PENDAHULUAN
sehingga berpeluang untuk diteliti lebih lanjut, salah satunya adalah jenis jambu-jambuan
yang termasuk dalam famili myrtaceae merupakan jenis yang dapat ditemukan pada
setiap tingkat pertumbuhan, memiliki lebih dari 1000 spesies dan merupakan flora utama
hutan hujan tropis di daerah Malaysia (Asif et al, 2013). Tanaman jenis ini banyak juga
ditemukan di Indonesia mungkin disebabkan famili ini merupakan jenis tumbuhan yang
memiliki penyebaran sangat mudah dilakukan yaitu oleh binatang pemakan biji.
Telah diketahui salah satu spesies genus syzygium yaitu syzygium myrtifolium
Walp. (tanaman pucuk merah) memiliki senyawa sekunder sebagai pewarna alami,
Menurut penelitian (Nur aini et al, 2015) menyatakan bahwa pada ekstrak total
dan fraksi etil asetat daun merah syzygium myrtifolium Walp. bersifat toksik karena pada
Berdasarkan uraian diatas telah banyak penelitian tentang spesies genus Syzygium.
Namun belum ditemukan adanya penelitian tentang kandungan fenolik total, flavonoid
total dan aktivitas sitotoksik khususnya pada ekstrak Syzygium napiforme. Pada saat
survei ke lapangan ditemukan adanya gall pada batang Syzygium napiforme dan juga
menarik untuk diteliti, bahwa dari reverensi yang didapat gall adalah pertumbuhan yang
tidak normal pada jaringan luar tanaman, mirip dengan tumor atau terjadinya
tentang perbedaan metabolit sekunder dan aktivitas sitotoksik dari gall Syzygium
napiforme dengan tanaman Syzygium napiforme yang tidak terkena gall itu belum di
temukan.
Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti kandungan fenolik total, flavonoid total
dan aktivitas sitotoksik baik pada tumbuhan Syzygium napiforme dan gall Syzygium
napiforme. Peneliti menggunakan metode fraksi batang dan gall syzygium napiforme
untuk dilakukan uji aktivitas sitotoksisitasnya menggunakan larva udang Artemis salina
(metode BSLT), yang mana akan dilakukan perbandingan antara batang Syzygium
napiforme dan gall Syzygium napiforme, untuk melihat apakah tumbuhan syzygium
1.2.1 Berapakah kadar fenolik total dan flavonoid total dari ekstrak batang dan gall
Syzygium napiforme ?
1.2.2 Bagaimana aktivitas sitotoksik fraksi batang dan gall Syzygium napiforme dengan
metode BLST ?
1.3.1 Untuk mengetahui kadar fenolik total dan flavonoid total dari ekstrak batang dan
1.3.2 Untuk aktivitas sitotoksik fraksi batang dan gall Syzygium napiforme dengan
metode BLST.
Syzygisum napiforme dalam penentuan kadar fenolik total dan flavonoid total, uji
Dapat memberikan informasi serta menjadi obat baru dari tanaman Syzygium
napiforme penentuan kadar fenolik total dan flavonoid total serta faksinasi
aktivitas sitotoksik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Morfologi
2.1.1.1 Perawakan
dan tinggi total mencapai 40 m. Tubuh silindris agak berkepang kulit luar
coklat kemerahan kulit kasar bagian dalam coklat merah muda. Cabang-
cabangnya silindris abu-abu halus ujungnya segi empat dan tidak ada simpul.
sekunder rapat, urat daun tidak nyata, gundul. Perbungaan muncul di ujung
2.1.1.2 Biologi
dan ulat. Buahnya dimakan oleh urung kelelawar dan primata. Penyebarannya
2.1.1.3 Penyebarannya
Kerajaan : Plantea
Filum : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Merang, tumbuhan ini sebagai pakan dan habitat Kukang yang berlokasi kan
Tulang Ular atau Ubah. Sedangkan menurut (Tukirin et al, 2020) adalah Obah,
yang di sebut sakit. Dari beberapa definisi dan pengertian yang telah diberikan
para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu tumbuhan dikatakan sakit
penyebab lainnya.
tentang penyakit tanaman yang disebabkan oleh faktor biologis atau mikroa.
Penyakit tanaman dapat didefinisikan sebagai studi tentang virus bakteri jamur
nematoda dan tanaman tingkat tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan
Galls dari bahasa Latin galla, 'oak-apple' atau cecidia dari bahasa
tanaman adalah pertumbuhan yang tidak normal dari jaringan tanaman, mirip
dengan tumor jinak atau kutil pada hewan. Gall dapat disebabkan oleh
berbagai parasit, dari virus, jamur dan bakteri, hingga tanaman lain, serangga
patologis yang terjadi pada sel, jaringan, atau organ-organ tumbuhan dalam
(peningkatan jumlah sel) akibat dari stimulasi organisme asing. Ilmu yang
penyebab gall (gall formers) dari hewan berupa serangga dan nematoda
meristematis tumbuhan seperti pada pucuk, tunas, daun muda, bunga, batang
mereka sendiri. Ini adalah jaringan tanaman yang dikendalikan oleh serangga.
Empedu berfungsi sebagai habitat dan sumber makanan bagi pembuat empedu.
Bagian dalam empedu dapat mengandung pati bergizi yang dapat dimakan
(Larson, 1991).
Galls serangga biasanya disebabkan oleh bahan kimia yang disuntikkan
ke dalam tanaman oleh larva serangga, dan dapat merusak diri senditi. Setelah
waktu ketika pembelahan sel tanaman terjadi dengan cepat pada saat musim
biasa gall, meskipun gall serangga dapat ditemukan di bagian lain dari
tanaman, seperti daun, batang, cabang, tunas, akar, dan bahkan bunga dan
(Volovnik, S. V. 2010).
1. Tangkai daun dan stipule galls : galls berbentuk bola yang tebal dapat
dengan kutu daun. Galls kayu yang keras dapat tetap berada di pohon
selama beberapa tahun. Biasanya, ada satu generasi setiap tahun dan
daun, dapat disebabkan oleh lalat kecil (tungau) atau tawon kecil
2.2.3.2 Fungi
yang tidak mempunyai klorofil Dengan tidak adanya klorofil, maka fungi tidak
akan mengadakan transpirasi, respirasi, dan fotosintesis, dapat hidup sama baik
di tempat gelap atau tempat terang, sinar matahari langsung tidak di perlukan,
makanannya dari zat organic hidup lainnya atau zat organic yang mati. Fungi
tumbuh dan ber siklus dimulai dari spora. Spora adalah bagian tubuh fungi
berukuran sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan alat pembesar dan
karat empedu barat yang menginfeksi berbagai pohon pinus dan karat apel
cedar . Galls sering terlihat pada daun dan buah Millettia pinnata. Daun
empedu tampak seperti tongkat kecil. Namun, galls bunga berbentuk bulat.
padi liar, menghasilkan empedu yang dapat dimakan yang bernilai tinggi
dinding selnya terdiri dari kelompok nitrogen; banyak dari mereka ditutupi
Sel bakteri dapat berpasangan dalam bentuk cincin atau rantai, tetapi
kelompok ini hanya satu kelompok. Biasanya hanya jenis batang yang
Virus adalah tubuh yang berada di antara benda mati dan benda hidup.
hidup karena dapat berkembang biak seperti organisme hidup jika berada
dalam sel inangnya, tetapi di luar inang virus hanya partikel saja yang
perbedaan gejala, cara penularan, sifat fisik dan kimia serologi, dan fenomena
kali lambat dan sulit dideteksi, seperti perubahan warna (daun), tumbuh
2.2.3.4 Nematoda
menyebabkan galls pada akar tanaman yang rentan. Galls kecil, individu dan
seperti biji di beberapa inang. Pada spesies tumbuhan ini, dapat berupa
pembengkakan pada akar legum (seperti semanggi, kacang polong dan kacang-
kacangan). Tonjolan ini, yang disebut nodul, mudah dibedakan dari galls
dengan perbedaan bagaimana mereka menempel pada akar dan isinya. Nodul
melekat longgar pada akar, sedangkan akar-simpul galls berasal dari infeksi
pada bagian tengah akar, sehingga merupakan bagian integral dari akar. Selain
yang lebih kaku dan mengandung nematoda akar tunggang (mutiara putih
2.3.1 Simplisia
sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali
dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 2000).
2017).
2.3.1.1 Simplisia Segar adalah bahan alam segar yang belum dikeringkan.
2.3.1.2 Simplisia Nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh,
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau
dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat nabati lain
kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari
larut etanol, dan kandungan kimia simplisia. Persyaratan mutu ini berlaku
2000).
abu tidak larut asam tujuannya ialah untuk mengetahui jumlah abu yang di
peroleh dari faktor luar, bersumber dari pengotor yang berasal dari pasir
2.3.2.4 Parameter kadar sari larut etanol dan air (Depkes RI, 2000).
Dalam hal tertentu dapat diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain
pengeringan pada suhu 1050C selama 30 menit atau sampai berat konstan,
yang dinyatakan sebagai nilai prosen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak
pengeringan.
6. Susut pengering -
2.3.4 Ekstraksi
sesuai. Ekstrak adalah sediaan dalam bentuk kering, kental atau cair yang
dari proses ekstraksi adalah untuk mengekstrak komponen kimia yang ada
massa komponen zat padat ke dalam dimulai dari antarmuka difusi masuk
pada pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif (Hambali, dkk. 2014). Bahn aktif
yang di ekstraksi dari bahan pada setelah pemisahan dari pelarut dikenal
atau cair.
panas. Metode ekstraksi yang termasuk cara dingin adalah maserasi dan
a. Maserasi
(Ansel, 1989).
b. Perkolasi
ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Depkes RI, 2000).
banyak dan proses juga memerlukan waktu yang cukup lama, serta
al, 2006).
a. Refluks
RI., 2000).
b. Sokletasi
pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat yang
2000).
2006). Kemudian dapat bekerja dalam waktu yang lama bisa berjam –
c. Digesti
berkelanjutan) pada suhu yang lebih tinggi dari suhu ruangan, yaitu
d. Infundasi
RI., 2000).
e. Dekoktasi
(Depkes,RI., 2000).
2.4 Skrining Fitokimia dan Metabolit Sekunder
komposisi senyawa aktif yang terdapat dalam suatu sampel yaitu struktur
kimia biosintesis distribusi alami dan fungsi biologis isolasi dan perbandingan
pengujian botani adalah daun batang, buah, bunga dan akar yang berkhasiat
obat sebagai bahan aku pemuatan obat tradisional dan oat modern.
yang bertujuan untuk memerikan prediksi tentang jenis senyawa yang ada
mengamati reaksi uji zat warna dengan pereaksi zat warna. Hal penting yang
metode ekstraksi ekstrak tumbuhan dalam bentuk serbuk dan ekstrak termasuk
tanin dan saponin. sesuai dengan prosedur yang dilakukan oleh Harone.
2.4.3.1 Flavonoid
dari C6-C3-C6 dan dan banyak terdapat pada berbagai tumbuhan sebagai
glikosida atau gugus gula yang terdiri dari satu atau lebih gugus hidroksil
fenolik (Sirait, 2007). Flavonoid adalah senyawa fenolik, sehingga warnanya
dapat berubah ketika basa atau amoniak ditambahkan. Ada sekitar 10 jenis
sampel menggunakan uji Wilstatter, uji Bate-Smith, dan uji dengan NaOH
2.4.3.2 Tanin
dalam air. Secara kimia, tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin
untuk membentuk senyawa dinner dan kemudian oligomer yang lebih tinggi.
(glikon) dan non-gula (aglikon). Banyak saponin memiliki hingga 5 unit gula
dan bahan umum adalah asam glukuronat. Kehadiran saponin dalam tanaman
2.4.3.4 Terpenoid
diisolasi dari bahan tumbuhan dengan penyulingan yang disebut minyak atsiri
yang sukar menguap, dan triterpen dan sterol yang tidak mudah menguap.
Pada umum senyawa ini larut dalam lemak dan terdapat dalam sitoplasma sel
dengan 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung reaksi. Jika terbentuk
warna hijau kebiruan, ini menunjukkan adanya sterol. Jika hasilnya berupa
cincin berwarna coklat atau ungu pada batas kedua pelarut, hal ini
2.4.3.5 Alkaloid
(Harbone,1987). Alkaloid dapat ditemukan pada biji, daun, ranting dan kulit
kayu dari tanaman. Kadar alkaloid tanaman bisa mencapai 10-15 %. Alkaloid
sebagian besar beracun, tetapi beberapa sangat berguna secara medis. Alkaloid
merupakan senyawa tanpa warna, sering kali bersifat optic aktif, kebanyakan
berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cair seperti nikotin pada
Jika reaksi positif yang membentuk endapan paling sedikit dua reaksi
dari kelompok reaksi endapan yang dilakukan, maka sampel tersebut dikatakan
mengandung alkaloid. Kebanyakan alkaloid tidak larut atau sedikit larut dalam
air, tetapi bereaksi dengan asam untuk membentuk garam yang larut dalam air.
Alkaloid bebas biasanya larut dalam eter atau kloroform atau pelarut non-polar
lainnya, kebanyakan berbentuk kristal, tetapi ada juga yang amorf dan sangat
sedikit yang berbentuk cair pada suhu kamar. Garam alkaloid berbentuk
kristal. Alkaloid biasanya tidak berwarna dan memiliki rasa pahit (Setiawan,
2013).
gugus hidroksil fenolik dalam ekstrak tanaman. Metode ini sederhana, cepat,
per gram ekstrak. Asam galat lebih banyak digunakan sebagai standar untuk
fenol karena merupakan salah satu senyawa fenolik yang stabil secara alami
dan banyak terdapat pada substrat pakan ternak (Salim et al., 2020).
konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolak yang akan
(Viranda. 2009).
Terdapat dua metode kolorimetri yaitu, metode aluminium klorida dan metode
yang mengandung gugus NH2, gugus aldehid dan gugus keton (Harborne.
1987).
golongan flavonol yang memiliki gugus keto pada atom C-4 dan juga gugus
hidroksil pada atom C-3 dan C-5 yang bertetangga (Azizah, dk., 2014).
violet dan visivle (cahaya tampak). Metode ini didasari pada pengukuran
energi cahaya oleh suatu zat kimia pada panjang gelombang maksimum
400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750
nm (Handbook, 2017).
cukup spesifik dan cocok untuk mengukur sejumlah kecil senyawa. (Behera,
dkk., 2012).
dkk., 2012).
2.6.3.1 Singel-beam
Gambar 5. Diagram alat spektrofotometri UV-Vis (Singel Beam).
Singel beam dapat digunakan secara kuantitatif dengan mengukur
dan caya tampak. Panjang gelombang terrendah adalah 190 sampai 210
2.6.3.2 Double-beam
antara 190nm - 750 nm. Ada dua sinar yang dibentuk oleh potongan
melewati larutan blanko dan sinar kedua secara serentak melewati sampel
prisma dan filter optik. Sel sampel berupa kuvet yang terbuat dari kuarsa
atau gelas dengan lebar yang bervariasi. Detektor berupa detektor foto
atau detektor panas atau detektor dioda foto, berfungsi menangkap cahaya
2.7 Farksinasi
suatu ekstrak dengan menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling
etil asetat, dan metanol. Untuk menarik lemak dan senyawa non polar
digunakan n-heksan, untuk senyawa semi polar etil asetat untuk menarik,
Diketahui senyawa non polar larut dalam pelarut yang non polar sedangkan
senyawa polar akan larut dalam pelarut yang bersifat polar juga (Mutiasari,
2012).
pemisahan yang baik dan populer karena dapat dilakukan pada tingkat mikro
dan makro. Fraksinasi terdiri dari dua jenis yaitu ekstraksi padat-cair dan cair-
keseimbangan di antara fase padat dan fase cair (pelarut) tercapai (Harborne,
2006).
Ekstrak awal adalah campuran dari banyak senyawa yang berbeda.
mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal harus dipisahkan
menjadi fraksi dengan polaritas dan ukuran molekul yang sama. Fraksinasi
perbedaan kelarutan komponen dua pelarut yang tidak saling bercampur. Alat
yang digunakan adalah alat yang sederhana yaitu corong pisah. Prinsip
(Harborne, 2006).
al, 1997). Kromatografi dikeringkan dengan vakum untuk menutupi wadah dan
dalam jumlah yang banyak. Teknik kromatografi kolom ini pertama kali
digunakan oleh Tswett, seorang ahli botani Rusia. Tempat untuk memisahkan
gelas sempit yang diisi dengan kalsium karbonat sebagai fase diam dan elusi
dengan protein eter sebagai fase gerak yang menghasilkan pita berwarna yang
setidaknya 10 kali diameter dalam dan mungkin hingga 100 kali. Rasio
pemisahan. Ukuran kolom dan jumlah fase diam yang digunakan ditentukan
oleh massa campuran yang akan dipisahkan. Ukuran partikel fase diam kolom
lebih besar dari pada KLT. Dimensinya adalah 63.350 m untuk kolom yang
pada pengukuran berat molekul. Prinsip operasi SEC adalah bahwa analit
melewati fase diam berpori. Molekul yang lebih besar dari ukuran pori fase
diam akan terelusi untuk pertama kali keluar dari kolom, sedangkan molekul
yang lebih kecil akan masuk ke dalam pori fase diam sehingga tertahan oleh
kolom tergantung pada ukuran molekul. Pemisahan ini dapat terjadi karena
adanya pembatasan ukuran yang terjadi pada partikel gel. Metode ini
pemisahan makromolekul yang larut dalam air dan kromatografi filtrasi gel
lingkungan yang tidak berair, gel yang cocok untuk digunakan adalah
penyisipan sampling.
2. Sampel retensi, yaitu larutan sampel dilewatkan melalui suatu kartrid atau
dicuci elusi, atau untuk menahan komponen yang tidak diinginkan selama
selama penyimpanan.
Etanol adalah zat kimia organik yang berbentuk cair pada suhu kamar,
memiliki karakteristik bau alkohol, mudah terbakar, berwarna terang dan dapat
diturunkan dari fraksi biomassa atau minyak bumi dengan rumus molekul
C2H5OH dengan berat jenis dengan berat molekul 6,07 ( Daud, 201). Etanol
hidroksil OH. Etanol dapat menggantikan timbal sebagai penambah oktan pada
bensin. Hal ini disebabkan karena tingginya angka oktan etanol (Muhammad,
2014)
menguap dan umumnya digunakan sebagai pelarut untuk tinta, plastik atau
perekat. Etil asetat adalah pelarut semi-polar. Selain sebagai pelarut, etil asetat
memiliki fungsi lain sebagai aditif untuk meningkatkan angka oktan bensin
dan juga sebagai bahan baku kimia untuk keperluan umum (Lidiawati et al.,
2018).
2.7.2.3 Kloroform
2.7.2.4 n-Heksana
dalam formulasi alas kaki, produk kulit, atap dan produk pembersih.
2.8 Kanker
Kanker adalah suatu bentuk sel yang tumbuh dan menyebar secara tidak
terkendali dan dapat menyerang hampir semua bagian tubuh manusia. Pertumbuhan
dan penyebaran sel yang tidak terkendali ini ditemukan di banyak jaringan di
Berdasarkan data tahun 2013, kanker serviks dan kanker payudara merupakan
kanker prostat dan kanker paru-paru merupakan kanker yang paling banyak
melawan kanker. Namun, kebanyakan obat kanker menyebabkan efek samping yang
tidak diinginkan. Hal ini disebabkan efek nonselektif obat antikanker, karena dapat
menghambat pembelahan sel normal (Yuandani, et al, 2017). Pengobatan yang relatif
mahal dan efek samping pengobatan yang signifikan, mendorong pencarian sumber
baru senyawa nabati yang nantinya dapat menjadi pilihan dalam pengobatan kanker.
karsinogenesis. Onkogenesis pada dasarnya dibagi menjadi dua fase utama, yaitu
1987).
Kanker adalah proliferasi sel yang tidak normal. Dalam beberapa kasus,
tingkat proliferasi sangat tinggi. Yang membedakan kanker dari pembelahan sel
Ada banyak jenis karsinogen dan sering berkaitan erat dengan pola makan dan
gaya hidup manusia, seperti paparan sinar ultraviolet, sinar gamma, asbes, merkuri,
asap kendaraan bermotor, asap rokok, daun, pengawet makanan seperti natrium
benzoat, pewarna makanan seperti sebagai rhodamin, tidak ketinggalan bumbu masak
digunakan karena harganya yang relatif murah dan ketersediaan nya yang bersifat
artificial flavor. Ditambah dengan penggunaan yang jauh lebih nyaman dibandingkan
bumbu masak alami, alasan sebagian besar konsumen saat ini untuk menggunakan
2.9 Toksisitas
Toksisitas adalah efek berbahaya dari obat pada organ target. Pengujian
toksikologi dilakukan untuk mengetahui seberapa aman dan berbahaya suatu zat. Ada
beberapa sumber zat beracun yang bisa berasal dari bahan alami atau sintetis.
Toksisitas diukur dengan mengamati kematian hewan percobaan. Kematian hewan
percobaan dianggap sebagai respons terhadap efek senyawa uji, sehingga hubungan
reaksi menggunakan kematian sebagai respons toksik adalah titik awal untuk studi
menunjukkan toksisitas suatu zat. Jika kematian hewan uji disebabkan oleh zat
beracun yang masuk ke dalam tubuh, disebut dosis letal (LD). Jika kematian hewan uji
karena reaksi konsentrasi zat terjadi di luar tubuh organisme uji, hal itu disebut
konsentrasi letal (LC). Uji toksisitas dilakukan secara berurutan dengan melihat
Yang pertama adalah uji toksisitas yang dirancang untuk mengevaluasi efek umum
suatu senyawa pada hewan laboratorium. Tes-tes ini telah didefinisikan sebagai tes
toksisitas sub-elektron, tes toksisitas akut, dan tes toksisitas kronis. Perbedaan antara
ketiga jenis pengujian tersebut terletak pada sifat dan durasi penggunaan atau infus
senyawa uji serta tujuan dan hasil pengujiannya. Yang kedua terdiri dari uji
toksikologi yang dirancang untuk mengevaluasi dengan rinci tipe toksisitas spesifik
meliputi uji potensial, uji reproduksi, uji kemutagenikan, uji karsinogenikan, uji kulit
segera setelah terpapar suatu zat, baik tunggal atau sintetis (zat) satu kali
atau lebih dalam waktu singkat. Uji toksisitas ini penting untuk penilaian
keamanan dan merupakan prasyarat untuk uji klinis sebelum penggunaan
lethal dose (LD50, LC50). mekanisme kerja dan organ target dari zat yang
berpotensi toksik. Sedangkan definisi LD50 atau LC50 adalah dosis atau
konsentrasi yang diberikan sekali (sekali) atau beberapa kali dalam 2 jam
suatu zat yang secara statistik diketahui membunuh 50% hewan percobaan.
Beberapa keuntungan lain dari pengujian toksisitas akut: (Drs. Priyanto dan
dipengaruhi
menjadi obat.
7. Mencari zat-zat potensial sebagai anti kanker, karena jika suatu zat
seperti nilai slope dari grafik hubungan antara log dosis versus respon.
diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama 1 sampai 3
senyawa uji serta untuk memperlihatkan apakah spectrum efek toksik itu
1. Perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak tujuh hari sekali.
4. Pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua kali pada awal dan
5. Pemeriksaan kimia darah paling tidak dua kali pada awal dan akhir uji
coba.
Uji toksisitas kronik zat dilakukan pada dosis harian dan diamati di
sebagian besar siklus hidup hewan uji. Tes toksisitas spesifik mengevaluasi
secara rinci efek spesifik suatu zat pada organ tertentu dari hewan uji. Tes
toksisitas khusus termasuk pengujian ketinggian, pengujian teratogenisitas,
dosis lethal yang mungkin terjadi pada manusia (Cassaret dan Doull’s, 1975)
pengujian tersebut antara lain Simple Brench-Top Biassay (terdiri dari Brine
Shrimp Lethality test, Lemna Minor Bioassay dan Crown-Gall Potato disc
bioassay), yaiu :
Artemia Salina Leach. Tingkat toksisitas suatu bahan dapat dilihat pada
tabel 2.
tanaman. Dengan uji coba ini, dapat diamati bahwa senyawa anti tumor
korelasinya dengan uji anti tumor lainnya tidak baik. Oleh karena itu, uji
coba ini lebih berorientasi pada penemuan herbisida baru dan pemacu
pertumbuhan tanaman.
tumefaciens.
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustaceae
Subclassis : Branciopoda
Ordo : Anostraca
Famili : Artemidae
Genus : Artemia
2.10.2 Morfologi
hidup di danau garam di seluruh dunia. Spesies udang ini toleran terhadap
berbagai salinitas, dari garam ringan hingga garam jenuh. Jika kadar garam
kurang dari 6% maka telur Artemia akan tenggelam sampai telur gagal
menetas, dan jika kadar garam diatas 25% maka telur dalam keadaan suspensi
tahap, tetapi dapat dengan jelas diamati dalam 3 bentuk yang sangat berbeda
yaitu bentuk telur, nauplius (larva) dan artemia dewasa. Secara berkala, pada
saat air laut atau danau menguap, partikel-partikel yang berwarna coklat,
bawa hanyut ke darat. Partikel tersebut merupakan telur-telur inaktif atau tidur
memiliki kekuatan dan stabilitas untuk waktu persiapan yang lama. Jika telur
(dengan embrio dalam keadaan ovum) terendam air asin (air laut), telur akan
menyerap air laut hingga menetas. Penyerapan ini terjadi dengan cara super
suction, yaitu tekanan osmotik di dalam telur lebih tinggi daripada di luar.
sekitar 15 jam untuk mencapai tingkat ini. Pemecahan cangkang telur yang
keras dibantu oleh kerja enzim, yaitu enzim yang menetas pada pH lebih dari
8. Sekitar 17 jam perendaman, embrio yang muncul dari cangkang yang masih
terbungkus membran penetasan berkembang terus menerus sampai akhirnya
muncul. dari membran menjadi organisme hidup baru, yaitu 19 jam, hingga
rata-rata 24 - 36 jam.
pencernaan, dan anus. Jadi cari makan. Begitu seterusnya hingga Instar XV.
Itu kemudian berubah menjadi Artemia dewasa. Proses ini biasanya memakan
waktu 13 minggu. Tubuh terbagi menjadi kepala, dada dan perut, di kepala ada
segmen.
reproduksi ini dilakukan dengan jumlah klorofil dalam makanan dan faktor
Komposisi kimia dalam tubuh Artemia salina kaya akan protein dan
asam lemak. Nilai gizi Artemia dewasa memiliki kelebihan yaitu kandungan
suhu yang diinginkan antara 25oC dan 30oC, oksigen terlarut sekitar 3 mg/L,
dan pH antara 7,3 dan 8,4. Artemia salina Leach tidak dapat mempertahankan
diri dari pemangsa musuhnya karena tidak memiliki alat atau sarana untuk
mempertahankan diri, salah satu cara untuk menghindari pemangsa hewan lain
Pada umumnya predator tidak dapat lagi hidup dalam keadaan ini (Mudjiman,
1995). Diet Artemia salina termasuk alga etnis, bakteri dan jamur. Selama
menjadi pemakan ovovivipar atau avipar. Pada hewan reproduktif, ibu muncul
sebagai bayi yang dikenal sebagai naplius, sedangkan pada ovipara anak
muncul dari ibu sebagai telur, dengan cangkang tebal yang disebut Siste.
perempuan. Dalam jenis reproduksi ini tidak ada perkawinan karena tidak
pernah ada jantan nya. Jadi, betina akan beranak dengan sendirinya tanpa
Gambar 10. Siklus Hidup Artemia salina Leach (Isnansetyo dan Kurniastuty,
1995)
Metode uji biologis yang cocok dan murah untuk skrining penentuan
potensi karsinogenik dan zat beracun dalam air laut. Penelitian menggunakan
Artemia salina memiliki beberapa keunggulan, antara lain cepat, murah, dan
sederhana.
dengan larva daun sirih Artemia salina telah digunakan oleh Purdue Cancer
hubungan yang signifikan antara sampel toksik dengan larva Artemia salina
Leach yang juga memiliki aktivitas sitotoksik. Atas dasar ini, larva Artemia
BAB III
MATODE PENELITIAN
3.3.1 Alat
Alat – alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu timbangan digital,
toples, kertas saring, waterbath, rotary evaporator, cawan, kaca arloji, esikator,
penangas, pipet tetes, tabung reaksi, rak tabung reaksi, votex, spektrofotometri
UV-Vis, corong pisah, corong, tiang statif, labu ukur, oven, aluminium foil,
3.3.2 Bahan
Syzygium napiforme, etanol 96%, serbuk mg, kloroform, H2SO4 pekat, H2SO4,
pereaksi mayer, pereaksi wegner, pereaksi dragendroff, regen folin-ciocalleu,
Na2CO3, AlCl3, n-heksana, etil asetat, larva artemia dan sulfoksida (DMSO) .
memisahkan kotoran atau bahan asing lainnya, pencucian dengan air bersih
rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama, sortasi kering
tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada
anatomi dan histologi preparat daun. Dibuat sediaan daun yang langsung
diamati dalam media air dalam mikroskop. Selanjutnya dilakukan reaksi warna
dalam medium kloralhidrat (dipanaskan) dengan pewarnaan floroglusin HCl.
Sediaan yang diamati adalah irisan melintang melalui ibu tulang daun, irisan
ditimbang. jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air
panas, disaring melalui kertas saring bebas abu. Sisa dan kertas saring
dipijarkan dalam krus yang sama. Dimasukkan filtrat kedalam krus, diuapkan,
dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Hitung kadar abu terhadap bahan
W 1−W 2
% Kadar Abu = x 100%
W
Keterangan :
W = bobot contoh sebelum diabukan, dalam gram.
W1 = bobot contoh + cawan sesudah diabukan, dalam gram
W2 = bobot cawan kosong, dalam gram
3.4.2.4 Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam (Depkes RI,
2000)
klorida encer selama 5 menit dikumpulkan bagian yang tidak larut dalam
asam, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas,
dipijarkan hingga tersisa masa tetap, ditimbang. dihitung kadar air yang tidak
W 1−W 2
Kadar abu tak larut dalam asam = x 100%
W
Keterangan :
3.4.2.5 Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Air (Depkes RI, 2000)
dangkal berdasar rata yang telah ditara, dipanaskan sisa pada suhu 105oC
hingga bobot tetap. Dihitung kadar dalam persen sari yang larut dalam air,
3.4.2.6 Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Etanol (Depkes RI, 2000)
dengan 100 ml etanol (95%), menggunakan labu ber sumbat sambil berkali-kali
dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Disaring
hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, dipanaskan
sisa pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Dihitung kadar dalam persen
sari yang larut dalam etanol (95%), dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara.
masukkan ke dalam labu didih dan tambahkan 300 ml xylol serta batu didih.
selama 1 jam dihitung sejak mulai mendidih. Setelah cukup 1 jam matikan
penangas listrik dan biarkan alat Aufhauser mendingin. Bilas alat pendingin
V
Kadar air = x 100%
W
Keterangan :
menit, lalu ditimbang. Hal tersebut dilakukan sampai memperoleh bobot botol
botol timbang. Bahan uji kemudian dikeringkan pada suhu 105°C selama 5
a−c
Susut pengeringan (%) = × 100%
a
Keterangan :
a = berat awal simplisia (g)
Timbang 100 gram serbuk batang dan gall Syzygium Napiforme yang
sebanyak 800 ml, Simplisia yang akan diekstraksi ditempatkan pada wadah
atau bejana yang bermulut lebar bersama larutan penyari yang telah
yang dikatalisis oleh cahaya atau perubahan warna). Waktu maserasi pada
diekstraksi pada bagian dalam sel dengan luar sel telah tercapai. Dengan
1. Uji Alkaloid
2. Uji Flavonoid
3. Uji Saponin
terbentuk buih yang stabil selama kurang lebih 10 menit dan ditambahkan
saponin.
Hal ini terjadi karena atom O pada tanin / polifenol dapat mendonorkan
kompleks.
5. Uji terpenoid dan steroid
2% yang telah dilarutkan dalam metanol, kemudian divortex dan ditera pada λ
homogen. Dibiarkan hingga terbentuk dua lapisan yaitu lapisan etanol dan
evaporator hingga kering lalu ditimbang dan hasil inilah yang dinamakan
evaporator hingga kering lalu ditimbang Ketiga fraksi yang diperoleh akan
3.4.8 Uji Toksisitas Menggubkan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Ngibad,
K. 2013)
saring. Salah satu sisi wadah ditutup dengan alumunium foil dan
3. Uji Toksisitas
Dibuat pengenceran larutan uji konsentrasi 100 ppm, 200 ppm, 400 ppm,
600 ppm, dan 800 ppm dari larutan induk 1000 ppm. Sebanyak 10 larva
ditambahkan air laut dalam masing -masing vial uji, untuk setiap kali
yang sama tanpa penambahan larutan sampel pada vial uji. Pengamatan
akumulasimati
% Mortalitas = x 100 %
akumulasi mati+ akumulasihidup