Anda di halaman 1dari 12

BAB V

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Dalam menulai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator

yang dapat digunakan.Indikator tersebut tercermin dalam kondisi mortalitas

(angka kematian), status gizi dan morbiditas (angka kesakitan). Pada bagian ini,

derajat kesehatan masyarakat di Indonesia digambarkan melalui Angka

Mortalitas; terdiri dari Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita

(AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Morbiditas; angka kesakitan

beberapa penyakit balita dan dewasa.

Selain dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan

ketersediaan sumber daya kesehatan, derajat kesehatan masyarakat juga

dipengaruhi oleh faktor lain seperti ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, serta

faktor lain.

A. Mortalitas

1. Angka Kematian Neonatal

Angka Kematian Neonatal (AKN) merupakan jumlah kematian

bayi umur kurang dari 28 hari (0-28 hari) per 1000 kelahiran hidup

dalam kurun waktu satu tahun. AKN menggambarkan tingkat pelayanan

kesehatan ibu dan anak termasuk antenatal care, pertologan persalinan,

dan postnatal ibu hamil. Semakin tinggi angka kematian neonatal,

semakin rendah tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Kebumen I Tahun 2020 40


Angka Kematian neonatal di wilayah Puskesmas Kebumen I tahun

2020 yaitu 0,001. Kematian Neonatal terjadi di Desa Kawedusan.

2. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang

meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1000

kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi

yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. AKB

menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang

berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan

antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan

KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu

wilayah tinggi, status kesehatan di wilayah tersebut rendah.

Angka Kematian Bayi di wilayah Puskesma Kebumen I tahun 2020

yaitu 0.

3. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita adalah jumlah anak yang meninggal

sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1000

kelahiran hidup. Angka Kematian Balita di wilayah Puskesmas

Kebumen I tahun 2020 yaitu 0,001. Kematian Balita terjadi di

Kelurahan Panjer

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Kebumen I Tahun 2020 41


4. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

Angka kematian Ibu (AKI) mencerminkan resiko yang dihadapi

ibu-ibu selama kehamilan sampai dengan paska persalinan yang

dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai

komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya fasilitas

pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri.

Sepanjang tahun 2020 tidak ada angka kematian ibu di wilayah

Puskesmas Kebumen I.

B. Morbiditas

1. Penyakit TB Paru (Tubercullosis)

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.Penyakit ini menular

melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Bersama

dengan malaria dan HIV/AIDS, Tuberkulosis menjadi salah satu

penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global MDG’s.

Berdasarkan lampiran tabel 51 menunjukkan bahwa jumlah terduga

tuberkulosis yang mendapatkan pelayanan sesuai standar sebesar 210

jiwa.

Angka notifikasi kasus atau CNR (Case Notification Rate) adalah

angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan

tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini

apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Kebumen I Tahun 2020 42


penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka ini

berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau

menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Di tahun 2020 ini

pencapaian CNR wilayah kerja Puskesmas Kebumen I adalah 23%.

Indikator lain yang digunakan dalam pengendalian TB adalah

Success Rate atau angka keberhasilan pengobatan. Penderita TB paru

dinyatakan sembuh apabila hasil pemeriksaan dahak pada akhir

pengobatan ditambah minimal satu kali pemeriksaan sebelumnya

hasilnya menunjukan negatif. Indikator angka keberhasilan (Succes

Rate) pengobatan di tahun 2020 yaitu 93,5 %. Keberhasilan pengobatan

TB Paru ditentukan oleh kepatuhan dan keteraturan dalam berobat,

pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Hal ini juga tidak terlepas dari

faktor tenaga kesehatan, keluarga, dan masyarakat dalam mendukung

pasien TB Paru untuk menjalankan pengobatannya.

2. Presentase Balita dengan Pneumonia Ditangani

Pneumonia adalah penyakit yang disebabkan kuman

pneumococcus, staphylococcus, streptococcus, dan virus. Gejala

penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk,

mengeluarkan dahak, dan sesak napas. Populasi yang rentan terserang

pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih

dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi,

gangguan imunologi). Grafik realisasi penemuan penderita pnemonia

pada balita perdesa dapat dilihat pada gambar 5.1.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Kebumen I Tahun 2020 43


140.0

114.3
120.0

100.0
90.9
100.0

83.3
77.8
80.0

66.7
57.1

56.4
50.0

60.0

47.2
44.4
40.0

20.0

0.0
g yo lan
k n n ri jo er di n
dun ul u l ijire usa ara tisa tire anj era n gu
n im iw d b uk ur P b na
Ba nd nd Ka we em
a a K a K M M Su
m
n wi
C C a
m
Ta

Gambar 5.1. Penemuan Pnemonia pada Balita di Puskesmas Kebumen I Tahun 2020

Dari gambar 5.1 dapat dilihat pencapaian penemuan pnemonia

tertinggi di Desa Candimulyo yaitu sebesar 114,3 %, sementara dengan

pencapaian terendah ada di Desa Sumberadi sebesar 44,4 %.

3. Penyakit HIV dan AIDS

Perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan

peningkatan, meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan

terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah,

menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia,

meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman dan meningkatnya

penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah

memperbesar tingkat resiko penyebaran HIV/AIDS. Saat ini

Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat

epidemi yang terkonsentrasi, yaitu adanya prevalensi lebih dari

5% pada sub populasi tertentu, misal pada kelompok pekerja

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Kebumen I Tahun 2020 44


seksual komersialdan penyalahguna NAPZA. Tingkat epidemi ini

menunjukkan tingkat perilaku berisiko yang cukup aktif menularkan

ini dalam suatu sub populasi tertentu.

Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai

fenomena gunung es, yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh

lebih kecil dari jumlah yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa jumlah

penderita HIV/AIDS di Indonesia yang sebenarnya belum diketahui

dengan pasti. Di wilayah Puskesmas Kebumen I pada tahun 2020

terdapat 12 kasus HIV/AIDS, 5 kasus HIV/AIDS baru, 7 kasus

kumulatif HIV/AIDS dan tidak ada kasus kematian akibat HIV/AIDS.

Diperlukan upaya bersama dalam pemberantasan penyakit

HIV/AIDS yang tidak saja ditunjukan pada penanganan penderita yang

ditemukan tetapi juga diarahkan pada upaya pencegahan pada orang

yang beresiko melalui VCT (Voluntary Conseling and Test) ataupun

PICT (Provider Inisiative Conseling and Test). Kegiatan ini bekerja

sama dengan RSUD Kabupaten Kebumen.

4. Kasus Diare Ditemukan dan Ditangani

Penyakit diare sampai kini masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan

masih berfluktuasi, penyakit diare ini masih sering menimbulkan KLB

yang cukup banyak bahkan menimbulkan kematian. Untuk tahun 2020

angka kejadian diare balita di Puskesmas Kebumen I dari rawat jalan

terdapat 565 kasus diare, angka kejadadian diare semua umur di

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Kebumen I Tahun 2020 45


Puskesmas Kebumen I dari rawat jalan terdapat 780 kasus diare. Tidak

terdapat kematian balita akibat diare. Penderita sudah ditangani dengan

pemberian zink dan oralit.

5. Penyakit Kusta

Meskipun Indonesia sudah mencapai eleminasi kusta pada

pertemuan kusta tahun 2000, sampai saat ini penyakit kusta masih

menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini terbukti dari

masih tingginya jumlah penderita kusta di Indonesia dan

Indonesia merupakan negara dengan urutan ke-3 penderita terbanyak

di dunia. Penyakit kusta dapat mengakibatkan kecacatan pada

penderita. Masalah ini diperberat masih tingginya stigma dikalangan

masyarakat dan sebagian petugas.Akibat dari kondisi ini

sebagian dari penderita dan mantan penderita dikucilkan

sehingga tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan

serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka

kemiskinan. Pada tahun 2020 tidak ditemukan penderita kusta di

wilayah Puskesmas Kebumen I.

6. Penyakit Menular Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat

diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi, pada

profil kesehatan ini akan dibahas penyakit Tetanus Neunatorum,

Campak, Difteri, Pertusis dan Hepatitis B.

a. Tetanus Neonatorum

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Kebumen I Tahun 2020 46


Kasus Tetanus Neonatorum sangat erat kaitannya

dengan proses terjadinya persalinan bagi ibu, kebersihan pada

waktu pertolongan sangatlah penting untuk dilakukan selain

imunisasi TT pada ibu hamil. Pada tahun 2020 dilaporkan

tidak terjadi kasus Tetanus Neonatorum di wilayah Puskesmas

Kebumen I .

b. Campak

Campak merupakan penyakit menular yang sering

menyebabkan kejadian luar biasa. Selama tahun 2020 tidak

ditemukan kasus campak di Puskesmas Kebumen I.

c. Dipteri

Difteri adalah penyakit menular yang dapat dicegah dengan

imunisasi, pada tahun 2020 tidak ditemukan kasus Dipteri di

Puskesmas Kebumen I

d. Pertusis

Seperti penyakit difteri pada tahun 2020 tidak ditemukan

kasus pertusis yang dilaporkan.

e. Hepatitis B

Kasus Hepatitis B yang dilaporkan selama tahun 2020

tidak ditemukan kasus. Namun kasus Hepatitis B digambarkan

sebagai fenomena gunung es, dimana sulit sekali menemukan

kasusnya.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Kebumen I Tahun 2020 47


7. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah

menyebar luas keseluruh wilayah .propinsi. Penyakit ini sering

muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian relatif

tinggi. Angka insiden DBD secara nasional bergerak fluktuasi dari tahun

ke tahun. Pada awalnya pola epidemik terjadi setiap lima tahunan,

namun dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir mengalami

perubahan dengan periode antara 2-5 tahun sedangkan angka

kematian cenderung menurun.


2

L
P
0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
g yo lan re
k n n ri ejo er di un
un ul i sa ra sa nj ra ng
n d im iwu
alij d u ba kti r tir P a be a
Ba nd nd K we Ke
m M
u
M
u m wi
n
Ca Ca Ka Su an
m
Ta

Gambar 5.2. Jumlah Kasus DBD di wilayah Puskesmas Kebumen I Tahun 2020

Dari gambar 5.2. diketahui terdapat 1 kasus DBD di wilayah

Puskesmas Kebumen I dengan angka Kesakitan DBD per 10000

penduduk sebesar 2,1.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Kebumen I Tahun 2020 48


8. Penyakit Malaria

Penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia, perkembangan penyakit malaria dipantau

melalui Annual Parasite Incidence(API). Di wilayah Puskesmas

Kebumen I masih relatif aman terhadap penyakit malaria, 5 tahun

terakhir belum ditemukan penyakit Malaria di wilayah Puskesmas

Kebumen I.

9. Penyakit Filariasis

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa

cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Di UPTD

Puskesmas Kebumen I tahun 2020 tidak ditemukan adanya kasus

filariasis.

C. Status Gizi

Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator, antara

lain bayi dengan Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita,

status gizi wanita usia subur Kurang Energi Kronis (KEK).

1. Bayi Dengan Berat Badan lahir Rendah ( BBLR )

Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan

salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal

dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena

premature atau BBLR karena Intrauterine Growth Reterdation

(IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang.

Di negara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Kebumen I Tahun 2020 49


gizi buruk, anemia, malaria dan menderita Penyakit Menular Seksual

(PMS) sebelum konsepsi atau pada saat kehamilan. Bayi dengan Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) di wilayah Puskesmas Kebumen I di

tahun 2020 dilaporkan ada kelahiran bayi dengan BBLR sebanyak 17

kasus (2,6%) terdiri dari 15 bayi laki-laki (4,5%) dan 2 bayi perempuan

16.0 (0,6%) dari 642 kelahiran.


14.3
14.0 13.3

12.0
10.0
8.3
8.0 7.1
6.7 6.3
6.0 5.6
4.7 4.6 L
4.0 3.0 P
2.2
2.0 1.51.6
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
0.0
g yo an ek n n ri jo er di n
dun ul ul ijir usa ara tisa re anj era ngu
w l d b k ti
Ba
n im
nd
i Ka e em u ur P b na
and a aw K M M Su
m
nwi
C C K a
m
Ta

Gambar 5.3 Presentase Bayi Dengan Berat Badan Rendah di Wilayah Puskesmas Kebumen I

Tahun 2020

2. Status Gizi Balita

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang

menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara

penilaian status gizi balita adalah pengukuran secara anthropometri

dengan menggunakan Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U).Angka

yang paling sering digunakan adalah Indek Berat Badan per Tinggi

Badan ( BB/TB ).Hasil yang diperoleh dikategorikan dalam 4 kelompok

yaitu:

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Kebumen I Tahun 2020 50


Gizi Lebih : Z score > +2 SD

Gizi Baik : Z score >- 2 SD sampai +2 SD

Gizi Kurang : Z score <- 2 SD sampai ₋ 3SD

Gizi Buruk : Z score <- 3SD

Jumlah balita 0-59 bulan yang ditimbang sejumlah 2.450 balita.

Jumlah balita gizi kurang sejumlah 27 balita (1,1%). Jumlah balita 0-59

bulan yang diukur tinggi badan sejumlah 2.450 balita. Jumlah balita

pendek sejumlah 22 (0,9 %) balita.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Kebumen I Tahun 2020 51

Anda mungkin juga menyukai