Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Tujuan pembangunan Kesehatan adalah merubah perilaku masyarakat,


meningkatkan kesadaran ,kemauan dan kemampuan untuk berprilaku hidup sehat
bagisetiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Untuk mengetahui gambaran derajat Kesehatan masyarakat dapat diukur


dari indikator indikator yang digunakan antara lain angka kematian, umur harapan
hidup, angka kesakitan serta status gizi. Indikator tersebut dapat diperoleh melalui
laporan dari fasilitas Kesehatan yang ada di Puskesmas Kotaanyar (Facility based)
dan data yang dikumpulkan dari masyarakat (Community based)

A. Mortalitas

Perkembangan derajat Kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian


kematian dalam masyarakat. Di samping itu, kejadian kematian juga
dapat digunakan sebagai indikator dalam menilai keberhasilan
pelayanan Kesehatan dan program pembangunan Kesehatan lainnya.
Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan
berbagai survey dan penelitian

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka kematian bayi atau infant mortality rate (IMR) merupakan


indikator yang lazim digunakan untuk menentukanderajat Kesehatan
masyarakat sehingga program Kesehatan banyak yang menitikberatkan
pada upaya penurunan AKB ,dimana AKB merujuk pada jumlah bayi
yang meninggal antara fase kelahiran hingga bayi umur< 1 tahun per
1000 kelahiran hidup.

Berdasarkan laporan kematian dari pelaksana pelayanan KIA


Puskesmas Kotaanyar, data kematian bayi sebagaimana pada table
dibawah ini

TAHUN KELAHIRAN KEMATIAN BAYI


HIDUP 0-7 HARI 8-28 29HARI-
HARI 11BULAN
2019 490 4 0 0
2020 488 9 1 0
2021 524 4 2 2

14
2. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka kematian ibu adalah kematian ibu karena kehamilan ,melahirkan


atau selama nifas. Pada tahun 2019, terdapat 1 kematian ibu dengan
penyebab Decompcordis, pada tahun 2020 ada 1 kematian Ibu dan
tahun 2021 ada 1 kematian Ibu.

Kasus Kematian Ibu di Wilayah Kotaanyar


1.2

0.8

0.6
Kasus Ke-
0.4 matian Ibu
0.2

0
2019 2020 2021

B. Morbiditas (Angka kesakitan)

Angka kesakitan pada penduduk diperoleh dari data yang berasal dari
masyarakat (Community Based) melalui pengamatan (surveilans) dan
data yang diperoleh dari fasilitas pelayanan Kesehatan (facility based)
melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin maupun insidentil.

1. PenyakitMenularLangsung

a. Penyakit Tuberculosis Paru

Jumlah Penderita TB tahun 2019-2021


12
12
9
8 8
8 6
5 5
444 4 4 4
4 3 3 3 33 3 33
2 2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1
00 0 0
0
ya
r g n jo ul ej
o ng kir n yo or u so ah
en ga re id or da ku bo ul kL em rejo ay
a an ent un ko k K d n a m m a ht i l
t rc iw Su pa Si lka
b se do p ra ng w
Ko be Tr m Ta Tam Pa Si ra
m
Cu du uar
m ra b i Ke L
Su bi m
a m 2019 2020 2021Sa
S

15
Berdasarkan data di atas, jumlah penderita TB selama 3 tahun
terakhir mengalami penurunan jumlah pada beberapa Desa yaitu
Sumbercenteng, Sukorejo,Talkandang, Sidomulyo, Kedungrejoso.
Pada tahun 2021 penderita TB terbanyak berasal dari Desa
Triwungan.

b. Penyakit Pneumonia

Pneumonia merupakan penyakit utama penyebab kematian


bayi dan balita terbesar di Indonesia. Berdasarkan hasil SUSENAS
tahun 2001 diketahui bahwa 80-90 % dari kasus ISPA (Infeksi
Saluran Pernafasan Atas) disebabkan oleh Pneumonia. Kondisi
tersebut umumnya terjadi pada Balita terutama pada kasus gizi
kurang dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat (asap rokok,
polusi). Berdasarkan laporan Puskesmas pada tahun 2021 di
Puksemas Kotaanyar cakupan penemuan penderita Pneumonia pada
balita sebagaiamana berikut

Penemuan penderita pneumonia


40
35
30
25
kasus

20
15
10
5
0
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021

Cakupan penemuan penderita Pneumonia masih jauh dari


target. Perlu sosialisasi dan edukasi kepada Ibu balita untuk tidak
takut memeriksakan putra putrinya jika ada tanda dan gejala infeksi
saluran pernafasan atas.

c. Penyakit HIV-AIDS dan IMS

16
Penderita HIV-AIDS tahun 2019-2021
12 11
10
8
6 5
4 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2
2 1 1 111 111 1 11 11 1 1 11
0 0 000 0 000 000
0
ar ng an jo ul jo g ir n yo or u so h
ny te ng o re Kid ore dan kuk bo ul kl tem rejo l a ya
a n u k k d n a m m a i
ta rc
e iw Su pa Si ka b se do
p ah g w
Ko be Tr m Tal am Pa Si i ra
m
C ur dun ar
m ra T b e Lu
bi K
Su m Sa
m
S a 2019 2020 2021

Berdasarkan data di atas, jumlah penderita HIV-AIDS pada


Tahun 2021 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2020 yaitu
sebanyak 26 orang. Jumlah penderita HIV-AIDS terbanyak terdapat
di desa Kotaanyar yaitu sebanyak 11 orang.

d. Penyakit Kusta

Penderita Kusta di wilayah Kerja Puskesmas Kotaanyar


tahun 2019-2021
4.5
4 4
4
3.5
3
3
2.5
2 2 2 2 2
2
1.5
1 1 1
1
0.5
0 00 0 0 0 00 0 00 00 0 00 0 0
0
ar ng n jo ul jo g ir n yo or u so h
ny te nga o re Kid ore dan kuk bo ul kl te m
ejo l a ya
a n u k a m m a i
ta e Su
k Si
d
ka
n b se do
p ah gr
Ko rc
Tr
iw pa al am Pa Si am ur un rw
be a m T T b i r C e d Lua
m r K
Su bi m
m Sa
Sa

2019 2020 2021

Berdasarkan data di atas, jumlah penderita kusta padaTahun


2021 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2020 yaitu
sebanyak 5 orang, Kasus Kusta ini terdapat di desa Talkandang dan
Sambirampak Kidul .

17
2. Penyakit Potensial KLB (Kejadian Luar Biasa)/ Wabah

a. Diare

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis


lingkungan ,dimana sarana air bersih dan BAB serta perilaku
manusia yang tidak sehat merupakan factor dominan penyebab
penyakit tersebut. Kasus diare dapat menyebabkan kematian
terutama saat kejadian luarbiasa (KLB)

Kasus Diare di Puskesmas Kotaanyar


300

250

200

Axis Title 150

100

50

0
Pelayanan Diare Balita Pemberian zink pemberian oralit

Grafik di atas menunjukkan gambaran pelayanan Diare pada


Balita di wilayah Puskesmas Kotaanyar. Pelayanan Diare Balita pada
tahun 2021 menurun drastis dan jauh dari target disebabkan tidak
semua kasus Diare pada anak terlaporkan. Kurangnya kesadaran
dari orang tua untuk berobat dan ketakutan adanya kehawatiran
stigma Covid menyebabkan orang tua enggan memeriksakan
anaknya ke Puskesmas dan jaringannya.

b. Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu


penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah
Kesehatan masyarakat dan sering muncul sebagai Kejadian Luar
Biasa sehingga sering menimbulkan kepanikan di tengah tengah
masyarakat karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi
menimbulkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue
yang penularannya melalui giigtan nyamuk Aedes Aigepty dan Aides
Albopictus yang hidup di genangan air bersih di sekitar rumah.
Umumnya kasus ini mulai meningkat pada waktu musim penghujan
tiba.

18
Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue di wilayah
Puskesmas Kotaanyar dalam setahun selalu ada dan digambarakan
sebagaimana grafik berikut

Kasus DBD di wilayah Puskesmas Kotaanyar


tahun 2019-2021
80
70
60
50
Axis Title

40
30
20
10
0
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021

Pada tahun 2020 terjadi kenaikan kasus Demam Berdarah


secara signifikan. Hal ini dikarenakan masyarakat mulai abai dengan
Gerakan 3 M plus. Kekhawatiran masyarakat yang berlebihan akan
adanya virus Covid 19 menyebabkan upaya upaya pencegahan
terhadap penyakit menular lainnya berkurang. Tahun 2021 angka
kejadian Demam Berdarah di Wilayah Kotaanyar Kembali menurun
dengan adanya inovasi “Gerbang Batik”

c. Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan parasite Plasmodim


yang menyerang sel darah merah, ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles.

Pada tahun 2021 angka kejadian Malaria di wilayah Kotaanyar


sebesar 0 kasus.

d. Filariasis

Penyakit Filariasis adalah penyakit menular kronis yang


disebabkan cacing filariasis yang emnyerang saluran dan kelenjar
getah bening serta merusak system limphe. Penyakit filariasis
menimbulkan pembengkakan pada kaki, granula mammae, dan
scrotum. Penyakit ini juga menyebabkan kecacatan seumur hidup
serta stigma social bagi penderita dan keluarga. Dalam kurun waktu
2019-2021 tidak ditemukan penyakit Filariasis di wilayah kerja
Puskesmas Kotaanyar.

19
e. Covid -19

Penyakit Covid 19 merupakan penyakit yang menyerang


seluruh dunia sehingga menjadi Pandemi. Kasus Covid 19 mulai
ditemukan pertama kali di Wuhan China pada akhir tahun 2019. Kasus
pertama Covid 19 dikonfirmasi pada awal tahun 2020 di Jakarta.
Kejadian Luar Biasa Covid 19 ini benar benar merubah dunia termasuk
tatanan kehidupan di wilayah Kecamatan Kotaanyar. Stigma negative
bagi mereka yang terkonfirmasi Covid 19 cukup terasa di masyarakat.
Angka kematian karena Covid 19 juga sangat tinggi. Puncak kejadian
Covid 19 di Wilayah Kotaanyar dan di Kabupaten Probolinggo terjadi
pada tahun 2021 pada bulan Juli-Agustus dimana varian Delta sangat
mudah menyebar dan menimbulkan kematian bagi mereka yang
memiliki Comorbid/ penyakit penyerta serta belum mendapatkan Vaksin
Covid 19.

3. Penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)

a. Difteria

Penyakit Difteria merupakan penyakit yang disebabkan oleh


Bakteri Corynebacterium Diftheriae ditandai dengan gejala panas tinggi
disertai pseudomembrane (selaput tipis) putih keabu abuan pada
tenggorokan yang tdiak mudah lepas dan mudah berdarah. Penyakit ini
seirng menyebabkan kematian pada anak. Namun penyakit ini dapat
dicegah dengan pemberian imunisadi DPT 1, DPT 2, DPT 3 . Pada
tahun 2019-2021 tidak ditemukan suspect Difteria di wilayah
Puskesmas Kotaanyar

b. Tetanus dan Tetanus Neonatarum

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium


tetani, terdiri dari tetanus Neonatarum yaitu Tetanus pada bayi dan
Tetanus dengan Riwayat luka. Pada tahun 2019-2021 tidak ditemukan
kasus Tetanus di wilayah Puskesmas Kotaanyar.

c. Campak

Penyakit campak merupakan penyakit akut yang disebabkan


virus Meassles yang disebarkan melalui bersin/ batuk dengan gejala
awal demam, bercak kemerahan, batuk pilek lalu timbul ruam di seluruh

20
tubuh.Pada tahun 2019-2021 tidak ditemukan kejadian/ kasus Campak
di wilayah Puskesmas Kotaanyar.

d. Hepatitis B

Penyakit Hepatitis B merupakan penyakit menular yang


disebabkan oelh Virus hepatitis B yang dapat merusak fungsi hati.
Berdasarkan laporan dari Puskesmas KOtaanyar pada tahun 2019-
2021 tidak ditemukan kasus Hepatitis B

e. AFP (Acute FlacciedParalyse)

Kejadian AFP diproyeksikan sebagai indikator untuk menilai


keberhasilan program eradikasi Polio (Erapo). Upaya pemantauan
terhadap keberhasilan Erapo yaitu melaksanakan kegiatan Surveilans
secara aktif untuk emnemukan kasus AFP sebagai upaya mendeteksi
secara dini munculnya virus polio liar yang mungkin ada di masyarakat
untuk segera dilakukan penanggulangannya.Kasus AFP merupaka
KLB yang penanganannya harus segera mungkin. Pada tahun 2019-
2021 tidak ditemukan kasus AFP di wilayah Puskesmas Kotaanyar.

Berikut ini cakupan Imunisasi untuk mencegah PD3I di wilayah


Puskesmas Kotaanyar

% Cakupan Imunisasi di Puskesmas Kotaanyar


140

120

100

80

60

40

20

0
tahun 2019 tahun 2020 tahun 20121

4. Penyakit tidak menular yang diamati

Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang telah


banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat
termasuk dalam pola konsumsi makanan keluarga. Perubahan tersebut

21
tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi
epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus penyakit
degenerative / tidak menular.

Prevalensi Penyakit Degenaratif di


Puskesmas Kotaanyar
1400
1200
1000
800
Kasus

600
400
200
0
2019 2020 2021

Berdasarkan grafik di atas, penyakit terbanyak yang di tangani di


Puskesmas Kotaanyar pada tahun 2021 adalah Penyakit darah tinggi
primer yaitu sejumlah 1134, namun jumlah ini mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2019 dan 2020. Selanjutnya Diabetes Militus
dengan jumlah 816 yang meningkat dibanding tahun 2020.

5. Status Gizi

Status gizi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk


menentukan derajat kesehatan. Kondisi seseoang sangat erat kaitannya
dengan permasalahan kesehatan karena disamping merupakan faktor
predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi, kondisi gizi juga
secara langsung dapat menyebabkan terjadinya ganguan kesehatan
pada individu. Untuk itu dilakukan pemantauan terhadap status gizi bayi
dan balita karena pada masa tersebut merupakan masa emas
perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan fisiknya.

Berikut ini akan disajikan gambaran mengenai indikator-indikator


status gizi bayi dengan berat badan lahir rendah dan status gizi balita.

a. Status Gizi Bayi

Status gizi ibu hamil akan berpengaruh terhadap kesehatan


janin yang dikandungnya dan akan berdampak pada berat badan
bayi yang dilahirkan serta juga akan berpengaruh pada
perkembangan otak dan pertumbuhan fisik bayi, indikator yang
digunakan untuk mengukur masalah status gizi bayi ini adalah BBLR.

22
BBLR atau Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah adalah
bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram dan
merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap
kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan menjadi 2 kategori
: BBLR karena premature (usia kandungan < 37 minggu) dan BBLR
karena Intra uterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir
cukup bulan tetapi berat badannya rendah. Hal ini umumnya
disebabkan karena status gizi ibu hamil buruk atau menderita sakit
yang memperberat kehamilannya.

Berdasarkan laporan dari Koordinator KIA, pada tahun 2019


diketahui dari 490 kelahiran hidup ada 22 bayi BBLR (4,48%). Pada
tahun 2020 kasus BBLR menurun yairu 18 kasus dari 488 kelahiran
hidup (3.68%). Sedangkan pada tahun 2021 terjadi kenaikan kasus
yaitu 30 kasus BBLR dari 524 kelahiran hidup (5,72%). Namun
semua kasus BBLR yang ditemukan sudah mendapatkan
penanganan sesuai prosedur.

Kasus BBLR yang ditangani di Puskesmas


Kotaanyar
35
30 30
25 BBLR
22
20
18
15
10
5
0
2019 2020 2021

Untuk menekan angka BBLR diperlukan penanganan secara


terpadu dengan lintas program dan lintas sektor karena timbulnya
masalah penyakit dan status gizi berkaitan erat dengan tingkat
kesejahteraan masyarakat.

b. Status GiziBalita

Pengukuran gizi pada balita difokuskan pada tingkat


kecukupan gizinya yang diukur melalui berat badan terhadap umur
(BB/U) atau berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB).
Berdasarkan laporan yang masuk dari kegiatan Posyandu maupun di

23
pelayanan pada tahun 2021 diperoleh data penimbangan selama
satu tahun 46.9% balita yang naik berat badannya dan balita pendek
(stunting) 15.1%.

Terjadinya kasus balita pendek(stunting) tersebut telah


dilakukan upaya dengan pemberian PMT berupa susu dan biskuit
sehingga kasus stunting dapat ditangani dan tidak bertambah
kasusnya.

Perkembangan Status Gizi di Puskesmas Ko-


taanyar
60

50

40
Axis Title

30

20

10

0
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021

Balita N/D merupakan balita yang datang dan mengalami


kenaikan BB Ketika dilakukan penimbangan di Posyandu. Sementara
prosentase stunting didapatkan dari pengukuran Tinggi Badan
dibandingkan Usia. Tahun 2021 prosentase Stunting Balita
mengalami penurunan dibandingkan dua tahun sebelumnya .

24

Anda mungkin juga menyukai