sensori, autonom atau Fisik (atau kombinasi diantaranya) akibat dari pengeluaran yang berlebih secara tiba-tiba dari neuron-neuron serebral.
Merupakan akibat dari pengeluaran elektrik
yang terkontrokl dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan yang tiba-tiba dengan fenomena gangguan kesadaran, aktifitas motorik dan sensorik. PENYEBAB 1. Obat – obatan : racun, alkohol, overdosis 2. Ketidakseimbangan kimia : Hiperkalemia, hipoglikemia, asidosis 3. Demam 4. Patologi serebral : trauma, infeksi, peningkatan Tik 5. Eklampsi 6. Idiopatik : genetik, kelainan perkembangan
klien dengan kejang beresiko untuk hipoksia, muntahm
aspirasi paru atau kelainan metabolik yang persisten FASE KEJANG Prodomoral : perubahan mood & tingkah laku yang mendahului kejang dalam beberapa jam / hari Aura : Pertanda akan datangnya kejang, berupa visual pendengaran atau gustatori Ictal : Aktifitas kejang biasanya muskuloskeletal Postical : Periode bingung / somnolen / irritabel yang terjadi setelah kejang KARAKTERISTIK KEJANG 1. Kejang general : Tonik – tonik (grandmal) hilang kesadaran, pupil dilatasi, saliva berlebihan. postical : Tertidur 30’ – beberapa jam, kemudia lemah, bingung dan amnesia, mual & kelakuan nyeri otot. Absence (petitmal) : gangguan kesadaran 5-30’ kejang minor motor, mungkin akinetik, myoklonik (kontraksi motor berulang), atonik. 2. Kejang partial (complex) Psikomotor (lobus Temporal ) : pasien tetap sadar dengan reaksi psikologis seperti irritabel, halusinasi, takut, gerakan involunter, automatism. Post ictal : hilang memori saat kejadian 3. Kejang partial (Simple) focal motor : sering diawali dengan aura, 2- 15’, pada posictal : mengantuk, gerakan konvulsif dan temporer pada bagian otak yang terkena.
Contoh : lobus frontalis : disfungsi motor,
parental : baal, kesemutan, okspital : terang, kilatan cahaya, postero temporal (kesulitan bicara) PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN SELAMA KEJANG Hal-hal yang perlu dikaji sebelum atau setelah kejang 1. Keadaan sebelum kejang (stimulus, penglihatan, pendengaran, penciuman, gangguan psikologis atau emosional, tidur, hiperventilasi). 2. Yang dilakukan klien pertama kali saat kejang : dimana mulai pergerakan / kekakuan posisi kepala pada awal kejang lokasi fokus epileptogenik pada otak. 3. Jenis gerakan di bagian tubuh yang terlibat. 4. Bagian tubuh yang terlibat 5. Ukuran pupil 6. Ada / tidaknya automatism (aktivitas motor involunter) seperti mengecap bibir atau menelan berulang kali. 7. Inkotinensia urin atau feses 8. Durasi setiap fase kejang 9. Hilangnya kesadaran jika ada berapa lama 10. Adanya kelemahan / paralisis tangan atau kaki setelah kejang 11. Ketidakmampuan untuk bicara setelah kejang 12. Pergerakan di akhir kejang 13. Pasien tertidur / tidak 14. Status kognitif (bingung atau tidak) setelah injury
Askep pasien dengan kejang ditujukan untuk mencegah
injury dan menyokong klien dan tidak hanya fisik tapi juga injury psikologi. STATUS EPILEPTIFUS (aktifitas kejang akut yang berkepanjangan) ± 30’ adalah serial kejang general yang terjadi tanpa pemulihan kesadaran sepenuhnya diantara serangan.
Efek : kontraksi otot hebat kebutuhan
metabolik meningkat, mempengaruhi pernafasan TUJUAN PENATALAKSANA Segera menghentikan kejang. mempertahankan perfusi serebral yang adekut Mempertahankan kondisi pasien untuk bebas kejang Mempertahankan jalan nafas dan oksigenasi yang adekut ETT PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN Kaji TTV & status neurologis Kaji fungsi respirasi & jantung Monitor aktivitas kejang IV glukosa hipoglikemia Cek, elektrolit serum, GD, Urea IV Diazepam (valium), lorazepam (ativan) Anastesi umum barbiturat PERAWATAN KLIEN SAAT KEJANG 1. Berikan privacy dan lindungi pasien dari pandangan rasa ingin tahu (biasanya klien mempunai aura) sehingga mempunyai waktu mencari tempat yang aman dan terlindungi. 2. Amankan pasien dari lantai jika mungkin. 3. Lindungi kepala dengan bantalan untuk mencegah injury. 4. Longgarkan pakaian yang ketat. 5. Dorong furnitur yang dapat melukai pasien saat kejang. 6. Jika pasien di tempat tidur, pindahkan bantal, dan naikan siderails. 7. Jika aura mendahului kejang, masukan oral airway untuk mengurangi kemungkinan lidah atau pipi tergigit. 8. Jangan berusaha untuk membuka rahang yang mengatup saat spasme untuk memasukan sesuatu. 9. Tidak berusaha mengikat pasien saat kejang karena kontraksi otot kuat & pengikatan menimbulkan injury. 10. Jika mungkin posisikan pasien pada suatu sisi dengan kepala fleksi ke depan sehingga memungkinkan lidah jatuh ke depan dan memfasilitasi drainase saliva dan mukus. 11. Posisikan tempat tidur pada level yang paling rendah. PERAWATAN SETELAJ KEJANG 1. Pertahankan pasien pada suatu sisi untuk mencegah aspirasi. 2. Biasanya ada kebingungan setelah kejang grandmall 3. Timbul periode apnea yang pendek setelah kejang umum. 4. Pada saat pasien bangun, reorientasikan pada lingkungan. 5. Jika pasien mengalami rangsangan hebat setelah kejang gunakan pendekatan yang tenang dan pengikatan yang lembut. 6. Observasi adanya komplikasi. 7. Dokumentasikan kejadian yang menyebabkan dan yang terjadi saat kejang.