Anda di halaman 1dari 5

BERPIKIR KRITIS

BERPIKIR KRITIS

• Pada suatu hari ada seorang perampok yang berkeinginan untuk merampok sebuah
bank. Lembaga finansial ini adalah milik seorang yang korup dan sangat antisosial.
Bank yang hendak dirampok pencuri ini juga menerapkan peraturan manajerial
yang sangat merugikan pekerjanya, entah itu pemimpinnya atau pun petugas
kebersihannya. Perampok ini yakin, apa yang dilakukannya adalah sebuah usaha
untuk mencari nafkah di tengah kesulitan ekonomi yang dijalaninya. Kondisi
ekonomi yang tidak menentu, membuat dirinya harus menjadi pengangguran
selepas menyelesaikan pendidikannya di sekolah menengah atas. Tradisi sosial
masyarakat pun menambah beban kehidupannya dengan memaksanya untuk
membangun bahtera rumah tangga dengan perempuan – yang meski sama-sama
mencintai – yang selalu menuntut materi. Kelahiran anak semata wayangnya,
memang merupakan kebahagiaan sekaligus perubahan pada diri si perampok.
Keinginan untuk merubah nasib keluarga dan anaknya, membuat dia berusaha
untuk melakukan segala sesuatu yang bisa dilakukannya.
• Apa daya, nasib si perampok tidaklah beruntung. Keinginan untuk merubah
nasib harus pupus karena ketidak-mampuan keluarganya untuk memiliki
koneksi di lembaga-lembaga penting dalam kehidupan sosial. Teman-teman
sekolahnya pun taka da yang mampu dimintakan pertolongan, karena juga
sedang berjibaku dengan kehidupan ekonominya yang marginal. Bukankah
pengalaman kerja didapatkan dari kesempatan, atau diberi kesempatan untuk
mengerjakan sesuatu? Demikian pikir si perampok. Tidak seorang ahli pertanian
yang tidak memulainya dengan bertani, tidak ada seorang pemimpin yang
awalnya tidak belajar untuk memimpin, semuanya itu butuh diberi kesempatan.
Jika tidak, maka sebagian besar orang akan selalu hidup mewarisi apa yang
telah dilakukan orang tuanya. Anak seorang buruh akan harus tetap menjadi
buruh, dan anak seorang pemimpin akan selalu menjadi pemimpin, apakah
benar demikian? Lalu dimana peran Negara? Kenapa si perampok itu sampai
memiliki nasib, sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk diterima bekerja?
• Tiba harinya untuk merampok, si perampok bersujud dalam doanya dengan
khusyuk dia memanjatkan permintaan atas penyertaan sang Ilahi dalam
usahanya untuk mendapatkan uang guna menyambung hidup. Bahkan
dalam perjalanannya untuk merampok, dia sempat singgah di rumah ibunya
untuk mohon doa bagi keselamatannya dmenjalan usahanya. Dengan
semangat yang bergelora, sampailah di di bank yang hendak dirampoknya,
dan berhasil membawa kabur uang hasil rampokannya. Lalu uang itu
dibagikannya kepada istri dan anaknya yang dengan sangat gembira
mengucapkan doa terimakasih pada Tuhan. Keluarganya yang kemudian
mengelu-elukan dia sebagai orang mampu membanggakan keluarga. Serta
kerabat lain dan tetangganya yang merasa bahwa si perampok mendapatkan
berkat dan anugerah dari Tuhan karena kemauannya untuk selalu berdoa
mohon anugerah penyelamatan dan pengampunan dari Tuhan.
PERTANYAANNYA

• Siapakah subjek yang paling pantas untuk dinyatakan bersalah


dalam cerita di atas? Mengapa demikian? Apa kritisi anda atas
cerita si perampok di atas? Jika anda menjadi pemilik bank,
apa yang anda lakukan, meskipun anda tahu, bahwa semua
orang sedang tidak senang diri anda?

Anda mungkin juga menyukai