Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita
semua sehingga saya bisa menyelesaikan tugas akhir ini. Sholawat beserta salam selalu tercurahkan kepada
Nabi kita Muhammad SAW. Beserta keluarga-Nya, sahabat-sahabat-Nya, dan kita selaku umat-Nya hingga
akhir zaman.
Saya menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena kemampuan dan pengalaman
saya yang masih ada dalam keterbatasan. Untuk itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun, demi perbaikan dalam tugas akhir ini yang akan datang.
Semoga tugas akhir ini bermanfaat sebagai sumbangsih penulis demi menambah pengetahuan terutama bagi
pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.
Akhir kata saya sampaikan terima kasih semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.
MASA AKHIR ORDE BARU
1. Munculnya Gerakan Reformasi
Gerakan ini pada awalnya hanya berupa demonstrasi di kampus-kampus besar. Namun mahasiswa akhirnya harus turun
tangan ke jalan karena aspirasi mereka tidak mendapatkan respon dari pemerintah. Gerakan reformasi tahun 1988
mempunyai enam agenda yaitu:
1) Suksesi kepemimpinan nasional
2) Amandemen UUD 1945
3) Pemberantasan KKN
4) Penghapusan dwifungsi ABRI
5) Penegakkan supremasi hukum
6) Pelaksanaan otonomi daerah
2. Faktor Pendorong Terjadinya Reformasi
a. Faktor Politik
1) Adanya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dalam kehidupan pemerintahan.
2) Adanya rasa tidak percaya kepada pemerintah Orde Baru yang penuh dengan nepotisme dan merajalelanya
korupsi.
3) Kekuasaan Orde Baru di bawah Soeharto otoriter tertutup.
4) Adanya keinginan demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5) Mahasiswa menginginkan perubahan.
b. Faktor Ekonomi
6) Adanya krisis mata uang rupiah.
7) Naiknya harga barang-barang kebutuhan masyarakat.
8) Sulitnya mendapatkan barang-barang kebutuhan pokok.
2. Faktor Pendorong Terjadinya Reformasi
Menjelang sidang umum MPR bulan Maret 1998 banyak tuntutan dari rakyat dan mahasiswa yang
menginginkan agar presiden Soeharto tidak lagi dicalonkan dan mencalonkan diri sebagai Presiden. Pada
pemilu tahun 1997 kembali dimenangkan oleh Golkar dan mencalonkan kembali Soeharto sebagai Presiden.
Dengan terpilihnya kembali Soeharto ternyata tidak menimbulkan dampak positif bagi perekonomian Indonesia,
bahkan memperarah gejolak krisis dan muncul silih berganti aksi mahasiswa yang menyuarakan tuntutan
gerakan reformasi. Pada Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai bergerak menggelar demonstrasi
dan aksi keprihatinan yang menuntut turunnya harga sembako, penghapusan KKN, dan Soeharto turun dari
kursi kepresidenan.
Puncaknya pada tanggal 12 Mei 1998 di Universitas
Trisakti dalam aksi unjuk rasa mahasiswa, terjadi
bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan
tertembaknya empat mahasiswa hingga meninggal, serta
puluhan mahasiswa lainnya mengalami luka-luka.
Keempat mahasiswa yang meninggal tersebut kemudian
diberi gelar sebagai pahlawan Reformasi. Pada tanggal 8
Mei 1998 seorang mahasiswa dari Yogyakarta bernama
Mosess Gatotkaca juga tewas dalam sebuah bentrokan
dengan aparat keamanan sewaktu melakukan aksi
menuntut mundurnya Presiden Soeharto. Sebagai
dampak dari peristiwa berdarah Tragedi Trisakti, pada
tanggal 13-14 Mei 1998 di Jakarta dan sekitarnya terjadi
kerusuhan massal dan penjarahan yang mengakibatkan
lumpuhnya kegiatan masyarakat.
Setelah peristiwa Trisakti dan kerusuhan massal tersebut, muncul gerakan mahasiswa yang berpusat di
Jakarta untuk mulai melakukan aksi yang lebih besar. Para mahasiswa mengarahkan perhatian utama kepada
wakil-wakil rakyat di DPR/MPR Republik Indonesia. Kemudian mahasiswa berdatangan ke gedung
DPR/MPR Republik Indonesia dan menuntut agar segera dilakukan sidang istimewa (SI) MPR dan
pencabutan mandat MPR kepada Presiden Soeharto.
Kelompok-kelompok mahasiswa sejak tanggal 18 Mei dari berbagai universitas berdatangan untuk
menduduki Gedung DPR/MPR Republik Indonesia. Keputusan untuk menggelar SI MPR ini merupakan
puncak aspirasi mahasiswa yang juga mewakili rakyat Indonesia untuk menurunkan Soeharto dari kursi
kepresidenan yang telah dijabatnya selama 32 tahun.
Pada tanggal 19 Mei 1998, Presiden Soeharto mengundang sembilan tokoh masyarakat ke Istana Merdeka, yaitu:
1. Nurcholis Madjid
2. Abdurrahman Wahid
3. Emha Ainun Nadjib
4. Alie Yafie, Malik Fajar
5. Choilil Baidlowi
6. Sutrisno Muhdam
7. Ma’ruf Amin
8. Ahmad Bagdja
9. Yusril Ihza Mahendra
Agendanya adalah membahas segala kemungkinan penanganan krisis negara. Dalam pertemuan dicapai kesepakatan
untuk membentuk suatu badan yang dinamakan Komite Reformasi yang bertugas untuk menyelesaikan UU
kepartaian, UU Pemilu, UU Susunan dan Kedudukan MPR/DPR serta DPRD, UU Antimonopoli, UU Antikorupsi,
dan lain-lain. Dalam pertemuan tersebut, juga disepakati bahwa Presiden Soeharto akan melakukan reshuffle Kabinet
Pembangunan VII dan mengubah nama susunan kabinet menjadi Kabinet Reformasi,
Pada pukul 16.45 WIB, terjadi pertemuan antara perwakilan mahasiswa dan pimpinan MPR/DPR di lantai 3
Gedung MPR/DPR. Dalam pertemuan tersebut, mahasiswa memberikan batas waktu pengunduran Soeharto
hingga hari Jum’at, 22 Mei 1998. Apabila tidak ada kepastian lebih lanjut, maka pada Senin tanggal 25 Mei
1998 pimpinan DPR akan mempersiapkan Sidang Istimewa MPR. Puncak aksi di Gedung MPR/DPR pada
tanggal 21 Mei 1998. Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya dari posisi presiden Republik
Indonesia. Dengan disaksikan oleh ketua dan anggota Mahkamah Agung, di Credential Room Istana Negara
Jakarta, Soeharto mengakhiri jabatannya sebagai Presiden selama 32 tahun.
Naskah pengunduran diri Soeharto ditulis oleh Yusril Ihza Mahendra yang berjudul, “Pernyataan Berhenti
Sebagai Presiden Republik Indonesia.” sesuai dengan pasal 8 UUD 1945 yang berbunyi, “Jika presiden
mangkat, berhenti, dan diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajbannya dalam masa jabatannya, ia
digantikan oleh wakil presiden sampai habis masa jabatannya.”
Maka setelah pengunduran diri Soeharto, Mahkamah Agung langsung melantik Presiden Bacharuddin Jusuf
Habibie sebagai presiden Republik Indonesia yang baru. Sejak saat itu, presiden RI yang ke 3 dijabat oleh B.J.
Habibie. Momentum turunnya Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 tersebut mengakhiri pemerintahan Orde Baru
yang telah berkuasa selama 32 tahun.
MASA REFORMASI
PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI
• Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$ 70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$
1.000
• Sukses transmigrasi
• Sukses KB (Keluarga Berencana)
• Sukses memerangi buta huruf
• Sukses swasembada pangan
• Pengangguran minimum
• Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
• Sukses Gerakan Wajib Belajar
• Sukses Gerakan Nasional Orang Tua Asuh
• Sukses keamanan dalam negeri
• Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia
• Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri
• Lebih terbukanya kesempatan untuk menjadi presiden RI
DAMPAK NEGATIF REFORMASI
• Semaraknya KKN
• Banyaknya praktek “money politic” yang semakin terang-terangan
• Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan antara pusat dan
daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar dialokasikan ke pusat
• Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan
Papua
• Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigrasi yang memperoleh tunjangan pemerintah
yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya
• Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan si miskin)
• Adanya segelintir orang yang menguasai sumber daya alam tertentu yang menyebabkan tidak meratanya
kemakmuran
• Pelanggaran HAM kepada masyarakat non pribumi (terutama masyarakat Tionghoa)
• Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan
PENUTUP
Proses kejatuhan Orde Baru telah tampak ketika Indonesia mengalami dampak langsung dari krisis ekonomi
yang melanda negara-negara di Asia. Ketika krisis ini melanda Indonesia, nilai rupiah jatuh secara drastis,
dampaknya terus menggerus di segala bidang kehidupan, mulai dari bidang ekonomi, politik, dan sosial. Tidak
sampai menempuh waktu yang lama, sejak pertengahan tahun 1997, ketika krisis moneter melanda dunia, bulan
Mei 1998, Orde Baru akhirnya runtuh. Krisis moneter membuka jalan bagi kita menuju terwujudnya kehidupan
berdemokrasi yang sehat, yang selama ini terkurung oleh sistem kekuasaan Orde Baru yang serba menguasai
semua sisi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Reformasi lahir sebagai reaksi langsung terhadap krisis ekonomi yang melanda Indonesia sekaligus adanya
tuntutan untuk terjadinya perubahan-perubahan di Indonesia dalam berbagai bidang. Selama masa reformasi
hingga kini, berbagai pembaharuan nyatanya memang terjadi. Pemilu misalnya, berlangsung lebih demokratis.
Pembaharuan di bidang huku juga terjadi. Desentralisasi berlangsung, dan gerakan separatis GAM bisa diakhiri.
Terhitung sejak bergantinya Orde Baru ke era Reformasi, hingga Pemilu tahun 2014 ada 4 tokoh yang menjadi
presiden RI: Bacharuddin Jusuf Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, dan Susilo Bambang
Yudhoyono.
LAMPIRAN
Gonggong, Anhar dan Musya Asy’arie (ed). 2005. Sketsa Perjalanan Bangsa Berdemokrasi. Jakarta:
Departemen Komunikasi dan Informatika.
Lane, Max. 2012. Malapetaka di Indonesia: Sebuah Esei Renunagn Tentang Pengalaman Sejarah Gerakan
Kiri. Terj. Chandra Utama. Yogyakarta: Djaman Baroe.
Prawiro, Radius. 2004. Pergulatan Indonesia Membangun Ekonomi, Pragmatisme dalam Aksi (edisi revisi).
Jakarta: Primamedia Pustaka.
Ricklefs, Mc. 2010. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Suasta, Putu. 2013. Menegakkan Demokrasi Mengawal Perubahan. Jakarta: Lestari Kiranatana.