Anda di halaman 1dari 17

TEKNIK PEMERIKSAAN

APENDISITIS
Annisa Mahfuyana (19002006)
Badriyah Juwita (19002008)
Defi Aprilia (19002011)
Fadhil Hilal M (19002015)
Febi Ernanda (19002016)
Kevin Pratama (19002022)
M. Dandi (19002028)
Putri Erindah (19002044)
Putri Ramayuri (19002045)
Qurruta’ayun (19002046)
Tiara Suci P (19002055)
DEFINISI
Apendicografi adalah suatu
pemeriksaan radiografi pada bagian
apendiks dengan menggunakan sinar-
x dan bantuan media kontras positif
untuk menegakkan Diagnosa.

Pemeriksaan radiografi dari


appendiks vermiformis dengan
pemasukan bahan kontras positif
melalui mulut (per oral).

Tujuan : Untuk memperlihatkan


atau menilai kelainan-kelainan yang
terjadi pada appendiks vermiformis
melalui pengisian bahan kontras ke
dalam lumen appendiks .
ANATOMI
Apendiks adalah lumen panjang (±
10 cm) yang terbentang dari tepi
bawah posteromedial sekum.
Lumennya sempit di bagian
proksimal dan melebar di bagian
distal.

Apendisitis dapat bersentuhan


dengan peritoneum parietal dalam
pelvis, retroileal atau retrokolon.
Posisi yang tersembunyi
menyebabkan perubahan manifestasi
klinis apendisitis.

Macam-macam letak appendix :


retrocaecalis, retroilealis, pelvicum,
postcaecalis, dan descendentis
FISIOLOGI
 Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari.
 Lendir itu normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya
mengalir ke sekum.
 Imunoglobulin yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid
tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks,
ialah IgA.
KLARIFIKASI
Adapun klasifikasi dari apendisitis terbagi atas dua, yaitu :
1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau
segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur
lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah
bertumpuk nanah.

2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis


atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal.
Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring,
biasanya ditemukan pada usia tua(Defa Arisandi, 2008).
PATOLOGI
Appendisitis merupakan peradangan apendiks yang
mengenai semua lapisan dinding organ tersebut. Dapat
dimulai di mukosa dan kemudian meliputi seluruh lapisan
dinding appendiks dalam waktu 24 – 48 jam pertama.

Mula – mula disebabkan sumbatan lumen

Penyumbatan pengeluaran sekret mukus mengakibatkan


oklusi end artery apendikularis

Bila keadaan ini dibiarkan terus menerus biasanya


mengakibatkan nekrosis, gangren dan perforasi.
EPIDEMOLOGI
 Insidens apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara
berkembang, namun dalam tiga-empat dasawarsa terakhir menurun
secara bermakna. Kejadian ini diduga disebabkan oleh meningkatnya
penggunaan makanan berserat dalam menu sehari-hari.
 Insiden pada lelaki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada
umur 20-30 tahun, insiden lelaki lebih tinggi. Apendisitis dapat
ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun
jarang dilaporkan, mungkin karen tidak diduga. Insidens tertinggi pada
kelompok 20-30 tahun lalu menurun.

Apendisitis akut merupakan infeksi bacteria. Berbagai hal


ETIOLOGI
berperan sebagai faktor pencetusnya.
1. Sumbatan lumen appendiks
2. Hiperplasia jaringan limfoid
3. Fekalith
4. Tumor appendiks
5. cacing askaris
6. Parasit E. Histolotika
7. Konstipasi
GAMBARAN KLINIS

Nyeri perut mulai dari epigastrium dan kemudian beralih


ke kuadran kanan bawah abdomen.

Nyeri bisa seperti pada seluruh abdomen, ini seperti tanda


perforasi.

Titik Mc burney berlokasi pada sepertiga lateral garis antara


spina iliaka anterior superior dan umbilikus.
DIAGNOSIS APENDISITIS
A. Gejala-gejala
1. Rasa sakit di daerah epigastrium, daerah periumbilikus, di seluruh
abdomen atau di kuadran kanan bawah. Ini merupakan gejala-
gejala pertama. Rasa sakit ini samar-samar, ringan sampai
moderat, dan kadang-kadang berupa kejang. Sesudah 4 jam
biasaya rasa nyeri itu sedikit demi sedikit menghilang kemudian
beralih ke kuadran bawah kanan dan disini rasa nyeri itu menetap
dan secara progresif bertambah hebat, dan semakin hebat apabila
pasien bergerak.
2. Anoreksia, mual dan muntah yang timbul selang beberapa jam
sesudahnya merupakan kelanjutan dari rasa sakit yang timbul
permulaan.
3. Gejala-gejala lain adalah demam tidak tinggi dan konstipasi.
4. Bayi yang mengalami apendisitis gelisah, mengantuk dan
anoreksia.
5. Mereka yang sudah lanjut usia gejala-gejalanya tidak senyata
mereka yang lebih muda. 2.6.2.
DIAGNOSIS APENDISITIS
b. Tanda-tanda
1. Tanda-tanda yang paling penting adalah nyeri tekan di daerah
kuadran kanan bawah. Nyeri tekan mungkin ditemukan juga di
daerah panggul sebelah kanan kalau apendiks terletak retrorektal.
Rasa nyeri pada pemeriksaan rectum dan vagina ditemukan
didaerah rektum apabila terjadi apendisitis pelvis. Kalau letak
apendiks itu lain dari yang lain, maka rasa nyeri mungkin terlatak
di tempat lain.
2. Tanda-tanda lain adalah demam(kurang dari 38°C), kekuan otot,
nyeri tekan dan nyeri lepas, nyeri alih, dan tanda-tanda psoas
serta obturator positip.
3. Bayi mungkin membutuhkan sedasi. Terdapat nyeri lokal. Pada
mereka yangsudah lanjut usia rasa nyeri mungkin tidak nyata,
dan lebih dapat menimbulkan salah duga yang menyesatkan.
Pada wanita hamil rasa nyeri terasa lebih tinggi di daerah
abdomen dibandingkan dengan biasanya.
INDIKASI dan KONTRADIKSI

a. Indikasi

• Appendisitis akut
• Appendisitis kronis
• Benda asing
• Hiperplasi folikel ( pembesaran jaringan limfoid yang
dapat mengakibatkan teradinya radang appendiks)
• Tumor

b. Kontraindikasi

• Apabila diduga terjadi perforasi pada appendiks


PERSIAPAN ALAT dan BAHAN

1. Pesawat sinar-X + Fluoroskopi


2. Meja pemeriksaan dengan grid
3. Kaset dan film 30 x 40 cm2
4. Gelas dan tempat mengaduk media kontras
5. Marker
6. Gonad shield
7. Spuit
8. Sarung tangan
9. Kateter
10.Apron
11. Barium Sulfat dan air dengan perbandingan 1: 4 sampai 1:
8
PERSIAPAN PASIEN
1. Tanyakan riwayat alergi terhadap iodium maupun barium.
2. Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan saat ini.
3. Apabila pasien wanita dalam usia produktif, tanyakan apakah pasien
sedang hamil atau tidak ?
4. 48 jam sebelum pemeriksaan, pasien dianjurkan makan makanan lunak
tidak berserat misalkan bubur kecap.
5. 12 jam atau 24 jam sebelum pemeriksaan, pasien diberikan 2/3 dulkolac
untuk diminum.
6. Pagi hari pasien diberi dulkolac supositoria melalui anus atau dilavement.
7. Jangan lupa pasien disarankan agar banyak minum untuk
memaksimalkan pembersihan kolon.
8. 4 jam sebelum pemeriksaan pasien harus puasa hingga pemeriksaan
berlangsung.
9. Pasien dianjurkan tidak banyak bicara dan tidak merokok untuk
mengurangi udara di dalam usus.
10. Penandatanganan informed consent.Dapat dilakukan :
- Secara oral
- Ecara anal
TEKNIK PEMERIKSAAN APENDICOGRAPHY
Proyeksi Pemeriksaan
a. Prone
b. Supine
c. Oblique

1. Pemeriksaan appendicography (Proyeksi AP/PA)


a. Posisi Pasien : Supine diatas meja Pemeriksaan
b. Posisi Objek : 1. Atur MSP pada pertengahan meja pemeriksaan
2. Atur pertengahan kaset pada pertengahan MSP
setinggi krista iliaca.
3. Atur pelvis agar tidak terjadi rotasi
c. Central Ray : Vertikal/tegak lurus terhadap kaset
d. Central Point : Pertengahan MSP setinggi krista iliaca.
e. FFD : : 100cm
TEKNIK PEMERIKSAAN APPENDICOGRAPHY

f. Hasil Radiograf :

g. Kriteria :
1. Colon bagian transversum harus diutamaka terisi barium.pada
posisi PA dan terisi udara pada posisi AP dengan teknik double
contrast.
2. Seluruh luas usus harus nampak termasuk flexure olic kiri.
TEKNIK PEMERIKSAAN APPENDICOGRAPHY

2. Pemeriksaan appendicography (Proyeksi RPO)


a. Posisi Pasien : Supine diatas meja Pemeriksaan
b. Posisi Objek : 1. Obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc.
Xypoideus, Batas Bawah: Simp.pubis
2. Tubuh dirotasikan ke kanan 35-45 derajat terhadap
meja, tangan kanan untuk bantal, tangan kiri menyilang
didepan tubuh dan kaki kanan lurus, kaki kiri ditekuk untuk
fiksasi
3. Atur pelvis agar tidak terjadi rotasi
c. Central Ray : Vertikal/tegak lurus terhadap kaset
d. Central Point : 1 – 2 inchi ke kiri dari titik tengah kedua Krista iliaka 
e. FFD : : 100cm
 
TEKNIK PEMERIKSAAN APPENDICOGRAPHY
K
f. Hasil radiograf

g. Kriteria :
1. Seluruh kolon,
2. Fleksura lienalis sedikit superposisi dibanding PA,
3. Colon descenden
THANK YOU
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai