Anda di halaman 1dari 33

Halaman 1 dari 7

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL No. 1
Pengolaan sediaan farmasi Tanggal berlaku
02/09/2023 sd
Apotek pranata farma 02/02/2024
A. TUJUAN

Agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat, dalam jumlah yang cukup dan terjamin untuk
mendukung pelayanan bermutu.

B. PENANGGUNG JAWAB
Penanggung Jawab mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Standar Prosedur Operasional
adalah Apoteker Penanggung Jawab
C. PROSEDUR
1.1 Perencanaan
Perencanaan persediaan obat-obatan di apotek berfungsi untuk memprediksi kebutuhan
persediaan obat untuk jangka waktu tertentu. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
No. 1121/Menkes/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar, proses perencanaan persediaan
obat meliputi:

1.2 Tahap pemilihan obat


Obat dipilih berdasarkan jenis dan memperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, pola
budaya, serta pola kemampuan masyarakat.

1.3 Tahap kompilasi pemakaian obat


Kompilasi pemakaian obat adalah rekapitulasi data pemakaian obat di unit pelayanan
kesehatan yang bersumber dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO).

1.4 Tahap perhitungan kebutuhan obat


Perhitungan kebutuhan obat dilakukan dengan menggunakan metode konsumsi dengan
melakukan analisis trend pemakaian obat tiga tahun sebelumnya atau lebih, serta
menggunakan metode morbiditas yakni perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola
penyakit.

1.5 Tahap proyeksi kebutuhan


Perhitungan kebutuhan obat yang dilakukan secara komprehensif dengan
mempertimbangkan data pemakaian obat dan jumlah sisa stok pada periode
yang masih berjalan.

Dilaksanakan oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh

Pelaksana apt. Nabela, S.Farm Apoteker Penanggung Jawab


STANDAR PROSEDUR Halaman 2 dari 7
OPERASIONAL No. 2
Pengadaan sediaan Tanggal berlaku
02/09/2023 sd
farmasi
Apotek pranata farma 02/02/2024

A. Tujuan

emastikan proses pengadaan dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perundang-undangan

B. Ruang Lingkup

POB ini mencakup langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengadaan obat dan/atau bahan
obat, mulai dari persiapan pengadaan sampai dengan pembayaran sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

C. Tanggung Jawab
a. Pimpinan Fasilitas Distribusi bertanggung jawab untuk memberikan persetujuan
pengadaan dan menyediakan dana pembayaran obat dan/atau bahan obat yang dibeli
dari pemasok/prinsipal.
b. Penanggung Jawab bertanggung jawab untuk memberikan persetujuan pengadaan,
mengkoordinasikan proses pengadaan dengan pihak yang terkait, serta memvalidasi
dokumen-dokumen yang terkait dengan pengadaan.
c. Kepala Bagian Logistik bertanggung jawab untuk melaksanakan proses pengadaan
terkait dengan fisik obat dan/atau bahan obat serta dokumen yang terkait dengan
pengadaan.

D. Prosedur
a. Fasilitas distribusi wajib melakukan seleksi pemasok untuk memastikan obat dan/atau
bahan obat yang akan didistribusikan dibuat oleh produsen resmi dan sudah
memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku.
b. Sebelum melakukan pemesanan kepada pemasok yang terpilih, fasilitas distribusi
terlebih dahulu melakukan perencanaan pembelian. Perencanaan pembelian disusun
berdasarkan perkiraan penjualan. Perkiraan penjualan dibuat dengan
mempertimbangkan berbagai faktor, misal : data tren penjualan periode sebelumnya,
rencana tender, adanya aktifitas penjualan khusus, dll. Dalam menyusun perkiraan
penjualan tersebut, fasilitas distribusi dapat melakukan koordinasi
dengan bagian pemasaran prinsipal dan bagian-bagian lain yang terkait.
c. Berdasarkan perkiraan penjualan tersebut, fasilitas membuat Surat Pesanan yang
ditujukan kepada pemasok. Surat Pesanan tersebut paling tidak harus mencantumkan
nama dan alamat fasilitas distribusi, tanggal, nomor surat pesanan, nama, jumlah dan
satuan obat dan/atau bahan obat yang dipesan, harus ditandatangani oleh Penanggung
Jawab serta distempel perusahaan.
d. Untuk Surat Pesanan elektronik, pemesanan tersebut harus diverifikasi oleh
Penanggung Jawab. Sistem komputer untuk pemesanan secara elektronik harus
tervalidasi.
e. Pemasok harus memberikan konfirmasi segera setelah Surat Pesanan diterima
Pemasok akan memberikan informasi jumlah pesanan yang dapat dilayani serta
keterangan lainnya yang relevan dengan surat pesanan yang diterima, misalnya
informasi mengenai waktu pengiriman, alasan penyebab stok kosong, perkiraan
waktu tersedianya barang apabila terjadi stok kosong, dll.
f. Pengiriman obat dan/atau bahan obat dari gudang Pemasok ke gudang Fasilitas
distribusi harus dipastikan memenuhi standar CDOB yang berlaku untuk memastikan
kualitas obat dan/atau bahan obat tetap terjamin.
g. Pengiriman obat dan/atau bahan obat oleh Pemasok harus dilengkapi dengan
dokumen pengiriman yang memadai sehingga dapat ditelusuri apabila terjadi
penyimpangan selama proses pengiriman.
h. Pada saat obat dan/atau bahan obat tiba di gudang Fasilitas Distribusi, harus
dilakukan pemeriksaan barang datang sebelum disimpan di gudang Fasilitas
distribusi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Hal ini dilakukan untuk
memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat yang diterima sesuai dengan yang
dipesan.
i. Pemeriksaan obat dan/atau bahan obat pada saat penerimaan dapat dilakukan secara
fisik dengan melihat kondisi fisik barang, jumlah koli, penimbangan berat barang dll.
Pemeriksaan juga dilakukan untuk memastikan fisik obat dan/atau bahan obat yang
diterima sudah sesuai dengan dokumen pengiriman.
j. Proses pemeriksaan dan/atau penerimaan barang harus dilakukan oleh personil
khusus yang kompeten dan memiliki kewenangan.
Untuk obat dan/atau bahan obat yang memerlukan penanganan suhu khusus
(misalnya untuk produk rantai dingin), harus dilakukan pemeriksaan suhu produk
pada saat penerimaan. Apabila ditemukan suhu tidak sesuai dengan yang
dipersyaratkan, maka produk tersebut harus dikarantina di tempat penyimpanan
khusus yang terpisah dengan suhu sesuai yang dipersyaratkan. Diperlukan verifikasi
tertulis dari prinsipal untuk menetapkan apakah produk tersebut dapat didistribusikan
lebih lanjut, atau harus dikembalikan kepada pemasok/prinsipal.
k. Semua penyimpangan kondisi obat dan/atau bahan obat yang ditemukan pada saat
penerimaan harus dicatat dan didokumentasikan. Berdasarkan data-data dan
dokumentasi tersebut, Fasilitas Distribusi wajib melakukan koordinasi dengan
transporter dan/atau pemasok dan/atau prinsipal digunakan untuk melakukan
verifikasi dan menetapkan tindakan terhadap obat dan/atau bahan obat yang
ditemukan mengalami penyimpangan.
l. Untuk obat/dan atau bahan obat yang mengalami penyimpangan berkaitan dengan
mutu (misalnya ada kerusakan, tampilan berbeda, dll), maka obat dan/atau bahan
obat tersebut harus dikarantina baik secara fisik maupun sistem. Tindakan
selanjutnya terhadap obat dan/atau bahan obat baru dilakukan setelah mendapatkan
verifikasi tertulis dari prinsipal.
Obat dan/atau bahan obat yang sudah diperiksa yang memenuhi persyaratan pada
saat penerimaan, selanjutnya disimpan di lokasi penyimpanan yang sesuai di gudang
Fasilitas Distribusi untuk disalurkan.
m. Proses penerimaan barang harus dilakukan sesuai dengan POB Penerimaan
Barang yang berlaku.
Pembayaran atas obat dan/atau bahan obat yang dibeli dari pemasok dilakukan sesuai
dengan Perjanjian Kerjasama antara Fasilitas Distribusi dan Pemasok serta sesuai
dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Lampiran
Surat Pesanan Sediaan Farmasi

NAMA APOTEK :
NOMOR SIA :
ALAMAT :
NAMA APOTEKER :
NO SIPA :

Yth….. ……………, 20..


di…..

SURAT PESANAN
NOMOR //
No Nama Sediaan Farmasi Jumlah Kemasan

Hormat Saya

(Apoteker)
Surat Pesanan Narkotika

SURAT PESANAN NARKOTIKA


Nomor: ............................

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ........
Jabatan : ........

Mengajukan pesanan Narkotika kepada:


Nama Distributor : ........
Alamat : ........
Telp : ........

dengan Narkotika yang dipesan adalah:


(Sebutkan nama obat, bentuk sediaan, kekuatan/potensi, jumlah dalam bentuk angka
dan huruf)

Narkotika tersebut akan dipergunakan untuk:


Nama Apotek :……..
Alamat Apotek :……..
…………., 20
Pemesan

Nama Apoteker
SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA
Nomor: ............................

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ........
Jabatan : ........

Mengajukan pesanan Psokotropika kepada:


Nama Distributor : ........
Alamat : ........
Telp : ........

denganPsokotropika yang dipesan adalah:


(Sebutkan nama obat, bentuk sediaan, kekuatan/potensi, jumlah dalam bentuk angka
dan huruf)

Psokotropika tersebut akan dipergunakan untuk:


Nama Apotek :……..
Alamat Apotek :……..
Nama Kota, Tanggal. Bulan Tahun
Pemesan

Tanda tangan dan stampel

Nama Apoteker/No. SIPA


SURAT PESANAN OBAT JADI PREKURSOR FARMASI
Nomor: ............................

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ........
Jabatan : ........

Mengajukan pesanan Obat Jadi Prekursor Farmasi kepada:


Nama Distributor : ........
Alamat : ........
Telp : ........

denganObat Jadi Prekursor Farmasi yang dipesan adalah:


(Sebutkan nama obat, bentuk sediaan, kekuatan/potensi, jumlah dalam bentuk angka
dan huruf)

Obat Jadi Prekursor Farmasi tersebut akan dipergunakan untuk:


Nama Apotek :……..
Alamat Apotek :……..
Nama Kota, Tanggal. Bulan Tahun
Pemesan

Tanda tangan dan stampel

Nama Apoteker/No. SIPA

Catatan: Surat Pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 (tiga) rangkap


SURAT PENDELEGASIAN KEWENANGAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :.................
Jabatan :.................
Nomor SIPA :.................

Menyatakan dalam hal saya tidak dapat menjalankan tugas sebagai ApotekerPenanggung
Jawab dalam menerima dalam rangka pengadaan Obat/Bahan
Obat/Narkotika/Psikotropika/Prekursor Farmasi*, maka demi kelancaran penerimaan
pengadaan Obat/Bahan Obat/Narkotika/Psikotropika/ Prekursor Farmasi* di .............. ,
saya mendelegasikanpelaksanaan tugas penerimaan pengadaan Obat/Bahan
Obat/Narkotika/Psikotropika/ Prekursor Farmasi* kepada:
Nama :..................
Jabatan : Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian
Nomor SIPA /SIKTTK :..................

Demikian surat pendelegasian ini saya buat dengan sebenarnya.

Nama kota, tanggal surat pendelegasian


Penerima delegasi, Yang mendelegasikan tugas,

Materai Rp. 6.000

(… ..................... ) (………………..)

*) coret yang tidak perlu


Halaman 3 dari 7
STANDAR PROSEDUR No.3
Tanggal berlaku
OPERASIONAL
02/09/2023 sd
PENERIMAAN SEDIAAN 02/02/2024
FARMASI
Apotek pranata farma
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat pada pelaksanaan dan pengawasan penerimaan sediaan farmasi dan alat
Kesehatan.

2. PENANGGUNG JAWAB
 Penanggung Jawab mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Standar Prosedur
Operasional adalah Apoteker Penanggung Jawab
 Apoteker beserta asisten Apoteker melaksanakan SOP tanpa Penyimpanan
 Petugas yang ditunjuk bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pengawasan
penerimaan sediaan farmasi.
3. PROSEDUR
3.1. Memeriksa legalitas faktur dan surat jalan, Mencakup :
 Identitas Apotek Pemesan
 Identitas Distributor
3.2. Mencocokkan faktur dengan sediaan farmasi dan alkes, Mencakup :
 Kesesuaian nama sediaan farmasi
 Jumlah
 Kebenaran harga
 Keutuhan kemasan
 Tanggal kadaluwarsa, no. Batch
 Apabila sudah sesuai, faktur Didokumentasikan.
 Apabila penerimaan tidak sesuai, maka dapat dilakukan pengembalian produk
kepada supplier.
3.3. Memberi paraf, tanggal penerimaan dan stemple pada faktur penerimaan sediaan farmasi
dan alkes.
3.4. Menginformasikan kepada distributor apabila terjadi ketidaksesuaian agar dilakukan
perbaikan.
3.5. Mencatat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa sediaan farmasi dan alkes dalam
kartu stok.

Dilaksanakan oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh

Pelaksana
(Nama Lengkap) apt. Nabela, S.Farm Apoteker Penanggung Jawab
Halaman 4 dari 7
No.4
STANDAR PROSEDUR Tanggal berlaku
02/09/2023 sd
OPERASIONAL 02/02/2024
PENERIMAAN SEDIAAN
Apotek pranata farma FARMASI
4. TUJUAN
Prosedur ini dibuat pada pelaksanaan dan pengawasan penerimaan sediaan farmasi dan alat
Kesehatan.

5. PENANGGUNG JAWAB
 Penanggung Jawab mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Standar Prosedur
Operasional adalah Apoteker Penanggung Jawab
 Apoteker beserta asisten Apoteker melaksanakan SOP tanpa Penyimpanan
 Petugas yang ditunjuk bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pengawasan
penerimaan sediaan farmasi.
6. PROSEDUR
6.1. Memeriksa legalitas faktur dan surat jalan, Mencakup :
 Identitas Apotek Pemesan
 Identitas Distributor
6.2. Mencocokkan faktur dengan sediaan farmasi dan alkes, Mencakup :
 Kesesuaian nama sediaan farmasi
 Jumlah
 Kebenaran harga
 Keutuhan kemasan
 Tanggal kadaluwarsa, no. Batch
 Apabila sudah sesuai, faktur Didokumentasikan.
 Apabila penerimaan tidak sesuai, maka dapat dilakukan pengembalian produk
kepada supplier.
6.3. Memberi paraf, tanggal penerimaan dan stemple pada faktur penerimaan sediaan farmasi
dan alkes.
6.4. Menginformasikan kepada distributor apabila terjadi ketidaksesuaian agar dilakukan
perbaikan.
6.5. Mencatat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa sediaan farmasi dan alkes dalam
kartu stok.

Dilaksanakan oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh


Pelaksana
(Nama Lengkap) apt. Nabela, S.Farm Apoteker Penanggung Jawab
Halaman 5 dari 7
STANDAR PROSEDUR No. 5
OPERASIONAL Tanggal berlaku
PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI 02/09/2023 sd
02/02/2024
Apotek pranata farma
A. TUJUAN
Agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat, dalam jumlah yang cukup dan terjamin
untuk mendukung pelayanan bermutu.

B. PENANGGUNG JAWAB
Penanggung Jawab mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Standar Prosedur Operasional
adalah Apoteker Penanggung Jawab
C. PROSEDUR

Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara


menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu sediaan farmasi.

Aspek umum yang perlu diperhatikan:

1. Tersedia rak/lemari dalam jumlah cukup untuk memuat sediaan farmasi, alat kesehatan
dan BMHP.
Jarak antara barang yang diletakkan di posisi tertinggi dengan langit-langit minimal 50
cm.
2. Jarak antara barang yang diletakkan di posisi tertinggi dengan langit-langit minimal 50
cm.
3. Langit-langit tidak berpori dan tidak bocor.
4. Ruangan harus bebas dari serangga dan binatang pengganggu.
5. Tersedia sistem pendingin yang dapat menjaga suhu ruangan dibawah 25oC.
6. Lokasi bebas banjir.
7. Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu.
8. Tersedia alat pemantau suhu ruangan dan lemari pendingin.
9. Pengeluaran obat menggunakan Sistem First In First Out (FIFO), First Expired First
Out (FEFO).
10. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi
sediaan farmasi serta disusun secara alfabetis.
11. Kerapihan dan kebersihan ruang penyimpanan
12. Sediaan farmasi harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian
atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama sediaan farmasi, nomor batch dan tanggal kedaluwarsa.
Sediaan farmasi yang mendekati kedaluarsa (3- 6 bulan) sebelum tanggal kadaluarsa
disimpan terpisah dan diberikan penandaan khusus.
13. Sediaan farmasi harus disimpan dalam kondisi yang menjaga stabilitas bahan aktif
hingga digunakan oleh pasien. Informasi terkait dengan suhu penyimpanan obat dapat
dilihat pada kemasan sediaan farmasi.
14. Untuk menjaga kualitas, vaksin harus disimpan pada tempat dengan kendali suhu tertentu
dan hanya diperuntukkan khusus menyimpan vaksin saja.
15. Penanganan jika listrik padam. Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan tindakan
pengamanan terhadap sediaan farmasi dengan memindahkan sediaan farmasi tersebut ke
tempat yang memenuhi persyaratan. Sedapat mungkin, tempat penyimpanan sediaan
farmasi termasuk dalam prioritas yang mendapatkan listrik cadangan.
16. Inspeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat penyimpanan sediaan farmasi.
17. Tempat penyimpanan obat (ruangan dan lemari pendingin) harus selalu dipantau suhunya
menggunakan termometer yang terkalibrasi. Termometer yang digunakan untuk
mengukur suhu lemari penyimpanan dapat berupa termometer eksternal dan internal,
sebagaimana terlihat pada gambar 1.

Khusus untuk Narkotika dan Psikotropika stock opname dilakukan secara berkala sekurang-
kurangnya sekali dalam 1 (satu) bulan. Aspek khusus yang perlu diperhatikan:

1. Obat High Alert


Obat High Alert adalah obat yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), dan berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverse outcome).

Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas:

a. obat risiko tinggi yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat

mengakibatkan kematian atau kecacatan seperti, insulin, antidiabetik oral atau

obat kemoterapeutik.

b. obat dengan nama, kemasan, label, penggunaan klinik tampak/kelihatan sama

(look alike), bunyi ucapan sama (sound alike) biasa disebut lasa, atau disebut juga Nama
Obat Rupa Ucapan Mirip (NORUM), contohnya tetrasiklin dan tetrakain. Apotek
menetapkan daftar obat Look Alike Sound Alike (LASA)/Nama-Obat-Rupa-Ucapan-
Mirip (NORUM). Penyimpanan obat LASA/NORUM tidak saling berdekatan dan diberi
label khusus sehingga petugas dapat lebih mewaspadai adanya obat LASA/NORUM.

c. elektrolit konsentrat seperti natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan
magnesium sulfat injeksi.

Daftar obat berisiko tinggi ditetapkan oleh Apotek dengan mempertimbangkan data dari
referensi dan data internal di Apotek tentang “kejadian yang tidak diharapkan” (adverse event)
atau “kejadian nyaris cedera” (near miss). Referensi yang dapat dijadikan acuan antara lain
daftar yang diterbitkan oleh ISMP (Institute for Safe Medication Practice). Apotek harus
mengkaji secara seksama obat-obat yang berisiko tinggi tersebut sebelum ditetapkan sebagai
obat high alert di Apotek.

Untuk obat high alert(obat dengan kewaspadaan tinggi) berupa elektrolit konsentrasi tinggi dan
obat risiko tinggi harus disimpan dengan terpisah dan penandaan yang jelas untuk menghindari
kesalahan pengambilan dan penggunaan. Penyimpanan dilakukan terpisah, mudah dijangkau dan
tidak harus terkunci. Disarankan pemberian label high alert diberikan untuk menghindari
kesalahan.

Penyimpanan obat LASA/NORUM tidak saling berdekatan dan diberi label khusus sehingga
petugas dapat lebih mewasapadai adanya obat LASA/NORUM. Dibawah ini beberapa contoh
obat LASA berdasarkan bentuk sediaan, kekuatan dan kandungan zat aktif:

2. Obat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi.


Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi harus mampu menjaga
keamanan, khasiat dan mutu serta dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi. Apotek harus memiliki tempat penyimpanan
Narkotika atau Psikotropika berupa lemari khusus dan berada dalam penguasaan Apoteker.
Lemari khusus penyimpanan Narkotika dan Psikotropika harus mempunyai 2 (dua) buah kunci
yang berbeda, satu kunci dipegang oleh Apoteker dan satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai
lain yang dikuasakan. Apabila Apoteker berhalangan hadir dapat menguasakan kunci kepada
pegawai lain. Apotek harus menyimpan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi di tempat
penyimpanan obat yang aman berdasarkan analisis risiko

Dilaksanakan oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh

Pelaksana apt. Nabela, S.Farm Apoteker Penanggung


Jawab
Halaman 6 dari 7
STANDAR PROSEDUR No. 6
OPERASIONAL Tanggal berlaku
02/09/2023 sd
PEMUSNAHAN SEDIAAN
02/02/2024
Apotek pranata farma FARMASI
1. TUJUAN
Untuk memaksimalkan efek terapi, meminimalkan resiko, meminimalkan biaya pengobatan serta
menghormati pilihan pasien.

2. PENANGGUNG JAWAB
Penanggung Jawab mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Standar Prosedur Operasional
adalah Apoteker Penanggung Jawab
3. PROSEDUR
3.1. Pemusnahan

a) Sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan.
b) Pemusnahan sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika
atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
c) Pemusnahan sediaan farmasi selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin
praktik atau surat izin kerja.
d) Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan menggunakan Lampiran 7
sebagaimana terlampir.
e) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
f) Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya
petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang
dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Lampiran 8
sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
g) Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
h) Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh
pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala
BPOM.
i) Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk
yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
Dilaksanakan oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh

Pelaksana
apt. Nabela, S.Farm Apoteker Penanggung Jawab
Halaman 7 dari 7
STANDAR PROSEDUR No.7
OPERASIONAL Tanggal berlaku
PENCATATAN & PELAPORAN 02/09/2023 sd
02/02/2024
SEDIAAN FARMASI
Apotek pranata farma

A. TUJUAN
Bukti bahwa suatu kegiatan telah dilakukan, dan melakukan pengaturan dan pengendalian

B. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker/TTK

C. PROSEDUR

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi,


Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek,
meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan
pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya.
D. Pencatatan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memonitor transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di apotek.
Adanya pencatatan akan memudahkan petugas untuk melakukan penelusuran
bila terjadi adanya mutu sediaan farmasi yang sub standar dan harus ditarik dari
peredaran. Pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk digital
maupun manual. Kartu yang umum digunakan untuk melakukan pencatatan
adalah Kartu Stok.

Fungsi kartu stok:


1. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi perbekalan farmasi (penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak atau kedaluwarsa).

2. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu)
jenis perbekalan farmasi.
Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan,
perencanaan, pengadaan, distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan
fisik perbekalan farmasi dalam tempat penyimpanannya.

Petunjuk pengisian:
Kartu stok memuat nama perbekalan farmasi, satuan, asal (sumber) dan
diletakkan bersama perbekalan farmasi pada lokasi penyimpanan.
Bagian judul pada kartu stok diisi dengan:
• Nama perbekalan farmasi.
• Kemasan.
• Isi kemasan.

Kolom-kolom pada kartu stok diisi sebagai berikut:


 Tanggal penerimaan atau pengeluaran
 Nomor dokumen penerimaan atau pengeluaran

 Sumber asal perbekalan farmasi atau kepada siapa


perbekalan farmasidikirim
 No. Batch/No. Lot.
 Tanggal kedaluwarsa
 Jumlah penerimaan
 Jumlah pengeluaran
 Sisa stok
 Paraf petugas yang mengerjakan
2. Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi sediaan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan
yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan.
Tabel 2.2. Laporan yang dibuat Apotek

No. Jenis Laporan Kegunaan Keterangan


1. Narkotik Untuk audit POM dan -
keperluan perancanaan
2. Psikotropik Untuk audit POM dan -
keperluan perancanaan

Banyak tugas/fungsi penanganan informasi dalam pengendalian


perbekalan farmasi (misalnya, pengumpulan, perekaman,
penyimpanan penemuan kembali, meringkas, mengirimkan dan
informasi penggunaan sediaan farmasi) dapat dilakukan lebih
efisien dengan komputer daripada

sistem manual. Sistem komputer harus termasuk upaya


perlindungan yang memadai terhadap aktivitas pencatatan
elektronik. Untuk hal ini harus diadakan prosedur yang
terdokumentasi untuk melindungi rekaman yang disimpan secara
elektronik, terjaga keamanan, kerahasiaan, perubahan data dan
mencegah akses yang tidak berwenang terhadap rekaman tersebut.
Suatu sistem data pengaman (back up) harus tersedia untuk
meneruskan fungsi komputerisasi jika terjadi kegagalan alat.
Semua transaksi yang terjadi selama sistem komputer tidak
beroperasi, harus dimasukkan ke dalam sistem secepat mungkin.

Dilaksanakan oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh

Pelaksana apt. Nabela, S.Farm Apoteker Penanggung


Jawab
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PELAYANAN FASMASI KLINIK DI
APOTEK
1. SPO Pengkajian Resep

STANDAR PROSEDUR Halaman 1 dari 1


OPERASIONAL No.1
Tanggal berlaku
PENGKAJIAN RESEP 02/09/2023 sd
Apotek pranata farma 02/02/2024

1. Tujuan

Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan terhadap pelayanan sediaan
farmasi-alat kesehatan dengan Resep dokter

2. Penanggung Jawab
Apoteker

3. Prosedur

3.1 Memeriksa kebenaran dokter yang tertera dalam resep (jika meragukan segera
hubungi dokternya)
3.2 Petugas (Apoteker/TTK/Petugas lain) melakukan pemeriksaan kelengkapan dan
keabsahan resep yaitu nama dokter, nomor ijin praktek, alamat, tanggal penulisan
resep, tanda tangan atau paraf dokter serta nama, alamat, umur, jenis kelamin dan
berat badan pasien
3.3 Mengkaji aspek klinis dengan cara melakukan penilaian pasien yaitu adanya alergi,
efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan kondisi khusus
lainnya), keluhan pasien dan hal lain yang terkait dengan kajian aspek klinis.
3.4 Menetapkan ada tidaknya masalah terkait obat (drug related problem/DRP)
3.5 Memastikan sediaan farmasi-alkes sesuai dengan tujuan terapi pasien, jika tidak
sesuai diperbaiki atau dikonfirmasi pada penulis resep/ditolak tergantung dari
situasi dan besar kecilnya ketidak sesuaian tersebut.
3.6 Mengecek ketersediaan sediaan farmasi-alkes di apotek dengan yang tertulis di
resep.
3.7 Jika ada sediaan farmasi-alkes yang tidak tersedia di apotik, pasien dan atau dokter
diberitahu termasuk alternatif pengganti jika ada
3.8 Memberitahukan harga yang harus dibayar
3.9 Ketika harga sudah sesuai terjadi pembayaran
3.10 Memberi nomor urut yang sesuai dengan nomor resep pada pasien dengan
tujuannya.
 Agar tidak terjadi kesalahan pada penerimaan sediaan farmasi-alkes
 Sebagai nomor antrian pasien agar lebih teratur dan tertib
 untuk mempermudah dalam pengecekan jika ada sesuatu sebagai nomor
resep yang masuk di apotek

Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh

Pelaksana apt. Nabela, S.Farm


2. SPO Dispensing Obat

Halaman 2 dari 7
STANDAR PROSEDUR No.2
OPERASIONAL Tanggal berlaku
02/09/2023 sd
Apotek pranata farma DISPENSING OBAT 02/02/2024

1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan penyiapan dan labeling sediaan farmasi-
alat Kesehatan

2. Penanggung Jawab
Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian

3. Prosedur

3.1 Sediaan Farmasi -Alat Kesehatan diambil dari rak


3.2 Item, jumlah dan kekuatan Sediaan Farmasi -Alat Kesehatan yang diambil harus sesuai
dengan resep
3.3 Periksa dengan benar tanggal kadaluarsanya
3.4 Setiap pengambilan Sediaan Farmasi -Alat Kesehatan, harus mencatat pada masing-
masing kartu stok
3.5 Setelah semua Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan pada resep disiapkan, ditulis etiket
pada masing-masing Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan
3.6 Untuk Sediaan Farmasi yang penggunaannya secara per oral, etiket yang digunakan
adalah etiket berwarna putih, sedangkan Sediaan Farmasi yang digunakan non oral dan
alat kesehatan menggunakan etiket berwarna biru.
3.7 Penulisan etiket meliputi : tanggal pembuatan resep, nomor resep, nama pasien, aturan
penggunaan, dan waktu penggunaan

Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh

Pelaksana apt. Nabela, S.Farm


3. SPO Pelayanan Informasi Obat
Halaman 3 dari 7
STANDAR PROSEDUR
No.3
OPERASIONAL Tanggal berlaku
PELAYANAN INFORMASI 02/09/2023 sd
Apotek pranata farma 02/02/2024
OBAT

1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker
untuk memberikan informasi dan konsultasi secara akurat, tidak bias, faktual, terkini,
mudah dimengerti, etis dan bijaksana

2. Penanggung Jawab
Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian

3. Prosedur

3.1 Memberikan informasi kepada pasien berdasarkan resep atau kartu pengobatan
pasien (medication record) atau kondisi kesehatan pasien baik lisan maupun tertulis
3.2 Melakukan penelusuran literatur bila diperlukan, secara sistematis untuk
memberikan informasi.
3.3 Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis
dan bijaksana baik secara lisan maupun tertulis
3.4 Informasi yang perlu disampaikan kepada pasien :
 Jumlah, jenisdan kegunaan masing-masing obat
 Bagaimana cara pemakaian masing-masing obat yang meliputi : bagaimana
cara memakai obat, kapan harus mengkonsumsi/memakai obat, seberapa
banyak/dosis dikonsumsi sebelumnya, waktu sebelum atau sesudah makan,
frekuensi penggunaan obat/rentang jam penggunaan
 Bagaimana cara menggunakan peralatan Kesehatan
 Peringatan atau efek samping obat
 Bagaimana mengatasi jika terjadi masalah efek samping obat
 Tata cara penyimpanan obat (sediaan farmasi/alkes)
 Pentingnya kepatuhan penggunaan obat
3.5 Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat

Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh

Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian apt. Nabela, S.Farm


4. SPO Konseling

Halaman 4 dari 7
STANDAR PROSEDUR No.4
OPERASIONAL Tanggal berlaku
02/09/2023 sd
Apotek pranata farma KONSELING 02/02/2024

1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk melakukan kegiatan konseling pasien dengan resep, sesuai
dengan kondisi pasien

2. Penanggung Jawab
Apoteker

3. Prosedur
3.1 Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien/keluarga pasien
3.2 Menanyakan 3 (tiga) pertanyaan kunci menyangkut obat (sediaan farmasi/alkes)
yang dikatakan oleh dokter kepada pasien dengan metode open-ended question.
Untuk resep barubisa dengan three prime question :
 Apa yang telah dokter katakan mengenai obat ini ?
 Bagaimana dokter menerangkan cara pemakaian ?
 Apa hasil yang diharapkan dokter dari pengobatan ini ?
Untuk resep ulang :
 Apa gejala atau keluhan yang dirasakan pasien ?
 Bagaimana cara pemakaian obat ?
 Apakah ada keluhan selama penggunaan obat ?
3.3 Memperagakan dan menjelaskan mengenai pemakaian obat-obat tertentu (inhaler,
suppositoria, obat tetes, dll)
3.4 Melakukan verifikasi akhir meliputi :
 Mengecek pemahaman pasien
 Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan terapi
3.5 Melakukan pencatatan konseling yang dilakukan pada kartu pengobatan

Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh

Apoteker apt. Nabela, S.Farm


5. SPO Pelayanan Kefarmasian Di Rumah (Home Care)

STANDAR PROSEDUR Halaman 5 dari 7


OPERASIONAL Pelayanan No.5
Tanggal berlaku
Kefarmasian Di Rumah 02/09/2023 sd
Apotek pranata farma (Home Care) 02/02/2024

1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk melakukan kegiatan pelayanan kefarmasian yang diberikan di
rumah untuk pasien yang keadaan fisiknya tidak memungkinkan datang ke Apotek
2. Penanggung Jawab
Apoteker
3. Cara Home Care
3.1 Dengan melakukan kunjungan langsung ke rumah pasien
3.2 Dengan melalui telepon

4. Ruang Lingkup
4.1 .Informasi penggunaan sediaan farmasi-alkes
4.2 Konseling pasien
4.3 Memantau kondisi pasien pada saat menggunakan sediaan farmasi-alkes dan
kondisi pasien setelah menggunakan serta kepatuhan pasien dalam
menggunakannya
5. Prosedur
5.1 Melakukan seleksi pasien melalui kartu/catatan PMR
5.2 Menawarkan kepada pasien untuk dilakukan pelayanan home care
5.3 Mempelajari riwayat pengobatan pasien dari PMR
5.4 Melakukan kesepakatan untuk melaksanakan kunjungan ke rumah
5.5 Melakukan kunjungan ke rumah
5.6 Melakukan tindak lanjut dengan memanfaatkan sarana komunikasi yang ada atau
kunjungan berikutnya secara berkesinambungan
5.7 Melakukan pencatatan dan evaluasi pengobatan setelah kunjungan dan tindak
lanjut yang telah dilakukan

Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh

Apoteker apt. Nabela, S.Farm


LEMBAR PEMBERIAN INFORMASI OBAT
6. SPO Pemantauan Terapi Obat

STANDAR PROSEDUR Halaman 6 dari 6


OPERASIONAL No.6
PEMANTAUAN TERAPI Tanggal berlaku
OBAT 02/09/2023 sd
Apotek pranata farma
02/02/2024

1. Tujuan
memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau
dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping

2. Penanggung Jawab
Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian

3. Kriteria Pasien
3.1 Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui
3.2 Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis
3.3 Adanya multidiagnosis
3.4 Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati
3.5 Menerima Obat dengan indeks terapi sempit
3.6 Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan

4. Prosedur

4.1 Memilih pasien yang memenuhi kriteria


4.2 Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan pasien yang terdiri dari
riwayat penyakit, riwayat penggunaan Obat dan riwayat alergi; melalui wawancara
dengan pasien atau keluarga pasien
4.3 Melakukan identifikasi masalah terkait Obat. Masalah terkait Obat antara lain
adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian Obat tanpa indikasi,
pemilihan Obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah,
terjadinya reaksi Obat yang tidak diinginkan atau terjadinya interaksi Obat
4.4 Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan menentukan
apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan terjadi
4.5 Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi rencana
pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan meminimalkan
efek yang tidak dikehendaki
4.6 Hasil identifikasi masalah terkait Obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh
Apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga kesehatan terkait untuk
mengoptimalkan tujuan terapi

4.7 Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi Obat

Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh

Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian apt. Nabela, S.Farm


LEMBAR PEMANTAUAN TERAPI OBAT
7. SPO Monitoring Efek Samping Obat

STANDAR PROSEDUR Halaman 7 dari 7


OPERASIONAL No.7
MONITORING EFEK Tanggal berlaku
02/09/2023 sd
Apotek pranata farma SAMPING OBAT 02/02/2024

1. Tujuan
kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan
yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis

2. Penanggung Jawab
Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian

3. Kriteria Pasien
3.1 Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui
3.2 Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis
3.3 Adanya multidiagnosis
3.4 Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati
3.5 Menerima Obat dengan indeks terapi sempit
3.6 Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan

4. Prosedur

4.1 Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek
samping Obat
4.2 Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
4.3 Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional
4.4 Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi Obat

Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh

Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian apt. Nabela, S.Farm


Sumber :

Kementerian Kesehatan, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2021. Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2021 Tentang
Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor
Farmasi Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian. Jakarta. BPOM

Yunarto, Holy Icun dan Martinus Getty Santika. 2005. Business Concepts Implementation Series
in Inventory Management. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis

Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar
http://aespesoft.com/pengelolaan-sediaan-farmasi-alat-kesehatan-dan-bahan-medis-habis-
pakai/ diakses pada 23 Agustus 2019 pukul 15.00

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek

Anda mungkin juga menyukai