Anda di halaman 1dari 20

Isu Kontemporer

Akuntansi Syariah
KELOMPOK 10

AKUNTANSI SYARIAH KELAS A INDRALAYA


KELOMPOK 10
EOGENIE LAKILAKI

ISNIDIATI PUSPA DISA

NADYA MIRANDA

M. FATHUR HAQI

RYAN ADITYA SAPUTRA

Dosen Pengampu : FERDINANT ADHITAMA, S.E.,M.Si,Ak


TABLE OF CONTENTS

01 Pasar Modal 03 Kriteria Efek 05 Akuntansi Sukuk


Syariah Syariah

02 Sumber Hukum 04 Jenis Efek 06 Asuransi Syariah


Syariah Syariah

07 Transaksi –
Perbankan
Syariah
PENGERTIAN PASAR
MODAL

Pasar modal (capital market) adalah pasar


untuk berbagai instrument keuangan jangka Berdasarkan Fungsinya, Pasar
Panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam Modal Dibagi Menjadi 3
bentuk utang, ekuitas (saham), instrument Macam :
derivative,maupun instrument lainnya. Pasar
modal merupakan sarana pendanaan bagi
perusahaan maupun institusi lain (pemerintah)
1. Pasar Perdana
dan sarana bagi kegiatan investasi para investor. 2. Pasar Sekunder
Dalam pasar modal, yang menjadi objek jual beli 3. Bursa Parallel
atau perdagangan adalah efek atau surat
berharga, demikian juga di pasar modal syariah.
Pasar Syariah Indonesia

Pasar modal syariah merupakan pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah
dalam kegiatan transaksinya dan terbebas dari hal-hal yang dilarang, seperti riba, perjudian,
spekulasi dan lain sebagainya. Penerapan prinsip-prinsip syariah melekat pada instrumen
atau surat berharga atau efek yang diperjualbelikan (efek syariah) dan cara bertransaksinya
sebagaimana diatur oleh fatwa DSN MUI, sehingga tidak memerlukan bursa efek yang
terpisah.
Pasar modal syariah di Indonesia resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003
bersamaan dengan penandatanganan MoU antara BAPEPAM-LK dengan Dewan Syariah
Nasional-MUI. Namun instrumen pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun
1997. Hal ini ditandai dengan peluncuran Danareksa syariah pada 3 juli 1997 oleh PT
Danareksa Investment Management.
Menurut Hasil Studi Bapepam, Perkembangan Syariah Di Indonesia Masih Tergolong
Lambat, Hal Ini Disebabkan Oleh :

1. Kurangnya tingkat pengetahuan dan pemahaman pelaku pasar dan pemodal.


2. Terbatasnya ketersediaan informasi tentang pasar modal syariah.
3. Kurangnya sumber daya manusia (professional) yang ahli di bidang keuangan
syariah.
4. Pola kelembagaan atau institusi dalam rangka pengawasan masih dianggap sebagai
“ dis-insentif” oleh para pelaku.
5. Kurangnya “ insentif “ sehingga pelaku lebih cenderung menerbitkan produk
konvensional.
6. Terbatasnya produk syariah yang dapat dijadikan portofolio reksa dana (kendala
khusus untuk reksa dana syariah).
Sumber Hukum Syariah
Al-Qur’an As-Sunnah
○ … dan allah menghalalkan jual beli o “Tidak halal (memberikan) pinjaman
dan mengharamkan riba … (QS. 2 : dan penjualan, tidak halal (menetapkan)
275) dua syarat dalam satu jual beli, tidak
○ “ Hai orang-orang yang beriman, halal keuntungan sesuatu yang tidak
janganlah kamu saling memakan harta ditanggung resikonya, dan tidak halal
sesamamu dengan jalan yang batil, (melakukan) penjualan sesuatu yang
kecuali dengan jalan perniagaan yang tidak ada padamu (HR Al Khomsah dari
berlaku dengan suka sama suka di Amr bin Syuaib).
antara kamu”. (QS. 4 : 249)

Hasil pertemuan ulama internasional telah memperbolehkan transaksi saham seperti yang menjadi
dasar fatwa DSN MUI, yaitu : Keputusan Muktamar ke-7 Majma Fiqh Islami tahun 1992 di Jeddah
yaitu boleh menjual atau menjaminkan saham dengan tetap memperhatikan peraturan yang berlaku
pada perseroan.
Kriteria Efek Syariah

Menurut Dewan Syariah Nasional melalui Fatwa DSN Nomor : 40/DSN-MUI/X/2003


tanggal 4 oktober 2003 tentang pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip
syariah di bidang pasar modal, telah menentukan tentang kriteria produk-produk investasi
yang sesuai dengan ajaran islam.

JENIS USAHA Pelaksanaan transaksi harus dilakukan


Beberapa jenis usaha yang menurut prinsip kehati-hatian serta
bertentangan dengan prinsip syariah tidak diperbolehkan melakukan
spekulasi dan manipulasi yang di
1. Perjudian dalamnya mengandung unsur gharar,
2. Lembaga keuangan konvensional dharar, riba, malsir, risywah, maksiat
3. Produsen maupun distributor dan kezaliman, seperti berikut ini.
makanan & minuman yang haram
4. melakukan investasi pada Emiten Najsy Bai’ al-ma’dum
yang pada saat transaksi tingkat insider Trading informasi ambigu
hutang kepada lembaga keuangan Margin Trading Corner
ribawi lebih dominan dari Window Dressing
modalnya.
Jenis Efek Syariah
Dalam pasar modal, yang menjadi objek jual beli atau perdagangan adalah efek atau surat
berharga. Dalam pasar modal syariah, yang diperdagangkan haruslah efek syariah, yaitu
surat berharga yang dikeluarkan oleh emiten dimana pengelolaan perusahaan, dan cara
penerbitan (emisi) efeknya memenuhi prinsip-prinsip syariah.

5 jenis efek syariah yang dapat diperdagangkan dalam pasar modal syariah yaitu :
1. Saham Syariah
2. Obligasi Syariah
3. KIK Reksa Dana Syariah
4. Efek Berangun Aset ( KIK EBA ) Syariah
5. Surat Berharga Komersial Syariah

Ada 3 jenis efek utama, yaitu: saham syariah, obligasi syariah, dan reksa dana syariah.
Saham Syariah
Sesuai fatwa DSN-MUI, pengertian saham adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan
dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa. Dapat diartikan bahwa saham
merupakan bukti kepemilikan seseorang/pemegang saham atas aset perusahaan sehingga penilaian
atas saham seharusnya atas nilai aset.
Saham yang diperbolehkan secara syariah untuk dibeli adalah saham untuk perusahaan-
perusahaan yang kegiatan usaha, jenis produk/jasa serta cara pengelolaannya sejalan dengan
prinsip syariah. Untuk identifikasi saham sesuai syariah dan “sehat” dapat menggunakan saham
yang di-listing dalam Jakarta Islamic Index (JII).
Hal yang harus diperhatikan dalam transaksi saham adalah sesuai dengan fatwa MUI, tidak
melakukan transaksi yang dilarang, emiten menjalankan usaha dengan kriteria syariah serta
transaksi dilakukan dengan harga pasar wajar yang mencerminkan nilai atau valuasi atas kondisi
yang sesungguhnya dari aset menjadi dasar penerbitan efek tersebut dan/atau sesuai dengan
mekanisme pasar yang teratur, wajar dan efisien serta tidak direkayasa. Maka, diperlukan suatu
kehati-hatian yang tinggi dalam melakukan transaksi saham di bursa efek agar kita dapat
memenuhi prinsip kehalalan sesuai fatwa MUI, sehingga harta kekayaan yang diperoleh melalui
bursa efek menjadi halal.
KIK Reksa Dana Syariah adalah satuan ukuran
KIK Reksa Dana Syariah
yang menunjukkan bagian kepentingan setiap pihak
dalam portofolio investasi suatu reksa dana syariah. Hal-hal yang harus diperhatikan
Reksa dana syariah adalah reksa dana yang dalam transaksi reksa dana adalah
Kehalalan imbal hasil/dana yang
beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah diperoleh melalui reksa dana sangat
Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal bergantung pada kegiatan investasi
sebagai pemilik harta (shahib al-mal/rabb al-maal) yang dilakukan oleh manajer
dengan manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal, investasi. Hal lain yang harus
maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil dipertimbangkan sebelum memilih
shahib al-mal dengan pengguna investasi. (Fatwa DSN suatu reksa dana syariah adalah
Nomor: 20/DSN-MUI/IX/2001) kapasitas dan kemampuan manajer
investasi untuk mengelola dana, yang
Beberapa reksa dana syariah di Indonesia adalah antara lain bisa dilihat dari kinerja
BNI Dana Syariah, Dompet Dhuafa-BTS Syariah, (nilai aset bersih) yang berjalan
PNM Amanah Syariah, I-Hajj Syariah Fund, Reksa selama ini, serta dari biaya-biaya
dana PNM Syariah, Batasa Syariah, BSM Investa yang dibebankan seperti biaya
Berimbang, dan lainnya. pembelian dan biaya penjualan
kembali, imbalan jasa manajer
investasi dan jasa kustodian.
 
Obligasi Syariah
Fatwa DSN mendefinisikan obligasi syariah sebagai surat berharga jangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah, yang mewajibkan emiten
untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta
membayar kembali dan obligasi pada saat jatuh tempo.
Dalam menerbitkan obligasi syariah, emiten dapat menggunakan berbagai akad yang sesuai
dengan syariah, seperti mudharabah, murabahah, musyarakah, salam, istishna’, dan ijarah. Di
Indonesia, obligasi mudharabah dan ijarah adalah jenis obligasi yang paling banyak digunakan.
Hal yang harus diperhatikan lainnya adalah proses bagi
Jenis Obligasi Syariah : hasil. Imbal hasil harus dilakukan sesuai dasar syariah dari
1. Obligasi Syariah Mudharabah obligasi yang dilakukan. Misalnya imbal hasil dalam bentuk
2. Obligasi Syariah Ijarah margin biasanya diperoleh untuk obligasi dengan akad
3. Obligasi Syariah Musyarakah salam, istishna’, murabahah dan juga ijarah. Apabila ada
4. Obligasi Syariah Istishna’ obligasi syariah jenis ini yang skema imbal hasilnya tidak
tetap maka kita harus memberi perhatian secara cermat,
karena ini berarti tidak sesuai dengan ketentuan syariah.
Akuntansi Sukuk

Dari berbagai jenis sukuk, PSAK no.110 tentang akuntansi sukuk hanya
mengatur 2 jenis sukuk, yaitu sukuk mudharabah dan sukuk ijarah. Hal ini
disebabkan penerbitan sukuk di Indonesia sebagian besar didominasi oleh sukuk
ijarah dan sebagian kecilnya berupa sukuk mudharabah. Akuntansi sukuk ini
mengatur pihak yang melakukan transaksi sukuk baik investor maupun penerbit,
sehingga apapun bentuk usahanya sepanjang mereka menerbitkan ataupun
berinvestasi pada sukuk maka harus mengikuti aturan yang ada pada PSAK ini.
Asuransi Syariah
Menurut UU No. 2 Tahun 1992, asuransi merupakan perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada ihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbi; dari suatu peristiwa
yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidunya seseorang yang dipertanggungkan.
Sedangkan definisi menurut fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
menyebutkan bahwa definisi mengenai asuransi syariah (Tam’min, Takaful, atau Tadhamun)
adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang.pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Selain perbedaan definisi yang terdapat, banyak perbedaan antara asuransi
konvensional dan asuransi syariah
Sumber Hukum Asuransi Syariah
Sumber hukum dari asuransi syariah adalah Al- Quran dan Hadits, sebagaimana yang
difirmankan Allah SWT dalam QS Al Hasyr : 18 “Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dan hadits yang berbunyi, Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu
kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah
senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya. (HR Muslim dari
Abu Hurairah).
Mekanisme Asuransi Syariah

Wakalah bil
Akad Tabarru’ Mudharabah
ujrah
akad yang
akad yang akad pemberian digunakan ketika
dilakukan dalam kuasa dari peserta peserta
bentuk hibah kepada berhubungan
dengan tujuan perusahaan dengan
kebajikan dan asuransi untuk perusahaan
tolong menolong mengelola dana asuransi dalam
antar peserta peserta hal pengelolaan
dana investasi.
Akuntansi Transaksi Asuransi
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108 tentang Akuntansi Asuransi
Syariah merupakan PSAK pertama yang ditujukkan untuk entitas asuransi syariah dan
hanya mengatur tentang transaksi asuransi syariah secara resmi dikeluarkan pada bulan
April 2009 dan berlaku efektif per 1 Januari 2010.
Penyajian Laporan Keuangan Entitas Asuransi Syariah, yang terdiri dari laporan
posisi keuangan (neraca), laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’, laporan
perubahan dana tabarru’, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,
laporan sumber dan penggunaan dana zakat, laporan sumber dan penggunaan dana
kebajikan, dan catatan atas laporan keuangan
Transaksi Terkait Regulator – Khusus
Perbankan Syariah

1. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia


2. Sertifikat Bak Syariah Indonesia (SBI)
3. Pasar Uang Antar – Bank Syariah
4. Sertifikat Investasi Mudharabah Antar-bank (SIMA)
5. Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah
(FPJPS)
Kesimpulan
Sesuai dengan kaidah ushl fikih, transaksi dalam Islam dapat
dilakukan dengan cara apa saja asal tidak bertentangan dengan
ketentuan syariah Islam. Seiring dengan kemajuan zaman, maka
dihalalkan untuk melakukan transaksi jual beli saham, obligasi bahkan
reksa dana sepanjang transaksi tersebut tidak ada unsur riba, gharar,
maisir dan lainnya yang tidak sesuai dalam Islam.
Saham syariah, obligasi syariah dan reksa dana syariah telah
menjadi instrumen pendanaan dan pembiayaan yang lazim serta
berkembang pesat saat ini. Melengkapi perbankan syariah dan asuransi
syariah yang telah diterima lebih dahulu.
Walaupun produk keuangan syariah tersebut telah dikenal secara
luas, tetap dibutuhkan kehati-hatian sebelum memutuskan melakukan
investasi agar harta yang diperoleh melalui instrumen syariah tersebut
tetap merupakan harta yang halal.
Thank You
Kelompok 10

Anda mungkin juga menyukai