Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang Undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,

mengamanatkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan informasi dan edukasi tentang

kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya

disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama.

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat merupakan sarana

kesehatan yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu

peranan puskemas hendaknya tidak lagi menjadi sarana pelayanan pengobatan dan rehabiliatif

saja tetapi juga lebih ditingkatkan pada upaya promotif dan preventif. Sebagaimana tercantum

dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/MENKES/SK/VII/2005 tentang pedoman

pelaksanaan promosi kesehatan di daerah. Oleh karena itu promosi kesehatan (Promkes) menjadi

salah satu upaya wajib di puskesmas. Promosi kesehatan di puskesmas merupakan upaya

puskesmas dalam memberdayakan pengunjung dan masyarakat baik didalam maupun di luar

puskesmas agar mengenali masalah kesehatan, mencegah dan menanggulanginya.

1
B. POKOK MASALAH

Program TB merupakan Program Nasional dengan Program Indonesia Bebas TB tahun

2030. Untuk itu pemerintah pusat memberikan himbauan kepada setiap daerah untuk

melaksanakan program TB dengan langkah TOSS (Temukan TBC, Obati Sampai Sembuh).

Tujuan utama dari program ini adalah untuk mengidentifikasi secara tetap dan cepat terhadap

terduga TBC. Setelah identifikasi dilakukan dengan baik maka langkah berikutnya adalah

melakukan program pengobatan secara intensif selama 6 bulan.

Capaian target terduga TBC belum dilakukan secara maksimal oleh pemerintah baik di

tingkat nasional maupun di puskesmas. Data Menkes menunjukkan bahwa ditahun 2018 dan

2019 jumlah terduga TBS ditemukan sebanyak 60% kemudian pada tahun 2020 jumlah target

terduga TBC hanya berada pada angka 30%. Harusnya capaian target terduga harus mencapai

100% sesuai dengan Permenkes No. 4 Tahun 2019 tentang satandar pelayanan minimal.

Capaian target terduga TBC di Puskesmas Teluk Belitung pada tahun 2019 sebanyak

100%, kemudian ditahun 2020 mengalami penurunan menjadi 18% dan pada tahun 2021

kembali mengalami penurunan menjadi 10%. Data ini menunjukkan bahwa target terduga TBC

di Kecamatan Merbau terus mengalami penurunan sejak tahun 2020-2021. Penurunan yang

terjadi sangat signifikan yaitu berada pada angka diatas 80% lebih.

Terlihat dari data bahwa Kondisi ini akan menjadi masalah bagi tercapainya program

TOSS TB terlebih bagi keselamatan masyarakat. Jika target tahunan tidak tercapai maka akan

mempengaruhi program Nasional bebas TB 2030 dan berpotensi terjadi penularan TBC terjadi

tanpa diidentifikasi secara baik oleh petugas kesehatan. Dampak paling buruk dari kondisi ini ini

adalah terjadi peningkatan kasus dan kematian dikarenakan TBC.

2
Selain itu kondisi akhir-akhir ini (Tahun 2020-2021) terjadi kondisi pandemi covid-19

sehingga konsentrasi seluruh tenaga medis beralih pada penanganan pandemic. Ada dua hal yang

menjadi masalah utama yaitu pembatasan mobilitas tenaga kesehatan, dan masyarakat yang takut

untuk berobat ke fasilitas kesehatan.

C. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Tujuan umum program ini adalah untuk mendukung Indonesia Bebas TBC Nasional tahun

2030

2. TUJUAN KHUSUS

1. Meningkatkan sasaran Standar Pelayanan Minimal Daerah pada penderita TBC

2. Memberikan Edukasi kepada masyarakat untuk mau dan bisa mengajak masyarakat lain

peduli dan memeriksakan kesehatannya.

3
BAB II

ISI

A. PERMASALAHAN KESEHATAN

Capaian program terduga TB di UPT Puskesmas mengalami penurunan sejak tahun

2020-2021. Pada tahun 2019 capaian terduga TB mencapai 100%. Namun pada tahun 2020

capaian hanya mencapai 22% dan tahun 2021 juga hanya mencapai 22%. Untuk lebih

lengkap perhatikan Tabel berikut:

Tabel 2.1 Data pembanding capaian Tahunan Puskesmas

NO TAHUN CAPAIAN KETERANGAN

1 2019 100% Januari s/d Desember

2 2020 22% Januari s/d Desember

3 2021 22% Januari s/d Desember

Berdasarkan tabel diatas, pada tahun 2020 hingga 2021 pencapaian stagnan pada

angka 22%. Artinya terjadipenurunan hinga 78% dibanding tahun 2019. Kondisi ini menjadi

masalah yang harus diselesaikan mengingat TB merupakan penyakit yang berbahaya hingga

mengancam keselamatan penderita.

Ada dua asumsi yang menjadi penyebab masalah ini terjadi. Pertama disebabkan

kesadaran masyarakat untuk memeriksa masih rendah dan kedua disebabkan kondisi

pandemi covid-19 sehingga mobilitas nakes dan masyarakat sedikit dibatasi untuk keluar

rumah. hal ini tentunya mempengaruhi capaian target pengambilan sampel terduga penderita

TB.

4
Telah dilakukan penyebaran kuesioner secara acak kepada masyarakat yang datang ke

posyandu. Penyebaran questioner sebelum dan setelah sosialisasi mengenai bahaya penyakit

TBC.

2.2 Tabel Jumlah Responden

Jumlah Responden Jumlah


Laki-Laki (%) Perempuan (%)
12 (11%) 90 (89%) 102 (100%)

menggunakan metode sasaran sample acak di masyarakat dengan jumlah populasi/ sample

sebanyak 102 orang, yang berasal dari Kelurah Teluk Belitung, Desa Mayang Sari dan Desa

Mekar sari. Sample di ambil dari desa yang memiliki jumlah kasus TB terbanyak di tahun

sebelumnya.

Tabel 2.3 Hasil rekapan Quesioner Pre Test

N Nilai Nilai Pre Test


O

1. >50 31 orang (30%)

2 <50 71 orang (70 %)

Keterangan:

NILAI 30-50 : Kurang

50-70 : Cukup

70-100: Baik

Dari hasil Pre Test di dapatkan hasil masih banyak masyarakat yang belum memahami mengenai
Penyakit TBC. Hasil yang banyak terdapat kesalahan yaitu penyebab penyakit TBC, bahaya
penularan penyaki TBC, gejala TBC dan Pemeriksan, Pencegahan dan Lamanya Pengobatan.

5
B. KARYA INOVASI

Berdasarkan dua problematika yang telah dijelaskan di atas, ada dua masalah yang harus

diselaikan. Pertama adalah meningkatkan kesadaran masyarakat terkait bahaya TB sehingga

keinginan untuk memeriksa diri ke fasilitas kesehatan baik. Kemudian kedua adalah memberikan

akses yang lebih mudah kepada masyarakat dimasa pandemi.

Untuk itu ada dua program inovasi yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah

tersebut. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:

1. Membuka akses khusus pasien TB

Fasilitas ruangan penderita TB sudah ada di UPT Puskesmas Teluk Belitung sejak tahun

2019. Namun ruangan tersebut belum dilengkapi dengan peralatan pendukung seperti bed,

lemari, kursi, meja dalan lain sebagainya. Selanjutnya pasien terduga TB juga belum

memiliki jalur khusus untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Padahal

penderita TB bisa menularkan bakteri kepada pasien yang lain yang ikut mengantri untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan.

Untuk itu diperlukan ruangan khusus dengan fasilitas yang memadai untuk pasien TB.

Kemudian diperlukan juga mekanisme atau jalur khusus bagi terduga penderita TB agar

terpisah dengan pasien umum untuk mengantisipasi terjadi penularan kepada pasien lain.

2. Melakukan Kampanye Edukasi Bahaya TB kepada Masyarakat

Persoalan rendahnya capaian target program TB juga dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat

terhadap bahaya TB. Masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas Teluk Belitung

6
menganggap TB adalah keracunan makan (makan sedap) sehingga masyarakat lebih memilih

melakukan pengobatan secara tradisional dibandingkan ke fasilitas kesehatan pemerintah.

Untuk itu diperlukan kegiatan edukasi masyarakat terhadap bahaya TB baik secara online

maupun tatap muka. Di tengah pandemi covid-19 kegiatan diluar rumah terutama berkumpul.

Untuk itu diperlukan kampanye secara online kepada masyarakat dengan sasaran masyarakat

usia muda dan pengguna smartphone yang sangat denkat dengan kemajuan teknologi.

Selanjutnya juga perlu dilakukan kampanye secara tatap muka denga target masyarakat usia

lanjut. Hal ini dilakukan dengan harapan masyarakat bisa memahami bahaya TB sehingga

keinginan untuk memeriksakan jika terjadi gejala TB ke fasilitas kesehatan.

3. Mengukur Pemahaman Masyarakat Terhadap Bahaya TB setelah dilakukan Edukasi secara

tatap muka

Untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat terhadap bahaya TB diperlukan

penyebaran angket kuesioner untuk mengukur pahaman masyarakat. Hal ini diprlukan agar

kampenye edukasi bisa efektif atau tidak.

4. Prinsip Karya Inovasi yang dilakukan

Masyarakat Tanggap Tuberkulosis ( MATA-TB ) merupakan pelayanan kesehatan dengan

upaya :

 Promotif yang berbasis edukasi (online dan ofline) dan bekerja sama dengan jejaring

(Bidan Desa)

 preventif dengan memberdayakan masyarakat untuk peduli dan mau memeriksakan

kesehatan terutama yang bergejala batuk.. serta mau mengajak orang yang dengan

keluhan batuk agar mau memeriksakan dahaknya.

7
 Rehabilitative masyarakat di berikan kemandirian untuk melakukan konsultasi langsung

melalui media elektronik untuk memantau dan berkonsultasi langsung agar mempercepat

proses

C. HASIL KARYA INOVASI

1. Kegiatan yang Dilakukan

1.1 Promotif

1.1.1 Melakukan sosialisasi lintas program dan berkerjasama dengan bagian promosi

kesehatan Puskesmas.

1.1.2 Melakukan Sosialisasi Bahaya TBC dengan upaya:

a) Melakukan sosialisasi secara online ( melalui FB dan Youtube)

b) Melakukan sosialisasi secara ofline dan membagikan leaflet kepada masyarakat

saat pelaksanaan poslansia dan posbindu ( keluarahan Teluk Belitung, Ruang

tunggu vaksin Puskesmas teluk belitung , Desa Bagan Melibur, Mekar Sari)

1.2.........................................................................................................................Preventif

1.2.1 Saat sosilasisai, kita memberikan call center TB yang di sebuat ‘KRING TB” yang

meletakkan no hp petugas TB pada leaflet. dengan tujuan memudahkan masyarakat

untuk langsung berkonsultasi kepada petugas TB jika ada yang ingin di

konsultasikan.

1.2.2 Dengan memberikan edukasi, masyarakat yang memiliki keluhan batuk akan

mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan, sehingga akan mengurangi kesakitan

lama.

1.3.......................................................................................................................

Rehabilitative

8
1.3.1. memaksimalkan layanan Klinik TB Puskesmas

a. ruangan klinik sudah ada namun sarana dan prasarana belum lengkap,

b. membuat struktur organisai

c. meletakkan lemari, meja, kursi dan bed,

d. mendapatkan dukungan dari dinkes, yaitu Buku saku, Poster dan leaflet Bahaya

TB

e. Membentuk poli klinik TB di Puskesmas dengan alur pelayanan infeksius dan non

infeksis. (alur pelayanan

1.3.2 membuat grup Klik TB yang bertujuan memantau jadwal dan stok obat pasien TB

2. Pencapaian Inovasi

2.1......................................................................................................................... Promotif

Dari hasil dilaksanakannya sosialisasi dapat diketahui bahwa masyarakat mengalami

peningkatan pemahaman, dengan adanya kesadaran akan bahanya penyakit TBC Masyarakat

jadi mau unutk memeriksakan batuknya.

Tabel : 2.4 Rekapan Hasil Quesioner Pre Test dan Post Test

N Nilai Nilai Pre Test Nilai Post Kenaikan


O Test Pemahaman
1 >50 31 orang (30%) 87 orang 55%
(86%)
2 <50 71 orang (70 %) 15 orang
(14%)
Keterangan:

NILAI 30-50 : Kurang

50-70 : Cukup

70-100: Baik
9
Dari Hasil Postest Terjadi peningkatan Jumlah responen yang memahami mengenai
penyakit Tuberkulosis, Namun masih ada terdapat kesalahan yaitu mengenai seperapa
menularnya penyakit TBC dan gejala TBC. Dan , dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan pemahaman masyarakat mengenai penyakit TBC.

2.2......................................................................................................................... Preventive

Banyaknya masyarakat yang mau memeriksakan dahak terlihat dari capaian Stndar

Pelayanan Minimal naik dari tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari table beriku ini:

Tabel 2.5 Tabel Kenaikan Capaian SPM Puskesmas Teluk Belitung

NO TAHUN CAPAIAN KETERANGAN

1 2020 22% Januari s/d Desember

2 2021 22% Januari s/d Desember

3 2022 60% Januari- Juni

Tabel 2.6 Tabel Persentase Kenaikan Tiap Triwulan

NO TAHUN TW I TW II TW III TW IV KET

1 2020 6% 2.5% 3.5% 10%

2 2021 7.5% 6% 5.5& 9,5%

3 2022 32% 20% Jan-Mei

Peningkatan Capaian ini tidak terlepas dari kesadaran masyarakat yang mau memeriksakan

kesehatannya.

2.3......................................................................................................................... Rehabilitatif

10
Pengembangan pelayanan di puskesmas POLI TB

3. Hambatan

 Tidak semua desa memiliki kondisi jaringan yang bagus

 Kekurangan tanaga analis

 belum semua kader TB di desa yang aktif melakukan komunikasi dengan TIM TB

Puskesmas.

4. Rencana Tindak Lanjut

 Pemberdayaan masyarakat Mementuk Kader TB

 Membutuhkan alat GeneXpert (alat analisis untuk diagnosa TB)

5. Galeri/ Dokumentasi Kegiatan

5.1 Koordinasi Kegiatan kepada mengenai gagasan dan meminta persetujuan

11
Gambar 2.1 koordiasi dengan kepala Puskesmas

5.2 Memdesain leaflet dan memprint leaflet promosi edukasi TB dan meletakkan Kring TB di

dalam leaflet

12
\\

Gambar 2.2 Leaflet materi Sosialisai dan Layanan Kring TB

5.3Kegiatan sosialisasi kegiatan TB dan sosilaiasi “KRING TB’ di tempat vakinasi dan desa

desa wilayah kerja UPT Puskesmas Teluk Belitung yang banyak terdapat pasien TB di Tahun

tahun sebelumnya. Juga di social media termasuk di facebook dan youtube

Gambar 2.3 Penyebaran sosialisasi lewat Media Sosial

13
Posyandu cempaka putih kelurahan Teluk Belitung

Gambar 2.4 Dokumentasi Sosialisasi kepada Masyarakat

Posyandu Melati Kelurahan Teluk Belitung

Posyandu Desa mekar Sari

14
Posyandu Desa Mayang Sari

Kegiatan VAKSINASI

PENGEMBANGAN POLI KLINIK TB

15
Gambar 2.4 Poli Klinik TB

16
BAB III

KESIMPULAN

Inovasi Masyarakat Tanggap TB (MATA-TB) merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan

derajat kesehatan Masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas Teluk Belitung khusunya untuk

unbtuk pentakit menular TBC. ‘MATA TB meliputi upaya promotif, Preventif dan rehabilitative

berbasis edukasi dan pemberdayaan masyarakat.

17
BAB IV

SARAN

Program inovasi “MATA-TB” diharapkan ke depan bisa bekerja sama dengan lintas sektor
melalui pemberdayaan masyarakat. Melalui pembentukan kader TB di semua Desa.

18

Anda mungkin juga menyukai