Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

A. PELAYANAN KESEHATAN
Upaya pelayanan kesehatan merupakan langkah awal yang sangat
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dengan pemberian pelayanan kesehatan secara tepat dan cepat, diharapkan
sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi.
Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)


Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter
umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya,
yang mengikuti pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat
pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat
dari cakupan pelayanan K1 dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan
gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke
fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal.
Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan
pelayanan ibu hamil sesuai standar serta paling sedikit empat kali kunjungan,
dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan kedua
dan dua kali pada triwulan ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk kualitas
pelayanan kesehatan kepada ibu hamil.

Page | 21
PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS SIMBUR NAIK 2020
Berikut ini disajikan gambaran cakupan K1 dan K4 Puskesmas Simbur
Naik Tahun 2018 - 2020:
Grafik 4.1
Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil
Puskesmas Simbur Naik Tahun 2019 - 2021

100.00%
80.00%
60.00%
40.00% K4
20.00%
K1
0.00%
2018 2019 2020

K1 K4
Sumber: Bidang KIA Puskesmas Simbur Naik Tahun 2019-2021

Beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan K1 dan


K4 ibu hamil diantaranya adalah dengan melakukan sweeping kepada ibu
hamil yang tidak kontak ke petugas berdasarkan laporan dari masyarakat dan
pelaksanaan kelas ibu hamil setiap bulannya. Dengan demikian, ibu hamil
akan termotivasi dan meningkatkan pengetahuan, kesadaran serta
kemauannya untuk memeriksakan diri ke petugas kesehatan.

2. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan


Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian
besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan
karena pertolongan persalinan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Harapan dan semestinya,
semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan.

Pada tahun 2020 dari 96 ibu hamil, sebanyak 78 orang (83,0%)


persalinan ditolong nakes, dan sebanyak 56 orang (59%) persalinan di
fasilitas Kesehatan semua persalinan yang ditolong nakes tersebut mendapat
pelayan nifas dan Vit A. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 23 dan
pada grafik berikut :

Page | 22
PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS SIMBUR NAIK 2020
Grafik 4.2
Persentase Cakupan Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Simbur Naik Tahun 2020

78 78 78 78

56

lin s n s A
a ke ta fa IT
rs na ha Ni tV
be e h s e
na
n
pa
Ib
u ol ke ya da
h ng as l a en
la lo i l it pe m
m to as at u
Ju di f Ib
di ap
an an
d
in en
al al
in m
e rs rs u
P pe Ib

Sumber: Bidang KIA Puskesmas Simbur Naik Tahun 2020

3. Ibu Hamil dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani


Terbatasnya kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
khususnya oleh tenaga bidan di desa dan puskesmas kepada ibu hamil yang
memiliki risiko tinggi, hal ini memerlukan tindakan lebih lanjut yaitu perlu
dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai.
Ibu hamil risiko tinggi/komplikasi pada tahun 2020 diperkirakan
sebanyak 20 orang bumil, namun yang ditangani lebih banyak yaitu 21 orang
(105,0%). Sedangkan perkiraan neonatal risiko tinggi/komplikasi adalah
sebanyak 6 orang, tetapi yang ditangani lebih sedikit yaitu 5 orang (33,3%).
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada table 30.

4. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada ibu melahirkan selama 40 hari. Pelayanan kesehatan ibu
nifas dilakukan sebanyak 3 kali (KF1-KF3).
Cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas KF1, KF2 dan KF3 pada
tahun 2020 secara berturut-turut sebesar 83,0%, 83,0% dan 81,9%. Angka ini
menurun bila diabanding cakupan KF1, KF2 dan KF3 pada tahun 2019 yang
secara berturut-turut sebesar 75,3%, 74,2% dan 62,9%. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel 23 dan pada grafik berikut ini:

Page | 23
PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS SIMBUR NAIK 2020
Grafik 4.3
Cakupan Pelayanan pada Ibu Nifas
Wilayah Kerja Puskesmas Simbur Naik Tahun 2019 – 2020

KNF 3

KNF 2

KNF 1

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

2019 2020
Sumber: Bidang KIA Puskesmas Simbur Naik Tahun 2020

5. Kunjungan Neonatus (Bayi kurang dari 1 bulan)


Kunjungan Neonatus adalah pelayanan sesuai standar yang diberikan
tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonates, sedikitnya 3 ( tiga ) kali
kunjungan selama periode 0 – 28 hari setelah lahir , baik di fasilitas
kesehatan maupun kunjungan rumah. Kunjungan Neonatus dibagi tiga yaitu
Kunjungan Neonatus ke 1 (KN1) dilakukan kurun waktu 6 – 48 jam pertama,
Kunjungan Neonatus ke 2 (KN2) dilakukan pada kurun waktu 3 – 7 hari
Kunjungan Neonatus ke 3 (KN3) dilakukan pda kurun waktu 8 – 28 hari
ariadalah pelayanan sesuai standar yang diberikan tenaga kesehatan yang
kompeten kepada neonatus, sedikitnya 3 (tiga) kali selama periode 0-28 hari.
Adapun kunjungan Neonatal Lengkap (KN lengkap) yaitu nenonatus yang
mendapatkan sedikitnya 3 kali kunjungan sesuai standar baik di fasilitas
maupun di rumah.
Cakupan kunjungan neonatal 1 kali (KN1) di wilayah kerja Puskesmas
Simbur Naik tahun 2020 sebesar 100,0% dan kunjungan neonatal 3 kali (KN
Lengkap) sebesar 92,0 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran
Tabel 34.

Page | 24
PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS SIMBUR NAIK 2020
6. Pelayanan Keluarga Berencana
Capaian pelayanan KB dapat digambarkan melalui kelompok sasaran
program yang sedang dan pernah menggunakan alat kontrasepsi menurut
daerah tempat tinggal, tempat pelayanan serta jenis kontrasepsi yang
digunakan akseptor.
Cakupan peserta KB aktif pada tahun 2020 sebesar 75 % dari 857 Pus
dan cakupan ibu bersalin ber KB sebanyak 97 % dari 78 ibu bersalin. untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 28 dan 29.
Metode suntik masih merupakan jenis alat kontrasepsi yang paling
banyak digunakan oleh akseptor (39%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 4.4
Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi
Wilayah Kerja Puskesmas Simbur Naik Tahun 2020

Chart Title

JUMLAH PUS
PESERTA KB AKTIF KONDOM
PESERTA KB AKTIF SUNTIK
PESERTA KB AKTIF PIL
PESERTA KB AKTIF AKDR
PESERTA KB AKTIF MOP
PESERTA KB AKTIF MOW
PESERTA KB AKTIF IMPLAN

Sumber: Bidang KIA dan KB Puskesmas Simbur Naik 2020

7. Pelayanan Imunisasi Bayi dan Ibu Hamil


Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya
merupakan proksi terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan
imunisasi secara lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu
wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut juga tergambarkan besarnya
tingkat kekebalan masyarakat (herd immunity) terhadap penularan PD3I.
Desa UCI adalah desa/kelurahan indikatornya dimana 90% dari
jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar

Page | 25
PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS SIMBUR NAIK 2020
lengkap. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis
DPT-Hib, 4 dosis Polio, 3 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak.
Wilayah kerja Puskesmas Simbur Naik terdiri atas 2 (dua) desa, dan
kedua desa tersebut telah Desa UCI pada tahun 2020 ini. Sedangkan
cakupan imunisasi perantigen tahun 2020 dapat dilihat pada grafik di bawah
ini:
Gambar 4.5
Cakupan Imunisasi Perantigen
Di Wilayah Kerja Puskesmas Simbur Naik Tahun 2020
100
98.9 98.9
99
98
97
96 95.4 95.4
95 94.7
94 93.4
93
92
91
90
Hb 0 (<24 Jam) BCG DPT-HB3-Hib 3 POLIO 4 CAMPAK/MR IDL

Sumber: Bidang P2P-Imunisasi Puskesmas Simbur Naik Tahun 2020

Untuk tetap meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap pada


bayi pun ditempuh, salah satunya dengan melakukan sweeping yaitu
melakukan kunjugan rumah untuk memberikan vaksinasi pada bayi yang
tidak datang ke posyandu selama 3 bulan berturut-turut. Selanjutnya
dilakukan penyegaran kader untuk merefresh kembali pengetahuan kader
terkait penyelenggaraan posyandu di masyarakat dan terus diberikan
motivasi kepada kader dan petugas yang bertangung jawab di daerah
binaan masing-masing agar ibu-ibu membawa anaknya ke posyandu untuk
divaksinasi dan dipantau tumbuh kembangnya.
Kendala lain yang tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat masih
ada yang takut anaknya divaksinasi, karena menganggap bila sudah
disuntikkan vaksin, maka anak akan demam tinggi. Namun, setelah
diberikan penjelasan, dan sosialisasi langsung tentang pentingnya imunisasi
dasar lengkap, maka masyarakat lambat laun akan semakin paham dan
mengerti akan pentingnya imunisasi dasar lengkap.

Page | 26
PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS SIMBUR NAIK 2020
Imunisasi Td pada ibu hamil juga tidak kalah penting. Imunisasi Td
bertujuan untuk mencegah penyakit infeksi seperti difteri, tetanus dan batuk
rejan (pertusis). Tetanus disebabkan oleh bakteri clostridium tetani yang
tinggal di debu, benda berkarat, kotoran hewan dll. Bakteri dapat masuk
melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang kemudian menyerang
sistem saraf pusat. Penderita dapat mengalami kejang otot serta diikuti
kesulitan menelan dan kesukaran bernafas. Sungguh sangat berisiko bila
bayi yang dilahirkan dengan bantuan dukun yang menggunakan peralatan
tidak steril.
Penyakit selanjutnya yang dapat dicegah dengan imunisasi Td
adalah penyakit difteri. Penyakit difteri adalah penyakit akut yang bersifat
toxin-mediaed disease yang disebabkan oleh Corynobacterium diphteriae.
Imunisasi Td pada ibu hamil terdiri atas Td1-Td5 dan Td2+. Cakupan
Imunisasi Td pada ibu hamil di tahun 2020 dapat dilihat pada tabel 24-26.

8. Kunjungan Bayi
Pelayanan kesehatan pada bayi minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur
29 hari-2 bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan, 1 kali pada umur 6-8 bulan, dan
1 kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi
pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB/HiB1-3, Polio 1-4, Campak),
pemantauan pertumbuhan, Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK), pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan,
penyuluhan pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP
ASI).
Cakupan pelayanan kesehatan bayi di wilayah kerja puskesmas
Simbur Naik pada tahun 2020 mengalami penurunan yaitu 85,4% dimana
pada tahun sebelumnya sebanyak 100,5 %. Untuk lebih lengkapnya dapat
dilihat pada lampiran tabel 36.

9. Pelayanan Gizi
a. Pemberian Tablet Besi (Fe)
Pemberian tablet Fe pada ibu hamil adalah minimal 90 tablet tambah
darah selama periode kehamilannya. Hal ini bertujuan untuk mencegah
anemia pada ibu hamil dan persiapan melahirkan.
Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD)
di wilayah kerja Puskesmas Simbur Naik mengalami kenaikan kembali

Page | 27
PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS SIMBUR NAIK 2020
setelah pada tahun 2019 menurun dari tahun 2018, yaitu sebesar 99,0% di
tahun 2018 menjadi 75,2% di tahun 2019 dan naik kembali menjadi 99,0 %
di tahun 2020. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.7
Cakupan Ibu Hamil Yang Mendapatkan TTD
Wilayah Kera Puskesmas Simbur Naik Tahun 2018 - 2020

98.8 100.0 105.6


120.0 97.5 89.5
100.0 72.0
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
Simbur Naik Kuala Simbur

2018 2019 2020


Sumber: Bidang Gizi Puskesmas Simbur Naik Tahun 2020

b. Cakupan Pemberian Asi Ekslusif


Cakupan pemberian ASI eksklusif tahun 2020 ini sedikit meningkat dari
tahun sebelumnya yaitu 66% di tahun 2019, 54,2% di tahun 2019 dan
meningkat kembali menjadi 68,8 % di tahun 2020 ini. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 4.8
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif
Puskesmas Simbur Naik 2018-2020

66.0%
70.0% 68.8%
60.0% 54.0%
50.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%
2018
2019
2020

Sumber: Program Gizi Puskesmas Simbur Naik Tahun 2020

Page | 28
PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS SIMBUR NAIK 2020
Untuk terus meningkatkan capaian ASI Exclusif banyak upaya - upaya
yang dilakukan seperti berupa pemberian penyuluhan pada kelas ibu hamil,
di posyandu dan pada saat melakukan kunjungan neonatal oleh petugas,
penyuluhan di setiap kesempatan atau di pertemuan PKK. Di tahun 2020 ini
Puskesmas dan Tim Penggerak PKK telah membuat inovasi untuk
meningkatkan cakupan Asi Exclusif yaitu KASI (Kelompok Peduli Asi) yang
beranggotakan ibu – ibu anggota PKK yang mana tugasnya adalah
melakukan pendampingan, pengawasan dan dukungan kepada setiapibu
yang baru saja bersalin sampai selesai masa menyusui agar para ibu
menyusui tetap memberikan Asi exclusive kepada anaknya dan jika ada
kendala maka para anggota akan melaporkan ke ketua TP PKK atau
Pengelola program Puskesmas untuk selanjutnya di bahas untuk mencari
solisi sehingga proses pemberian Asi Exclusif tetap berjalan.

c. Balita Mendapat Kapsul Vitamin A


Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan masalah gizi utama di
Indonesia. KVA pada anak biasanya terjadi pada anak menderita KEP atau
gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang. Anak yang
menderita KVA berdampak pada resiko kebutaan juga resiko kematian balita
karena infeksi dan mudah sekali terserang infeksi seperti infeksi saluran
pernafasan akut, campak, cacar air, diare dan infeksi lain karena daya tahan
anak tersebut menurun.
Penanggulangan masalah KVA dilaksanakan secara promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan secara preventif dapat dilakukan
dengan suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi dan fortifikasi bahan
makanan dengan vitamin A. Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi
khususnya diberikan pada sasaran prioritas yaitu bayi (6-11 bulan), balita (1-
4 tahun) dan ibu nifas.
Cakupan yang mendapat Vitamin A pada tahun 2020 sebesar 100,0%
pada bayi 6 – 11 bulan, dan anak balita umur 12-59 bulan sebesar98,1% .
Dengan demikian, cakupan pemberian Vitamin A secara keseluruhan umur
6-59 bulan sebesar 98,4%. Angka ini cukup tinggi dan kedepannya
diharapkan dapat terus ditingkatkan.

Page | 29
PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS SIMBUR NAIK 2020
d. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Tidak ditemukan kasus gizi buruk pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Simbur Naik Tahun 2020. Sehingga cakupan balita gizi buruk
yang mendapat perawatan adalah 0,0%.

10. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada tahun 2020 di Puskesmas
Simbur Naik, belum optimal. Hal ini disebabkan tidak tersedianya tenaga
kesehatan (dokter gigi dan perawat gigi). Untuk kasus ringan seperti keluhan
gigi sakit dan bengkak tetap dilakukan penatalaksanaan oleh dokter di Ruang
Pemeriksaan Umum. Namun, untuk kasus seperti tumpatan gigi tetap dan
pencabutan gigi tetap tidak dilaksankan, tetapi dilakukan rujukan ke
Puskesmas yang memiliki pelayanan gigi dan ke Rumah Sakit.

11. Penanganan KLB


Upaya penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB
merupakan tindaklanjut dari penemuan dini kasus-kasus penyakit berpotensi
KLB/wabah yang terjadi pada masyarakat. Upaya penanggulangan yang
dilakukan dimaksudkan untuk mencegah penyebaran lebih luas dan
mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Pada tahun 2019, tidak terdapat KLB di wilayah Kerja Puskesmas
Simbur Naik, sehingga tidak ada kasus KLB yang ditangani <24 jam.

B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN


1. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin
Dari hasil pendataan diketahui bahwa jumlah masyarakat dengan
jaminan kesehatan meningkat pada Tahun 2019 sebanyak 2.988 orang.
Namun, belum tersedia data PBI dan Non PBI Sehingga ke depannya
tersedia data tentang cakupan jaminan kesehatan penduduk.
Masih kurangnya masyarakat dengan jaminan kesehatan disebabkan
karena masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya
Jaminan Kesehatan. Tujuan kepemilikan kartu jaminan kesehatan ini
diantaranya adalah bila masyarakat sakit, maka tidak akan terbebani lagi
dengan biaya pengobatan yang cukup tinggi. Adapun upaya yang dilakukan

Page | 30
PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS SIMBUR NAIK 2020
seperti mengadakan sosialisasi jaminan kesehatan dan berkoordinasi
dengan lintas sektoral terkait.

2. Kunjungan Rawat Jalan di Sarana Pelayanan Kesehatan


Pada tahun 2019 jumlah kunjungan rawat jalan sebanyak 4.820 orang
dengan rincian 3.078 orang laki-laki dan 1.742 orang perempuan. Pada
tahun 2020 ini kunjungan rawat jalan mengalami penurunan yaitu sebanyak
3.529 orang dengan rincian 1.243 orang laki-laki dan 2.286 orang
perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh aadanya pandemic Covid 19.

C. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT


1. Rumah Sehat ber-PHBS
Rumah tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang semua anggota
keluarganya berperilaku hidup bersih dan sehat, yaitu merupakan komposit
12 indikator dari 16 indikator (Pertolongan persalinan oleh nakes, balita
diberi ASI, kepadatan rumah, mendapatkan air bersih, mempunyai jamban,
lantai rumah kedar air, jaminan pemeliharaan kesehatan, tidak merokok,
olahraga teratur dan makanan gizi seimbang.
Pada tahun 2020 ini jumlah kepala keluarga (KK) di wilayah
Puskesmas Simbur Naik berjumlah 1143 KK, dan yang telah ber PHBS baru
189 KK atau 16,54 %, angka ini masih sangat jauh di bawah target yaitu
60%.
Berbagai upaya yang telah di lakukan untuk meningkatkan cakupan
rumah tangga ber PHBS diantaranya melakukan penyuluhan dan kampanye
Germas.

D. KEADAAN LINGKUNGAN
1. Rumah Sehat
Rumah sehat diartikan sebagai bangunan rumah tinggal yang
memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban sehat,
sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air
limbah, ventilasi rumah baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan
lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Pada tahun 2020, terdapat 1.238
rumah tangga yang dipantau. Dari rumah tangga yang dipantau tersebut,
sebanyak 613 (49,5%) rumah tangga yang memenuhi syarat rumah sehat.

Page | 31
PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS SIMBUR NAIK 2020
2. Keluarga Memiliki Akses Terhadap Air Bersih
Sarana air bersih yang dimiliki masyarakat terdiri dari dua kategori
yaitu bukan jaringan perpipaan (sumur gali terlindung, sumur gali dengan
pompa, sumur bor dengan pompa, terminal air, mata air terlindung, dan
penampungan air hujan) dan perpipaan (PDAM, BPSPAM).
Tahun 2020 sebanyak 3.504 (65,0%) penduduk dengan akses air
minum berkualitas dari total 5.393 penduduk. Sebagian besar penduduk
menggunakan sarana air bersih jenis perpipaan, yaitu 2.459 pendudukdan
sisanya menggunakan sarana jenis bukan perpipaan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada lampiran tabel 72 dan pada gambar berikut ini:

Gambar 4.9
Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan
Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak)

PENAM-
SUMUR PUNGAN
BOR AIR HU-
DENGAN JAN
SUMUR GALI POMPA
POMPA

DEPOT
AIR
MINUM

PERPIPAAN

Sumber: Program Kesling Puskesmas Simbur Naik 2020

3. Kualitas Air Minum di Penyelenggara Air Minum yang Sehat


Terdapat 4 penyelenggara air minum di wilayah kerja Puskesmas
Simbur Naik pada tahun 2020, dan semua (100%) telah dilakukan
pemeriksaan dan hanya 1 tempat (25%) yang memenuhi syarat secara fisik,
bakteriologi dan kimia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran
Tabel 73.

Page | 32
PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS SIMBUR NAIK 2020
4. Desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Terdapat dua desa di wilayah kerja Puskesmas Simbur Naik dan
kedua desa telah melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM). Namun, belum ada desa dengan Stop BABS (SBS).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mewujudkan Desa Stop BABS,
seperti melakukan pemicuan STBM. Masyarakat telah berkomitmen untuk
stop BABS namun belum sepenuhnya terpenuhi. Pemantauan dan evaluasi
terus dijalankan, diharapkan kedepannya paling tidak satu desa stop BABS.
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel 75.

5. Tempat-Tempat Umum (TTU) Sehat


Tempat-tempat umum yang dimaksud adalah sarana pendidikan (SD,
SLTP, SLTA), sarana kesehatan (Puskesmas, RSU), tempat ibadah dan
pasar. Terdapat 23 tempat-tempat umum di wilayah kerja Puskesmas
Simbur Naik dan hanya 9 (39%) yang memenuhi syarat kesehatan yaitu
sebagian sarana pendidikan (SD, SLTP) dan tempat ibadah. Data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel 76 dan gambar berikut:
Gambar 4.10
TTU Memenuhi Syarat Kesehatan
Puskesmas Simbur Naik Tahun 2020
13

12 8
6
8 3
1 1
4 0 0
0

TTU YANG ADA TTU MEMENUHI SYARAT KESEHATAN

Sumber: Program Kesling Puskesmas Simbur Naik 2020

6. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Sehat


Menurut hasil pemantauan petugas, pada tahun 2020 dari 30 TPM
yang diperiksa terdapat 15 (50,0%) memenuhi syarat kesehatan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 77.

Page | 33
PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS SIMBUR NAIK 2020

Anda mungkin juga menyukai