I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2011 organisasi kesehatan dunia (WHO) pun mencatat bahwa
jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh dunia meningkat jumlahnya hingga mencapai
5,2 juta jiwa. Padahal pada tahun 2010 hanya 1,2 juta jiwa (Kampung TKI, 2011). Di
Indonesia sendiri, secara akumulatif mulai dari April 1987 hingga September 2010
jumlah penderita HIV/AIDS telah mencapai 22.726 kasus dengan angka kematian 4.249
orang. Pada tahun 2010 penderita HIV ada 15.275 dan AIDS sejumlah 4.158.
(Pencegahan HIV/AIDS, 2011).
Peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS di Jawa Barat pun terjadi sangat pesat.
Sejak tahun 1989 – September 2015 kasus HIV/AIDS sebanyak 6.165 dan yang
terbanyak menyerang pada usia produktif yaitu pada usia 20th-29 th sebanyak 2901
orang dan pada usia 30-39 tahun sebanyak 2193 orang, bayi sebanyak 55 bayi, pada
balita sebanyak 158 balita dan pada ibu rumah tangga sebanyak 801 orang (KPA Jawa
Barat, 2015). Berdasarkan data terbaru, kejadian penularan infeksi HIV di Indonesia
terbanyak melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi tanpa menggunakan
kondom, diikuti oleh penggunaan alat suntik yang tercemar darah yang mengandung
HIV (karena penggunaan alat suntik secara bersama di antara para pengguna Napza
suntikan) dan ditularkan dari ibu pengidap HIV kepada anaknya, baik selama
kehamilan, persalinan atau selama menyusui. Cara penularan lain adalah melalui
transfusi darah yang tercemar, alat tusuk dan peralatan lainnya (tato, dan lain-lain) dan
adanya infeksi menular seksual seperti sifilis . Berdasar hal tersebut, salah satu
penularan HIV yang paling beresiko tinggi adalah penularan melalui ibu hamil (ibu
pengidap HIV pada anaknya).
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat sepanjang tahun 2014 sudah
246.610 orang yang melakukan tes HIV dan ditemukan 317 orang yg positif HIV.
Demikian juga dengan ibu hamil pada tahun 2014 sebanyak 72.144 orang dites dan
ditemukan 223 ibu hamil yang positif HIV (Sindo,7/4/2015). Di Kabupaten
Tasikmalaya kasus HIV/AIDS dari tahun 2004 sampai dengan Oktober 2015 sebanyak
205 kasus dan tersebar di 37 kecamatan, yang terbanyak yaitu di Kecamatan Singaparna
sebanyak 26 kasus, kedua di Kecamatan Rajapolah sebanyak 17 kasus dan yang ketiga
di Kecamatan Manonjaya sebanyak 15 kasus.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pelayanan Konseling
dan Tes HIV dalam rangka penegakkan diagnosis HIV-AIDS untuk mencegah
sedini mungkin terjadinya penularan atau peningkatan kejadian infeksi HIV dan
pengobatan lebih dini.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan konseling dan testing HIV-AIDS
b. Menjaga mutu layanan melalui penyediaan sumberdaya dan manajemen yang
sesuai.
c. Memberi perlindungan dan konfidensialitas dalam pelayanan konseling dan testing
Hiv Aids
3. Sasaran
1. Ibu Hamil
2. Penderita Tb Paru
CAKUPAN
UPAYA TARGET
KEGIAT SATUA PENCA SUB
NO KESEHAT SASARA VARI
AN N PAIAN VARIA
AN N ABEL
BEL
1 2 3 4 5 6 7
UKM PENGEMBANGAN
Skreaning
1 Hiv Aids Hiv Aids Penderita
Penderita 60 22 60% 20%
Tb Paru
Tb Paru
Adapun hasil penilaian indikator sebagaimana terlihat pada gambar sebagai berikut :
DIAGRAM LABA-LABA INDIKATOR CAKUPAN
SKREANING HIV AIDS IBU HAMIL DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS TINOMBO
TAHUN 2022
Tibu
1
Patingke Dusunan
1 1
Lombok Barat 1Dusunan Barat
Taipa Obal 0.5 1 Lombok
00
0
Ogoalas 1 Siavu
Berdasarkan diagram diatas cakupan Skreaning hiv aids ibu hamil target 100 % capaian
32% di wilayah kerja puskesmas tinombo tahun 2022.
Skreaning hiv aids Penderita Tb Paru adalah untuk mengetahui Penderita Tb paru
yang tertular virus hiv dan cara pencegahan dan pengobatannya,
Adapun hasil penilaian indikator sebagaimana terlihat pada gambar sebagai berikut :
0
Ogoalas Siavu
Berdasarkan diagram diatas cakupan Skreaning hiv aids Penderita tb paru target 60 %
capaian 20 % di wilayah kerja puskesmas tinombo tahun 2022.