Anda di halaman 1dari 11

SEPTIANA L NIRA DWI A

18/FAM/102 18/FAM/106

Lisa Fitriana
WILI ARIF M 18/FAM/107
18/FAM/098

Kelompok 1
Apa itu keadaan hamil?
Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan
proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari
pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama
masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak
terpisahkan.
Dimana kehamilan dimulai sejak terjadinya proses
nidasi. Pada hari ketujuh gumpalan tersebut sudah
tersusun menjadi lapisan sel yang mengelilingi suatu
ruangan yang berisi sekelompok sel di bagian dalamnya.
Perubahan Farmakokinetika obat pada
kehamilan
Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologi yang
mempengaruhi farmakokinetika obat.
Perubahan tersebut meliputi :
Peningkatan cairan tubuh misalnya penambahan volume
darah sampai 50% dan curah jantung sampai dengan 30%. Pada akhir
semester pertama aliran darah ginjal meningkat 50% dan pada akhir
kehamilan aliran darah ke rahim mencapai puncaknya hingga 600-700
ml/menit. Peningkatan cairan tubuh tersebut terdistribusi 60 % di
plasenta, janin dan cairan amniotik, 40% di jaringan si ibu.
Perubahan volume cairan tubuh tersebut diatas menyebabkan
penurunan kadar puncak obat-obat di serum, terutama obat-obat yang
terdistribusi di air seperti aminoglikosida dan obat dengan volume
distribusi yang rendah.
Peningkatan cairan tubuh juga menyebabkan pengenceran
albumin serum (hipoalbuminemia) yang menyebabkan penurunan
ikatan obat- albumin. Steroid dan hormon yang dilepas plasenta serta
obat-obat lain yang ikatan protein plasmanya tinggi akan menjadi lebih
banyak dalam bentuk tidak terikat.
Gerakan saluran cerna menurun pada kehamilan tetapi tidak
menimbulkan efek yang bermakna pada absorpsi obat. Aliran darah ke
hepar relatif tidak berubah. Walau demikian kenaikan kadar estrogen
dan progesteron akan dapat secara kompetitif menginduksi
metabolisme obat lain, misalnya fenitoin atau menginhibisi
metabolisme obat lain misalnya teofilin.
Peningkatan aliran darah ke ginjal dapat mempengaruhi
bersihan (clearance)  ginjal obat yang eliminasi nya terutama lewat
ginjal, contohnya penicilin.
Obat yang sering dikonsumsi pada saat
hamil
Pemahaman yang mendalam terhadap penggunaan obat saat hamil dilanjutkan pada
masa menyusui sangat penting bagi farmasis klinis yang diharapkan dapat memberikan
pengaruh dalam pelayanan kefarmasian untuk kelompok pasien tersebut.
1.Perkembangan embrio dan janin
Periode perkembangan janin manusia adalah 38 minggu, dan di bagi menjadi
trimester pertama, kedua dan ketiga yang masing-masing berlangsung selama tiga
bulan. Tahap perkembangan janin tersebut pra embrionik, embrionik, dan janin. Sebagai
contoh adalah fenitoin, yaitu obat yang bersifat asam dan memiliki ikatan protein tinggi.
Kadar dalam serum dapat menurun selama masa kehamilan, karena peningkatan
metabolisme melalui hati dan klirens dalam plasmanya. Namun fenitoin diketahui
memiliki sifat teratogenik, sehingga harus cermat dalam pemakainnya.
2. Obat yang berpengaruh pada janin dan neonatus
a.Teratogenesis
Teratogenesis adalah bahan apapun yang diberikan kepada ibu, yang dapat
menyebabkan atau berpengaruh terhadap malformasi atau kelainan fungsi fisiologis
ataupun perkembangan jiwa janin atau pada anak setelah lahir.
b. Perpindahan obat melalui sawar uri
Difusi melalui sawar uri ini lebih mudah bagi obat yang bersifat lipofil
dan tidak terionisasi. Obat yang bersifat basa cenderung terperangkap
dalam sirkulasi darah janin, karena pHnya sedikit lebih rendah
dibandingkan pada plasma ibu.
c. Efek farmakologis dan indiosinkrasi
Beberapa obat yang memasuki sirkulasi janin menunjukkan aksi
farmakologis yang kuat secara langsung pada janin. Kortikosteroid
dosis besar (> 10 mg prednisolon atau setara dengan jumlah itu,
sehari) yang diminum oleh wanita hamil dapat menyebabkan supresi
adrenal pada janin. Efek farmakologis ini umumnya dapat dperkirakan
dan berkaitan dengan besarnya dosis obat. Efek obat pada janin lebih
sulit diperkirakan. Efek idiosinkrasi ini sering mengakibatkan kelainan
bawaan yang serius dan menetap. Mekanisme terjadinya perubahan
dianggap berkaitan dengan predisposisi genetik janin, walaupun hal
tersebut belum diketahui secara jelas.
d. . Waktu terjadinya paparan obat
Walaupun efek obat terhadap janin sangat beragam tergantung pada dosis,
penyakit yang diderita ibu pada saat itu, dan pada beberapa kasus kerentanan
genetik, saat terjadinya paparan obat pada trimester kehamilan sangat
menentukan apakah efeknya dapat membahayakan janin.

e. Obat-obat baru
Pemberian obat baru pada masa kehamilan dapat menimbulkan kesulitan.
Diperlukan waktu bertahun-tahun sebelum terkumpul data yang cukup berkaitan
dengan resiko penggunaan bahan tersebut selama masa kehamilan. Cara
untuk mempercepatnya adalah dengan mendorong dokter agar selalu
memberikan laporan kepada produsen obat dan badan yang berwenang dalam
pengobatan setiap kali seorang wanita hamil diberi obat tersebut
Permasalahan Pemberian Obat
Pada Kehamilan
Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik, teratogenik maupun
letal, tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat.
Pengaruh toksik adalah jika obat yang diminum selama masa
kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau bio-kimiawi dari
janin yang dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat
setelah kelahiran.
Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya
malformasi anatomik pada petumbuhan organ janin. Pengaruh teratogenik ini
biasanya terjadi pada dosis subletal.
Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal, adalah yang
mengakibatkan kematian janin dalam kandungan.
Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam, sesuai
dengan fase-fase berikut :

1. Fase implantasi, yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu. Pada fase ini obat
dapat memberi pengaruh buruk atau mungkin tidak sama sekali. Jika terjadi
pengaruh buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya
kehamilan (abortus).
2. Fase embional atau organogenesis, yaitu pada umur kehamilan antara 4-8 minggu.
Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk terjadinya malformasi anatomik
(pengaruh teratogenik). Berbagai pengaruh buruk yang mungkin terjadi pada fase ini
antara lain :
 Gangguan fungsional atau metabolik yang permanen yang biasanya baru muncul
kemudian, jadi tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan. Misalnya
pemakaian hormon dietilstilbestrol pada trimester pertama kehamilan terbukti
berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma vagina pada anak perempuan di
kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa).
 Pengaruh letal, berupa kematian janin atau terjadinya abortus.
Pilihan Pemberian Obat Pada Kehamilan

Obat-obat yang tidak boleh diberikan pada ibu hamil adalah


•Antibiotik :Tetrasiklin, Aminoglikosida, Kloramfenikol, Sulfonamida,
Trimetoprim dan Nitrofurantoin.
•Analgetik : anarkotik (metadon, petidin)
•Antihipertensi : antagonis kalsium (verapamil, nifedipin, diltiazem),
diuretik, reserpin, ACE inhibitor.
TERIMAKASIH...

Anda mungkin juga menyukai