Anda di halaman 1dari 40

3.

5 Contoh Prosedur Seleksi Sublier dan Perencanaan Pembelian


Pembekalan Farmasi
3.5.1 Prosedur Seleksi Suplier

Seleksi Suplier Dan Pembuatan Kerjasama

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL
Suatu rangkaian kebijakan pemilihan suplier meliputi asesmen
terhadap dukumen izin, surat penunjukan sebagai distributor, dan
Pengertian rantai distribusi untuk memastikan bahwa suplier memenuhi kriteria
yang ditetapkan

Untuk menjamin Suplier rekanan memiliki izin legalitas sebagai


Tujuan distributor obat dan alkes yang menjamin keamanan obat dan alkes

Kebijakan Suplier adalah rekanan yang ditunjuk untuk pembelian obat dan
alkes harus
1. Apoteker di bagian pembelian melakukan pengumpulan data
terhadap suplier pembekalan farmasi dari sumber informasi
Prosedur obat ISO dan MIMS
2. Apoteker di bagian pembelian, memperkenalkan diri, dan
menghubungi suplier untuk menyampaikan maksud kerjasama
3. Apoteker di bagian pembeli meminta dokumen akte pendirian,
surat izin usaha perusahaan, NPWP, nama dan surat izin kerja
Apoteker penanggung jawab, izin pedagang besar farmasi,
alamat dan denah kantor PBF dan surat keaslian produk yang
didistribusikan
4. Apoteker di bagian pembelian menyampaikan maksud untuk
kunjungan untuk menelusuri rantai distribusi dan kondisi
penyimpanan suplier.
5. Apoteker di bagian pembelian memberikan laporan asesmen
dokumen dan hasil tinjauan ke lokasi ke pimpinan.
6. Pimpinan memeriksa dan menyetujui laporan hasil kunjungan.
7. Staf legal membuat draft kerjasama antara rumah sakit dengan
suplier
8. Suplier dan pihak rumah sakit menandatangani perjanjian
kesjasama
9. Apoteker di bagian pembelian menginformasikan ke bagian
farmasi untuk kerjasama dengan suplier

Unit terkait Bagian Pembelian, Farmasi, Legal, Suplier

3.5.2 Prosedur Penyusunan Formularium

Penyusunan Formularium

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL

Formularium adalah daftar obat yang disusun oleh Komite Farmasi


Pengertian dan terapi (KFT) berdasarkan evaluasi terhadap pemakaian obat
yang digunakan

Untuk menjadi pedoman dalam penulisan resep agar resep dapat


Tujuan dilayani dengan cepat dan tepat, dengan penyedian obat yang
terjamin kualitas

Kebijakan Formularium disusun berdasarkan pemakaian obat yang diusulkan


oleh Kesatuan Staf Medis (KSM) dan dievaluasi per tahun
1. Komite Farmasi dan Terapi mengadakan meeting untuk
melakukan review pemakaian obat untuk terapi dari data
pemakaian obat tahunan
2. Komite farmasi dan terapi menganalisa pola terapi dengan
pemakaian sebelum
3. Komite farmasi dan terapi membuat rekapitulasi usulan
pemakaian obat dan memberikan kepada ketua KSM dengan
kriteria
1) Daftar onbat yangmemiliki nomer izin edar (NIE) dari Badan
POM, terutama obat genetik;
Prosedur 2) Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk-ratio) yang paling
menguntungkan pasien;
3) Mudah penggunaannya sehingga meningkatkan kepatuhan
dan penerimaan oleh pasien;
4) Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang
tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung;
dan
5) Terbukti paling efektif secara ilmiah (efidence-based
medicine), aman dan banyak dibutuhkan untuk pelayanan
dengan harga yang terjangkau.
4. Ketua KSM mengisi usulan permintaan dengan review
pemakaian obat.
5. Komite farmasi dan terapi melakukan rekapitulasi usulan dari
KSM dan melakukan rekonsiliasi data obat dengan masing-
masing KSM.
6. Komite farmasi membuat draft Formularium untuk disampaikan
oleh direktur Rumah Sakit.
7. Direktur RS menyetujui dan menetapkan pemberlakuan
Formularium
8. Komite farmasi dan terapi melakukan sosialisasi dan edukasi
mengenai formularium kepada dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lain.
9. Komite farmasi dan terapi melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap kepatuhan dokter kepada formularium (Oleh KFT).

1. Komite Farmasi dan Terapi (KFT)


Unit terkait 2. Pelayanan Medik
3. Keperawatan
4. Penunjang Medik

3.5.3 Prosedur Penghapusan Obat Dalam Daftar Formularium

Penghapusan Obat Dalam Daftar Formularium

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL
Proses penghapusan nama obat yang dari daftar Formularium
yang dilakukan oleh KFT dengan pertimbangan keamanan, update
Pengertian ilmu dan sesi ekonomi

Untuk mengendalikan daftar sedian dalam buku panduan


Tujuan formularium sehingga item yang tesedia memenuhi persyaratan
keamanan, ekonomis dan mengikuti perkembangan pengetahuan

Kebijakan Penghapusan obat dari daftar formularium dengan pertimbanmgan


analisa pada
a. Obat-obatan yang jarang digunakan (slow moving)
b. Obat-obat yang tidak digunakan karena tidak direkomendasikan
lagi oleh standar profesi medik
c. Produk susah diperoleh
d. Obat ditarik oleh peredaran oleh pemerintah atau dari pabrik
(recall)
e. Obat sudah tidak diproduksi lagi (discontinue)

1. Apoteker melakukan evaluasi pergerakan seluruh obat yang


Prosedur ada dalam daftar obat formularium stiap tahun
2. Apoteker melakukan analisa pergerakan obat menjadi kategori
 Dead stock
 Slow Moving
 Medium Moving
 Fast Moving
 Life Saving
3. Apoteker akan menyampaikan ke KFT untuk obat dengan
kategori Dead Stock atau Slow Moving
4. KFT akan berdiskusi dengan KSM untuk memutuskan obat
tersebut apakah akan dihapus pada formularium berikutnya
atau tetap disediakan karena alasan medis tertentu
5. KFT akan mengahapus sedian obat apabila
 Obat-obat tidak direkomendasikan lagi oleh standar profesi
medik.
 Produk obat susah diperoleh
 Obat ditarik dari peredaran oleh Pemerintah atau dari
pabrikan (recall)
 Obat sudah tidak diproduksi lagi (discontinue)
 Didapat efek merugikan berdasarkan evaluasi
 Sudah ada obat baru yang lebih cost effetive
6. KFT menginformasikan kepada seluruh dokter terkait daftar
obat yang telah dihapus
7. Penambahan kembali obat yang telah dikeluarkan dari
formularium wajib mengikuti prosedur penambahan obat baru.

Unit terkait 1. Komite Farmasi dan Terapi (KFT)


2. Pelayanan Medik
3. Keperawatan
4. Penunjang Medik
5. Keuangan dan Akuntasi

3.5.4 Prosedur Pembelian Sediaan Farmasi Ke Suplier


Pembelian Sediaan Farmasi Ke Suplier

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL
Suatu rangkaian kegiatan perencanaan pembekalan farmasi mulai
dari seleksi item, seleksi suplier sampai dengan pengiriman
Pengertian permintaan ke suplier

Tujuan Untuk memenuhi kebutuhan obat dan alkes untuk pelayanan ke


pasien

Kebijakan 1. Pembelian sediaan farmasi dilakukan ke suplier resmi yang


telah ditunjuk dan bekerjasama
2. Ada suatu proses seleksi untuk penetapan suplier sebagai
pemasok sediaan farmasi dengan aman dan terjamin
kualitasnya
3. Pembelian obat berdasarkan kebutuhan, prioritas dan
menyesuaikan anggaran yang tersedia

1. Kepala Gudang Farmasi, menarik data pemakaian obat alkes


Prosedur per waktu periode pembelian (mingguan)
2. Kepala Gudang Farmasi melakukan seleksi obat alkes yang
akan dipesan berdasarkan prioritas dan sisa stock
3. Kepala Gudang Farmasi membuat permintaan pembelian,
dengan perhitungan jumlah kebutuhan, sisa stok, prioritas,
anggaran dan lead time
4. Kepala Gudang Farmasi mengajukan permintaan pembelian ke
kepala Apotek
5. Kepala Aapotek melakukan pemeriksaan terhadap permintaan
pembelian, meliputi item yang diminta, jumlah, prioritas dan
anggaran
6. Kepala Apotek menandatangani permintaan yang disetujui, dan
mengirim ke bag pembelian
7. Bagian pembelian melakukan seleksi terhadap suplier rekanan,
dan mengirim Purchase Order (PO)
8. Suplier menerima PO dan mengirimkan barang sesuai
permintaan
9. Staf Gudang Farmasi menerima barang yang dikirimkan
darisuplier, dan memeriksa kesesuaian jumlah, nama,
kadaluarsa, obat dan alkes yang dipesan.

Unit terkait Bagian Pembelian

3.5.5 Prosedur bila Sediaan Farmasi Kosong atau tidak tersedia di


Distributor

Bila Sediaan Farmasi Kosong atau tidak tersedia di


Distributor

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


LOGO ………………. …………… ..……………..
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL

Suatu proses untuk melayani resep dan permintaan obat disaat


Pengertian obat tidak tersedia atau kosong di distributor

Tujuan Memastikan bahwa pasien mendapatkan terapi tepat waktu dan


tepat obat

1. Pelayanan obat untuk pasien diberikan tepat waktu, dan tepat


Kebijakan obat.
2. Permintaan obat saat kondisi stok tidak tersedia dapat
dilaksanakan dengan konfirmasi ke dokter untuk substitusi obat.

1. Bagian pembelian menginformasikan barang terlambat datang


atau kosong dari suplier
2. Apoteker memeriksa buffer stok atau alternative substit stok
3. Apoteker menginformasikan kekosongan atau substitusi kepada
Komite Farmasi Terapi
4. Komite Farmasi Terapi membuat rekomendasi dan tindak lanjut.
Prosedur
Bila tidak ada substitusi, maka KFT merekomendasikan untuk
memilih sediaan lain atau pembelian di apotek rekanan
5. Apoteker menyampaikan informasi dan rekomendasi kepada
dokter penulis resep
6. Dalam kondisi pelayanan, maka apoteker dapat memberikan
rekomendasi penggantian obat dengan pertimbangan komposisi
dan mekanisme kerja kepada dokter

Unit terkait Pembelian


Komite Farmasi dan Terapi

3.5.6 Prosedur Penarikan Obat (Recall)

Penarikan Obat (Recall)

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL

Obat recall adalah obat yang ditarik kembali oleh suplier


Pengertian dikarenakan substandard atau alasan lainnya

Tujuan Memastikan semua obat yang di recall, tidak tersedia di pelayanan.

Kebijakan Rumah sakit menjamin pemberian obat ke pasien sesuai standar


kualitas yang aman untuk terapi

1. Apoteker menerima surat pemberitahuan recall dari suplier


2. Apoteker memeriksa no batch dan ketersediaan obat yan di
recall
3. Apoteker melaporkan ke Direktur, dan membuat Internal Memo
untuk menarik obat dari unik
4. Apoteker menarik dan memisahkan bila ternyata obat yang di
Prosedur
recall terdapat di ruangan
5. Apoteker melakukan pengecekan, apakah ada pasien yang
menggunakan obat tersebut sebelum di tarik dalam ruangan
6. Apoteker melaporkan ke dokter/KFT bila ditemukan obat
tersebut digunakan oleh pasien
7. Apoteker menghubungi pasien untuk menarik obat tersebut dan
memberikan penjelasan berdasarkan informasi dari suplier dan
rekomendasi dari dokter dan KFT
8. Apoteker memeriksa kembali obat yang ditarik dan mencatat
jumlah dan no batch obat yang di tarik
9. Apoteker menyerahkan obat yang ditarik ke suplier
10. Apoteker menyerahkan obat yang ditarik ke suplier
Unit terkait Pembelian
Komite Farmasi dan Terapi

4.1 Prosedur Penerimaan dan Penyimpanan Pembekalan Farmasi

Penerimaan dan Penyimpanan Pembekalan Farmasi

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL

Proses untuk menyimpan obat-obatan, termaksuk zat yang


Pengertian dikendalikan, obat khusus (vaksin, kewaspadaan tinggi, LASA,
berbahaya, gas medis), untuk menjaga kestabilannya dan
memastikan monitoring dilakukan secara berkala sesuai dengan
kebijakan rumah sakit, peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Tujuan Untuk menjaga sediaan Farmasi sesuai dengan persyaratan


stabilitas dan melindungi dari kehilangan dan kerusakan.

Kebijakan 1. Obat dan alkes disimpan dalam kondisi yang sesuai untuk
stabilitas produk, termasuk obat-obatan yang disimpan pada
unit perawatan pasien individual
2. Obat-obatan dan bahan kimia yang digunakan untuk
menyiapkan obat diberi label secara akurat dengan isi, tanggal
kadaluarsa dan peringatan.
3. Elektrolit konsentrat tersimpan dibawah pengawasan langsung
staf farmasi
4. Semua area penyimpan obat, termasuk area penyimpanan obat
pada unit perawatan pasien, diperiksa secara berkala sesuai
dengan kebijakan rumah sakit untuk memastikan bahwa obat-
obatan disimpan dengan benar. Obat terlindungi dari kehilangan
atau pencurian.

1. Penerimaan
 Apoteker/ Asisten Apoteker menerima barang dari suplier
 Apoteker/ AA mengecek, fisik obat, Expired date, suhu untuk
obat khusus (vaksin, produk nutrisi) dan jumlah dan jenis
obat apakah sesuai dengan faktur PO yang dikirimkan
 Apoteker/ asisten apoteker menyimpan obat sesuai dengan
Prosedur tempat penyimpanan yang tertera di lebel kemasan, dan
memberikan lebel khusus untuk high alert, dan produk
nutrisi.
2. Monitoring penyimpanan
 Apoteker membuat jadwal supervisi untuk penyimpanan
obat
 Secara periodik apoteker melakukan supervisi terhadap
penyimpanan obat, terutama obat dengan kondisi khusus
seperti vaksin, obat narkotika/ psikotropika, produk nutrisi,
dan obat dengan suhu penyimpanan khusus
 Apoteker melakukan monitoring secara rutin terkait, jumlah,
stabilitas fisik, dan suhu.
 Apoteker mendokumentasikan form monitoring yang telah
diisi setiap supervisi
 Hasil monitoring dan supervisi dievaluasi setiap bulan, dan
dibuat tindak lanjut dan rekomendasi bila selama monitoring
terdapat penyimpanan yang tidak sesuai kondisi

Unit terkait Semua unit di rumah sakit

4.2 Prosedur Penyimpanan Produk Nutrisi

Penyimpanan Produk Nutrisi

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL

1. Produk nutrisi adalah sediaan farmasi untuk membantu sistem


Pengertian tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan
2. Penyimpanan produk nutrisi adalah suatu kegiatan menata dan
meletakkan produk nutrisi sesuai dengan temperature,
kelembapan dan pencahayaan sehingga sediaan tetap stabil

Menjamin stabilitas dan kualitas produk nutrisi sesuai dengan


Tujuan kondisi standar penyimpanan dan memudahkan pencarian dan
pengawasan terhadap produk nutrisi.
Kebijakan Penyimpanan produk nutrisi, dilaksanakan memenuhi kriteria
penyimpanan, dengan memperhatikan suhu, kelembapan dan
cahaya untuk menjamin stabilitas dan efektifitas produk nutrisi.

1. Petugas farmasi menerima produk nutrisi


2. Petugas melakukan pemeriksaan produk nutrisi, mencakup
kemasan, homogenitas (bila kemasan transparan), suhu saat
pengiriman dan tanggal kadaluarsa
3. Petugas farmasi membaca kondisi penyimpanan yang tertera di
label
4. Petugas farmasi menyimpan produk nutrisi sesuai dengan
Prosedur
kondisi
5. Petugas farmasi melakukan kontrol terhadap penyimpanan
produk nutrisi secara berkala

Unit terkait Bagian Pengadaan, Perawatan, Penunjang Medis

4.3 Prosedur Penyimpanan dan Transfer Vaksin

Penyimpanan dan Transfer Vaksin

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL

Penyimpanan vaksin adalah rangkaian proses mulai dari vaksin


Pengertian diterima sampai disimpan dan didistribusikan dengan
memperhatikan ketentuan suhu, pencahayaan sesuai dengan
standar yang berlaku dan memastikan kondisi lingkungan yang
sesuai pada setiap mata rantai distribusi vaksin (cold chain)

Menjaga agar pembekalan farmasi khususnya vaksin :


Tujuan 1. Tetap terjaga mutunya
2. Terhindar dari kerusakan dan penggunaan yang tidak
bertanggung jawab.
3. Terjamin ketersediaannya.

Kebijakan 1. Monitoring suhu yang dilakukan saat penerimaan, penyimpanan


dan distribusi.
2. Memastikan bahwa setiap proses, dilakukan pengawasan dan
pencatatan suhu
1. Petugas farmasi menerima permintaan vaksin dari unit poli
rawat jalan
2. Petugas farmasi memeriksa permintaan, dan menyiapkan jenis
dan jumlah vaksin yang diminta
3. Petugas farmasi mendistribusikan vaksin ke unit yang meminta.
Proses transport vaksin dilakukan dengan menggunakan cool
box untuk menjaga suhu penyimpanan pada saat transport.
Suhu di cool box harus berkisar +2 oC- +8 oC.
4. Petugas farmasi memastikan bahwa proses transfer vaksin dari
cool box ke kulkas penyimpanan vaksin harus dilakukan segera
setelah vaksin tiba di tempat yang dituju.
5. Petugas farmasi memeriksa suhu penyimpanan pada kulkas
penyimpanan vaksin sesuai dengan kondisi persyaratan suhu
Prosedur setiap vaksin.
6. Monitoring terhadap suhu penyimpanan di setiap kulkas
penyimpanan vaksin dilakukan oleh staff bagian terkait pada
setiap shift (pagi, siang, malam).
7. Petugas yang melakukan monitoring suhu melakukan
pencatatan suhu, waktu monitoring, dan paraf pada formulir
pemantauan suhu.
8. Apabila suhu pada saat monitoring tidak berkisar antara +2 oC-
s/d +8 0C, maka petugas yang bertugas wajib segera
melaporkan secara langsung kepada pihak maintenance
mengenai kondisi yang terjadi
9. Apabila dilakukan adanya perbaikan kulkas, maka petugas yang
bersangkutan harus memastikan vaksin tetap tersimpan pada
kondisi yang sesuai dengan suhu yang berkisar antara +2 oC-
s/d +8 0C, dan jika perlukan dapat didistribusikan ke bagian
terdekat (farmasi) dengan menggunakan cool box
10. Petugas farmasi melakukan pengecekan kondisi vaksin dengan
mengacu kepada referensi sebagai berikut

Unit terkait Keperawatan

4.4 Prosedur Penyimpanan Obat Pengawasan Tinggi

Penyimpanan Obat Pengawasan Tinggi


(High alert medication)

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


LOGO ………………. …………… ..……………..
APOTEK
STANDAR Tanggal Disetujui oleh :
PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL

Obat high alert adalah obat golongan tertentu yang


Pengertian penggunaannya memerlukan perhatian khusus dekarenakan
memiliki potensi resiko cidere yang tinggi bila digunakan dengan
cara yang salah.

Mencegah terjadinya kejadian tidak diharapkan akibat kesalahan


Tujuan pengguna obat high alert

Kebijakan 1. Obat dengan kategori High Alert diberikan label khusus yang
memudahkan setiap staff mengidentifikasi
2. Penyimpanan Obat High Alert memenuhi ketentuan
penyimpanan dengan pengawasan

1. Petugas farmasi menerima obat dan alkes dari suplier


2. Petugas farmasi mengidentifiksi obat golongan high alert
berdasarkan tabel daftar obat high alert yang telah disahkan
oleh pimpinan
3. Petugas farmasi memberikan label pada obat high alert
4. Petugas farmasi membaca prosedur penyimpanan dari
meletakkan obat high alert di tempat yang ditentukan
Prosedur
5. Petugas farmasi melakukan monitoring penyimpanan obat high
alert

Unit terkait Unit Keperawatan, dan Penunjang Medik

4.5 Prosedur Penyimpanan dan Monitoring Obat Emergency

Pengelolaan Obat Emergensi

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL
Pengelolaan obat emergensi adalah kegiatan menerima,
Pengertian menyimpan, menggunakan, memonitor obat emergensi sehingga
tidak terjadi kekosongan.

Untuk menjamin agar obat emergensi tersedia dan siap digunakan


Tujuan saat emergensi terjadi

Kebijakan 1. Jenis dan jumalah obat emergensi ditetapkan oleh tim


2. Penyimpanan obat emergensi, harus dalam keadaan terkunci
3. Penggantian obat emergensi dilakukan maksimal 2 jam setelah
pemakaian
1. Petugas farmasi di bangsal menerima daftar obat emergensi
dan lokasi penyimpanan serta panduan pengelolaan obat
emergensi
2. Petugas farmasi di bangsal melakukan penerimaan dan
penyimpanan obat emergensi sesuai dengan panduan
pengelolaan obat emergensi
3. Petugas farmasi memastikan trolley emergency dalam kondisi
Prosedur
baik, dan terkunci untuk mengamankan isi trolley.
4. Petugas farmasi melakukan monitoring obat emergensi secara
periodik, setiap hari, meliputi jumlah, tanggal kadaluarsa,
kondisi penyimpanan dan nomer kunci
5. Petugas farmasi segera melakukan penggantian obat
emergensi , bila ada pemakaian, tidak lebih dari 2 jam setelah
laporan pemakaian diterima
6. Petugas farmasi membuat evaluasi bulanan terkait penggunaan
dan pengelolaan obat emergensi dan melaporkan ke panitia

Unit terkait Unit Keperawatan, dan Penunjang Medik

4.5 Prosedur Pengelolaan Gas Medis

Pengelolaan Gas Medis

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL
1. Pengelolaan gas medis adalah suatu proses penerimaan,
Pengertian penyimpanan dan monitoring gas medis untuk menjamin
ketersediaan jumlah, jenis serta keamanan penggunaan dari
gas medis.
2. Gas medis adalah pembekalan farmasi yang dipergunakan
untuk pelayanan medis pada sarana kesehatan

Untuk menjamin ketersediaan gas medis, menghindar terjadinya


Tujuan kejadian yang tidak diharapkan akibat pengelolaan gas medis.

1. Pengelolaan gas medis dikontrol oleh instansi farmasi


berkoordinasi dengan unit teknis medis dengan merujuk pada
panduan pengelolahan gas medis dan SPO Pengelolaan Gas
Medis
Kebijakan 2. Penyimpanan gas medik harus terpisah, diletakkan pada
gudang khususnya gas medik dan diberikan tanda peringatan
atau bahaya
3. Perlengkapan gas medik di unit-unut pelayanan hendaknya
diperiksa secara periodik dan dimintakan penggantian apabila
sudah tidak memenuhi standar.

A. Pengadaan Gas Medis


1. Petugas farmasi mengontrol stok / ketersediaan gas medis di
sentral.
2. Petugas farmasi mengecek stok dan membuat permintaan ke
bagian pengadaan.
3. Bagian pengadaan membuat dan mengirim Purchasing Order
(PO) ke suplier.
Prosedur
4. Suplier mengirim gas medis
5. Petugas unit pemeliharaan dan farmasi menerima serta
memeriksa kesesuaian jumlah, jenis dan kemasan tabung
serta warna tabung antara Purchasing Order (PO) dengan
barang yang diterima.
Standar 3 (tiga) warna tabung tersebut adalah sebagai
berikut:
 Gas Oxygen (02) Warna Putih
 Gas Nitrous Oxide (N2O) : Warna Biru
 Gas Carbondioxid (CO2) : Warna Abu-Abu

B. Distribusi Gas Medis


1. Perawat atau petugas ruangan mengisi form permintaan gas
medis ke farmasi
2. Petugas farmasi memeriksa form dan menyetujui
3. Petugas ruangan membawa form ke petugas unit
pemeliharaan
4. Petugas pemeliharaan memberikan gas medis sesuai
permintaan
5. Petugas farmasi melakukan pengimputan data di sistem.
C. Penyimpanan Tabung Gas Medis
1. Petugas Unit Pemeliharaan memastikan tabung gas medis
disimpan dengan posisi berdiri dan dipisahkan antara tabung
gas medis isi dan yang kosong
2. Petugas unit pemeliharaan memisahkan tiap tabung gas
medis dengan sekat yang jelas dilengkapi dengan rambu-
rambu.
3. Petugas farmasi secara berkala melakukan pemeriksaan
terhadap jumlah dan kondisi penyimpanan.

1. Pelayanan Medik
Unit terkait 2. Penunjang medik
3. Keperawatan
4. Bagian umum

5.1 Prosedur Distribusi Obat Unit Dose Dispensing

Distribusi Obat Unit Dose Dispensing

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL

Unit dose dispensing adalah distribusi obat dari farmasi ke pasien


Pengertian dengan penyimpanan dosis sekali pakai sesuai dengan aturan
pemberian obat

Agar distribusi obat ke pasien tepat waktu, tepat obat, sesuai


Tujuan dengan perespan dokter kepala pasien.

Setiap obat yang didistribusikan harus dilakukan oleh petugas


Kebijakan farmasi dengan terlebih dahulu melakukan pengkajian terhadap
ketepatan nama pasien, obat, dosis, cara pemakaian dan rute
pemakaian.
1. Petugas farmasi menerima resep pasien rawat inap
2. Apoteker melakukan pengkajian resep secara administratif,
farmasetis dan klinis.
3. Petugas farmasi menyiapkan obat dalam satuan dosis terkecil,
dengan menulis lengkap nama obat, nama pasien, aturan pakai,
ruang perawatan, tanggal penyiapan, dan waktu pemakaian
Prosedur 4. Apoteker mengecek ulang obat yang telah disiapkan, dan
memasukkan ke dalam trolley atau kereta obat
5. Petugas farmasi mengirim obat ke ruangan perawat
6. Petugas farmasi mendokumentasikan obat yang dikirim

Unit terkait 1. Unit Keperawatan

5.2 Prosedur Penyiapan Dan Penyaluran Produk Steril

Penyiapan Dan Penyaluran Produk Steril

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL

Penyiapan dan penyaluran produk steril adalah suatu proses


Pengertian penyiapan produk steril yang dilakukan oleh apoteker dengan
menggunakan teknik aseptik di lakukan di dalam laminair air flow
(LAF)

1. Memastikan penyiapan obat yang dilakukan dengan benar,


Tujuan diruangan yang bersih dan menggunakan teknik aseptic.
2. Memastikan ketepatan penyiapan produk steril dengan tepat
dan benar
3. Penyaluran produk steril sesuai prosedur dan distribusi produk
steril untuk menjamin stabilitas.

Penyiapan dan penyaluran produk steril dilakukan oleh apoteker


Kebijakan yang telah memiliki kompetensi dan kewenangan klinis, dilakukan
secara aseptik di ruang laminair air flow (LAF)

1. Petugas farmasi menerima p[ermintaan pencampuran sediaan


steril dari dokter
2. Petugas farmasi memeriksa form order dan melakukan telaah
terhadap permintaan
3. Apoteker melakukan pengecekan : Kompatibilitas pelarut,
interaksi, dosis, volume obat, dan stabilitas dan ditulis pada
formulir pencampuran IV yang tersedia di farmasi
Prosedur
4. Apoteker yang memiliki sertifikat yang melakukan pencampuran
diruangan LAF dengan menggunakan teknik aseptic dispensing
5. Apoteker memberikan lebel obat yang berisi : nama pasien,
jenis obat, petugas yang melakukan aseptik, tanggal
pencampuran dan beyond use date
6. Apoteker melakukan pengecekan ulang lebel obat sesuai order
dari dokter.
7. Petugas farmasi menyerahkan produk steril keruangan
perawatan dan melakukan searah terima menggunakan formulir
searah terima obat IV admixtune.
Unit terkait 1. Pelayanan Medik
2. Keperawatan

5.3 Prosedur Distribusi Gas Medis

Distribusi Gas Medis

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL

Distribusi gas medis adalah proses penyaluran gas medis dari


Pengertian instalasi farmasi ke unit perawatan

Untuk memenuhi kebutuhan gas medis di ruang keperawatan


Tujuan dengan cepat, tepat dan efisien

1. Distribusi gas medis dilakukan oleh petugas farmasi yang


Kebijakan memiliki kompetensi.
2. Alur distribusi gas medis ditetapkan dengan mempertimbangkan
faktor safety dan efikasi
1. Petugas farmasi menerima permintaan gas medis dari ruang
keperawatan
2. Petugas farmasi memeriksa jumlah permintaan, kenbutuhan
dan stok yang tersedia
3. Petugas farmasi menuju ruang penyimpanan gas medis
4. Petugas farmasi mengambil tabung gas medis, dengan
memeriksa terlebih dahulu, nama gas, kemasan dan kondisi
Prosedur
tabung
5. Petugas farmasi mengimput pengeluaran tabung gas medis
6. Petugas farmasi menyerahkan tabung gas medis dan
mendokumentasikan form permintaan

Unit terkait Unit Keperawatan

6.1 Prosedur Penerimaan dan Pengkajian Resep

Penerimaan dan Pengkajian Resep

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL

1. Penerimaan dan pengkajian resep adalah suatu kegiatan


Pengertian pelayanan resep yang dimulai dari penerimaan, seleksi
persyaratan farmasi, dan persyaratan klinis, baik untuk rawat
inap maupun rawat jalan.
2. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi
baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan
dari menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang
berlaku.

Penyiapan obat sesuai intruksi tertulis di resep, untuk memberikan


Tujuan pelayanan tepat waktu, tepat obat, tepat dosis, tepat cara
pemakaian dan tepat pasien.
Setiap resep diterima ditelaah secara administrasi, farmasetis dan
klinis, dan dilakukan oleh petugas yang memiliki izin dan sertifikat
Kebijakan kompetensi
1. Petugas farmasi menerima resep dari pasien
2. Petugas farmasi melakukan pengecekan persyaratan
administrasi meliputi tanggal peneulisan resep, nama dan SIP
penulis resep, nama pasien, tanggal lahir pasien, dan nomer
rekam medis pasien. Bila telah sesuai beri tanda ceklis pada
kolom tulisan sudah jelas dan tepat identitas pasien di formulir
verifikasi resep pada belakang resep.
Prosedur
3. Apoteker mengkonfirmasi keabsahan resep kepada dokter atau
ruangan apabila tidak memenuhi persyaratan administrasi. Tulis
hasil konfirmasi pada resep dan lakukan read back. Tulis jam
konfirmasi dan keterangan “sudah konfirmasi dokter”
4. Apoteker melakukan pengecekan persyaratan farmasetik
meliputi nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan
jumlah obat serta aturan dan cara penggunaan. Bila sesuai
tanda ceklis pada kolom.
5. Apoteker mengkaji dari aspek klinis meliputi ketepatan indikasi,
obat, dosis dan waktu/jam penggunaan obat; duplikasi
pengobatan; alergi dan freaksi obat yang tidak di kehendaki
(ROTD); kontraindikasi; dan interaksi obat.
6. Apoteker juga melakukan pengkajian dari aspek regulasi rumah
sakit sebagai contoh pengkajian antibiotika dilakukan apakah
sudah sesuai dengan kebijakan rumah sakit tentang restriksi
antibiotika.
7. Apoteker menghubungi dokter atau ruangan apabila ada yang
kurang jelas/ lengkap. Tulis hasil konfirmasi pada resep dan
lakukan readback. Tulis jam konfirmasi dan keterangan “sudah
konfirm dokter” lalu verifikasi ke dokter tersebut
8. Petugas farmasi menyiapkan obat yang telah dikonfirmasi dan
disetujui dokter
9. Apoteker menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep:
 Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep;
 Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa dan
keadaan fisik obat.
 Melakukan peracikan obat bila diperlukan
 Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi: warna
putih untuk obat dalam/oral; warna biru untuk obat luar dan
suntik;
 Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi;
 Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah
untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan
menghindari penggunaan yang salah.
10. Apoteker melakukan pemeriksaan kembali sebelum obat
diserahkan kepada pasien mengenai penulisan nama pasien
pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep)
11. Apoteker memanggil nama dan nomer tunggu pasien dan
memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
12. Apoteker menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi
obat
13. Apoteker membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan
diparaf oleh apoteker (apabila diperlukan)
14. Apoteker menyimpan resep pada tempatnya
Unit terkait Dokter
Tim Patient Safety

6.2 Prosedur Bila Resep Tidak Tebaca


Bila Resep Tidak Terbaca

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL

Resep tidak terbaca adalah resep yang ditulis oleh dokter dan tidak
Pengertian dapat dilayani karena tulisan, nama obat dan dosis kurang jelas
dan tidak lengkap

Resep dapat terlayani dengan baik, dan mencegah terjadinya


Tujuan kesalahan dalam penyajian sehingga pasien dapat menerima obat
dengan tepat waktu dan tepat obat.
Setiap resep harus diverifikasi kembali kepada penulis resep bila
resep tertulis kurang jeklas dan tidak lengkap sehingga
Kebijakan menimbulkan interpretasi yang salah
1. Petugas farmasi menerima resep dari pasien
2. Petugas farmasi melakukan skrining terkait administrasi,
farmasetis dan klinis
3. Petugas farmasi menemukan kendala dalam membaca resep
4. Petugas farmasi menghubungkan dokter dan mengkonfirmasi
resep yang tidak terbaca
5. Petugas farmasi mencatat hasil konfirmasi lisan dan melakukan
Prosedur
readback
6. Petugas farmasi mengimput dan melayani resep

Unit terkait Dokter

6.3 Prosedur Pelayanan Resep Narkotika dan Psikotropika

Bila Resep Tidak Terbaca

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK
STANDAR Tanggal Disetujui oleh :
PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL

Suatu proses penerimaan resep dan penyiapan resep yang


Pengertian mengandung narkotika dan psikotropika

Tujuan Memastikan resep dilayani sesuai dengan regulasi yang ada.


1. Resep yang mengandung narkotika dan psikotropika ditulis oleh
dokter yang memiliki izin praktek yang masih berlaku
Kebijakan 2. Resep narkotika dan psikotropika diberikan dengan aturan pakai
yang jelas, dan identitas pasien yang lengkap

1. Petugas farmasi menerima resep yang mengandung obat


narkotika dan psikotropika
2. Petugas farmasi memverifikasi keabsahan resep yaitu resep
harus ditulis di resep asli dan disertakan dengan tanda tangan
dan SIP dokter.
3. Apoteker melakukan pengkajian resep administrasi, farmasetis
dan klinis
Prosedur
4. Petugas farmasi mengkonfirmasi dokter penulis resep bila ada
ketidaksesuaian pada resep
5. Petugas menyiapkan obat narkotika dan psikotropika sesuai
dengan permintaan resep, pada tempat penyimpanan obat
narkotika dan psikotropika
6. Cara pengambilan obat narkotika/psikotropika pada lemari
double lock:
a. Petugas meminta kunci kepada penanggung jawab
pemegang kunci, 2 kunci dipegang oleh 2 orang berbeda,
yaitu penanggung jawab shift dan apoteker
b. Petugas penanggung jawab kunci 1 dan PJ kunci 2
membuka pintu double lock lemari narkotika
c. Petugas mengambil obat narkotika sesuai dengan resep.
d. Petugas mencatat pengambilan pada kartu stok dan buku
pengeluaran obat narkotika
e. Petugas PJ kunci 1 dan 2 menutup kembali pintu double
lock
f. Penanggung jawab mengecek kembali pintu narkotik dan
psikotropik dan melakukan verifikasi obat yan telah
disiapkan oleh petugas.
7. Petugas farmasi menyiapkan label etiket, dengan menulis nama
pasien, nama obat, aturan pakai, ED dan tanggal pengemasan
8. Apoteker menyerahkan obat kepada pasien, dengan
memverifikasi identitas pasien, dan memberikan informasi
penggunaan obat.

Unit terkait Dokter


6.4 Prosedur Pelayanan Resep Bila Obat Tidak Tersedia

Pelayanan Resep Bila Stok Kosong

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL

Suatu proses penerimaan resep dan penyiapan obat untuk


Pengertian memenuhi permintaan obat melalui resep apabila stok tidak
tersedia

Tujuan Untuk memberikan obat sesuai dengan kebutuhan pasien, tepat


waktu dan tepatobat.
Pelayanan resep dilaksanakan oleh farmasi dengan
mempertimbangkan faktor ketersediaan obat, ketepatan pemberian
Kebijakan obat tepat waktu dan pertimbangan aspek ekonomi

1. Petugas farmasi menerima resep


2. Petugas farmasi melakukan pengecekan terhadap stok dan
ketersediaan obat
3. Petugas farmasi mengkonfirmasi ke dokter, bila obat dan alkes
yang ditulis tidak tersedia. Konfirmasi harus disertai informasi
yang jelas alasan kosong dan saran substitusinya.
4. Bila dokter tidak bersedia untuk mengganti, maka petugas
Prosedur
farmasi menanyakan alasan dan mencatat di lembar permintaan
pembelian cash, dan menginformasikan kepada pasien untuk
perkiraan waktu tunggu
5. Petugas farmasi membuat form permintaan pembelian cash
dengan menulis lengkap nama dokter, jumlah obat, alasan
kosong dan alasan dokter tidak mau mengganti dan jam turun
resep dan jam obat dibutuhkan/ digunakan
6. Kepala apotek melakukan pengecekan ulang terkait alasan
pembelian, dan bila diperlukan melakukan konfirmasi ulang ke
dokter terkait
7. Bagian pengadaan melakukan pembelian obat / alkes yang
diminta
8. Petugas farmasi melakukan pengimputan dan distribusi obat/
alkes ke pasien
9. Petugas farmasi melayani resep pasien
10. Kepala apotek mengumpulkan data dan melakukan analisa
bulanan untuk obat yang dibeli cash karena stok kosong
Unit terkait 1. Dokter
2. Bagian Pengadaan
3. Bagian Keuangan

6.5 Prosedur Dispensing Sediaan Steril Pencampuran Obat Suntik


Non Sitotoksin

Pencampuran Obat Suntik Non Sitotoksin

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL

Dispensing sediaan steril adalah penyiapan sediaan farmasi steril


Pengertian untuk memenuhi kebutuhan individu pasien dengan cara
melakukan pelarutan, pengenceran dan pencampuran produk steril
dengan teknik aseptic untuk menjaga sterilitas sediaan sampai
diberikan kepada pasien.

Tujuan Terjaminnya sterilitas obat, meminimalkan kesalahan pengobatan,


melindungi petugas terhadap paparan bahan-bahan berbahaya,
dan menghemat biaya pengobatan pasien.
1. Dispensing sediaan steril dilakukan oleh apoteker yang telah
memiliki kompetensi dan sertifikat pelatihan dispensing
Kebijakan 2. Dispensing dilaksanakan di ruang khusus laminer air flow untuk
menjaga kualitas dan stabilitas obat
3. Dispensing memperhatikan beyond use date sebelum diberikan
kepada pasien
1. Tahap Persiapan
Sebelum menjalankan proses pencampuran obat suntik, perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Apoteker memeriksa kelengkapan dokumen permintaan
dengan prinsip 5 BENAR (benar pasien, obat, dosis, rute
dan waktu pemberian)
2) Apoteker memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima
Prosedur
(nama obat, jumlah, nomer batch, tgl kadaluarsa), serta
melengkapi form permintaan.
3) Apoteker melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika
ada yang tidak jelas/tidak lengkap.
4) Apoteker menghitung kesesuaian dosis dan memilih jenis
pelarut yang sesuai serta menghitung volume pelarut yang
digunakan.
5) Apoteker membuat label obat berdasarkan : nama pasien,
nomer rekam medis, ruang perawatan, dosis, cara
pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan, dan
tanggal kadaluarsa campuran
6) Apoteker membuat label pengiriman terbuat dari: nama
pasien, nomer rekam medis, ruang perawatan, jumlah paket.
7) Apoteker melengkapi dokumen pencampuran

2. Tahap Pelaksanaan
1) Apoteker memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-
obatan yang akan dilakukan pencampuran ke dalam ruang
steril melalui pass box.
2) Apoteker melakukan proses pencampuran obat suntik
secara aseptik, mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menggunakan alat pelindung diri (APD)
b. Melakukan dekontaminasi dan disenfeksi sesuai
prosedur tetap
c. Menghidupkan laminar air flow (LAF) sesuai prosedur
tetap
d. Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas
penyerap cairan dalam LAF
e. Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk
bekas obat
f. Apoteker melakukan disenfeksi sarung tangan dengan
alkohol 70%
g. Apoteker mengambil alat kesehatan dan obat-obatan
dari pass box.
h. Apoteker melakukan pencampuran secara aseptic
i. Apoteker menulis label obat: nama pasien, nama obat,
tanggal pencampuran dan beyond use date

3. Tahap Penyerahan Obat


1) Apoteker memeriksa kembali obat yang gtelah disiapkan,
meliputi identitas pada label dan pemeriksaan fisik terhadap
obat yang diserahkan
2) Apoteker menyerahkan obat suntik yang telah didispensing
3) Apoteker mendokumentasikan kegiatan yang telah
dilakukan

Unit terkait Dokter


Perawat
6.6 Prosedur Pelaporan Insiden Kesalahan Pemberian Obat

Pelaporan Insiden Kesalahan Pemberian Obat

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL

Kesalahan pemberian obat adalah pemberian obat yang tidak


Pengertian sesuai dengan instruksi atau order obat (resep) berdasarkan
standar regulasi

Tujuan Untuk menganalisa dan mencegah terjadinya kesalahan pemberian


obat yang berulang.
1. Setiap kejadian byang tidak diharapkan terkait dengan
pemberian obat harus dapat diidentifikasi penyebab masalah
Kebijakan dan dilakukan tindakan pencegahan agar kejadian yang sama
tidak berulang
2. Laporan insiden kejadian disampaikan maksimal 1 × 24 jam
1. Petugas farmasi mendapatkan laporan atau menemukan
terjadinya kesalahan pemberian obat
2. Petugas farmasi melakukan re-chek terkait insiden ke dokter
untuk diambil tindakan ke pasien
3. Petugas farmasi melaporkan insiden ke kepala instalasi farmasi
4. Kepala instalasi farmasi melaporkan insiden ke dokter untuk
diambil tindakan pasien
Prosedur
5. Petugas farmasi membuat laporan insiden dan di evaluasi
kembali oleh kepala instalasi farmasi
6. Kepala instalasi membuat grading insiden dan melaporkan ke
tim patient safety dan direktur
7. Patient safety bersama dengan kepala instalasi farmasi
melakukan analisa akar masalah dan tindakan pencegahannya

Unit terkait Unit keperawatan, penunjang medik dan panitia farmasi dan terapi
6.7 Pelayanan Informasi Obat Pada Penyerahan Resep

Pelayanan Informasi Obat Pada Penyerahan Resep

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL
Pelayanan informasi obat adalah kegiatan pelayanan yan dilakukan
Pengertian oleh apoteker untuk memberikan indormasi kepada pasien terkait
penggunaan obat.

Tujuan Untuk menyediakan informasi mengenai penggunaan obat kepada


pasien agar pasien memahami tujuan pengobatan untuk
meningkatkan kepatuhan.
Pelayanan informasi obat (PIO) diberikan oleh apoteker yang telah
memiliki kewenangan klinis dengan mengacu pada standard dan
Kebijakan guideline terbaru.

1. Apoteker menyiapkan obat sesuai resep.


2. Apoteker menuliskan aturan pakai, nama obat, jumlah dan cara
pemakaian, tanggal kadaluarsa dan tanggal penyiapan obat
3. Apoteker membaca ulang informasi yang dituliskan di label obat
4. Apoteker memanggil pasien, melakukan identifikasi pasien
sebelum memberikan penjelasan obat
5. Apoteker menyampaikan 3 prime question, untuk
Prosedur
mengkonfirmasi informasi yang diberikan oleh dokter dan
pemahaman pasien terhadap informasi yang diberikan
6. Apoteker menjelaskan cara penggunaan dan aturan pakai,
potensial efek samping dan mekanisme kerja secara sederhana
kepada pasien
7. Apoteker memberikan informasi terkait penatalaksanaan non
farmakologi untuk menunjang terapi yang diberikan
8. Apoteker menanykan kepada pasien kejelasan informasi yang
diberikan
9. Apoteker memberikan informasi no telp yang bisa dihubungi
oleh pasien bila membutuhkan informasi lebih lanjut
10. Apoteker mendokumentasikan informasi yang diberikan
Unit terkait -

6.8 Pelayanan Konseling Pasien Rawat Jalan

Pelayanan Konseling Pasien Rawat Jalan

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL
Pelayanan konseling adalah proses komunikasi antara apoteker
Pengertian dengan pasien dan keluarganya, untuk pemberian informasi dan
edukasi terkait terapi obat .

Tujuan Meningkatkan kepatuhan pasien, mengoptimalkan hasil terapi,


meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD),
dan meningkatkan cost-efektiveness yang pada akhirnya
meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien (patient
safety).
1. Pelayanan konseling diberikan oleh apoteker yang telah
memiliki kewenangan klinis dengan mengacu pada standard
Kebijakan dan guideline terbaru.
2. Konseling dilakukan didalam ruangan khusus untuk menjaga
kenyamanan dan privacy pasien

1. Apoteker mengucapkan salam dan memperkenalkan diri untuk


membuka komunikasi dengan pasien.
2. Apoteker memastikan identitas pasien dan menulis identitas
pasien (nama, jenis kelamin, tanggal lahir)
3. Apoteker menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat
melalui three prime questions yaitu:
a) Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?
Prosedur
b) Apa yang dijelaskan dokter tentang cara pemakaian obat?
c) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang
diharapkan setelah menerima terapi obat tersebut dan efek
samping yang mungkin terjadi?
4. Apoteker menggali informasi lebih lanjut dengan memberi
kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah
penggunaan obat.
5. Apoteker mengidentifikasi masalah dan memberikan penjelasan
kepda pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan obat
6. Apoteker memberikan informasi dan edukasi obat kepada
pasien/ keluarga, tentang gaya hidup, dan informasi terkait obat
terutama untuk obat yang akan digunakan secara mandiri oleh
pasien mengenai: indikasi, dosis, waktu dan cara
minum/menggunakan obat, hasil terapi yang diharapkan, cara
penyimpanan obat,efek samping obat jika diperlukan, dan hal-
hal yang lain yang harus diperhatikan selama penggunaan obat.
7. Apoteker meminta pasien/ keluarga pasien untuk mengulangi
penjelasan terkait penggunaan obat yang telah disampaikan.
8. Apoteker melakukan verifikasi akhir untuk memastikan
pemahaman pasien
9. Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda
tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi
yang diberikan dalam konseling.

Unit terkait -

6.9 Pelayanan Konseling Pasien Rawat Inap

Pelayanan Konseling Pasien Rawat Inap

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL
Pelayanan konseling pasien rawat inap adalah proses komunikasi
Pengertian antara apoteker dengan pasien yang dirawat dan keluarganya,
untuk pemberian informasi dan edukasi terkait terapi obat .

Tujuan Meningkatkan kepatuhan pasien, mengoptimalkan hasil terapi,


meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD),
dan meningkatkan cost-efektiveness yang pada akhirnya
meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien (patient
safety).
1. Pelayanan konseling diberikan oleh apoteker yang telah
memiliki kewenangan klinis dengan mengacu pada standard
Kebijakan dan guideline terbaru.
2. Konseling yang dirawat, dilakukan dengan memperhatikan
prinsip pencegahan infeksi
1. Apoteker mengucapkan salam dan memperkenalkan diri untuk
membuka komunikasi dengan pasien di ruang rawat.
2. Apoteker memastikan identitas pasien dengan cara
menanyakan pertanyaan terbuka minimal 2 identitas: nama
lengkap dan tanggal lahir
3. Apoteker menanyakan kondisi pasien, dan mendengarkan
informasi pasien terkait kondisi dan penggunaan obat.
Prosedur
4. Apoteker mengidentifikasi dan membantu penyelesaian
masalah terkait terapi obat.
5. Apoteker menghubungi dokter yang merawat, apabila
ditemukan permasalahn terkait dosis, pemilihan terapi, efek
samping, alergi dan kontraindikasi
6. Apoteker mengisi formulir edukasi pasien dan keluarga
terintegrasi sebagai bukti melakukan konseling pasien rawat
inap.

Unit terkait -

6.10 Pelayanan Visite

Pelayanan Visite Pasien Rawat Inap

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL
Visite merupakan kegiatan kunjuangan ke pasien rawat inap yang
Pengertian dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga
kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung,
dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan
reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang
rasional, dan mengkaji informasi obat kepada dokter, pasien serta
profesional kesehatan lainnya .

1. Meningkatkan pemahaman mengenai riwayat pengobatan


pasien, perkembangan kondisi klinis, dan rencana terapi secara
komprehensif
2. Memberikan informasi mengenai farmakologi, farmakokinetika,
Tujuan bentuk sediaan obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi
obat pada pasien
3. Memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan
dalam hal pemilihan terapi, implementasi dan monitoring terapi
4. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait
penggunaan obat akibat
1. Visite dapat dilaksanakan secara mandiri atau bersama dengan
tim kolaboratif dengan tenaga medis dan tenaga kesehatan lain
Kebijakan 2. Saat menentukan rencana visite, perlu dipertimbangkan kondisi
pasien, rujukan referensi dan pasien yang terintegrasi dalam
rekam medis
1. Tahap Persiapan
1) Apoteker dan tim melakukan seleksi pasien yang akan di visite
berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan:
a) Pasien baru dalam 24 jam pertama
b) Pasien dalam perawatan intensif
c) Pasien yang menerima lebih dari 5 macam obat
d) Pasien yang mengalami penurunan fungsi organ terutama
hati dan ginjal
e) Pasien yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya mencapai
nilai kritis (critical value), misalnya ketidakseimbangan
elektrolit, penurunan kadar albumin
f) Pasien yang mendapatkan obat yang memiliki indeks terapi
sempit, berpotensi menimbulkan reaksi obat yang tidak
diinginkan (ROTD) yang fatal, conto: pasien yang menerima
terapi obat digoksin, karbamazepin, teofilin, sitostatika.
Prosedur 2) Apoteker dan tim pengumpulan informasi penggunaan obat dari
catatan penggunaan obat, monitoring pengobatan dan
wawancara dengan pasien/ keluarga.
Informasi penggunaan obat pasien dapat diperoleh dari rekam
medik, wawancara dengan pasien/ keluarga, dengan catatan
pemberian obat.
Informasi tersebut meliputi:
a) Data pasien: nama, no rekam medis, umur, jenis kelamin,
berat badan (BB), tinggi badan (TB), ruang rawat, nomor
tempat tidur, sumber pembiayaan
b) Keluhan utama: keluhan/ kondisi pasien yang menjadi
alasan untuk dirawat
c) Riwayat penyakit saat ini (history of present illness)
merupakan riwayat keluhan/ keadaan pasien berkenan
dengan penyakit yang diderita saat ini
d) Riwayat sosial: kondisi sosial (gaya hidup) dan ekonomi
pasien yang berhubungan dengan penyakitnya. Contoh:
pola makan, merokok, minuman keras, perilaku seks bebas,
pengguna narkoba, tingkat pendidikan, penghasilan.
e) Riwayat penyakit terdahulu: riwayat sinngkat penyakit yang
pernah diderita pasien, tindakan dan perawatan yang
pernah diterimanya yang berhubungan dengan penyakit
pasien saat ini.
f) Riwayat penyakit keluarga: adanya keluarga yang menderita
penyakit yang sama atau berhubungan dengan penyakit
yang sedang dialami pasien. Contoh: hipertensi, diabetes,
jantung, kelainan darah, kanker
g) Riwayat penggunaan obat: daftar obat yang pernah
digunakan pasien sebelum dirawat (termasuk obat bebas,
obat tradisional/ herbal medicine) dan lama penggunaan
obat
h) Riwayat alergi/ROTD daftar obat yang pernah menimbulkan
reaksi alergi atau ROTD.
3) Apoteker mengumpulkan data berupa keluhan pasien, hasil
pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnostik, penilaian dokter
melalui rekam medik dan catatan pengobatan di ruang rawat.
a) Pemeriksaan fisik: tanda-tanda vital, (temperatur, tekanan
darah, nadi, kecepatan pernapasan), kajian sitem organ
(kardiovaskuler, ginjal, hati)
b) Pemeriksaan laboratorium: data hasil pemeriksaan
laboratorium deperlukan dengan tujuan;
i. Menilah apakah diperlukan terapi obat,
ii. Penyesuaian dosis,
iii. Menilai efek terapeutik obat,
iv. Menilai adanya ROTD,
v. Mencegah terjadinya kesalahan dalam
menginterpretasikan hasil pemeriksaan laboratorium,
misalnya: akibat sampel sudah rusak, kuantitas sampel
tidak cukup, ssampel diambil pada waktu yang tidak
tepat, prosedur tidak benar.
c) Pemeriksaan diagnostik: foto rotgen, USG, CT Scan. Data
hasil pemeriksaan diagnostik diperlukan dengan tujuan:
penunjang penegakan diagnisis, menilai hasil terapeutik
pengobatan, menilai adanya resiko pengobatan.
d) Masalah medis meliputi gejala dan tanda klinis, diagnosis
utama dan penyerta.
e) Catatan penggunaan obat saat ini, yaitu daftar obat yang
sedang digunakan oleh pasien.
f) Catatan perkembangan pasien, yaitu kondisi klinis pasien
yang diamati dari hari kehari.
4) Apoteker mengkaji penggunaan obat meliputi ketepatan
indikasi, dosis, rute, interaksi, efek samping obat dan biaya.

2. Tahap Visite
1) Apoteker menyapa dan memperkenalkan diri kepada tim.
2) Apoteker mengikuti dengan seksama kasus yang didiskusikan
3) Apoteker menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan
penggunaan obat.
4) Apoteker mencatat masalah-masalah yang terkait dengan
penggunaan obat.
5) Apoteker mencatat rekomendasi yang diberikan selama visite
pada rekam medis pasien
Unit terkait -
6.11 Prosedur Pemantauan Terapi Obat

Pemantauan Terapi Obat

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL
Pemantauan terapi obat (pto) adalah kegiatan untuk memastikan
Pengertian terapi obat yang aman, efektif dan rsional bagi pasien.

Tujuan Meningkatkan efektifitas terapi dan meminimalkan risiko reaksi obat


yang tidak dikehendaki (ROTD), meminimalkan biaya pengobatan
dan menghormati pilihan pasien.
Pemantauan terapi obat dilaksankan oleh apoteker yang memiliki
konpetensi dan kewenagna klinis dalam memantau terapi obat
Kebijakan untuk pasien.
Pemantauan terapi dilaksakan secara rutin, terutama pada pasien
dengan kondisi khusus

1. Tahap Persiapan
1) Seleksi Pasien
Apoteker melakukan seleksi dengan tujuan untuk menentukan
prioritas pasien yang akan dipantau mengingat keterbatasan
jumlah apoteker.
Seleksi dapat dilakukan berdasarkan:
a) Kondisi pasien:
a. Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi
penyakit sehingga dengan polifarmasi.
b. Pasien kanker yang menerima terapi sitostatika.
c. Pasien dengan gangguan fungsi organ terutama hati
Prosedur dan ginjal.
d. Pasien geriatri dan pediatri
e. Pasien hamil dan menyusui.
f. Pasien dengan perawatan intensif.
b) Jumlah obat yang diterima
Jenis obat dengan risiko tinggi seperti:
a. Obat dengan indeks terapi sempit (contoh: digoksin,
fenitoin),
b. Obat yang bersifat nefrotoksik (contoh: gentamisin)
dan hepatotoksik (contoh: OAT),
c. Sitostatika (Contoh: metotreksat),
d. Antikoagulan (contoh: warfarin, heparin),
e. Obat yang sering menimbulkan ROTD (contoh:
metokloparamid, AINS),
f. Obat kardiovaskular (contoh: nitrogliserin).
c) Kompleksitas regimen :
a. Polifarmasi
b. Variasi rute pemberian
c. Variasi aturan pakai
d. Cara pemberian khusus (contoh: inhalasi)
2) Apoteker mengumpulkan data dari rekam medis untuk
mempelajari status patologi dan profil pengobatan
3) Apoteker mengumpulkan referensi terkait patofisiologi,
farmakoterapi dan obat
4) Apoteker menyiapkan peralatan yang dibutuhkan antara lain
- Kalkulator untuk menghitung dosis obat dan keperluan lain
- Kertas kerja/formulir
a. Formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi
(CPPT)
b. Formulir pemberian obat pasien
c. Formulir laporan insiden keselamatan pasien
d. Formulir MESO

2. Tahap pelaksanaan
1) Apoteker memastikan kebenaran identitas pasien dengan
meminta pasien menyebutkan nama dan tanggal lahir. Jika
pasien tidak sadar penuh, maka bisa dilihat dari indentitas
gelang pasien, dan anggota keluarga
2) Apoteker mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
3) Apoteker mulai berkomunikasi untuk menggali informasi dari
pasien
4) Apoteker melakukan asesmen terhadap kondisi pasien dan
terapi yang diberikan
5) Apoteker melakukan identitas masalah terkait obat antara lain:
a. Ada indikasi tetapi tidak diterapi
b. Pemberian obat tanpa indikasi
c. Pemilihan obat yang tidak tepat
d. Dosis terlalu tinggi
e. Dosisi terlalu rendah
f. Reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
g. Interaksi obat
h. Pasien tidak menggunakan obat karena suatu sebab
6) Apoteker menyusun rencana asuhan disusun sebagai solusi
dari ROTD yang ditemukan, meliputi rekomendasi, KIE dan
Monitoring
7) Apoteker melakukan tindak lanjut dan follow up
a. Apakah rencana pemantauan sudah tepat
b. Apakah muncul problem medis baru
c. Apakah muncul DRP baru
8) Apoteker melakukan dokumentasi terkait kegiatan yang
dilakukan
Unit terkait -

6.12 Prosedur Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi Obat

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL
1. Rangkaian kegiatan untuk mendata semua obat (resep dan
Pengertian non-resep) yang sedang pasien gunakan secara akurat dan
rinci, termasuk dosis dan frekuensi, sebelum masuk RS dan
membandingkan dengan resep/ intruksi pengobatn ketika
admisi, transfer dan discharge.
2. Mengidentifikasi adanya diskrepansi dan mencatat setiap
perubahan, sehingga dihasilkan daftar

Tujuan 1. Mendapatkan informasi yang akurat tentang obat yang


digunakan pasien.
2. Mencegah terjadinya kesalahan penggunaan obat (omossion,
duplikasi, salah obat, salah dosis, interaksi obat)
3. Menjamin penggunaan obat yang aman dan efektif
1. Setiap pasien yang dirawat, dan pindah rawat, dilakukan
rekonsiliasi oleh apoteker dan dokter yang merawat
Kebijakan 2. Rekonsiliasi obat dilakukan saat admisi/transfer ruangan
meliputi obat resep
3. Dan non resep, herbal maupun food supplement yang
digunakan sebelum terakhir dan masih dipakai saat masuk
rumah sakit.
1. Apoteker melakukan penelusuran riwayat penggunaan obat.
2. Apoteker melakukan konfirmasi akurasi riwayat penggunaan
obat dengan cara memverifikasi beberapa sumber data (rekam
medis admisi sebelumnya, catatan pengambilan obat di apotek,
dan obat yang dibawa pasien)
3. Apoteker membandingkan data obat yang pernah/sedang
digunakan pasien sebelum admisi dengan resep pertama dokter
Prosedur
saat admisi, apakah terdapat diskrepansi (perbedaan). Jika
ditemukan perbedaan, maka apoteker mengghubungi dokter
penulis resep
4. Apoteker melakukan klarifikasi dengan dokter penulis resep
apakah:
1) Obat dilanjutkan dengan rejimen tetap
2) Obat dilanjutkan dengan rejimen berubah
3) Obat dihentikan
5. Apoter mencatat hasil klarifikasi di formulir rekonsiliasi obat saat
admisi
6. Apoteker melakukan komunikasi dengan pasien dan atau
keluarga psien atau perawat mengenai perubahan terapi yang
terjadi. Apoteker bertanggung jawab terhadap informasi obat
yang diberikan
Unit terkait Dokter
Tim patient safety

7.1 Prosedur Monitoring Efek Samping Obat

Monitoring Efek Samping Obat

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL
MESO yaitu serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh
Pengertian apoteker untuk melakukan identifikasi obat pemicu ESO, analisis
kausalitas dan memberikan rekomendasi penatalaksanaan.

1. Menemukan efek samping obat (ESO) sedini mungkin terutama


yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal
Tujuan dan yang baru saja ditemukan
3. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan
4. Mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO
5. Meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang tidak
dikehendaki, dan
6. Mencegah terulangnya kejadian
1. MESO dilakukan oleh apoteker yang telah memiliki kewenagan
klinis dan kompetensi untuk melakukan monitoring efek
Kebijakan samping
2. Pelaksanaan MESO berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain (dokter, perawat)
3. Kejadian MESO ditindaklanjuti dan dilaporkan < 24 jam dari
kejadian

1. Tahap Persiapan
1) Pengumpulan Data
Apoteker melakukan pengumpulan data terhadap data kondisi
pasien, resep, dan obat yang digunakan oleh pasien diluar
resep
2) Penyiapan sumber referensi dan kertas kerja
Prosedur
Apoteker menyiapkan sumber referensi dan kertas kerja
monitoring efek samping obat

2. Tahap Pelaksanaan
1) Apoteker memastikan kebenaran identitas pasien dengan
meminta pasien menyebutkan nama dan tanggal lahir. Jika
pasien tidak sadar penuh, maka bisa dilihat dari identitas gelang
pasien, dan anggota keluarga
2) Apoteker mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
3) Apoteker mulai berkomunikasi untuk menggali informasi dari
pasien
4) Apoteker melakukan asesmen terhadap kondisi pasien dan
terapi yang diberikan
5) Apoteker mendeteksi adanya kejadian reaksi obat yang tidak
dikehendaki (ROTD)/ efek samping obat (ESO)
6) Apoteker melakukan pencatatan atau penggalian data terkait
ROTD, riwayat obat hingga satu bulan sebelum kejadian ROTD
dengan cara interview pasien maupun penelusuran rekam
medik.
7) Apoteker melakukan studi literatur tersier (DIH, Meyler, Drug
Induce Disease)
8) Apoteker mencocokkan onset ROTD dengan data
farmakokinetik obat yang dicurigai
9) Apoteker melakukan pencarian laporan/case report dari obat
yang dicurigai memicu ROTD
10) Apoteker menganalisis kausalitas dengan menggunakan
algoritma naranjo dalam formulir MESO
11) Apoteker berkomunikasi dengan dokter terkait ROTD yang
ditemukan dan menyampaikan rekomendasi kepada klinisi
terkait ROTD tersebut
12) Apoteker membuat laporan kepada klinisi dan Tim MESO
(bagian PFT) dengan mencantumkan obat yang memicu ROTD
skala kausalitasnya dan rekomendasi pengatasan ROTD
tersebut.
13) Apoteker membuat laporan ke BPOM secara manual maupun
elektronik mealaui link BPOM

Unit terkait BPOM, KFT, Dokter, Keperawatan


7.2 Monitoring Suhu Penyimpanan

Monitoring Suhu Penyimpanan

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL
Monitoring suhu penyimpanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
Pengertian apoteker dengan mensupervisi penyimpanan dan memonitor suhu
setiap hari .

Tujuan Untuk memastikan bahwa setiap produk disimpan pada suhu yang
benar, untuk menjaga stabilitas obat.
1. Monitoring suhu dilakukan oleh petugas farmasi secara rutin
dengan menggunakan pencatatan pada form monitoring suhu
Kebijakan 2. Perawatan lemari pendingin dan suhu ruangan dilakukan secara
periodik untuk menjamin suhu tetap terjaga sesuai standar
3. Pelaporan dan evaluasi terhadap monitoring dilakukan sebagai
tindak lanjut perbaikan untuk pencegahan terjadinya kerusakan
obat
1. Tahap Persiapan
1) Pengumpulan Data
Petugas farmasi melakukan pengumpulan data daftar obat yang
perlu dimonitor dan lokasi penyimpanan
2) Penyiapan kertas kerja
Petugas farmasi menyiapkan form monitoring untuk monitoring
suhu penyimpanan
Prosedur
2. Tahap pelaksanaan
1) Petugas farmasi menuju tempat lokasi penyimpanan obat
dengan kondisi khusus: vaksin, produk nutrisi, produk lain yang
membutuhkan suhu penyimpanan dibawah suhu kamar
2) Petugas farmasi memeriksa suhu pada termometer ruangan
dan termometer pada ruangan pendingin
3) Petugas farmasi mencatat pada form lembar monitoring suhu,
dan memberikan paraf dan nama jelas serta tanggal
pemeriksaan
4) Petugas farmasi mengecek kondisi lemari pendingin, apakah
bekerja dengan baik, memeriksa bunga es dan kebersihan serta
kapasitas obat di dalam lemari pendingin
5) Petugas farmasi memberikan laporan kepada bagian
maintenance apabila lemari pendingin memberikan hasil suhu
yang tidak sesuai dengan suhu penyimpanan (2-8oC)
6) Petugas farmasi memeriksa daftar maintenance dan kebersihan
lemari pendingin.
7) Apabila jadwal kebersihan, perawatan dan kapasitas
penyimpanan telah memenuhi standar, namun suhu belum
tercapai, petugas farmasi memberikan laporan kepada kepala
instalasi farmasi untuk ditindaklanjuti
8) Kepala instalasi farmasi membuat laporan insiden dan
pengajuan lemari pendingin berdasarkan anggaran yang
tersedia
Unit terkait BPOM, KFT, Dokter, Keperawatan

7.3 Prosedur Monitoring Obat/Alkes Menjelang Kadaluarsa

Monitoring Obat/Alkes Menjelang Kadaluarsa

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL
Monitoring obat/alkes menjelang kadaluarsa adalah rangkaian
Pengertian kegiatan yang dilaksanakan dengan mencatat dan mengendalikan
obat alkes terhadap tanggal kadaluarsa.

Tujuan Untuk memastikan bahwa setiap obat dan alkes yang tesedia di
ruang pelayanan dalam kondisi baik, dan memiliki tanggal
kadaluarsa > 3 bulan dari tanggal ED pada kemasan.
1. Monitoring kadaluarsa obat dan alkes dilaksakan secara
periodik untuk menjamin keamanan dan efikasi setiap produk
Kebijakan 2. Pencegahan obat kadaluarsa dilakukan dengan memonitor
penyimpanan dan pergerakan obat
3. Obat/alkes kadaluarsa < 3 bulan harus ditarik dari pelayanan,
untuk diproses sesuai kebijan yang berlaku
1. Tahap Persiapan
1) Pengumpulan Data
Petugas farmasi melakukan pengumpulan data daftar obat yang
akan kadaluarsa
2) Penyiapan kertas kerja
Petugas farmasi menyiapkan form monitoring untuk obat yang
akan kadaluarsa
2. Tahap pelaksanaan
1) Petugas farmasi melakukan supervisi terhadap obat dan alkes
di ruang pelayanan dan ruang penyimpanan obat
2) Petugas farmasi memeriksa tanggal kadaluarsa obat antara
tercatat pada sistem dan yang ada di fisik
3) Petugas farmasi mencatat pada form lembar monitoring
Prosedur obat/alkes yan akan kadaluarsa
4) Petugas farmasi membarikan label merah pada obat/alkes yang
ED < 3 bulan, dan memberikan label kuning untuk obat/alkes
dengan ED < 1 tahun
5) Petugas farmasi memberikan laporan kepada penanggung
jawab ruangan dan kepala instalasi farmasi terkait jumlah dan
jenis obat yang akan kadaluarsa < 3 bulan
6) Kepala instalasi memeriksa kembali laporan obat dan alkes
yang akan ED < 3 bulan
7) Penanggung jawab ruangan memisahkan dan mengembalikan
ke gudang farmasi obat dan alkes dengan ED < 3 bulan
8) Kepala gudang farmasi memilah, obat/alkes yang dapat diretur
ke suplier untuk dikembalikan dengan melengkapi faktur dan
dokumen lainnya
9) Untuk obat yang tidak dapat diretur, akan disosialisasikan
kembali ke dokter/ruangan untuk mendapatkan prioritas apabila
ada indikasi kasus yang membutuhkan obat dan alkes dengan
ED < 3 bulan
10) Untuk obat/alkes dengan ED < 1 bulan, akan dilakukan
karantina untuk dimusnahkan sesuai regulasi yang berlaku

Unit terkait Keperawatan, Finance

7.4 SPO Pemusnahan Pembekalan Farmasi Kadaluarsa

Pemusnahan Pembekalan Farmasi Kadaluarsa

No. Dokumen : No. Revisi : No. Halaman :


………………. …………… ..……………..
LOGO
APOTEK

STANDAR Tanggal Disetujui oleh :


PROSEDUR ……………. Pimpinan
OPERASIONAL
Pengertian Rangkaian proses pemisahan obat yang rusak, kadaluarsa untuk
dihapus dari daftar inventory dan persediaan di farmasi.

Tujuan 1. Melindungi pasien dari pengguna pembekalan farmasi yang


tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan manfaat
2. Menjaga mutu pembekalan farmasi yang berada di rumah sakit.
3. Mencegah penggunaan pembekalan farmasi yang tidak
memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan manfaat.
1. Setiap pembekalan farmasi yang telah kadaluarsa (expired)
harus dipisahkan dari pembekalan farmasi yang masih dapat
Kebijakan digunakan
2. Pembekalan farmasi yang telah kadaluarsa (expired) harus
dilakukan pemusnahan
1. Apoteker menerima laporan pembekalan farmasi yang sudah
melewati masa kadaluarsa (expired) dari unit lain maupun
instalasi farmasi
2. Pembekalan farmasi yang telah kadaluarsa (expired) disimpan
ditempat terpisah atau tempat khusus, diberi penandaan
dandipisahkan dari pembekalan farmasi yang belum
kadaluarsa, sebelum diretur atau dimusnahkan.
Prosedur
3. Kepala instalasi farmasi mengajukan surat permohonan
pengajuan penghapusan pembekalan farmasi yan ditujukan
kepada direktur rumah sakit dan direktur keuangan
4. Kepala instalasi farmasi membuat berita acara pemusnahan
dan dilaporkan ke dinas kesehatan setempat
5. Pemusnahan pembekalan farmasi yang sudah kadaluarsa
(expired) dilakukan oleh pihak ketiga yang ditunjuk dengan
mengikuti peraturan dan prosedur yang berlaku sesuai dengan
prosedur pemusnahan bahan B3 yang ditetapkan oleh tim
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) rumah sakit
6. Pemusnahan dilakukan dengan minimal disaksikan oleh
petugas Dinas Kesehatan, Apoteker/Asisten Apoteker, dan
pihak ke tiga yang melaksanakan pemusnahan
Unit terkait Tim K3, Suku dinas dan Vendor pemusnahan

Anda mungkin juga menyukai