Pengertian Tauhid Kata “tauhid” (arab: )ت وحيد, secara bahasa, adalah kata benda (nomina) yang berasal dari perubahan kata kerja wahhada–yuwahhidu(arab: )وح د – ي وحد, yang bermakna ‘menunggalkan sesuatu’. Sedangkan berdasarkan pengertian syariat, “tauhid” bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah (arab: )ا لربوبية, uluhiyah(arab: )ا أللوهية, dan asma’ wa shifat (arab: )ا ألسماء وا لصفات.[1] Tauhid Rububiyah Mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam hal perbuatan-Nya, seperti: mencipta, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan, mendatangkan bahaya, memberi manfaat, dan perbuatan lain yang merupakan perbuatan-perbuatan khusus Allahsubhanahu wa ta’ala. Seorang muslim haruslah meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidak memiliki sekutu dalam rububiyah-Nya. Tauhid Uluhiyah Mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam jenis-jenis peribadahan yang telah disyariatkan, seperti: salat, puasa, zakat, haji, doa, nazar, menyembelih, rasa harap, cemas, takut, dan jenis ibadah lainnya. Mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam hal-hal tersebut dinamakan “tauhid uluhiyah”. Tauhid Asma’ Wa Sifat Menetapkan nama-nama dan sifat-sifat untuk Allah subhanahu wa ta’ala, sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Allah untuk diri-Nya maupun yang telah ditetapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta meniadakan kekurangan-kekurangan dan aib-aib yang ditiadakan oleh Allah terhadap diri-Nya, dan segala yang ditiadakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam(terhadap diri Allah). Inti Tauhid Muhammad bin Abdullah Al-Habdan menjelaskan bahwa tauhid itu hanya akan terwujud dengan memadukan antara kedua pilar ajaran tauhid, yaitu penolakan (nafyu, arab: )ا لنفيdan penetapan (itsbat, arab:)ا إلثبات. “La ilaha” adalah penafian/penolakan, maksudnya: kita menolak segala sesembahan selain Allah. Sedangkan “illallah” adalah itsbat/penetapan, maksudnya: kita menetapkan bahwa Allah saja yang berhak disembah. Konsekwensi
Manakala seseorang meyakini bahwasanya
hanya Dia (Allah subhanahu wata’ala) yang memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang maha sempurna, maka itu mengharuskan dia untuk mengimani tauhid uluhiyah. Mengharuskan dia untuk menyerahkan segenap ibadahnya kepada Allah subhanahu wata’ala. Tidak Bisa Meninggalkan Salah Satunya
Tauhid rububiyah semata belum cukup untuk
menyelamatkan seseorang dari status musyrik dan belum cukup untuk menyelamatkan seseorang dari adzab Allah kelak di akhirat. Untuk selamat di akhirat dia seseorang harus beriman dengan tauhid uluhiyah. Manakala dia beriman kepada tauhid rububiyah dan tauhid asma wa sifat saja namun dia masih mempersembahkan ibadah kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala maka dia belum disebut sebagai orang yang bertauhid atau orang yang beriman sepenuhnya dengan laa ilaaha illallaah. Tugas Seluruh Rosul هَّللا وادُ ب ُ ْاع ن َ أ اًل ُو س ر َ ٍ ة م َّ ُ َو َل َق ْد َب َع ْث َنا ِفي ُك ِّل أ َ ِ َ الطا ُغ وت َّ َواجْ َت ِنبُوا Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (An-Nahl: 36).