Anda di halaman 1dari 16

STUDY KASUS DAN PEMBAHASAN CLINICAL SCIENCES

KASUS 3 INFEKSI PART 2

YONI MIFTAHUN N.A / 2013017034


KELOMPOK 9 DUWI MEILIYANI / 2013017035

MIFTACHUL AININ CHAMBALI / 2013017036

AHMAD SANURI / 2013017033

NUR SHIDIQ / 2013017053


KASUS
Riwayat Pasien:
Patient name : Tn. MN
Tn. MN 32 tahun MRS mengalami keluhan demam, mual muntah, nyeri saat kencing dan bernanah. Pasien
mengaku suka berganti-ganti pasangan, status pasien belum menikah. Hasil TTV: TD: 130/80 mmHg, Nadi:
Tgl MRS :- 80x/menit, RR: 20x/menit, suhu: 39,5°C. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit. Pasien
mendapatkan terapi obat vometa 3x1, solans 1x1 kapsul, ciprofloksasin 500 mg 2x1 tab. Bagaimana
Pelayanan kefarmasian yang akan dilakukan?
Tgl KRS : - Objektif :
Age:32 tahun Sex: Laki-laki Height: 170 Weight: 65 kg Tanda-tanda vital

cm o Tekanan darah 130/80 mmHg


o Nadi 80 x/menit
o Suhu 39,5 °C
DiagnosaAwal: Gonorrhea o RR 20 x/ menit

Riwayat Penyakit Dahulu : -

Riwayat Alergi : -

Data Lab : -

Riwayat Terapi :
Vometa 3x1
Solans 1x1 kapsul
Ciprofloksasin 500 mg 2x1 tab
PATOFISIOLOGI

Gonorrhea adalah salah satu kelompok penyakit menular seksual, yang ditandai dengan
adanya gejala kencing bernanah yang disebabkan karena infeksi dari bakteri Neisseria
gonorrhoeae dimana termasuk diplococcus gram negatif yang diperkirakan menyebabkan
hingga 600.000 infeksi per tahun di Amerika Serikat. Manusia adalah satu-satunya inang
yang dapat diinfeksi (Dipiro,2020). Gonorrhea adalah infeksi purulen pada permukaan
selaput lendir yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. N gonorrhoeae ditularkan
melalui kontak seksual atau melalui penularan selama persalinan. (Medscape).
TATALAKSANA TERAPI
Tatalaksana pada gonorrhea dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik untuk mengatasi
bakteri penyebab , serta terapi tambahan simptomatik. Regimen pengobatan gonorrhea
menggunakan regimen dual terapi yaitu Ceftriaxone 250 mg IM satu kali ditambah
Azitromisin 1 g PO sekali setiap hari selama 7 hari (Dipiro,2020)
(Dipiro,2020)
Metode SOAP
SUBJEK

-demam

-mual

-muntah

-nyeri saat kencing

-kencing bernanah

 
OBJEK

TTV pasien : TTV Nilai normal :

-Suhu 39,5 °C -Suhu 36,5- 37 °C

-Nadi 80 x/menit -Nadi 60-100 x/menit

-TD 130/80 mmHg -TD 120/80 mmHg

- RR 20 x/ menit - RR 12-20 x/ menit


ASSESSMENT

1.Vometa (Domperidone) 10mg 3x1 tablet.


Penggunaan obat ini telah sesuai digunakan untuk mengatasi mual dan muntah yang dialami oleh pasien.
 
2.Solans (Lansoprazol) 1x1 kapsul.
Penggunaan obat ini tidak sesuai dengan gejala sehingga harus dihentikan.
 

3.Ciprofloksasin 500mg 2x1 tab.


Penggunaan obat ini belum tepat untuk pasien. Karena, ciprofloksasin adanya bukti resisten terhadap bakteri N.Gonore, ciprofloksasin juga tidak
termasuk dalam regimen pengobatan recommended untuk N.gonore (Dipiro,2020)
PLAN
FARMAKOLOGI

1. Vometa (Domperidone) 10mg 3x1 tablet.


tetap dilanjutkan pemakaiannya karena dapat mengatasi mual dan muntah.
Mekanisme domperidone :

Bertindak sebagai antagonis terhadap reseptor dopamine dikemoreseptor “trigger zone” yang berpengaruh terhadap reflex muntah.

2. Solans (Lansoprazol) 1x1 kapsul.

Penggunaan obat ini dihentikan krena tidak sesuai, dan tidak ada gejala

Lansoprazol adalah obat golongan PPI yang yang dapat mengatasi produksi asam lambung.
Mekanisme lansoprazole :
Inhibitor pompa proton berikatan dengan H+ /K+- perubahan ATPase (Pompa proton) pada sel parietal lambung yang menghasilkan supresi sekresi asam
basal dan terstimulasi (Medscape).
PLAN
FARMAKOLOGI

3.Ciprofloksasin 500mg 2x1 tab Penggunaan obat ini tidak dilanjutkan

Diganti dengan ceftriaxone 250 mg IM sekali dan Azitromisin 1 g PO 1x1 selama 7 hari sesuai dengan regimen pengobatan recommended untuk
N.Gonore . Alasan pemilihan regimen ini dikarenakan sesuai dengan gejala yang dikeluhkan oleh pasien, sehingga masuk dalam kategori/ tipe infeksi
uncomplicated infection of the cervix, uretra, and rectum in adults pada tabel tatalakasana terapi gonorrhea sehingga penentuan regimen berdasarkan
tipe infeksi tersebut, selain itu keluhan pasien tidak menunjukkan adanya gejala sakit tenggorokan dan ketidaknyamanan saat menelan maka tidak
termasuk infeksi gonorrhea pada faring (Dipiro, 2020).

Mekanisme kerja Ciprofloksasin: Menghambat relaksasi DNA; menghambat gyrase DNA pada organisme yang rentan; memyebabkan kerusakan
DNA untai ganda bakteri (Medscape)

Mekanisme kerja Ceftriaxone: Menghambat sintesis dinding sel, memberikan efek antimikroba dengan mengganggu sistesis peptidoglikan yang
menyebabkan bakteri lisis karena aktivitas enzimautolitik dinding sel berlanjut dan pembentukan dinding sel dihentikan (Medscape)

Mekanisme kerja Azitromisin: Mengikat subunit ribosom 50S dari mikroorganisme yang rentan dan memblokir disosiasi peptidil tRNA dari ribosom,
menyebabkan sintesis protein yang bergantung pada RNA terhenti; tidak mempengaruhi sintesis asam nukleat (Medscape) Berkonsentrasi dalam fagosit
dan fibroblas, seperti yang ditunjukkan oleh teknik inkubasi in vitro; studi in vivo menunjukkan bahwa konsentrasi dalam fagosit dapat berkontribusi
pada distribusi obat ke jaringan yang meradang (Medscape)
PLAN
FARMAKOLOGI

3. Parasetamol
Diberikan sebagai terapi simptomatik pada gonorrhea.
Pct tab 500mg 3x sehari, max 4g/hari sesudah makan

Mekanisme kerja paracetamol:


Parasetamol bekerja dengan menghambat COX1, COX 2, COX3 yang terlibat dalam pembentukan prostaglandin di pusat otak yang berperan sebagai
pengatur rasa sakit /nyeri dan regulator panas pada hipotalamus (dipiro, 2020)
PLAN
NON FARMAKOLOGI

Lakukan pemberian KIE ( Komunikasi, informasi, dan edukasi)


-Edukasi mengenai management sex partner dimana pasangan sex harus mendapatkan penanganan berupa tes
diagnosis dan jika pasangan sex juga mengalami infeksi positif maka harus mendapatkan pengobatan dan
konseling mengenai gonorrhea.
-Anjuran tidak melakukan kontak selama 7 hari setelah pengobatan diberikan
-Obati pasangan seks sama dengan pasien
-Anjuran kembali bila gejala menetap sesudah 7 hari
-Menjaga kebersihan organ vital
(Permenkes, 2015)
MONITORING

-Monitoring rasa mual dan muntah


-Monitoring suhu tubuh dengan memeriksa suhu tubuh
dengan thermometer secara berkala hingga mencapai nilai
normal 36,5- 37 °C
-monitoring interaksi obat
-kepatuhan pasien terhadap pengobatan terutama antibiotik
harus dihabiskan
PUSTAKA

• Bignell C. & Unemo M.2012 European guideline on the diagnosis and treatment of gonorrhoea in adults.
Int j STD AIDS. Avvailable from : htttps://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24400344
• Dipiro, J., Talbert, L.R., Yee, G.C.,Nolin, T.D., Possey, L.M., Elingroad.V,2020, Pharmacotherapy A
Pathophysiologic Approach, 11th Edition, Micc Grow Hill Medical, Washington Dc.
• Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik
Indonesia 2014, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI, diakses 26 Oktober 2020.
• Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional penanganan infeksi menular seksual 2015.
Jakarta: Kemenkes RI; 2015.
• www.medscape.com
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai