Anda di halaman 1dari 23

Tinjauan Teori Asuhan

Kebidanan pada KB IUD


Kelompok :
Enjelly
Rosmawati
Vena Sepni Mayori
Pengertian KB IUD

IUD merupakan alat kontrasepsi yang ditempatkan didalam uterus. IUD


dibuat dari plastik khusus yang diberi benang pada ujungnya. Benang ini
gunanya untuk pemeriksaan (kontrol) (Proverawati dkk, 2010). IUD
merupakan kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa
(baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi kontrasepsinya),
diletakkkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi
fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplantasi dalam uterus (Hidayati,
2009).
Indikasi kb IUD

 Wanita usia reproduksi


 Wanita nulipara atau yang sudah mempunyai anak atau yang belum
mempunyai anak
 Wanita yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan efektivitas tinggi
 Wanita pasca keguguran dan pasca melahirkan
 Wanita dengan risiko tentang IMS
 Wanita yang tidak suka mengingat kapan waktu minum pil Kb
 Wanita yang gemuk maupun kurus
 Wanita hipertensi
 Penderita penyakit jantung, diabetes militus, dan penyakit hati dan empedu
Kontra Indikasi

 Wanita yang hamil dan dicurigai hamil


 Wanita yang mengalami perdarahan per vagina yang belum jelas penyebabnya
 . Wanita yang sedang menderita infeksi alat genetalia (vaginitis, servisitis)
dan wanita dengan kanker organ genital
 Wanita dengan kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak
uterus yang dapat mempengaruhi kavum ute
Keuntungan

 Alat kontrasepsi dalam rahim dapat diterima masyarakat dunia,


termasuk Indonesia dan menempati urutan ketiga dalam pemakaian
 Pemasangan tidak memerlukan tindakan medis yang sulit
 Kontrol medis yang ringan
 Penyulit tidak terlalu berat
 Pulihnya kesuburan setelah IUD dicabut berlangsung baik.
Kerugian

 Masih terjadinya kehamilan dengan IUD in situ


 Terdapat perdarahan (spotting dan menometroragia)
 Dapat terjadi infeksi dimana tingkat terakhir infeksi menimbulkan
kemandulan primer atau sekunder dan kehamilan ektopik
 Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan mengganggu
hubungan seksual.
Efek Samping Pemasangan

 Perdarahan Perdarahan uterus disfungsional (PUD) adalah perdarahan


uterus abnormal yang didalam maupun diluar siklus haid
 Keputihan Terdapat cairan putih yang berlebihan, terjadi akibat
produksi cairan rahim yang berlebihan. Tidak berbahaya apabila
cairan tersebut tidak berbau, tidak terasa gatal dan tidak terasa
panas.
 Eksplusi. Terasa adanya IUD dalam liang senggama yang menyebabkan
rasa tidak enak bagi wanita. Terjadi ekspulasi sebagian atau
seluruhnya. Biasanya terjadi pada waktu haid
 Nyeri pada waktu pemasangan IUD, saat haid dan saat senggama
 InfeksiAdanya rasa nyeri di daerah perut bagian bawah, bila disertai
demam, keputihan yang bebau busuk dan rasa nyeri pada waktu
bersenggama atau periksa dalam
 Translokasi. Pindahnya IUD dari tempat seharusnya
Contoh Kasus

Ny. D P1001 umur 26 tahun datang ke PMB pada 30 Juli 2021


pukul 10.00 WIB. Ia mengatakan baru melahirkan seorang
anak perempuan 40 hari yang lalu. Sebelumnya ibu belum
pernah menggunakan kontrasepsi, ingin menggunakan
kontrasepsi untuk memberi jarak pada anak keduanya. Hasil
pemeriksaan KU baik, kesadaran composmenthis, TD 150/100
mmHg, RR 19 x/menit, N 82 x/menit, S 36,5 c, BB 56 Kg
Tinggi 160 cm. HPHT 3 September 2020. Hasil dari
pemeriksaan dalam tidak ada radang maupun tumor atau
penyakit dalam lainnya.
Pendokumentasian SOAP

PENGKAJIAN
Tanggal : 30 Juli 2021
Jam : 10.00 WIB
No. RM : 031-30-07-21
Nama : Ny. D Nama Suami: Tn. IUmur : 26
Tahun Umur : 28 TahunAgama : Islam
Agama : IslamPendidikan : S1
Pendidikan : S1
ANALISIS/INTERPRETASI DATA

Ny. D usia 26 tahun G1P1A0H1 dengan hipertesi dan segera


melakukan program KB IUD
PENATALAKSANAAN

Tanggal : 30 Juli 2021


Jam: 10.30 WIB
 Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan, bahwa keadaan ibu sehat
Ibu mengerti dan sangat senang akan penjelasan yang diberikan
 Mempersilahkan ibu untuk melakukan pembilasan vagina dan sekaligus
menganjurkan ibu mengosogkan kandung kemih. Ibu mengerti dan telah
mengosongkan kadung kemih
 Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun, keringkan dengan kain
bersih
 Bantu klien untuk naik ke meja pemeriksaan.
 Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri,
benjolan atau kelainan lainnya di daerahsupra pubik
 Kenakan kain penutup pada klien untuk pemeriksaan panggul 19. Atur
arah sumber cahaya untuk melihat serviks
 Pakai sarung tangan DTT
 Atur penempatan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan
dalam wadah setril atau DTT
 Lakukan inspeksi pada genetalia eksterna
 Palpasi kelenjar Skene dan Bartolini amati adanya nyeri atau duh
(discharge) vagina
 Masukkan speculum vagina
 Lakukan pemeriksaan inspekulo : Periksa adanya lesi atau keputihan
pada vagina Inspeksi serviks
 Keluarkan speculum dengan hati-hati dan letakkan kembali pada
tempat semula dengan tidak menyentuh peralatan lain yang belum
digunakan
 Lakukan pemeriksaan bimanual Pastikan gerakan serviks bebas
Tentukan besar dan posisi uterus Pastikan tidak ada kehamilan 
Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
 Celupkan dan bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%,
kemudian buka secara terbalik dan rendam dalam klorin
 Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klien rasakan
pada saat proses pemasangan dan setelah pemasangan dan
persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan.
 Masukkan lengan AKDR Cu T 380 A didalam kemasan sterilnya: Buka
sebagian plastic penutupnya dan lipat ke belakang Masukkan
pendorong kedalam tabung inserter tanpa menyentuh benda tidak
steril Letakkan kemasan pada tempat yang datar  Selipkan karton
pengukur di bawah lengan AKDR Pegang kedua ujung lengan AKDR dan
dorong tabung inserter sampai ke pangkal lengan sehingga lengan
akan melipat Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung
inserter, tarik tabung inserter dari bawah lipatan lengan Angkat
sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan
AKDR yang sudah terlipat tersebut ke dalam tabung inserter
 Pakai sarung tangan DTT yang baru
 Pasang speculum vagina untuk melihat serviks
 Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptic 2 sampai 3 kali
 Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati (taktik pertama)
 Masukkan sonde uterus dengan teknik “tidak menyentuh” (no touch
technique) yaitu secara hati-hati memasukkan sonde ke dalam kavum
uteri dengan sekali masuk tanpa menyentuh dinding vagina ataupun
bibir speculum.
 Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde
 Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada
di dalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pada tabung
inserter, kemudian buka seluruh plastic penutup kemasan.
 Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyentuh permukaan
yang tidak steril, hatihati jangan sampai pendorongnya terdorong.
 Pegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi horizontal
(sejajar lengan AKDR). Sementara melakukan tarikan hati-hati pada
tenakulum, masukkan tabung inserter kedalam uterus sampai leher
bisa menyentuh serviks atau sampai terasa adanya tahanan.
 Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan.
 Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawal yaitu
menarik keluar tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan
tetap menahan pendorong.
 Keluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong kembali ke
serviks sampai leher biru menyentuh serviks atau terasa adanya
tahanan.
 Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR
kurang lebih 3-4 cm.
 Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah
terkontaminasi.
 Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin
0,5%.
 Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan
tenakulum, tekan dengankasa selama 30-60 detik
 Keluarkan speculum dengan hati-hati
 Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
 Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi ke tempat yang
sudah disediakan.
 Lepas sarung tangan dan buang ke dalam samaph medis
 Cuci tangan dengan air dan sabun

 Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati selama 15


menit sebelum memperbolehkan k
 lien pulang Konseling pasca pemasangan
 Ajaran klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan
kapan harus dilakukan.
 Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek
samping.
 Beritahu kapan klien harus dating kembali ke klinik untuk control
 Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380A adalah 10 tahun.
 Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila
memerlukan konsultasi, pemeriksaan medik atau bila menginginkan
AKDR tersebut dicabut.
 Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah
diberikan.
 Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai