PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan tradisional merupakan salah satu bentuk pelayanan
kesehatan yang sudah berkembang sejak dulu, bahkan sebelum keberadaan
pengobatan medis (konvensional). Perkembangan pelayanan kesehatan tradisional
telah mendapat perhatian dari berbagai negara, hal ini dibuktikan dengan adanya hasil
kesepakatan pertemuan World Health Organization (WHO) Congress on Traditional
Medicine di Beijing November 2008, International Conference on Traditional
Medicine for South-East Asian Countries di India Februari 2013, The 5th ASEAN
Traditional Medicine Conference serta The 5th ASEAN Task Force on on
Traditional Medicine (ATFTM) Meeting Agustus 2014 di Myanmar, Yangoon yang
menyepakati bahwa pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat dapat
diintegrasikan ke dalam sistem pelayanan kesehatan. Kemudian pada pertemuan
WHO pada tahun 2009 disebutkan dalam salah satu resolusinya bahwa WHO
mendorong negara-negara anggotanya agar mengembangkan pelayanan kesehatan
tradisional di negaranya sesuai kondisi setempat (WHO, 2009).
Pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia telah diakui keberadaannya sejak
dahulu karena telah menyatu dengan masyarakat, sangat diminati sebagai pilihan
alternatif pengobatan dan digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan baik di desa
maupun dikota (Gitawati et al, 2009). Tingginya minat masyarakat terhadap
pengobatan tradisional, tidak lepas dari keterbatasan Pemerintah Indonesia dalam
menyikapi permasalahan kesehatan, yang salah satunya adalah belum diterapkannya
secara menyeluruh usaha promotif dan preventif sebagai bagian dari penyelenggaraan
sistem medis kesehatan, sehingga masyarakat mulai memilih pelayanan kesehatan
tradisional dalam upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Sampai saat ini
pelayanan kesehatan tradisional terus berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi
disertai dengan peningkatan pemanfaatannya oleh masyarakat sebagai imbas serta
semangat untuk kembali menggunakan hal-hal yang bersifat alamiah atau dikenal
dengan istilah ’back to nature’ (Kementrian Kesehatan RI, 2015).
RUK 2020
1
B. VISI, MISI, TUJUAN DAN TATA NILAI PUSKESMAS KOTAANYAR
1. VISI PUSKESMAS KOTAANYAR:
“Terwujudnya Kemandirian Masyarakat Untuk Hidup Sehat”
a. Profesional (PRO)
Pelayanan di Puskesmas Kotaanyar dilaksanakan sesuai dengan keahlian dan
kompetensi petugas.
b. Akuntabel (AK)
Pelaksanaan pelayanan di Puskesmas Kotaanyar harus dapat dipertanggung
jawabkan sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
c. Inovatif (TIF)
Penuh dengan inovasi sehingga tercipta ide atau kreasi baru dalam setiap
kegiatan. Jadi dengan demikian dapat diajabarkan tata nilai yang melandasi
pelayanan di Puskesmas Kotaanyar dilaksanakan sesuai dengan keahlian dan
kompetensi petugas dan dapat dipertanggung jawaban sesuai peraturan dan
perundan-undangan yang berlaku serta penuh dengan inovasi sehingga tercipta
ide atau kreasi baru dalam setiap kegiatan.
RUK 2020
2
BAB II
ANALISA SITUASI
A. DATA KINERJA
1. DATA PKP
2. ANALISA DATA
Hasil cakupan program kesehatan tradisional secara umum belum mencapai target
seperti penyehat tradisional ramuan dan keterampilan yang tidak memiliki STPT.
RUK 2020
3
3. ANALISA MASALAH DARI MASYARAKAT
a. Dari hasil pendataan Hattra di wilayah kerja Puskesmas Kotaanyar didapat bahwa, semua
penyehat trasisional belum memiliki mengurus STPT.
b. Para penyehat tradisional terkendala biaya untuk mengurus STPT, sedangkan penghasilan
mereka sebagai penyehat tradisional tidak menentu dan tidak mematok tarif/biaya yang
kepada setiap pasien.
c. Minat masyarakat yang rendah terhadap pembentukan kelompok Asuhan Mandiri.
d. Kurangnya minat dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pemanfaatan tanaman
obat keluarga (toga)
RUK 2020
4
BAB III
RUMUSAN MASALAH
A. IDENTIFIKASI MASALAH
B. PRIORITAS MASALAH
RUK 2020
5
C. PENYEBAB MASALAH
RUK 2020
6
RUK 2020
7
RUK 2020
8
D. PEMECAHAN MASALAH
ALTERNATIF PEMECAHAN
NO MASALAH AKAR MASALAH PEMECAHAN MASALAH
MASALAH
1 Hattra, panti sehat dan 1. Pemegang program belum 1. Pembinaan untuk pemegang program 1. Sosialisasi Hattra.
faskestrad yang tidak berijin mendapat pembinaan. Hattra.
/ ber STPT (surat tanda 2. Banyak Hattra yg menolak dibina. 2. Sosialisasi dan pembinaan Hattra
penyehat tradisional) 3. Kurangnya sosialisasi bahwa Hattra
sebesar 0% juga perlu mendapatkan pembinaan
2 Kelompok asuhan mandiri 1. Banyak hattra yg menolak untuk 1. Sosialisasi untuk pengurusan ijin / 1. Sosialisasi untuk pengurusan ijin / STPT
(ASMAN) sebesar 0% mengurus ijin karna menurut mereka STPT bekerjasama dengan dinas bekerjasama dengan dinas kesehatan
rumit. kesehatan
2. Kurangnya sosialisasi dan info
tentang pengurusan ijin / STPT bahwa
Hattra juga perlu berijin
3 Pembinaan Hattra di 1. Kurangnya minat dalam 1. Sosialisai dalam pembentukan 1. Pertemuan kelompok ASMAN
wilayah kerja Puskesmas pembentukan ASMAN. kelompok ASMAN.
Kotaanyar th. 2017 sebesar 2. Pemegang program belum mendapat 2. Pembinaan pemegang program dlm
16.06% pelatihan pembentukan ASMAN pembentukan ASMAN
RUK 2020
9
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Puskesmas adalah Pusat Pembangunan wilayah berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, disamping pusat pelayanan kesehatan masyarakat dan
kesehatan perorangan primer.
Puskesmas Kotaanyar telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan Standart
Pelayanan Minimal Puskesmas, walaupun ada kegiatan yang tidak memenuhi target yang
sudah ditetapkan, tetapi Puskesmas Kotaanyar akan tetap berupaya untuk mencapainya.
Kegiatan - kegiatan diatas tersebut diambil dari dana BOK dengan biaya
keseluruhan Rp 10.750.000.
2. SARAN
Diharapkan kepada tenaga kesehatan maupun lintas sektor juga dapat membantu
memberikan pemahaman kepada Hattra bahwa saat ini penyehat tradisional diharapkan
dapat berkolaborasi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khusunya di
wilayah kerja Puskesmas Kotaanyar.
RUK 2020
10