Anda di halaman 1dari 38

Konsumsi dan

Kecernaan pada
ruminasia
Kuliah ke 4
INTAKE (KONSUMSI)
 Essential factor to measure uptake of
feeds and nutrients by animal
 Measured as :
• kg DM/hd/d
• % of body weight /hd/d
• g/W.75/hd/d
Konsumsi (Intake)
 Merupakan tolak ukur menilai
palatabilitas suatu pakan.
 Apabila suatu bahan pakan cukup
palatabel bagi ternak akan terlihat dari
tingginya konsumsi
 Ditujukan untuk pertama kali untuk
memenuhi kebutuhan energi bagi ternak
Kemampuan Konsumsi Ternak
 Pemberian Terbatas
 Untuk memenuhi kebutuhan hidup
pokok saja saja
 Pemberian ad libitum
 Selalu tersedia
 Umumnya pada ternak yang
mempunyai potensi produksi tinggi
 Hati-hati: Hindari pemborosan
Voluntary feed intake (VFI),
voluntary dry matter intake (VDMI)
 Amount of feed which animals are
allowed to adapt for suitable time to
consume such feed until consistent level
achieved and measured when feed is
given on ad libitum basis and about
10% of feed remaining
Dry matter Intake (Konsumsi BK)

 Dry matter intake (DMI) is


fundamentally important in nutrition
because it establishes the amount of
nutrients available to an animal for
health and production.
Dry matter intake
 Determine the average weight for the class of animal.
 Determine the DMI % Body Weight Value for the class
and stage of production of animal. This can be
determined from reference tables or published data.
Depending on the quality of diet, breed and size of the
animal, and energy expenditure of the animal (pounds
of milk produced), a mature beef cow, for example,
will consume 1-3% of her body weight, while a mature
dairy cow will consume 2.5-4.5% of her body weight.
Faktor yang mempengaruhi Kemampuan
Konsumsi Ternak
 Faktor Ternak:
 Besar tubuh atau bobot badan
 Status fisiologis
 Potensi genetik
 Tingkat produksi
 kester
 Faktor Ransum:
 Bentuk dan sifat
 Komposisi & keseimbangan zat gizi
 Frekuensi pemberian
 Kandungan antinutrisi
 Faktor lainnya:
 Suhu dan kelembaban udara
 Curah hujan
 Lama siang atau malam hari
 Keadaan kandang dan tempat ransum
Contoh Penaksiran
kemampuan konsumsi ternak
 J = 0.025 W
 J  kemampuan mengkonsumsi BK (kg/hr)
 W bobot badan ternak (kg)

BB sapi 250 kg, diharapkan pbb 0.7 kg/hr. Kebutuhan energi


sebanyak 3.95 kg TDN/hr. Ransum yg diberikan hanya hijauan dgn
kandungan BK 22.5%. Hitunglah kemampuan sapi itu mengosumsi
ransum!
J = 0.025 W  = 0.025 x 250 = 6.25 kg BK
Dalam bentuk segar = 100/22.5 x 6.25kg = 27.7 kg
kualitas hijauan yang diberikan:
3.95/27.7 x 100% = 14.25 % TDN dalam bentuk segar atau
3.95/6.25 x 100% = 63.2% TDN dlm bentuk BK.
Sebaiknya dalam pemberian ditambahkan 5% dari jumlah
perhitungan karena selalu ada terbuang atau tidak termakan.
Contoh Penaksiran
kemampuan konsumsi ternak
 J = 0.025 W + 0.1 (Y)
 J  kemampuan mengkonsumsi BK (kg/hr)
 W bobot badan ternak (kg)
 Y  produksi susu (kg/hr)

BB sapi laktasi 350 kg dan memproduksi susu 12kg/hr. Kebutuhan


energi sebanyak 6.23kg TDN/hr. Ransum yg diberikan tdd hijauan
dan konsentrat (55:45). Rumput lapangan: BK 23.6% dan energi
52.5% TDN. BK konsentrat 86.5%. Tentukan kemampuan sapi itu
mengkonsumsi BK ransum serta TDN konsentrat yang dibutuhkan.
J = 0.025 W + 0.1(Y)  = 0.025 (350) + 0.1 (12) = 9.95 kg BK
Hijauan = 55% x 9.95kg = 5.47kg BK (=23.2kg/hr dalam btk segar)
Kons = 45% x 9.95kg = 4.48kg BK (=5.2kg/hr dalam berat kering)
TDN Hijuan 5.47 x 0.525= 2.87..6.23 -2.87 = 3.36
Kualitas TDN konsentrat 3.36/4.48 = 75%
Kecernaan

M.K. NUT RUMINANSIA


Kecernaan (Digestibility)

Peubah yang menunjukkan ketersediaan


nutrient dalam pakan dan merupakan salah
satu indikator kualitas pakan

Kecernaan (%) konsumsi nutrien – nutrien feses x 100


=
Konsumsi nutrien
PENGUKURAN KECERNAAN
Pengukuran Kecernaan
 In vivo
 In vitro
 In Sacco / In situ
 Indikator
PENGUKURAN KECERNAAN
IN VIVO PADA RUMINANSIA

Pemberian pakan secara individu


Pengumpulan feces terpisah dari urin
Jumlah ternak yang mencukupi dan harus
seragam
(breed, sex, umur, berat badan, kemampuan kecernaan
dan kondisi kesehatan)

Pada ruminansia periode adaptasi (14 hari)


pengambilan sampel (7 hari)
Konsumsi berkesinambungan
 Masa adaptasi
 Pendahuluan 14 hari
 Koleksi data 5-7 hari
PENGUKURAN KECERNAAN
IN VIVO PADA RUMINANSIA

Konsumsi pakan diukur setiap 24 jam


Pakan yang diberikan ditimbang dan diukur kadar
nutriennya
Sisa pakan ditimbang, diukur kadar nutriennya; Kadar
nutrien pakan yang diberikan tidak sama dengan pakan
sisa
Percobaan dilakukan di kandang metabolis
KANDANG METABOLIS

Mengumpulkan feces
Memisahkan feces dari urin
Diperoleh data individu
Dilengkapi tempat pakan dan air
Bahan: bambu, kayu, stainless steel
Tujuan Preliminary Period
 Mengkondisikan ternak pada
lingkungan baru
 Membiasakan ternak dengan
makanan baru
 Menghilangkan pengaruh makanan
sebelumnya
Pengukuran Kecernaan
In Vitro
 Tilley-Terry (2 stages)
 RUSITEC (Rumen Simulation Technique)
 Tahap I: Pencernaan Rumen
 Inkubasi 48 jam incubasi anaerob dalam cairan
rumen pada 39OC dan pH 6.6-6.8
 Tahap II: Pencernaan Pasca Rumen (Gastric
digestion)
 Inkubasi residu selama 24 jam dalam larutan
pepsin pada pH 2
In vitro methodology
In Vitro Gas Technique
Menke and Steingass, 1988)
KAJIAN LAJU DEGRADASI
PAKAN IN SACCO

 Kantong Nylon (Nylon/Cloth bags)


 Memerlukan hewan berfistula (fistulated

animal)
 Pengukuran laju pencernaan

(disappearance/digestion) pakan dalam


kantong nylon dacron (pore size 44 μm)
yang dibenamkan dalam rumen hewan
berfistula.
LAJU DEGRADASI PAKAN DALAM
KANTONG NYLON

Kantong yang digunakan: NYLON 325-Nytal


Ukuran pori 44 mikron
Jumlah pori 126 per cm2
Ukuran Kantong 9 x 20 cm
Bahan (2 g) telah digiling dengan saringan 2 mm
Inkubasi dalam rumen 0, 6, 12, 24, 48, 96 jam
Sapi Hereford berpistula (4 ekor)
Rancangan bujur sangkar latin (BSL)
Setelah inkubasi kantong dicuci dengan air mengalir
Sapi Hereford Fistula
Sapi FH Fistula
Sapi Fistula
PERSAMAAN NON LINEAR

St = A + B (1 – e-Ct)

St = Bagian yang terdegradasi setelah inkubasi


selama “t” jam
A = Komponen pakan yang terlarut
B = Bagian pakan yang dapat didegradasi
C = Laju degradasi komponen ”B”
Pengukuran Kecernaan
Metode Indikator
Penggunakan indikator sebagai TRACER
Syarat Indikator:
Tidak dicerna
Tidak ada efek sampingan
Tidak ada efek farmakologis
Mencampur dengan baik
Mudah diukur
Contoh Indikator: chomic oxid, ferric oxids, polyethtilene
powder, lignin, silica, chromogen
Pengukuran Kecernaan
Metode Indikator

Kecernaan = 100 – 100 x % Indicator Pakan


% Indikator Feces

X % Nutrien Feces
% Nutrien Pakan
Kecernaan Rumput Kering
pada Sapi Perah

Peubah BK PK Karbohidrat LK
SK Pati
Konsumsi, kg 44.7 10.2 8.3 20.8 1.7
Feces, kg 11.6 2.5 2.2 4.0 0.8
33.1
Tercerna, kg

33.1/44.7
Kecernaan, % =74

Anda mungkin juga menyukai