Anda di halaman 1dari 25

CATAHU 2020

“BANGKITNYA REZIM OTORITARIAN DI


TENGAH PANDEMI COVID-19”
SISTEMATIKA CATAHU 2020
• Bagian I : Layanan Bantuan Hukum LBH Surabaya
• Bagian II : Kondisi Hak Asasi Manusia dalam Bidang Perburuhan
• Bagian III : Kondisi Hak Asasi Manusia dalam Bidang Tanah dan
Lingkungan
• Bagian IV : Kondisi Hak Asasi Manusia dalam Bidang Miskin Kota
• Bagian V : Kondisi Hak Asasi Manusia dalam Bidang Hak Sipil
dan Politik
• Bagian VI : Kasus Kekerasan Thd Perempuan dan Anak
• Bagian VII : Penyelenggaraan Bantuan Hukum di Jawa Timur
• Bagian VIII : Rekomendasi
JUMLAH KASUS
10 TAHUN LAYANAN BANTUAN HUKUM
600

500 483

422 423 422


400 388
377

329 335 336


318
JUMLAH KASUS
300

200

100

0
[2011] [2012] [2013] [2014] [2015] [2016] [2017] [2018] [2019] [2020]

• Per 1 Desember 2020 kasus masuk 336 kasus menurun


dari tahun lalu karena pandemi Covid-19
Sebaran Penerima Manfaat
• Sebagian besar masyarakat yang datang ke LBH
Surabaya adalah warga Kota Surabaya sebanyak
57,58% atau sebanyak 243 orang, selebihnya adalah
warga selain warga Surabaya yang tersebar di provinsi
Jawa Timur, yaitu disusul Kabupaten Sidoarjo sebanyak
21 orang dan bahkan ada dari luar provinsi Jawa Timur.
• Penerima manfaat dari layanan bantuan hukum yang
diberikan oleh LBH Surabaya sepanjang Tahun 2020
adalah sebanyak 2.133 orang yang terdiri dari klien
sendiri, keluarga klien dan individu/kelompok masyarakat
yang diwakili oleh klien
PENDIDIKAN KLIEN
PENDIDIKAN

Tamat Strata II; 5 Tamat Strata III; 4 Tidak/Belum Sekolah; 1 Tidak Tamat SD/Sederajat; 5
Tamat SD/Sederajat; 18
Tamat SLTP/Sederajat; 27

Tamat Strata I/Diploma IV; 102

Tamat SLTA/Sederajat; 145

Tamat Akademi/Diploma III/S. Muda; 18

Tamat Diploma I/II; 11

• Tingkat pendidikan masyarakat yang datang ke LBH Surabaya sepanjang


2020, sebagian besar berpendidikan terakhir SLTA, yakni sebanyak 145
orang atau sebesar 45,61%.
PEKERJAAN KLIEN
PEKERJAAN
140 131

120

100

80

60 50 52
Jumlah

40
23 23 25

20 10
4 3 6
2 1 2 2 1
0
rja ga a n s u pi
r ng n il ta N D ta a
ke ng isw bu pa at ga na Sip was M M as ny
e a s e Le B So a iu i U U w in
B T
ah
a ek n ng d ns er S B B
ira
s La
ak ah M i/P a ria u ka Pe Pe Neg an w an w an
i d um jar/ n T w W
/T ta H ai ya ya ya
m sR la Pe r uh aw K ar K ar Kar
lu u e g
Be gu
r P Bu Pe
en
M

• Pekerjaan masyarakat yang datang ke LBH Surabaya sepanjang Tahun


2020 sebagian besar adalah Buruh, yakni sebanyak 131 orang
PENGHASILAN KLIEN
PENGHASILAN
100
90 87 86
80 78

70 68

60
50
40
30
20
10 7 7
2 1
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0
5 00 0 00 0 00 0 00 0 00 00 00 00
p 1, 3, 7, 9, ,0 ,0 ,0
>R p p p p 11 15 50
=/ >R >R >R >R >R
p
>R
p
>R
p
sd =/ =/ =/ =/ =/ =/ =/
0 sd sd sd sd sd sd sd
Rp 00
0
00
0
aya 00
0 0 0 0
0, 0, ra
b 0, 00 00 00
50 00 00 0, 0, 0,
2, Su 8, ,0
0
,0
0
,0
0
Rp K
10 14 16
Rp UM Rp
Rp Rp Rp

• Sebagian besar dari masyarakat yang meminta layanan bantuan hukum adalah
memiliki penghasilan di bawah UMK Kota Surabaya yaitu sebesar 64,00%.
Artinya, masyarakat yang datang ke LBH Surabaya masih Sebagian besar
adalah masyarakat miskin yang berpenghasilan dibawah UMK Kota Surabaya.
PROPOSISI KASUS
JENIS MASALAH HUKUM
Tata Usaha Negara
11
3%
Pidana; 109; 33%

Perdata; 217; 66%

• Sepanjang 2020, ada 3 (tiga) kasus yang menonjol yang dibawa ke LBH
Surabaya oleh masyarakat Jawa Timur, yakni: (1) Kasus Perdata 217
kasus; (2) Kasus Pidana 109 kasus; (3) Kasus Tata Usaha Negara 11
kasus.
KASUS PERDATA
KASUS PERDATA
50
45
45 42
40
35 31
30
30 26
25
20 18 16
15
10 Jumlah
10
3 4
5 2 2 2
0

• kasus perburuhan atau hubungan industrial selalu menjadi kasus yang terbanyak diadukan atau dikonsultasikan ke LBH
Surabaya, hal ini yang membuktikan jika masih banyak nya relasi timpang antara buruh dan pengusaha.
• Kasus terbanyak kedua adalah kasus hutang piutang kebanyakan dipengaruhi oleh permasalahan ekonomi yang tiba-
tiba mengalami masalah tanpa dapat diperhitungkan sebelumnya.

0
5
10
15
20
25

1
Memberikan Sumpah/Keterangan Palsu

4
Pemalsuan Surat

1
Kejahatan mengenai Asal-usul dan Perkawinan
7

Kejahatan Kesusilaan (Pemerkosaan, Pelecehan Seksual dan Pencabulan)


5

Penganiayaan
2

Kealpaan/Kelalaian yang Menyebabkan Mati atau Luka-luka


3

Pencurian
3

Pemerasan dan Pengancaman

Penggelapan
15

Penipuan
17

Pelanggaran mengenai Tanah, Tanaman dan Pekarangan


1

Tindak Pidana Lingkungan Hidup/Kehutanan/Kelautan


3

Tindak Pidana Korupsi/Pencucian Uang


1

Tindak Pidana Narkotika/ Psikotropika


KASUS PIDANA

Tindak Pidana KDRT


3

Tindak Pidana terhadap Anak


1

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


KASUS PIDANA
3

Informasi dan Transaksi Elektronik


1

Penghalang-halangan penyampaian pendapat di muka umum


1

Kejahatan Perjudian
2

Pembunuhan

Lain-lain
22

sehingga masyarakat banyak yang menjadi korban penipuan dan penggelapan.


Hal ini tidak terlepas dari banyaknya kurangnya pemahaman hukum masyarakat
Dalam kasus pidana, pada tahun 2020 permasalahan yang banyak diadukan atau
Jumlah

dikonsultasikan ke LBH Surabaya adalah permasalahan penipuan dan penggelapan.


KASUS TUN
KASUS TUN

2 2

2
1.8
1.6
1.4
1.2
Jumlah
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

Tanah & Perumahan


Kepegawaian
KASUS PELANGGARAN HAM
ISU HAM
Kriminalisasi/Rekayasa Kasus 1

Pelayanan Hak Dasar 3

Mafia Peradilan 1

Kebebasan Berekspresi/Berpendapat 4

Pendidikan 1

Konsumen 2

Perburuhan 48

KDRT 2

Tanah & Perumahan 5

Kekerasan Fisik oleh Aparat 1

Kekerasan terhadap Perempuan 16

Kekerasan terhadap Anak 7

0 10 20 30 40 50 60

• Kasus pelanggaran HAM yang menjadi concern LBH Surabaya antara lain
Kasus Perburuhan sebanyak 48 kasus, Kasus Kekerasan Thd Perempuan
16 Kasus dan Kasus Kekerasan thd anak sebanyak 7 Kasus.
PELAKU PELANGGARAN HAM
PELAKU PELANGGARAN HAM

Yayasan 1

Birokrasi Kampus/Sekolah 3

Pasangan/Suami 6

Orangtua Anak 1

Pemerintah Pusat/ Kementerian 1

Perusahaan Swasta 49

Perusahaan BUMN 3

Warga/ Kelompok Sipil 15

Pemerintah Kota/Kabupaten 3

POLRI 5

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

• Pelaku pelanggaran HAM paling banyak dilakukan oleh Perusahaan


Swasta disusul oleh Warga/Kelompok Sipil dalam kasus kekerasan
thd perempuan pasangan/suami menjadi pelaku terbanyak
PENANGANAN KASUS LITIGASI LBH
SURABAYA
• Sepanjang Tahun 2020, LBH Surabaya menangani sebanyak 14 kasus
litigasi, yang terdiri dari 11 kasus pidana dan 3 kasus perdata.
• Kasus pidana yang dimaksud adalah: kasus pra peradilan pidana peradilan
sesat Petani Satumin, kriminalisasi petani Puncu Kediri, kriminalisasi Petani
Pakel Banyuwangi, kriminalisasi aktivis lingkungan waduk sepat, kasus
KDRT, kasus penyebaran konten asusila di media social, pemerkosaan
dilakukan oleh apparat kepolisian, kasus Gus Cabul Jombang, kriminalisasi
3 mahasiswa Malang, pidana penggelapan buruh PT Jayanata, dan
kriminalisasi UU ITE Pasien klinik kecantkan.
• Sementara itu, kasus perdata meliputi kasus gugatan citizen law suit hak
atas lingkungan waduk sepat, kasus Gugatan unduey delay Indra Azwan
dan kasus PHK sepihak PT KIA Gresik.
PENANGANAN KASUS NON LITIGASI LBH
SURABAYA
• Untuk penanganan kasus nonlitigasi (di luar proses
peradilan), LBH Surabaya menangani sebanyak 6
kasus,
• yakni: kasus konflik lahan antara TNI AL dengan 10
Desa di Pasuruan, kasus sengketa informasi atas lahan
waduk sepat, kasus sengketa lahan warga Bulak
Banteng Bandarejo melawan TNI AL, kasus sengketa
hubungan industrial buruh Hotel Garden Pallace,
sengketa lahan Desa Pakel Banyuwangi dan sengketa
hubungan industrial buruh butik.
PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM

I. Implementasi bantuan hukum sebagai


kebijakan nasional.
a. Landasan Yuridis UU No. 16 Tahun 2011.
b. Kementerian Hukum dan HAM Melakukan
Verifikasi dan Akreditasi OBH pada 2013,
2016 dan 2019
Tahun Jumlah OBH
2013 310
2016 405
2019 524
c. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Bantuan Hukum
Nasional.
• Sebaran OBH Masih Terpusat di Jawa belum ada pemerataan
untuk seluruh wilayah Indonesia.
• Anggaran bantuan hukum masih sangat kecil, yakni hanya Rp 5
juta.
• Bantuan hukum yang dijalankan OBH masih menitikberatkan
bantuan hukum litigasi, lebih khususnya pidana. Non litigasi
belum dijalankan secara maksimal
• Rumitnya pelaporan online (Sidbankum) yang tidak disertai
dengan pedoman teknis yang jelas dan sosialisasi yang memadai.
• Layanan bantuan hukum masih sebatas formalitas prosedural,
belum sampai pada substansi (access to justice).
• Implementasi layanan bantuan hukum dalam masa Pandemi
Covid-19 tidak maksimal
II. Implementasi Bantuan Hukum sebagai Kebijakan Pemerintah Daerah
(Jawa Timur)
a. Landasan Yuridis: Perda No. 9 Tahun 2012 jo. Perda No. 3 Tahun
2015.
b. Di Jawa Timur masih ada ketimpangan daerah yang mempunyai
perda bantuan hukum. Baru 14 daerah dari jumlah
kabupaten/kota yang ada di Jawa Timur, yaitu 38 Kab/Kota
c. Implementasi bantuan hukum belum maksimal, bahkan
cenderung tidak berjalan, salah satu dikarenakan belum ada
aturan teknis pelaksananya
d. Alokasi dana Pemda untuk Bantuan Hukum sangat kecil;
e. OBH di Jawa Timur berjumlah 61 OBH yang pemerataannya tidak
merata dan lebih terfokus di kota-kota besar.
f. Perluasan akses bantuan hukum ke desa tidak maksimal dan
belum terimplementasi paralegal bantuan hukum.
f. Kebutuhan:
• Sosialisasi yang massif;
• Membangun kemitraan dengan Kementerian Hukum
dan HAM dan kampus-kampus di Jawa Timur yang
ada Fakultas Hukum dan/atau Fakultas Syariah;
• Membangun prioritas kasus di Jawa Timur, sehingga
tidak tumpang tindih dengan kebijakan nasional.
Salah satunya terkait penanganan kasus thd
kelomok rentan yang menjadi prioritas.
• Mendesak Pemda membuat regulasi dan
melaksanakan kebijakan bantuan hukum di
daerahnya;
REKOMENDASI
1. Negara cq Pemerintah, baik pusat dan daerah, di 2020 melalui
kebijakannya harus mampu menjamin dan memberikan layanan bantuan
hukum bagi masyarakat miskin atau kurang beruntung di Jawa Timur yang
standar kehidupannya tidak layak;
2. Negara cq Pemerintah, baik pusat dan daerah, di 2020, harus mampu
melakukan perbaikan layanan bantuan hukum sebagaimana UU No. 16
Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, salah satunya memaksimalkan
layanan bantuan hukum dalam masa pendemi Covid-19 ini.;
3. Gubernur Jawa Timur bersama-sama dengan DPRD Propinsi Jawa Timur
harus segera merealisasikan dan mengoperasionalkan layanan bantuan
hukum bagi masyarakat tidak mampu di Jawa Timur dengan melakukan
evaluasi Perda No. 9 Tahun 2012 sebagaimana diubah menjadi Perda No 3
Tahun 2015 tentang Bantuan Hukum bagi Masyarakat Miskin di Jawa Timur;
4. Pemerintah Pusat cq BPHN dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendorong
dan mendesak Pemerintah Kabupaten/Kota Seluruh Jawa Timur untuk membuat
kebijakan bantuan hukum dan melaksanakan kebijakan bantuan hukum tersebut
kepada masyarakat;
5. Negara cq Pemerintah harus melindungi hak-hak buruh yang terlanggar
haknya dan berdampak adanya Covid-19, selain itu tidak boleh ada rezim upah
murah dan negara harus hadir dalam upaya perlindungan buruh apalagi dengan
adanya kebijakan dalam UU Cipta Kerja yang timpang kepada para buruh;
6. Negara cq Pemerintah Provinsi Jawa Timur harus segera menyelesaikan
konflik agrarian di Jawa Timur, segera realisasikan percepatan penyelesaian tim
penyelesaian konflik agraria di Jatim serta pemerintah harus melindungi
perampasan ruang hidup kepada masyarakat di Jawa Timur dan segera lakukan
penegakan hukum lingkungan di Jawa Timur kepada para korporasi yang
melakukan pelanggaran;
7. Negara cq Pemerintah Provinsi Jatim dan Pemerintah Kab/Kota di Jatim
untuk tidak melakukan penggusuran paksa terhadap PKL dan masyarakat
miskin kota di wilayah perkotaan dengan dalih penataan kota, pemerintah
harus membuat kebijakan yang menyasar kepada masyarakat miskin kota
yang terdampak Covid-19;
8. Negara cq Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk tidak melakukan
Tindakan represif terhadap para peserta demonstrasi di Jawa Timur, sebagai
jaminan pelaksanaan hak kebebasan berpendapat dan bereksresi di Jawa
Timur. Dan Kepolisian untuk menindak anggotanya yang melakukan Tindakan
represif terhadap masa peserta aksi;
9. Negara cq Kepolisian Negara Republik Indonesia harus menghentikan
segala upaya kriminalisasi terhadap masyarakat yang memperjuangkan
haknya sebagai bagian upaya perlindungan human rights defender dan
pejuang lingkungan di Jawa Timur.
10. Gubernur Jawa Timur dan para bupati/walikota bersama-sama dengan
masyarakat perlu terus memarakan dan mentradisikan gerakan toleransi atas
kehidupan perbedaan beragama dan berkeyakinan di Jawa Timur; dan bagi aparat
Kepolisian harus terus kuat tanpa ragu memberikan perlindungan terhadap hak
setiap warga berkaitan dengan HKBB dan menindak tegas terhadap siapa pun
pelaku kekerasan atas nama perbedaan agama dan keyakinan, dengan
menginisiasi kebijakan membangun daerah yang toleran untuk penganut agama dan
keyakinan di Jawa Timur;
11. Negara cq Pemerintah R.I., Presiden R.I., Gubernur Jawa Timur, dan seluruh
para bupati/walikota di wilayah Jawa Timur semestinya terus menggalakkan upaya
perwujudan kebijakan “Daerah Ramah pada Perempuan dan Anak” dengan
menghentikan praktik kekerasan perempuan dan anak, baik fisik, psikis, dan
seksual, serta menghentikan praktik trafficking;
12. Negara cq Pemerintah R.I., segera melaksanakan konsep keadilan restoratif bagi
anak berhadapan dengan hukum, baik anak berkonflik dengan hukum, anak korban,
dan anak saksi; dan
13. Presiden R.I., Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan
pemerintah kabupaten/kota wajib mengedepankan upaya-upaya
bersama-sama kelompok masyarakat terdampak langsung
berkaitan dengan adanya kebijakan pembangunan guna mem-
formulasikan solusi terbaik demi harmoni gerakan pembagunan
dengan upaya perlindungan, penghormatan, pemenuhan Hak
Asasi Manusia dan terlaksananya demokrasi di Jawa Timur,
diantaranya upah yang layak bagi buruh, pemenuhan lingkungan
hidup yang baik dan sehat, menyelesaika konflik agraria,
menghentikan penggusuran paksa, menghentikan upaya
kriminalisasi terhadap rakyat yang memperjuangkan haknya,
serta membenahi konsesi perizinan tambang dan dampak yang
ditimbulkan akibat pertambangan di Jawa Timur.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai