiri atas dendrit sebagai bagian penerima rangsangan dari saraf-saraf
lain : badan sel yang mengandung inti sel : akson yang menjadi perpanjangan atau
serat tempat lewatnya sinyal yang dicetuskan di dendrit dan badan sel : serta
terminal akson yang menjadi pengirim sinyal listrik untuk disampaikan ke dendrit
atasu badan sel neuron kedua dan apabila disusunan saraf perifer, sinyal
disampaikan ke sel otot atau kelenjar.
Neuron-neuron yang membawa informasi dari susunan saraf perifer ke sentral
disebut neuron sensorik atau aferen.
Neurotransmiter

Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam
gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari askson terminal melalui
eksositosis dan juga di reabsorpsi untuk daur ulang. Neurotransmiter merupakan cara komunikasi
antar neuron. Setiap neuron melepaskan satu transmiter. Zat-zat kimia ini menyebabkan
perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga dengan bantuan zat-zat kimia ini maka neuron
dapat lebih mudah dalam menyalurkan impuls, bergantung pada jenis neuron dan transmitter
tersebut. Diduga terdapat sekitar tiga puluh macam neurotransmitter. Contoh neurotransmiter
adalah asetilkolin, epinefrin dan norefinefrin, histamin, dopamine, serotonin, asam gama
aminobutirat ( GABA ), glisin dan lain-lain.
Transmisi Sinaps

Neuron menyalurkan sinyal-sinyal saraf keseluruh tubuh. Kejadian listrik ini yang kita kenal
dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik di sepanjang neuron dan bersifat kimia
diantara neuron. Secara anatomis, neuron-neuron tersebut tidak bersambungan satu
dengan yang lain. Tempat neuron mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan
organ-organ efektor disebut sinaps. Sinaps merupakan satu-satunya tempat suatu impuls
dapat lewat dari satu neuron ke neuron lainnya atau efektor . Agar proses ini menjadi
efektif, maka sebuah pesan tidak selalu harus melalui perjalanan akson, tetapi bisa
ditransmisikan melalui jalan lain untuk menuju ke sel lainnya. Setiap sinaps harus
melibatkan dua neuron, dan impuls saraf tersebut berjalan dari neuron prasinaps menuju
neuron possinaps,setiap sinaps akan melibatkan sel-sel postsinaps.
Otak
Otak mungkin merupakan organ yang aling megagumkan dari seluruh organ. Kita
mengetahui bahwa seluruh angan-angan, keinginan dan nafsu, perencanaan,
dan memori merupakan hasil akhir dari aktivitas otak. Otak berisi 10 miliar neuron
yang menjadi kompleks secara kesatuan fungsional, otak lebih kompleks
daripada batang otak, berat otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat
badan orang dewasa. Otak menerima 15% dari curah jantung, memerlukan
sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan 400 kilo kalori energi setiap harinya.
Otak merupakan jaringan yang banyak memakai energi dalam seluruh tubuh
manusia dan terutama berasal dari prose metabolisme oksidasi glukosa.
Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui
aliran darah adalah konstan. Metabolisme otak merupakan proses tetap dan
kontinu, tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah berhenti selama 10 detik
saja , maka kesadaran mungkin sudah akan hilang dan penghentian dalam
beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan yang tidak ireversibel.
Jaringan Otak

Jaringan gelatinosa otak dan medula spinalis dilindungi oleh

tulang tengkorak dan tulang belakang, dan oleh ketiga lapisan

jaringan penyambung yaitu piameter, araknoid dan durameter.

 Piameter

Piameter langsung berhubungan dengan otak dan jaringan

spinalis, dan mengikuti kontur struktur eksternalotak dan

jaringan spinal. Piameter merupakan lapisan vaskuler yang

memiliki pembuluh darah yang berjalan menuju struktur internal

SSP untuk memberi nutrisi pada jaringan saraf.


 Araknoid

Araknoid merupakan suatu membran fibrosa yang tipis, halus dan tidak

mengandung pembuluh darah. Araknoid meliputi otak dan medula spinalis,

tetapi tidak mengikuti kontur luar seperti piameter. Daerah antara araknoid

dan piameter disebut ruang subaraknoid, tempat arteri, vena serebral,

trabekula araknoid, dan cairan serebrospinal yang membasahi SSP. Ruang

subaraknoid ini mempunyai pelebaran-pelbaran yang disebut sisterna.


Selanjutnya

 Durameter

Durameter merupakan suatu jaringan liat, tidak elastis, dan mirip kulit sapi yang terdiri atas dua

lapisan,yaitu bagian luar yang disebut duraendosteal dan bagian dalam yang disebut durameningeal.

Kepala kulit merupakan struktur tambahan lain yang juga harus di pertimbangkan sebagai salah
Venus
satu penutup SSP. Kulit kepala yang melapisi tengkorak dan melekat pada tengkorak melalui otot

frontalis dan oksipitalis yang merupakan jaringan ikat padat fibrosa yang dapat bergerak dengan bebas,

yang disebut galea aponeurotika. (dalam bahasa latin gaela berarti “helm”). Galea membantu meredam

kekuatan trauma eksternal, seperti pukulan.

Tanpa lindungan dari kulit kepala, tengkorak jauh lebih rentan terhadap fraktur, diatas galea terdapat

lapisan membran yang mengandung banyak pembuluh darah besar, lapisan lemak, kulit dan rabut
Cairan Serebrospinal

Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang disebut

Pleksus Koroideus. Pleksus koroideus inilah yang menyekresi cairan

serebrospinal yang jernih dan tidak berwarna, yang merupakan bantal

cairan pelindung di sekitar SSP. CSF terdiri atas air, elektrolit, gas

oksigen dan karbondioksida yang telarut, glukosa, beberapa leukosit

(terutama limfosit), dan sedikit protein. Cairan ini berbeda dari cairan

ektraselular lainnya karena cairan ini mengandung kadar natrium dan

klorida yang lebih tinggi, sedangkan kadar glukosa dan kaliumnya lebih

rendah. Ini menunjukkan bahwa pembentukannya bersifat sekresi

bukan hanya filtrasi.


Setelah mencapai ruang subaraknoid, CSF akan bersirkulasi di sekitar otak dan

medula spinalis, lalu keluar menuju sistem vaskular (SSP tidak mengandung sistem limfe).

Sebagian besar CSF diireabsirbsi ke dalam darah melalui struktur khusus yang disebut vili

araknolidalis atau granulasio araknoidalis, yang menonjol dari ruang subroaknoid ke sinus

sagitalis supeior otak.

CSF diproduksi dan direabsorbsi terus-menerus dalam SSP. Volume total CSF di

seluruh rongga serebrospinal sekitar 125 ml, sedangkan kecepatan sekresi pleksus koroideus

sekitar 500 sampai 700 ml perhari. Adanya tekanan pada cairan serebrospinal akan

mempengaruhi kecepatan proses pembentukan cairan dan resistensi reabsorbsi oleh vili

araknolidalis.
Ventrikel

Ventrikel merupakan rangakian dari 4 rongga dalam otak yang saling berhubungan dan

di batasi oleh ependima (semacam sel epitel yang membatasi semua rongga otak dan

medula spinalis serta mengandung CSF).

Pada setiap hemister serebri terdapat satu ventrikel lateral. Ventrikel ketiga terdapat

dalam diensefalon. Ventrikel keempat dalam pons dan medula oblongata. Ventrikal

lateral mempunyai hubungan dengan venrikel ketiga melalui sepassang foamen-

interventrikularis (foramen monro). Ventrikel ketiga dan keempat dihubungkan melaui

suatu saluran sempit di dalam otak tengah yang disebut akueduktus sylvius.
Suplai darah

SSP dan jaringan tubuh lainnya sanagt bergantung pada aliran darah untuk nutrisi dan pembuangan

sisa metabolisme. Suplai darah arteria otak merupakan suatu jalianan pembuluh darah yang

bercabang-cabang, berhubungan serat satu dengan yang lain sehingga dapat menjamin suplai

darah yang adekuat untuk sel. Suplai darah di jamin oleh 2 pasang aretri yaitu vertebralis dan karotis

interna yang memiliki cabang yang beranastomosis membentuk sikulus arteriosus serebri willisi.

Aliran vena otak tidak selalu paralel dengan suplai darah arteri, pembuluh vena yang

meninggalkan otak melalui sinus dura yang besar dan kembali ke sirkulasi umu melalui vena

jugularis interna. Letak arteria medula spinalis dan sistem vena paralel satu dengan yang lain dan

mempuanyai hubungan percabangan yang luas untuk mencukupi suplai darah ke jaringan otak.
Serebrum Serebrum merupakan bagian otak yang paling besar dan paling menonjol. Di

serebrum ini terletak atau terdapat pusat-pusat saraf yang mengatur semua

kegiatan sensorik dan motorik, juga mengatur proses penalaran, memori, dan

inteligensi. Hemisferserebri kanan mengatur bagian tubuh kanan. Konsep

fungsional ini di seburt dengan pengendalian kontralateral.

Korteks serebri atau mantel abu-abu (grey matter) dari serebrum mempunyai

banyak lipatan yang disebut giri (tunggal girus). Susunan seperti ini

Korteks memungkinkan permukaan otak menjadi luas (di perkiraan seluas 200 cm) yang
serebri terakandung dalam rongga tengkorak sempit. Korteks serebri adalah bagian otak

yang paling maju dan betanggung jawab untuk mengindra lingkungan. Korteks

serebri menentukan perilaku yang bertujuan dan beralasan.


Lobus Frontal

Lobus Frontal mencakup bagian dari korteks serebrum bagian depan yaitu dari sulkus

sentralis dan sulkus lateralis. Bagian ini memiliki area motorik dan pramotorik. Area

Broca terletak di lobus frontalis dan mengontrol ekspresi bicara. Area asosiasi di lobus

frontal menerima informasi dari seluruh otak dan menggabungkan informasi-informasi

tersebut menjadi pikiran, rencana, dan perilaku. Lobus frontal bertangguang jawab

untuk perilaku bertujuan, penentuan keputusan moral, dan pemikiran yang kompleks.

Lobus fontalis memodifikasi dorongan-dorongan emosional yang dihasilkan oleh

sistem limbik dan refleks vegetatif dari batang otak


Lobus Parietalis

Lobus parientalis adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulkus sentralis, di atas fisura lateralis,

dan meluas ke belakang fisura parieto-oksipitalis. Lobus ini merupakan area sensorik primer otak untuk

sensasi raba dan pendengaran. Sel lobus parientalis ini bekerja sebagai area asosiasi sekunder untuk

menginterpretasikan rangsangan yang datang,. Lobus parientalis menyampaikan informasi sensorik ke

banyak daerah lain di otak termausk area asosiasi motorik dan visual di sebelahnya.
Lobus
Oksipitalis
Lobus
Lobus ini terletak di sebelah posterior Temporalis
dan lobus parietalis dan di atas area
fisura parieto-oksipitalis, yang
memisahkannya dari serebelum. Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang
Lobus ini adalah pusat asosiasi utama
dan menerima informasi yang berasal berjalan ke bawah dari fisura lateralis dan ke sebelah posterior
dari retina mata.
dari fisura parieto-oksipitalis. Lobus temporalis ini merupakan

area asosiasi primer untuk informasi auditorik dan mencakup

area wernieke tempat interpretasi bahasa, lobus ini juga

terlibat dalam interpretasi penjiuman atau bau dan

penyimpanan memori.
Serebelum
Terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater yang menyerupai atap
tenda, yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Serebelum
dihubungkan dengan batang otak oleh tiga berkas serabut yang disebut pedunkulus.
Pedunkuli serebeli superior berhubungan dengan mesensefalon; pedunkuli serebeli media
menghubungkan kedua hemisfer otak; sedangkan pedunkulus serebeli inferior berisi
serabut-serabut traktus spinosereberaris dorsalis dan berhubungan dengan medula
oblongata. Semua aktivitas serebelum berada di bawah kesadaran.

 Mengatur otot-otot postural tubuh dan


 Melakukan program akan gerakan-gerakan pada
keadaan sadar maupun bawah sadar.
Formasio Retikularis

Formasio retikularis terdiri atas jaringan kompleks badan sel dan serabut yang saling
terjalin membentuk inti sentral batang otak. Bagian ini berhubungan ke bawah dengan
sel-sel intemunsial medula spinalis serta meluas ke atas dan ke
dalam diensefalon serta telensefalon.

Fungsi utama sistem retikularis antara lain:


 integrasi berbagai proses kortikal dan subkortikal yaitu penentuan status
kesadaran dan keadaan bangun.
 modulasi transmisi informasi sensorik ke pusat-pusat yang lebih tinggi;
 modulasi aktivitas motorik;
 pengaturan respons otonom dan siklus tidur bangun;
 tempat asal sebagian besar monoamin yang disebarkan ke seluruh SSP.
Batang Otak
Bagian-bagian batang otak dari atas ke bawah adalah pons dan medula oblongata. Di seluruh
batang otak banyak ditemukan jaras-jaras yang berjalan
naik dan turun. Batang otak merupakan pusat relai dan refleks dari SSP.

 Pons

Pons (dalam bahasa Latin "jembatan”) merupakan serabut yang menghubungkan kedua hemisfer
serebelum serta menghubungkan mesensefalon di sebelah atas dengan medula oblongata di bawah
Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras kortikoserebelaris yang
menyatukan hemisfer serebri dan serebelum.

 Medula Oblongata

Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung,


vasokonstriktor, pernapasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur, dan
muntah. Semua jaras asendens dan desendens medula spinalis dapat terlihat di
sini. Pada permukaan anterior terdapat dua pembesaran yang disebut piramid
yang terutama mengandung serabut-serabut motorik volunter.
Mesensefalon
Mesensefalon (otak tengah) merupakan bagian pendek dari batang otak yang
letaknya di atas pons. Bagian ini mencakup bagian posterior, yaitu tektum yang
terdiri atas kolikuli superior dan kolikuli inferior serta bagian anterior, yaitu
pedunkulus serebri, Kolikuli superior berperan dalam refleks penglihatan dan
koordinasi gerakan penglihatan, kolikuli inferior berperan dalam refleks
pendengaran, misalnya menggerakkan kepala ke arah datangnya suara.

Diensefalon Diensefalon adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan struktur-


struktur di sekitar ventrikel ketiga dan membentuk inti bagian dalam
serebrum. Diensefalon biasanya dibagi menjadi empat wilayah yaitu
talamus, subtalamus, epitalamus, dan hipotalamus. Diensefalon
memproses rangsang sensorik dan membantu mencetuskan atau
memodifikasi reaksi tubuh terhadap rangsang-rangsang tersebut.
 
 Talamus

Talamus terdiri atas dua struktur ovoid yang besar, masing-masing mempunyai kompleks
nukleus yang saling berhubungan dengan korteks serebri ipsilateral, serebelum, dan dengan
berbagai kompleks nuklear subkortikal seperti yang ada dalam hipotalamus, formasio
retikularis batang otak, ganglia basalis, dan mungkin juga substansia nigra. Talamus
merupakan stasiun relai yang penting dalam otak dan juga merupakan pengintegrasi
subkortikal yang penting. Semua jaras sensorik utama (kecuali sistem olfaktorius)
membentuk sinaps dengan nukleus talamus dalam perjalanannya menuju korteks serebri

 Subtalamus

Subtalamus merupakan nukleus ekstrapiramidal diensefalon yang penting. Subtalamus mempunyai


hubungan dengan nukleus ruber, substansia nigra, dan globus palidus dari ganglia basalis. Fungsinya
belum diketahui sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus dapat menimbulkan diskinesia dramatis yang
disebut hemibalismus.
EPITALAMUS
Epitalamus merupakan pita sempit jaringan saraf yang membentuk
atap diensefalon. Struktur utama area ini adalah nucleus habenular
dan komisura, komisura posterior, striae medularis , dan epifisis.
Epitalamus berhubungan dengan sistem limbik dan berperan pada
beberapa dorongan emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius.
Epifisis mensekresi melatonin dan membantu mengatur irama
sirkadian tubuh serta menghambat hormone gonadotropin

Hipotalamus
Hipotalamus terletak dibawah talamus.
Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan
rangsangan dari sistem susunan saraf otonom
perifer yang menyertai eskpresi tingkah laku dan
emosi
Sistem Limbik
Istilah limbik (limbus) berarti “batas” atau “tepi”. Bagian yang
termasuk dari sistem limbik adalah nucleus dan terusan
batas Trakus antara serebri serta diensefalon yang
mengelilingi korpus kalosum.

Secara fungsional sistem limbik berkaitan dengan hal-hal dibawah ini.


1. Suatu pendirian atau respon emosional yang mengfarahkan pada tingkah laku
individu.
2. Suatu respon sadar terhadap lingkungan.
3. Memberdayakan fungsi intelektual korteks serebri secara tidak sadar dan
mengfungsikan secara otomatis batang otak untuk merespons keadaan.
4. Memfasilitasi penyimpanan memori dan menggali Kembali simpanan memori
yang diperlukan
5. Merespon suatu pengalaman dan ekspresi alam perasaan, terutama reaksi
takut, marah, dan emosi yang berhubungan dengan perilaku seksual.
Saraf Kranial

Saraf-saraf kranial langsung berasal dari otak dan keluar meninggalkan


tengkorak melalui lunamg-lubang pada tulang yang disebut foramina.
(tunggal, foramen). Terdapat 12 pasang saraf kranial yang dinyatakan
dengan nama atau angka romawi. Saraf-saraf tersebut adalah olfaktorius (I),
optikus (II), okulomotorius (III), troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI),
fasialis (VII), vestibulokoklearis (VIII), glosofaringeus (IX), vagus (X),
aksesorius (XI), hipoglosus (XII). Saraf kranial I, II, dan VIII merupakan saraf
sensorik murni. Saraf kranial III, IV, XI dan XII teutama merupakan saraf
motoric, tetapi juga mengandung serabut proprioseptif dari otot-otot yang di
persarafnya. Saraf kranial V, VIII, X merupakan saraf campuran. Saraf
kranial III, VII, dan X juga mengandung beberapa serabut saraf dari dari
cabang parasimpatis sistem saraf otonom.
Saraf Spinal Medula spinalis terdiri atas 31 segmen
jaringan saraf dan masing-masing memiliki
sepasang saraf spinal yang keluar dari
kanalis vertebralis melalui foramina
Saraf-saraf spinal pada manusia dewasa berukuran intervertebrales (tubang pada tulang
vertebra).
Panjang sekitar 45cm dan lebar 14mm. Pada bagian
permukaan dorsal dari saraf spinal terdapat alur yang
dangkal secara longitudinal pada bagian yang dalam
arterior berupa fisura. Saraf-saraf spinal diberi nama
sesuai dengan foramen intervertebratis tempat keluarnya
saraf-saraf tersebut, kecuali saraf servikal pertama yang
keluar diantara tulang oksipital dan vertebra servikal
pertama. Dengan demikian, terdapat 8 pasang saraf
servikal (dan hanya 7 vertebra servikalis), 12 pasang
saraf torakalis, 5 pasang saraf lumbalis, 5 pasang saraf
sakralis, dan 1 pasang saraf koksigeal.
Sistem Saraf otonom (SSO) merupakan sistem persarafan
Saraf campuran. Serabut-serabut aferennya membawa masukan dari
organ-organ viseral (berkaitan dengan pengaturan denyut
Otonom jantung, diameter pembuluh darah, pernapasan, pencernaan
makanan, rasa lapar, mual, muntah, pembuangan, dan
sebagainya). Saraf eferen motorik SSO mempersarafi otot polos,
otot jantung, dan kelenjar-kelenjar viseral. SSO terutama
berkaitan dnegan pengaturan fungsi viseral dan interaksinya
dengan lingkungan dalam.
Sistem saraf otonom terdiri atas dua bagian yaitu
sistem saraf simpasis dan sistem parasimpatis :

SSO S Divisi simpatetik berisi neuron praganglionik yang berada

PATI diantara segmen T1 dan L2 dari saraf spinal dan neuron-

SIM neuron ganglionik yang berada di ganglia dekat kolumna


vertebra. Neuron ganglionic berada pada sisi lateral
tanduk abu-abu dan akson-akson masuk melalui akral
venteral dari setiap segmen.
SSO Medula Adrenal. Medula adrenal
SIMPATIS dimodifikasi oleh ganglion simpatetik.
Sinaps serabut praganglionik pada sel-sel
neuroendokrin berfungsi untuk
Ganglia Kolateral. Visera abdominopelvis menerima
melepaskan neurotransmitter epinefrin dan
inverasi simpatis melalui serabut praganglionik yang
norepinefrin ke dalam sirkulasi umum.
menerobos rantai simpatis tanpa sinaps. Serabut ini dimulai
pada neuron-neuron praganglionik disegmen bawah bawah
torakal dan segmen atas lumbal. Serabut ini menjalar pada
dinding rongga dada dan abdomen serta mengatur secara
Serabut-serabut post ganglion dari pleksus
otonom keadaan didalam rongga dada dan abdomen.
prevertebral (misalnya pleksus jantung,
paru-paru, splanknik, dan pelvis) tersusun
didalam kepala dan leher, toraks, abdomen,
Secara anatomis neuron simpatis terletak diruas tulang dan pervis, seterusnya akan berhubungan
torakal dan lumbal yaitu pada susunan saraf medulla dengan serabut-serabut dari bagian
spinalis, akson-aksonnya disebut serabut praganglion, parasimpatis didalam pleksus. Kelenjar
muncul melalui jalan pada semua akar saraf anterior dari adrenal, ginajl, hati, limpa, lambung, dan
ruas tulang leher (servikal) kedelapan atau tulang torakal duodenum (usus 12 jari) ada dibawah
pertama menuju ruas tulang lumbal kedua dan ketiga. Jarak kontrol pleksus siliaka yang terbesar
dari medulla ke serabut-serabut saraf ini mempunyai umumnya diketahui sebagai pleksus solar.
perbedaan karena adanya perbedaan hubungan setiap
rantai.
Ini mempunyai Perbedaan Hubungan setiap rantai
komposisI serabut serabut terdiri dari 22 rantai
ganglia, yang meluas ke seluruh lajur sepaanjang
spinal dan kedua sisi tubuh tulang belakang.
Beberapa dari jumlah besar sepanjang spinal spinal
bertemu dengan sel sel saraf dalam rantai . Rantai
rantai lain yang melintas tanpa membuat hubungan
atau kehilangan penghubung akan akan bergabung
dengan ganglia besar “ prevetebral “ dalam toraks
abdomen atau pelvis atau satu ganglia terminal
disekitar organ seperti kandung kemih atau rektum,
serabut saraf postganglion yang berasal dari yang
berasal dari rantai simpatis bergabung kembali
dengan saraf spinal yang menuju ekstremitas
pembuluh pembuluh darah kelenjar keringat dan
jaringan otot polos dalam kulit.
 Fungsi saraf otonom simpatis
Fungsi nya adalah sistem ini siap siaga untuk membantu dalam proses kedaruratan. Dibawah
ini keadaan strees baik yg disebabkan oleh fisik maupun emosional dapat menyebabkan
peningkatan yang cepat pada impuls simpatis. Tubuh mempersiapkan untuk respons “ fight or
flight “ jika ada ancaman.
 Sso parasimpatis
Fungsi sistem parasimpatis adalah sebagai pengontrol dominan untuk kebanyakan efektor
viseral dalam waktu yang lama .
 Konsep refleks
Refleks merupakan kejadian involunter dan tidak dapat dikendalikan oleh kemauan. Tindakan
dari sebuah refleks action merupakan gerakan motorik involunter atau respons sekretorik yang
diperlihatkan jaringan terhadap stimulus sensorik seperti refleks menraik diri, bersin,batuk dan
mengedip.
Secara fisiologis dijelaskan bahwa suatu respon refleks dapat terjadi bila suatu otot rangka
dengan persyarafan dengan persyarafan utuh diregangkan otot ini akan kontraksi respon
seperti ini disebut refleks regang.
Tabel modalitas
sensori utama

Sensibilitas
Informasi mengenai lingkungan dalam dalam dan
lingkungan luar dapat mencapai ssp melalui berbagai
reseptor sensorik . reseptor sensorik sering kali
berstatu dengan sel sel non saraf yang melingkupinya
dan membentuk alat indera . Bentuk bentuk energi
yang diubah oleh neourotrasmiter misalnya mekanis
(raba-tekan),suhu derajat,elektrogtromagnetik dan
energi kimia .
PENGKAJIAN KEPERAWATAN SISTEM PERSYARAFAN

Pengkajian keperawatan pada system


persyarafan adalah salah satu komponen
dari asuhan keperawatan yang merupakan ANAMNESIS
suatu usaha yang dilakukan oleh perawat
dalam menggali permasalahan dari klien. Pengkajian umum neurologis
Komponen pengkajian keperawatan secara meliputi : identitas umum, keluhan
komprehensif meliputi : melakukan utama, riwayat penyakit sekarang,
anamnesis pada klien, keluarga dan riwayat penyakit dahulu dan
perawat lainnya, memeriksa kesehatan, penyakit keluarga yang
meninjau catatan atau status klien untuk berhubungan dengan gangguan
melihat pemeriksaan diagnostic, melakukan neurologis klien.
konsultasi dengan anggota tim kesehatan
lain dan meninjau literatur yang terkait
dengan keadaan klien
Pengkajian umum neurologis meliputi :

Identitas Umum Klien, mencakup nama, usia riwayat penyakit sekarang, merupakan
(pada masalah disfungsi neurologis biasanya serangkaian wawancara yang dilakukan
terjadi pada usia tua), jenis kelamin, Pendidikan, perawat untuk menggali permasalahan klien
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dari timbbulnya keluhan utama pada
dan jam masuk rumah sakit (MRS), nomor gangguan system persyarafan sampai pada
register dan diagnose medis. saat pengkajian, dengan menggunakan
format PQRST. Riwayat penyakit sekarang
yang mungkin didapatkan meliputi adanya
keluhan utama, pada gangguan system
riwayat trauma, riwayat jatuh, keluhan
persyarafan biasanya akan terlihat bila sudah
mendadak lumpuh pada saat beraktivitas,
terjadi disfungsi neurologis. Keluhan yang sering
keluhan pada gastrointestinal seperti mual,
didapatkan meliputi : kelemahan anggota gerak
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,
sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
disamping gejala kelumpulan separuh badan
berkomunikasi, konvulsi (kejang), sakit kepala
atau gangguan fungsi otak yang lain, gelisah,
berat, nyeri otot, kaku kuduk, sakit punggung,
letargi, Lelah apatis, perubahan pupil,
tingkat kesadaran menurun (GCS<15), akral
pemakaian obat (sedative, antipsikotik,
dingin dan ekspresi rasa takut
perangsang saraf) dll.
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
LANJUTAN…
Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa
Riwayat penyakit dahulu, sangat penting dimensi yang memungkinkan perawatan untuk
melakukan pengkajian riwayat penyakit memperoleh persepsi yang jelas mengenai
dahulu dalam menggali permasalahan yang status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Suatu
mendukung masalah saat ini pada klien pemeriksaan mental kecil meliputi : penampilan,
dengan defisit neurologi. Pertanyaan perilaku, afek, suasana hati, lafal, isi dan
sebaiknya diarahkan pada penyakit yang kecepatan berpikir, persepsi, serta kognitif.
dialami sebelumnya yang kemungkinan
mempunya hubungan dengan masalah yang KEMAMPUAN KOPING NORMAL (untuk
timbul sekarang menilai respon emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan perubahan
Riwayat penyakit keluarga, anamnesis akan peran klien dan dampak dalam kehidupan
adanya riwayat keluarga yang menderita sehari-harinya)
hipertensi ataupun DM dapat memberikan
hubungan dengan beberapa masalah
PENGKAJIAN SOSIOEKONOMISPIRITUAL
disfungsi neurologis seperti masalah stroke
hemorragis dan neuropati perifer
PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGIS

Pada pemeriksaan fisik klien dengan gangguan neurologis secara umum biasanya
menggunakan Teknik peengkajian per-system, meliputi :
B1 BREATHING (pernafasan) B4 BLADDER (perkemihan)
B2 BLEEDING (kardiovaskular) B5 BOWEL (pencernaan)
B3 BRAIN (persyarafan) B6 BONE (musculoskeletal dan integumen)

SECARA UMUM PEMERIKSAAN FISIK PADA


SISTEM PERSYARAFAN DITUJUKAN
PENGKAJIAN TINGKAT KESADARAN
TERHADAP AREA FUNGSI UTAMA, YAITU :
• PENGKAJIAN FUNGSI SEREBRAL

PENGKAJIAN SARAF KRANIAL


• PENGKAJIAN SISTEM MOTORIK

PENGKAJIAN RESPON REFLEKS


• PENGKAJIAN SISTEM SENSORIK
PENGKAJIAN TINGKAT KESADARAN

TINGKAT KESADARAN DENGAN


RESPONSIVITAS TINGKAT KESADARAN MENGGUNAKAN GCS

Terjaga Normal
Sadar Dapat tidur lebih dari biasanya atau sedikit
bingung saat pertama kali terjaga, tetapi
berorientasi sempurna ketika bangun
Latergi Mengantuk tetapi dapat mengikuti perintah
sederhana ketika dirangsang
Stupor Sulit dibangunkan, tidak konsisten dalam
mengikuti perintah sederhana atau bicara
dengan frase pendek
Semikomat Gerak bertujuan ketika dirangsang tidak
osa mengikuti perintah atau berbicara keheranan
koma Dapat direspon dengan postur secara reflex
atau dapat tidak berespon pada setiap
stimulus
PENGKAJIAN FUNGSI SEREBRAL

Fungsi serebral yang tidak normal dapat menyebabkan gangguan dalam


komunikasi, fungsi intelektual, dan dalam pola tingkah laku emosional. Pemeriksaan
fungsi serebral secara ringkas mencakup :

FUNGSI INTELEKTUAL
STATUS MENTAL
Fungsi intelektual mencakup kegiatan
yang mencakup kemampuan untuk
berpikir secara abstrak dan
Secara ringkas, prosedur pengkajian status mental memanfaatkan pengalaman. Seluruh
klien dapat dilakukan sebagai berikut : otak ikut serta, saling berhubungan
1. Observasi penampilan klien dan tingkah dalam mengembangkan aktivitas
lakunya, dengan melihat cara berpakaian intelektual. Pengkajian fungsi
klien, kerapihan, dan kebersihan diri intelektual yang dilakukan adalah :
2. Observasi postur, sikap, Gerakan tubuh, mengingat atau memori, pengetahuan
ekspresi wajah dan aktivitas motoric umum, menghitung atau kalkulasi,
3. Observasi gaya bicara klien dan tingkat mengenal persamaan dan perbedaan,
kesadaran mempertimbangkan
LANJUTAN…

DAYA PIKIR Secara ringkas, pengkajian status


emosional klien yang dapat dilakukan
Priguna sidharta (1985), menjelaskan alam pikiran
perawat, meliputi :
atau jalan pikiran hanya dapat dinilai dari ucapan-
ucapannya. Kadang kala alam pikiran tersembunyi
dalam satu sikap yang tidak sewajarnya. Pengkajian
Apakah tingkah laku klien alamiah, datar, peka,
kemampuan berpikir klien dapat dilakukan selama pemarah, cemas, apatis, atau euphoria
wawancara.

Apakah alam perasaan klien berubah-ubah


STATUS EMOSIONAL secara normal atau iramanya tidak dapat diduga
dari gembira menjadi sedih selama wawancara

Status emosional klien dapat dinilai


dari reaksinya terhadap pertanyaan
yang diberikan perawat, respon klien Apakah tingkah laku klien sesuai denga kata-kata
atau isi dari pikirannya
terhadap tingkah laku orang-orang
disekelilingnya atau terhadap
keadaan dan perasaan fisik diri
Apakah komunikasi verbal klien sesuai dengan tampilan
sendiri komunikasi non-verbal
KEMAMPUAN BAHASA
1
Disfasia/ afasia, yaitu defisiensi fungsi Bahasa akibat 2 Disartria, yaitu kesulitan artikulasi.
lesi atau kelainan korteks serebri. Berikut ini dijelaskan Penyebab tersering dari disartria
beberapa jenis disfasia : adalah intoksitasi alcohol. Disartria juga
1. Disfasia reseptif (posterior), adalah suatu keadaan dapat disebabkan oleh penyakit
saat klien tidak dapat memahami Bahasa lisan atau sebelumnya, karena kehilangan
Bahasa tertulis. koordinasi yang menyebabkan bicara
2. Disfasia ekspresif (anterior), adalah suatu keadaan klien pelo, dan sering berbicara
saat klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat eksplosif atau bicara dengan kalimat
menjawab dengan tepat. terpenggal-penggal yang disebut
3. Disfasia nominal, adalah suatu keadaan saat klien scanning speech
tidak mampu menyebutkan nama benda tetapi
aspek-aspek lain dari fungsi klien normal. Semua Disfonia, yaitu kualitas suara yang 3
tipe disfasia menyebabkan kesulitan dalam berubah (parau) dengan volume yang
menyebutkan nama-nama benda. kecil akibat penyakit pada pita suara.
4. Disfasia konduktif, adalah suatu keadaan saat klien Kelainan ini disebabkan oleh penyakit
tidak dapat mengulangu kalimat-kalimat dan sulit laring (misalnya setelah infeksi virus atau
menyebutkan nama –nama benda, tetapi dapat tumor pita suara) atau kelumpuhan
mengikuti perintah. nervus laringeus rekuren.
PENGKAJIAN SARAF KRANIAL

PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL DIMULAI


DENGAN MENGATUR POSISI KLIEN
SEHINGGA DUDUK DITEPI TEMPAT TIDUR
BILA MEMUNGKINKAN, PERHATIKAN
KEPALA, WAJAH DAN LEHER KLIEN.
CATAT APAKAH TERDAPAT
HIDROSEFALUS ( KEPAKA DAN WAJAH
MENYERUPAI SEGITIGA TERBALIK) ATAU
AKROMEGALI.
LOBUS SEREBRAL FUNGSI GANGGUAN
Frontal  Penilaian • Gangguan penilaian
 Kepribadian bawaan • Gangguan penampilan dan kebersihan diri
 Keahlian mental kompleks • Gangguan afek dan proses berpikir
(abstrak, membuat konsep, • Gangguan fungsi motorik
memperkirakan masa depan)

 Memori pendengaran • Gangguan memori kejadian yang baru terjadi


Temporal  Memori kejadian yang baru • Kejang psikomotor
terjadi • Tuli
 Daerah auditorius primer yang • Konfubulasi
terjadi memengaruhi kesadaran

 Bicara • Afasia, Agrafia, Akalkulia, Agnesia


Parietal dominan  Berhitung (matematika) • Gangguan sensorik (bilateral)
 Topografi kedua sisi

• Disorientasi
Non-dominan  Kesadaran sensorik • Apraksia
 Sintesis ingatan yang kompleks • Distorsi konsep ruang
• Hilang kesadaran pada sisi tubuh yang
berlawanan
Oksipital
 Memori penglihatan • Kemampuan penglihatan
Saraf Kranial I

Saraf olfaktorius (saraf kranial I) menghantarakan rangsang bau menuju otak kemudian diolah lebih
lanjut.

Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang memiliki serabut yang berasal dari membarn
mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari tulang etmoid untuk bersinaps di bulbus
olfaktorius.

Saraf ini tidak di periksa secara rutin. Jika klien mengeluh tidak dapat membaui sesuatu (anosmia)
atau terdapat tanda-tanda lain yang menunjukkan kemungkinan lesi pada lobus frontal atau
temporal maka safar ini harus di periksa.

Teknik pemeriksaan di mulai dengan mata klien ditutup dan pada saat yang sama satu lubang
hidung di tutup, lalu klien diminta membedakan zat aromatis lemah seperti vanili, kolonye dan
cengkeh. Zat yang baunya tajam seperti amonia jangan digunakan karena zat tersebut dapat
mengganggu penciuman klien dan merangsang yang tajam ini terdeteksi oleh serabut sensorik dari
nervus kelima (trigeminus). Contoh penyakit pada hidung misalnya sinusitis, alergi dan infeksi
saluran pernapasan atas yang merupakan penyebab tersering kehilangan kemampuan untuk
menghirup.
Saraf optikus yang merupakan saraf sensorik murni yang
Saraf Kranial II dimulai di retina. Serabut-serabut safar ini melewati foramen
optikum dekat arteri oftalmika dan bergabung dengan nervus
dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma
optikum.

Tes ketajaman penglihatan

Tes ketajaman biasanya menggunakan tes sellen.


Pemeriksaan snellen di mulai dengan mendudukkan klien
ke kursi atau diatas tempat tidur. Gabungkan kartu
snellen setinggi kedudukan mata klien, pada jarak 6
meter dari klien. Oleh karena itu jarak tembok kamar
periksa jarang selebar 6 meter, maka biasanya kartu
snellen di gantung pada tembok yang di belakanang klien
dan klien di minta membaca kartu snellen di cermin yang
di gantung di tembok yang di hadapi klien sejauh 3 meter.
Tes konfrontasi

Tes ini menggunakan jari sebagai objek yang harus dilihat dalam
batas media penglihatan. Pemeriksa berdiri berhadapan dengan
klien yang duduk diatas tempat tidur periksa. Jarak antara mata
klien dan pemeriksa harus sejauh 30-40 cm. Untuk pemeriksaan
mata sebalah kanan, mata kiri klien di tutup begitupun
sebaliknya. Dengan dua jarinya yang digerak-gerakkan, tangan
pemeriksa memasuki medan penglihatan masing-masing. Saat
memasuki medan penglihatan ini, jari-jari pemeriksa harus tetap
berada di bidang yang sama jauhnya antara mata klien dan
mata pemeriksa. Klien harus memberitahukan apakah klien
melihat jari itu atau tidak.

Medan penglihatan pemeriksa di gunakan sebagai patokan


medan penglihatan yang normal. Di katakan penglihatan klien
normal bila mampu melihat jari-jari yang bergerak pada jarak
yang sama.
Pemeriksaan Fundus

Pemeriksaan fundus atau funduskopi di lakukan


dengan bantuan oftalmoskop. Dengan
oftalmoskop akan lebih mudah untuk
mengidentifikasi gambaran fundus dan kelainan-
kelainan di dalamnya.

Kelainan pada fundus dapat timbul lambat atau


cepat bergantung pada sifat dan lokalisasi
proses patologis. Peningkatan tekanan
intrakranial selanjutnya akan menyebabkan
terjadinya papiledema.
Papiledema adalah pembengakakan pada papil
yang bersifat tidak inflamasi dan berkaitan erat
sekali dengan tekanan intrakranial yang
meningkat dengan keutuhan daya penglihatan
yang masih dapat berlangsung cukup lama.
Tanda-tanda papiledema adalah hilangnya
cekungan di pusat papil, hiperemia, vena tidak
berpulsasi, dan perdarahan kecil yang berupa
garis.

Sedangkan papilitis ialah


pemengkakakn pada papil yang
bersifat inflamasi dan dengan cepat
menurunkan daya penglihatan.
Saraf Kranial III, IV
dan V

Saraf kranial III, IV dan v meliputi saraf okilomotorius, troklearis, dan


abdusens, Saraf ini bekerja sama dalam mengatur otot-otot ekstraokular
(EOM). Saraf okilomotorius berfungsi mengangkat kelopak mata atas dan
mempersarafi otot konstriktor yang mengubah ukuran pupil.

Persarafan EOM di periksa dengan meminta klien mengikuti gerakan


tangan atau pensil dengan mata bergerak ke atas,, kebawah, ke medial dan
lateral. Kelemahan otot pada mata diketahui jika mata tidak dapat mengikuti
gerakan pada arah tertentu.
Pemeriksaan Fungsi
dan Reaksi pupil

Pupil adalah lubang yang terdapat di pusat iris mata. Lubang itu dapat
mengembang dan menguncup seiring dengan aktivitas muskulus dilatator dan
muskulus sfingter pupil. Kedua otot itu adalah oto polos yang di persarafi oleh
serabut parasimpatetik (untuk muskulus sfingter pupilae) dan serabut
ortosimpatetik (untuk mukulus dilatator pupil). Diameter pupil ditentukan oleh
keseimbangan aktivitas parasimpatetik dan ortosimpatetik.

Pupil normal mempunyai diameter berkisar anatar 2 antara sampai 6 mm dengan


rata-rata diamter pupil adalah 3 setengah mm. Pupil yang sempi disebut miosis dan
pupil yang lebar disebut midriasis. Dalam keadaan nyeri, ketakutan dan cemas
akan terjadi midriasis, dan dalam keadaan tidur, koma yang salam, dan tekanan
intrakranial yang tinggi terjaadi miosis.
Pemeriksaan Gerakan Bola Mata

Terdapat 2 pemeriksaan yaitu

Volunter Involunter

Gerakan bola mata dilakukan oleh otot-otot okular Nistagmus merupakan suattu osilasi atau gerakan
yang diatur oleh saraf III, IV dan V. Dalam gerakan bola mata yang timbul secara spontan. Nistagmus
tersebut kedua mata bertindak sebgai organ sebagian besar adalah bilateral dan gerakannya
penglihatan yang tunggal, yang berarti bahwa hasil bersifat konjungat asosiatif atau diskonjungat.
penyerapan mata kedua sisi adalah Gerakan bola mata involunter ini dapat dianggap
suatupenglihatan yang tunggal. sebagai gerakan kompensatorik bola mata terhadap
Gerakan bola mata harus diatur oleh ketiga safar impuls-impuls abnormal dari pusat yang mengatur
ketiga saraf otak tersebuut agar proyeksi retina gerakan konjungat melalui nuklei vestibularis, yakni
terjadi pada tempat-tempat yang identik. Gerakan retina, otot okulat, leher dan alat-alat keseimbangan
istimewa tersebiut dikenal gerakan konjugat. seperti serebelum.
Pada pemeriksaan apabila bola mata kiri melirik Pemeriksaan nistagmus ini dimulai dengan kedua
kekiri, maka bola mata kanan melirik pada ke kiri mata dalam keadaan istirahat dan dipertahankan
secara sinkron, tanpa selisih dalam dalam arah dan pada garis tengah oleh keseimbangan tonus antara
kecepatan. Bila terdapat selisih pada sinkronisasi, otot okular yang berlawanan
maka kedua bola mata tidak lagi bertindak sebagai
organ visual yang tunggal, dan hasilnya ialah
penglihatan yang kembar atau diplopia.
Saraf Kranial V

Saraf trigeminus / saraf


kranial v terdiri atas serabut
sensorik dan serabut mootorik.
Nukleus motorik dan sensorik
untuk sensai raba terletak di
pons, nukleus propioseptif
terletak di mesensefalon.
Sedangkan nukleus yang
berhubungan dengan sensai
nyeri dan temperatur terletak
sepanjang batang otak sampai
medula spinalis servikal atas.
Pemeriksaan refleks Trigeminal

Dalam gerakan reflektorik, serabut saraf trigeminus


merupakan kompenen eferen dari busur refleks, dan yang
akan menjadi bahan infomasi refleks trigeminal adalah
refleks maseter atau refleks rahang bawah.

Pemeriksaan refleks Masester

Dimulai dengan klien diminta untuk sedikit membuka


mulutnya dan mengeluarkan suara “aaaaaaaaaaaaaa”.
Sementara itu pemeriksa menempatkan jri telunjuk
tangan kirinya di gari stengah dagu dan dengan palu
refleks di lakukan pengetukan dengan tangan kanan
pada jari telunjuk tangan kiri.
Refleks Kornea

Pemeriksaan yang sering di periksa oleh karena


banyak informasi yang diungkapkan. Teknik
pemeriksaan refleks kornea di mulai dengan
klien diminta melirik ke atas atau ke samping ,
agar mata jangan banyak berkedip jika kornea
hendak di sentuh oleh seutas kapas. Goresan
pada kornea dengan ujung seutas kapas pada
satu sisi membangkitkan kedipan kelopak mata
atas reflektorik secara bilateral. Komponen
aferen dan eferen busur refleks tersebut disusun
oleh sensorik dari refleks cabang oftalmikus dari
saraf v , sedangkan reflek mengedip diakibatkan
oleh intervasi nervus fasialis pada oto-otot
orbikularis okuli.
Saraf Kranial VII
Saraf kranial VII mempunyai fungsi sensorik
maupun fungsi sensorik. Saraf ini membawa
serabut sensorik yang menghantar persepsi
pengecapan bagian anterior lidah, dan Teknik pemeriksaan, terdapat 2 teknik
serabut motorik yang mempersarafi semua yaitu sebagai berikut :
otot ekpresi wajah, termasuk tersenyum, • Inspeksi adanya asimetris wajah
mengerutkan dahi, menyeringai dan
sebaginya. Kelumpuhan saraf VII dapat menyebabkan
penurunan sudut mulut unilateral, kerutan
dahi menghilang, dan lipatan nasolabial
mendatar. Namun apabila kelumpuhan
saraf fasialis bilateral wajah masih tampak
simetris.
LANJUT…

● Lakukan test kekuatan otot


● Klien diminta memandang ke atas dan mengerutkan dahi .
Tentukan apakah kerutan akan menghilang dan raba kekuatan
ototnya dengan cara mendorong kerutan ke bawah pada setiap
sisi. Gerakan ini tidak terganggu pada sisi lesi motor neuron atas
( lesi yg terjadi di atas tingkat nukleous batang otak ) karena
representasi kortikal dan otot otot ini adalah bilateral . Otot otot
ekspresi wajah lainnya biasanya terganggu pada sisi lesi motor
neuron atas karena representasi kortikal otot otot ini adalah
bilateral . Otot otot ekspresi wajah lainnya biasanya terganggu
pada sisi lesi motor neuron atas walaupun kadang muskulus
orbikularis okuli masih normal. Pada lesi motor neuron bawah,
semua otot otot eskpresi wajah terganggu pada sisi lesi.
Saraf kranial VIII

secara anatomi mempunyai 2 komponen yaitu :


1. Koklea : dengan serabut serabut aferen yang mengatur fungsi pendengaran.
2. Vestibulus : yang mengandung serabut serabut aferen yang mengatur fungsi
keseimbangan.
Saraf ini berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan dan menghantarkan
impuls yang memungkinkan seseorang mendengar, mempertahakan
keseimbangan merupakan fungsi bagian vestibularis sedangakn bagian
mendengar koklearis memerantarai pendengaran.
Pemeriksaan pendengaran :
Inspeksi : meatus akustikus ekstrenus ( lubang telinga ) klien untuk menentukan
adanya serumen atau obstruksi lainnya.
Tes pendengaran : tes yg dianjurkan adalah dengan memasukan satu jari
tangan ke dalam bagian telinga kotralateral klien dan lepaskan jari tangan ini
secara bergantian sambil membisikan sebuah angka pada telinga lainnya.
● Pemeriksaan fungsi vestibular
● Perawat dapat memeriksa fungsi vestibular dimulai dengan
mengkaji adanya keluhan pusing baik yang bersifat vertigo
maupun yang kurang jelas sifatnya.
● Pemeriksaan dimulai dengan mengobservasi sikap berdiri dan
sikap badan sewaktu bergerak . Dimanapun lokasi gangguan
vestibular setiap klien dengan gangguan keseimbangan
memperlihatkan abnormalitas umum.
● Pada gangguan funikulus dorsalis tes roberg dapat
mengungkapkan adanya gangguan mempertahankan sikap
tubuh sewaktu berdiri . Test romberg hanya dilakukan ketika
seseorang dapat berdiri tanpa bantuan.
SARAF KRANIAL IX DAN X
● Saraf ini secara anatomi dan fisiologi berhubungan erat. Saraf saraf
glosofaringeus mempunyai bagain sensorik yang menghantarkan
rangsangan pengecapan dari bagian posterior lidah , mempersarafi
sinus karotikus dan korpus karotikus dan mengatur sensasi faring.
● Saraf glosofaringeus merupakan saraf motorik utama bagi faring
yang memegang peranan penting dalam mekanisme menelan.
● Mekanisme menelan :
● Proses menelan dimulai dengan persiapan makanan yang ditelan
yaitu dikunyah ( saraf trigeminus ) dan makanan dipindah2 untuk
dapat dipecah dan digiling oleh gigi geligi kedua sisi. Kemudian
makanan didorong ke orofarings .
Saraf kranial XI dan XII

● Saraf aksesoris adalah saraf motorik yang secara anatomis


keluar dari sel sel kornu anterior medula spinalis C1 sampai
dengan C 5 .
● Fungsi ini dapat dinilai dengan memperhatikan adanya atrofi
otot sternokleidonmastoideus dan trapezius dan dengan
menilai kekuatan otot otot tsb.
● Saraf hipoglosus ( saraf kranial XII ) mengatur otot otot lidah .
Fungsi lidah normal penting untuk berbicara dan menelan .
Pengkajian sistem motorik
● Pemeriksaan ini meliputi inspeksi umum
( postur, grakan otot, gerakan abnormal,dan
kulit ) . Fasikulasi, tonus otot, kekuatan otot,
refles, koordinasi , dan keseimbangan .pada
pemeriksaan sisitem sensorik nilai persepsi
nyeri tempratur vibrasi dan motorik halus.
 Anggota Badan Atas, Secara umum pemeriksaan dimulai dari jabat tangan dengan
klien dan perkenalkan diri Anda. Klien yang tidak dapat melepaskan genggaman
tangannya merupakan tanda-tanda menderita miotonia (ketidakmampuan melemaskan
otot-otot setelah kontraksi volonter). Penyebab dari kelainan penyakit otot yang paling
sering ini adalah distrofia miotonika. Setelah melepaskan tangan dari genggaman klien
dan setelah melakukan inspeksi umum sekilas yang sangat penting, klien diminta
melepaskan pakaiannya sehingga lengan dan gelang bahu terbuka seluruhnya.

 Fasikulasi, Kelainan ini merupakan kontraksi bagian-bagian kecil dari otot yang tidak
reguler yang tidak mempunyai pola yang ritmis. Fasikulasi dapat bersifat kasar atau
halus dan terlihat pada waktu istirahat, tetapi tidak terjadi selama gerakan volunter. Jika
tidak ditemukan fasikulasi, ketuk otot brakioradialis dan biseps dengan dengan palu
reticks dan amati lagi. Tindakan ini dapat menstimulasi fasikulasi. Jika fasikulasi terjadi
bersama-sama dengan kelumpuhan dan atrofi maka fasikulasi menunjukkan degenerasi
dari LMN, Kelainan ini biasanya ringan jika tidak disertai tanda-tanda lain dari lesi
motorik. Penyebab-penyebab fasikulasi, meliputi penyakit saraf motorik, kompresi radiks
motorik, neuropati motorik (misalnya keganasan), miopatiakuisita (misalnya: polimiositis,
tirotoksikosis).
 Tonus Otot, Pada waktu  Kekuatan Otot
lengan bawah digerak- Kekuatan otot dinilai dari perbandingan antara kemampuan
gerakkan pada sendi siku pemeriksa dengan kemampuan untuk melawan tahanan otot
secara pasif, otot-otot volunter secara penuh dari klien. Untuk menentukan apakah
ekstensor dan fleksor lengan kekuatannya normal, maka umur klien, jenis kelamin, dan bentuk
membiarkan dirinya tubuh harus dipertimbangkan.
ditarik.dengan sedikit
tahanan yang wajar. Jika  Pengkajian refleks
semua unsur saraf Retfleks adalah respons terhadap suatu rangsang. Gerakan yang
disingkirkan dari otot timbal disebut gerakan reflektorik. Semua gerakan reflektorik
(denervasi), maka tahanan merupakan gerakan yang bangkit untuk menyesuaikan diri baik untuk
tersebut sama sekali lenyap. menjamin ketangkasan gerakan volunter maupun untuk membela diri.
Tahanan itu disebut sebagai Gerakan reflektonik tidak saja dilaksanakan oleh anggota gerak akan
tonus otot, yang merupakan tetapi setiap otot lurik dapat melakukan gerakan reflektorik. Selain itu
manifestasi dari resultan rangsangan tidak saja terdapat di permukaan tubuh, akan tetapi
gaya saraf (baik) motorik semua impuls perseptif dapat merangsang gerakan reflektorik,
maupun sensorik) yang termasuk impuls pancaindra. Setiap suatu rangsangan yang direspons
berada di otot dalam dengan gerakan, menandakan bahwa antara daerah yang dirangsang
keadaan sehat. dan otot yang bergerak secara reflektorik itu terdapat hubungan.
Lintasan yang menghubungkan reseptor dan efektor itu dikenal
sebagai busur refleks.
 Reseptor di kulit mendapat perangsangan. Suatu impuls dicetuskan dan
dikirim melalui serabut radiks dorsalis ke sebuah saraf di substansia grisca
medula spinalis. Atas kedatangan impuls tersebut, neuron itu merangsang
saraf motorik di kornu anterior, yang pada gilirannya menstimulasi serabut
otot untuk berkontraksi.
 Reseptos, serabut aferen, interneuron di substansia grisea, saraf motorik,
serta aksonnya berikut otot yang dipersarafinya merupakan busur refleks
yang segmental. Sebagian besar reticks spinal adalah reticks segmental
 Refleks-refleks yang melibatkan kegiatan pancaindra dan kebanyakan
refleks superfisial terjadi dengan perantara busur reticks segmental yang
dilengkapi juga dengan lintasan suprasegmental. Retleks-refleks yang
dibangkitkan dalam pemeriksaan klinis dapat bersifat refleks profunda dan
refleks superfisial. Refleks profunda berarti refleks terjadi sebagai respons
atas perangsangan terhadap otor, sedangkan refleks superfisial adalah
refleks yang terjadi akibat perangsangan permukaan kulit atau mukosa.
 Tendon terpengaruh langsung dengan palu retleks atau secara tidak
langsung melalui benturan pada ibu jari penguji yang ditempatkan merekat
pada tendon.
 Pemeriksaan reflekas profunda
Gerakan reflektorik yang timbul akibat perangsangan terhadap otot dapat dilakukan
dengan melakukan ketukan pada tendon, ligamentum, atau periosteum. Oleh karena
itu, refleks profunda disebut juga refleks tendon dan refleks periosteum. Hasil
pemeriksaan refleks tersebut merupakan informasi penting yang sangat menentukan.
Selain itu, posisi anggota gerak yang sepadan pada saat perangsangan dilakukan
harus sama. Oleh karena itu teknik untuk membangkitkan refleks tendon harus
sempurna. Pokok-pokok yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.

 Pemeriksaan refleks superficial


 Teknik Pengetukan. Palu refleks
tidak boleh dipegang secara
Retieks superfisial adalah gerakan retlektorik yang
keras. Gagang palu retleks
timbul sebagai respons atas stimulasi terhadap kulit
dipegang dengan ibu jari dan jari
atau makosa. Berbeda dengan refleks profunda,
telunjuk sedemikian rupa
refleks superfisial tidak saja mempunyai busur
sehingga palu dapat diayun
refleks yang segmental, melainkan mempunyai
secara bebas.
komponen supraspinal juga.
 Pemeriksaan refleks patologis

Refleks patologis adalah refleks-retleks yang tidak dapat dibangkitkan pada orang-
orang yang sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil. Kebanyakan merupakan
gerakan reflektorik defensif atau postural yang jika pada orang dewasa yang sehat
diatur dan ditekan oleh aktivitas susunan piramidal.

 Refleks plantar

Akan menimbulkan plantar fleksi kaki dan fleksi semua jari kaki pada
kebanyakan orang yang sehat. Respons yang abnormal terdiri atas ekstensi
serta pengembangan jari-jari kaki dan elevasi ibu jari kaki. Respons ini disebut
respons ekstensor plantar yang lebih dikenal dengan refleks Babinski positif

 Gerakan sekutu

Gerakan sekutu (associated movements) adalah gerakan tidak volunter dan


reflektorik yang selalu timbul pada setiap gerakan volunter. Gerakan-gerakan
tersebut mengatur sikap dan mengiringi gerakan volunter agar ketangkasan
dan efektivitas gerakan volunter lebih terjamin.
 Gerakan Tidak Volunter (Involunter)

Gerakan involunter merupakan • Tremor


gerakan yang tidak sesuai dengan
Tremor merupakan suatu gerakan yang tidak
kemauan, tidak dikehendaki, dan
dikehendaki dan tidak bertujuan yang terdiri atas satu
tidak bertujuan. Adapun gerakan
scri gerakan bolak balik secara ritmik sebagai
involunter yang sering dijumpai,
manifestasi kontraksi berselingan kelompok otot
meliputi gerakan tremor, " tie'.
yang fungsinya berlawanan. Istilah awam yang
spasmus, serta diskinesia dan
terkenal adalah gemetar.
distonia.

• Spasme
• Tic
Spasme adalah kejang otot setempat yang mengenai
'Tic' adalah istilah Prancis yang telah sekelompok atau beberapa kelompok otot yang timbul secara
sesuai dengan standar internasional. involunter. Adanya kejang otot disebabkan oleh gangguan otot
Tic' merupakan suatu gerakan otot atau karena gangguan saraf. Gangguan pada sistem
involunter yang berupa kontraksi otot persaratan bisa terjadi di tingkat perifer atau di pusat. Dalam
setempat, sejenak, namun berkali- klinik dikenal kejang otot yang dinamakan (1) kram
kali, dan kadang kala selalu serupa muskulorum, (2) spasme tetani, (3) spasme fasialis, (4) krisis
atau berbentuk majemuk. okulogirik,(5) singultus, dan (6) spasme profesi di antaranya
yang paling sering dijumpai adalah writer's cramp.
Pengkajian Sistem Sensorik
Sistem sensorik lebih kompleks dari system motoric karena medel dari system sensorik mempunya perbedaan tractus,
lokasi pada medulla spinalis. Pengkajian sensorik merupakan pengkajian subjektif, luas, serta membutuhkan kerja sama
klien. Penguji dianjurkan mengenali penyebaran saraf perifer yang berasal dari medulla spinalis . Didalam praktik klinis,
ada lima jenis sensibilitas (sensori) yang perlu diketahui perawat dan menjadi objek pemeriksaan. Adapun kelima jenis
sensasi itu adalah :

1. Sensasi Khusus atau Pancaindera, seperti


sensasi penciuman atau sensasi olfaktorik, sensasi 2. Sensasi eksteroseptif atau sensasi protopatik

visual, perasaan auditorik, pengencapan,gustatorik, a. Sensasi raba

dan sebagainya Hilangnya sensasi raba disebut anestesia.


Menurunnya sensasi raba dikenal sebagai
b. Sensasi nyeri
bipestesia. Sensasi raba secara berlebihan disebut
Hilangnya sensasi nyeri disebut analgesia. Berkurangnya
biperestesia.
sensasi nyeri disebut hipalgesia. Sensasi nyeri secara
berlebihan desebut hyperalgesia .
Lanjutan
3. Sensasi proprioseptif, yaitu sensasi gerak, getar, sikap, dan
c. Sensasi suhu tekan, sebagai eksteroseptif dan proprioseptif sering
Hilannya sensasi suhu disebut termoanetesia. diklasifikasikan juga sebagai stomatesia, yaitu sensasi yang
Berkurangnya sensasi suhu disebut bangkit akibat rangsangan sensasi dijaringan yang berasal
termobipestesia. Terasanya sensasi suhu secara dari somatopleura. Sensasi gerak dikenal juga sebagai
berlebihan disebut termobiperestesia . kinestesia, sensasi sikap dikenal juga sebgai statestesia,
d. Sensasi abnormal dipermukaan tubuh sensasi getar dikenal juga sebagai palestesia, sensasi tekan
Kesemutan disebut juga parestesia. Nyeri-panas- dikenal juga sebagai barestesia .
dingin yang terus menerus disebut sebagai 4. Sensasi diskriminatif atau sensasi multimodalitas, yaitu
disestesia-biperpasia. sensasi yang sekaligus memberikan pengenalan secara
banding.

Penurunan sensorik yang ada merupakan akibat dari neuropati perifer dan sesuai dengan keadaan anatomi yang
terganggu. Kerusakan otak akibat lesi yang luas mencakup hilangnya sensasi, yang memengaruhi seluruh sisi tubuh,
dan neuropati berhubungan dengan penggunaan alcohol dengan penyebaran seprti sarung tangan dan kaos kaki .
Pengkajian system sensori mencakup tes sensasi raba, nyeri superfisial, dan posisi rasa (propriosepsi).
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada sistempersarafan dilakukan untuk melengkapi pengkajian setelah
melakukan pengkajian umum dan pemeriksaan fisik system persarafan. Perkembangan teknologi
yang begitu cepat dengan semakin modernnya jenis-jenis alat pemeriksaan dalam penegakan
diagnosis perlu disikapi oleh perawat dengan turut mengenal jenis pemeriksaan terbaru dan menilai
seberapa jauh implikasi keperawatan yang akan diberikan pada klien.
1
Pemeriksaan diagnostic yang sering dilakukan untuk
penegakan diagnostic system persarafan tersebut,
meliputi foto rontgen, CT Scan, PET, MRI, Angiografi
serebral, 3 EEG, mielografi, elektroensefalografi,
lumbal pungsi dan pemeriksaan cairan
4
serebrospinal, serta pemeriksaan laboratorium klinik.
 Computed Tomography

 Foto Rontgen Computed tomography (CT) merupakan suara

Foto Rontgen polos tengkorak dan medulla Teknik diagnostic dengan menggunakan sinar

spinalis sering kali digunakan untuk sempit dari sinar-x untuk memindai kepala

mengidentifikasi adanya fraktur, dislokasi dan dalam lapisan yang berurutan. Bayangan

abnormalitas tulang lainnya, terutama dalam yang dihasilkan memberi gambaran potongan

penatalaksanaan trauma akut. Selain itu, foto melintang dari otak,dengan membandingkan

rontgen polos mungkin menjadi diagnostic bila perbedaan jaringan padat pada tulang kepala,

kelenjar pineal yang mengalami penyimpangan korteks, struktur subkortikal, danventrikel.

letak terlihat pda hasil foto rontgen, yang Gambaran yang jelas pada masing-masing

merupakan petunjuk dini tentang adanya SOL bagian atau “irisa” otak, pada bayangan akhir

(space Occupying lesion). merupakan proporsi dari derajat sinar-x


diabsorpsi. Bayangan ditunjukan pada
osiloskop atau monitor TV dan di foto.
LANJUTAN…  PET
Positron emission tomography ( PET) adalah Teknik pencitraan nuklir berdasarkan
computer yang dapat menghasilkan bayangan fungsi organ secara actual. Klien
menghirup udara gas radioaktif atau injeksi dengan zat raddioaktif yang
memberikan partikel bermuatan positif.

 MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) menggunakan medan magnetic untuk mendapatkan gambaran daerah
yang berbeda pada tubuh. MRI mempunyai potensial untuk mengidentifikasi keadaan abnormal srebral
dengan mudah dan lebih jelas dari tes diagnostic lainnya. MRI dapat memberikan informasi tentang
perubahan kimia dalam sel, juga membrikan informasi kepada dokter dalam memantau respons tumor
terhadap pengobatan. Pemindaian MRI tidak menyebabkan radiasi ion.
Pemindaian MRI memberikan gambaran grafik dari struktur tulang, cairan, dan jaringan lunak. MRI ini
memberikan gambaran yag lebih jelas tentang detail anatomi dan dapat membantu seseorang mendiagnosis
tumor yang kecil atau sindrom infrak dini.
 Angiografi Serebral

Angiografi Serebral adalah proses pemeriksaan


dengan menggunakan sinar-xterhadap sirkulasi
serebral setelah zat kontras disuntikkan kedalam
arteri yang dipilih. Angiografi Serebral adalah alat
yang digunakan untuk menyelidiki penyakit vascular,
aneurisma, dan malformasi arteriovena.
 Mielogram

Mielogram adalah sinar-x yang digunakan untuk melihat ruang


subaraknoid spinal dengan menyuntikan zat kontras atau udara ke
ruang subarakonoid spinal melalui pungsi spinal. Mielogram
menggambarkan ruang subaraknoid spinal dan menunjukkan adanya
penyimpangan medulla spinalis dan sakus dural spinal yang
disebabkan oleh tumor, kista, hernia diskus vertebral, atau lesi lain.
Elektroensefalografi (EEG) merekam aktivitas umum
elektrik diotak, dengan meletakan elektroda pada area
kulit kepala atau dengan menempatkan mikroelektroda Lumbal Pungsi dan Pemeriksaan
dalam jaringan otak. EEG adalah uji yang bermanfaat Cairan Serebrospinal (CSS)
untuk mendiagnosis gangguan kejang seperti epilepsi,
Lumbal Pungsi dilakukan dengan
dan merupakan prosedur pemindaian untuk klien koma, memasukan jarum ke dalam ruang
atau mengalami sindrom otak organik. EEG juga subarknoid untuk mengeluarkan CSS
bertindak sebagai indicator kematian otak, tumor, abses,
yang berfungsi untuk diagnostic atau
pengobatan. Tujuan memperoleh CSS
jaringan parut otak, bekuan darah, dan infeksi dapat adalah menguji, mengukur, dan
menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal menurunkan tekanan CSS menentukan
irama dan kecepatan. ada atau tidak adanya darah didalam
CSS, mendeteksi sumbatan
subrakanoid spinal dan pemberian
antibiotic intratekal yaitu kedalam kanal
spinal pada kasus infeksi.
 Pemeriksaan Laboratorium Klinik

Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan hal 4. Mengkaji drajat proses inflamasi


yang rutin untuk dilaksanakan sebagai media 5. Mengkaji kadar serum obat
untuk menonton reaksi pengobatan dan dampak 6. Mengkaji efek pengobatan (misalnya efek
klinis yang memerlukan penanganan lanjut. diuretic osmotic seperti mannitol )
Tujuan pemeriksaan laboratorium klinik sebagai 7. Menetapkan data dasar klien sebelum
berikut : intervensi terapeutik
1. Membantu menegakkan diagnosis berbagai 8. Skrining terhadap setiap abnormalitas. Oleh
macam penyakit serebral karena terdapat berbagai metode pengukuran
2. Melakukan control untuk klien yang yang berbeda , maka nilai normal dapat berbeda
mempunyai risiko tinggi mengalami penyakit antara satu tes laboratorium dengan tes lainnya.
serebral (misalnya pemeriksaan kolestrol 9. Menentukan hal-hal yang dapat memengaruhi
darah ). upaya intervensi (misalnya diabetes melitus,
3. Mengukur abnormalitas kimia darah yang gangguan keseimbangan elektrolit).
dapat memengaruhi prognosis klien gangguan
Thank You

Anda mungkin juga menyukai