1
SEDIAAN PELEPASAN TERKENDALI:
menghasilkan aksi
terapetik yang lebih
Minimum Effective Level lama dengan cara
menjaga konsentrasi
obat dalam darah agar
berada pada jendela
terapetik
Time
2
TUJUAN PENGGUNAAN SEDIAAN
CONTROLLED RELEASE:
5
• Sustained release: sediaan yang
menghasilkan pelepasan obat dalam waktu
yang lebih lama
• Controlled release: Sediaan yang
menghasilkan pelepasan obat yang terkontrol
• Profil pelepasan obat dari sediaan lepas
terkendali mengikuti kinetika pelepasan orde
nol (zero orde release).
• Zero orde release: pelepasan obat dari
bentuk sediaan tidak tergantung dari jumlah
obat dalam sistem
6
SEDIAAN CONTROLLED
RELEASED:
• ONE DAILY (OD)
• RETARD
• TIMED RELEASE
• PROLONGED RELEASE
7
DESAIN SEDIAAN
CONTROLLED RELEASE (CR):
8
FAKTOR BIOLOGI YANG MEMPENGARUHI
DESAIN CR:
• Waktu paro (T1/2) eliminasi:
• Obat dengan t1/2 pendek (2-8 jam) merupakan
kandidat untuk sediaan lepas lambat.
• T1/2 < 2 jam tidak baik untuk lepas lambat
• T1/2 > 8 jam efek obat telah otomatis telah
sustained
• Absorpsi: karakteristik absorpsi obat akan
menentukan kesesuaian obat untuk sediaan lepas
lambat. Perhatikan waktu transit obat di lambung
• Metabolisme: obat yang dimetabolisme di usus akan
mengalami penurunan bioavailabilitas jika diberikan
dalam bentuk sediaan lepas lambat ada
hubungannya dengan kejenuhan proses enzimatik
• Batas keamanan dan efek terapetik: obat dengan
indeks terapetik sempit perlu pengontrolan yang
lebih tepat utk menghindari kelebihan dosis 9
FAKTOR FISIKOKIMIA YANG
MEMPENGARUHI DESAIN CR:
• Ukuran dosis: ada batasan untuk bobot zat aktif
dalam sediaan lepas lambat (sekitar 0.5-1 gram)
• Derajat ionisasi, pKa, kelarutan dalam air
• pKa akan menentukan jumlah obat tidak terionkan
• Obat dengan kelarutan kecil (<0.01 mg/ml) akan lepas lebih
lambat
• Kelarutan obat untuk sediaan lepas lambat minimal 0.1
mg/ml
• Koefisien partisi: obat dengan koefisien partisi yang
rendah akan sulit menembus membran
• Stabilitas: obat yang tidak stabil di lambung akan
memiliki bioavailabilitas yang lebih besar jika
diformulasi dalam sediian lepas lambat yng terlepas
di usus
10
DOSIS SEDIAAN CR
• Untuk menjaga agar konsentrasi obat tetap
berada pada jendela terapetik adalah dengan
merancang bentuk sediaan sehingga
kecepatan masuknya obat sama dengan
kecepatan keluarnya obat
• Pada pemberian secara oral, keadaan
tersebut dapat diperoleh dengan kinetika
reaksi orde nol
0
rate in rate out kr Ct .k el . Vd
11
DOSIS SEDIAAN CR
• Jumlah total obat
merupakan
penjumlahan dari W Di k r0 . h
jumlah obat yang
diinginkan dengan w dosis total
sustaining portion. Di dosis awal (initial )
• Sustaining portion k r0 kons tan ta kecepa tan reaksi orde 0
diperoleh dari konstanta h waktu pemeliharaan yang diinginkan
kecepatan reaksi orde 0
(kr0) dikali waktu
pemeliharaan yang
diinginkan (h).
12
PERHITUNGAN DOSIS SEDIAAN CR:
Ka : 2 jam-1
Kel : 0.2 jam-1
Ct : 10 μg/ml
Vd : 42 Liter
Di : 500 mg = 5000000 μg
13
PERHITUNGAN DOSIS SEDIAAN CR:
W Di k r0 . h
5000000 g ( 84000 g / jam 6 jam )
1004000 g 1 g per tablet
15
CONTROLLED RELEASE
MATRIX DEVICES
(MONOLITHICS DEVICES) RESERVOIR DEVICES
16
MATRIX DEVICES:
18
RESERVOIR DEVICES:
19
MEKANISME PELEPASAN OBAT:
• DIFUSI
• DISOLUSI
• OSMOSIS
20
DIFUSI:
21
PELEPASAN OBAT DARI POLIMER YANG
TIDAK LARUT AIR:
• obat harus terpartisi dalam
sistem polimer dan kemudian
akan berdifusi keluar menuju
cairan biologis.
• Pada polimer yang bersifat
tidak larut air seperti lilin
(wax), parameter yang
penting adalah kelarutan
obat dalam membran.
• Obat yang terlarut dalam
membran akan memberikan
gaya dorong untuk berdifusi
keluar membrane.
22
PELEPASAN OBAT DARI POLIMER YANG
SEBAGIAN LARUT AIR:
• Polimer yang larut sebagian
dalam air dari kombinasi
polimer yang larut air dengan
polimer yang tidak larut air.
• Polimer yang larut air akan
terlarut membentuk saluran
kecil pada membrane penyalut
yang dapat dilalui oleh obat
untuk berdifusi. Saluran-saluran
kecil yang terbentuk diharapkan
dapat memberikan difusi yang
konstan.
• Difusi melalui saluran-saluran
kecil ini diharapkan lebih cepat
dibandingkan dengan difusi
melalui membrane yang tidak
larut.
23
PELEPASAN OBAT DARI POLIMER YANG
LARUT AIR:
• Polimer yang larut air akan mengembang sehingga
akan menghambat pelepasan obat.
• Polimer jenis ini dapat diklasifikasi sebagai sistem
polimer hidrogel
• Polimer hidrogel ini dipengaruhi adanya penetrasi air
untuk membentuk gel-like phase yang akan dilalui
oleh obat.
• Ketika polimer ini kontak dengan medium berair,
polimer secara bertahap akan berubah melalui fase
transisi membentuk gel disekitar reservoir obat
sehingga akan mempengaruhi pelepasan obat.
• Contoh polimer yang larut air antara lain
polyethylene oxide, HPMC, CMC dan pectin
24
DISOLUSI:
26
PELEPASAN OBAT DENGAN SISTEM
PELARUTAN LAPISAN MEMBRAN PENGHALANG:
27
PELEPASAN OBAT DENGAN SISTEM
EROSI POLIMER:
• obat dimasukkan kedalam
suatu polimer atau disalut
dengan dengan polimer yang
bersifat larut air.
• Sistem ini merupakan sistem
pelarutan polimer yang
diperlambat.
• Polimer akan mengalami
pengikisan (erosi) secara
perlahan-lahan.
• Kecepatan pelepasan obat
dipengaruhi oleh kecepatan
pelarutan lapisan polimer.
28
OSMOSIS:
29
OSMOSIS:
30
OSMOSIS:
31
OSMOSIS:
• Jika tekanan
dV A hidrostatik dianggap
k ( P )
dt relatif kecil dibanding
tekanan osmotik,
dV
kecepa tan aliran air
MAKA:
dt
k permeabilitas membran
A luas area membran dV A
ketebalan membran k ( )
perbedaan tekanan osmosis dt
P perbedaan tekanan hidrostatik
32
BERBAGAI RUTE PEMBERIAN
SEDIAAN CR:
• ORAL: adalat
• KULIT: Transderm nitro, Norplant: sub
dermal implant
• MATA: Ocusert
• IUD: Progestasert
33
34
TRANSDERMAL SYSTEM:
• Digunakan untuk
penghantaran obat
dengan t1/2 pendek
35
OCULAR SISTEM:
36
INTRAUTERINE SYSTEM:
37
38