Anda di halaman 1dari 33

Asuhan Keperawatan

Pada Anak Kejang


Demam KELOMPOK 2:
YUZA HAURA SALSABELLA (1914301002)
IFTINAN PRIMA RAFIFA (1914301004)
SITI UMAYYAH (1914301004)
EUNIKE OPRASETIYA (1914301008)
DIAN AYU NINGSIHISMI (1914301009)
NOVITA RINDIYANTI (1914301010)
ERISA AYUNINGTIAS (1914301014)
SHELVIA PUSPITASARI (1914301015)
SRI MELATI NUR HIDAYAH (1914301022)
ZAM SALWA AZIZAH SALIM (1914301024)
YENI HANDAYANI (1914301032)
NA’ILAH GIFIRIA APCHATIKA (1914301034)
Konsep Penyakit Kejang Demam
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai
pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang adalah
suatu kejadian paroksismal yang disebabkan oleh lepas muatan hipersinkron
abnormal dari suatu kumpulan neuron sistem saraf pusat. Kejang dapat terjadi
karena proses intrakranial maupun ekstrakranial (Judha&Nazwar,2011).
Anatomi fisiologi
Sistem Syaraf
● Otak
● Secara garis besar otak dapat dibagi kedalam 4 bagian
besar yaitu batang otak,serebelum,serebrum dan
diencephalon. Batang otak terdiri atas Medulla
Oblongata, Pons dan otak tengah. Diencephalon
terdiri atas Talamus, Hipotalamus, Epitalamus, dan
Subtalamus atau disebut juga Ventral thalamus.
Beberapa karakteristik khas otak orang anak yaitu
mempunyai berat lebih kurang 2 % dari berat badan
dan mendapat sirkulasi darah sebanyak 20 % dari
cardiac output dan membutuhkan kalori sebesar 400
kkal setiap hari.
Struktur Sub
Kortikal Otak
● Basal ganglia:melaksanakan fungsi motorik
dengan merinci dan mengkoordinasi gerakan
dasar.
● Talamus:merupakan pusat rangsang nyeri.
● Hipotalamus:terletak dibawah
talamus,berdekatan dengan hipofisis.
● Hipofise:bersama hipotalamus mengatur
kegiatan sebagian besar kelenjar endokrin
dalam sintesa dan pelepasan hormon.
Korteks Cerebral

Lobus
Lobus Frontalis merupakan area kontrol motorik terhadap
pergerakan yang disadari termasuk yang berkaitan dengan
bicara.
● Lobus Parietalis berperan dalam sensasi umum,selera.
● Lobus Temporalis merupakan pusat pendengaran,
keseimbangan, emosi dan memori,berperan dalam
pengaturan keseimbangan.
● Lobus Oksipitalis merupakan pusat penglihatan,
pengaturan ekspresi.
● Insula berperan dalam pengaturan aktivitas gastrointestinal
dan organ visceral lainnya.
● Limbik berperan dalam pengaturan emosi, perilaku,
memori jangka pendek dan penciuman.
Medula Spinalis
● Medula spinalis merupakan perpanjangan modulla
oblongata ke arah kaudal di dalam kanalis vertebralis
cervikalis I memanjang hingga setinggi cornu
vertebralus lumbalias I-II.Terdiri dari 31 segmen yang
setiap segmenya terdiri dari satu pasang saraf
spinal.Dari medulla spinallis bagian cervical keluar 8
pasang,dari bagian thorakal 12 pasang,dari bagian
lumbal 5 pasang dan dari bagian sakral 5 pasang serta
dari coxigeus keluar 1 pasang saraf spinalis.Seperti
halnya otak,medula spinalis pun terbungkus oleh
selaput meninges yang berfungsi melindungi saraf
spinal dari benturan atau cedera.
Fungsi Medula Spinalis

Pusat saraf mengintegrasikan


sinyal sensoris yang datang Mengurus kegiatan refleks
mengaktifkan keluaran motorik spinalis dan reflek tungkai
secara langsung tanpa campur
tangan otak.

Sebagai pusat perantara Mengadakan komunikasi


antara susunan saraf tepi antara otak dengan semua
dan otak (susunan saraf bagian tubuh
pusat)
Fungsi Lengkung Refleks

1. Reseptor 2. Aferen
Penerima Rangsangan Sel saraf yang mengantarkan
impuls dari reseptor ke
sistem saraf pusat

3. Pusat 4. Eferen
Refleks
Tempat terjadinya sinap(hubungan
antara neuron dengan neuron
sel saraf yang membawa
impuls dari pusat refleks
dimana terjadi
ke sel efektor.
pemindahan /penerusan
impuls)
Sistem Syaraf Tepi
● Susunan saraf tepi merupakan penghubung susunan saraf pusat dengan reseptor
sensorik dan efektor motorik(otot dan kelenjar). Saraf tepi terdiri dari : ribuan serabut
saraf yang dikelompokkan dalam ikatan-ikatan yang masing-masing kelompok
dibungkus oleh jaringan ikat.
● Secara fungsional,Sistem Syaraf Tepi di golongkan ke dalam:
○ Saraf sensorik (aferen) somatik : membawa informasi dari
kulit,otot rangka dan sendike sistem saraf pusat.
○ Saraf motorik (eferen) somatik : membawa informasi dari
sistem saraf pusat ke otot rangka
○ Saraf sensorik (aferen) viseral : membawa informasi dari
dinding visera ke sistem saraf pusat
○ Saraf motorik (aferen) viseral : membawa informasi dari sistem
saraf pusat ke otot polos,otot jantung dan kelenjar.
○ Saraf eferen viseral di sebut juga sistem saraf otonom.
Klasifika
si
Kejang Parsial
● Kejang parsial sederhana (gejala-gejala dasar, umumnya tanpa gangguan
kesadaran) hanya satu jaringan atau tangan yang dapat bergetar, mulut dapat
terhentak-hentak secara tidak terkontrol.
● Kejang parsial kompleks (dengan gejala kompleks, umumnya dengan gangguan
kesadaran) Pasien tidak bergerak atau bergerak secara otomatis tetapi tidak
sesuai dengan waktu dan tempat.
● Kejang parsial sekunder menyeluruh.
Kejang Umum

0 0 0 0
1
Kejang 2
Absence 3
Kejang 4
Kejang
Tonik Atonik Klonik
Kronik
Klasifikasi Kejang Demam
● Kejang Demam Simpleks
○ Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun .
○ Lamanya kejang berlangsung <15 menit.
○ Kejang umum tonik, klonik atau tonik klonik, anak dapat terlihat mengantuk
setelah kejang.
○ Tanpa kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang .
○ Kejang tidak berulang dalam waktu singkat .
○ Tidak berulang dalam 24 jam. 
● Kejang Demam Kompleks
○ Kejang fokal/parsial, atau kejang fokal menjadi umum .
○ Berlangsung >15 menit.
○ Berulang dalam 24 jam.
○ Ada kelainan neurologis sebelum atau sesudah kejang.
Etiologi
Menurut Judha &Hamdani tahun 2011 Bangkitan
kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh
kenaikan suhu badan yang tinggi 38o dan
cepat , yang disebabkan oleh infeksi diluar
susunan syaraf pusat misalnya :
tonsilitis,ostitis media akut,bronchitis,dll.
Kejang terjadi akibat lepas muatan
paroksimal yang berlebihan dari suatu
populasi neuron yang sangat mudah terpicu
sehingga mengganggu fungsi normal otak
dan juga dapat terjadi karena keseimbangan
asam basa atau elektrolit yang terganggu.
Penyebab Dari Kejang Demam
● Faktor-faktor perinatal, malformasi otak kongenital.
● Faktor genetika.
● Penyakit Infeksi seperti bakteri dan virus.
● Demam
● Gangguan metabolisme
● Trauma
● Gangguan Sirkulasi
● Penyakit degenerative susunan saraf
● Neoplasma
Patofisiologi
● Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses
oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh
membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid
dan permukaan luar itu ionik. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+)
dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi
Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial
membran yang disebut potensial membran dari neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel.
Manifestasi
Klinik
(Riyadi &Sukarmin, 2013:53), Manifestasi klinik yang muncul pada penderita
kejang demam :
a. Suhu tubuh anak (suhu rektal) lebih dari 38℃

b. Timbulnya kejang yang bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau

akinetik. Beberapa detik setelah kejang berhenti anak tidak memberikan

reaksi apapun tetapi beberapa saat kemudian anak akan tersadar kembali

tanpa ada kelainan persarafan


c. Saat kejang anak tidak berespon terhadap rangsangan seperti panggilan,
cahaya (penurunan kesadaran)
Komplikasi
Menurut Wulandari dan Erawati 2016 komplikasi yang dapat terjadi dari
kejang demam jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat adalah :

a. Kerusakan neurotransmitter
b. Epilepsi
c. Kelainan anatomis di otak
d. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena diserati demam
e. Kemungkinan mengalami kematian
Penatalaksanaan
Prinsip manajemen penatalaksanaan dari kejang demam terdiri dari memberantas kejang segera
mungkin, pengobatan penunjang, memberikan pengobatan rumat, serta mencari dan mengobati faktor
penyebab. Melalui penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosis dari kejang demam baik dan tidak
perlu menjadi penyebab dari kematian pada anak. Saat merawat anak dengan kejang demam ada 4 hal
yang perlu dikerjakan, yaitu memberantas kejang dengan segera, pemberian obat penunjang,
memberikan pengobatan rumatan, dan mencari serta mengobati faktor penyebab.

Bila pasien datang dalam keadaan kejang, obat pilihan utama adalah diazepam yang diberikan melalui
rute intravena. Efek pengobatan (3 detik sampai 5 menit) tidak ada efek toksik yang serius bila
diberikan secara perlahan dan dosis tidak melebihi 50 mg persuntikan. Jika tidak tersedia dapat
diberikan fenobarbital diberikan dengan rute intramuscular. Hasil terbaik bila tersedia fenobarbital
yang dapat diberikan dengan rute intravena dengan dosis 5 mg/kgBB dengan kecepatan 30 mg/menit.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam
adalah untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis.
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada
kejang demam yang tidak khas.
4. Pemeriksaan foto kepala, CT – scan atau
MRI
Asuhan Keperawatan pada pasien Kejang
Pengkajian
demam
Pengkajian menurut Judha & Nazwar (2011) adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan menganalisa,
sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut. Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi :
1. pengumpulan data
2. Analisa
3. sintesa data
4. perumusan diagnosa keperawatan
Metode pengumpulan data melalui observasi , wawancara, catatan, literatur.

Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :


1. Data subyektif
a. Biodata/ Identitas Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin. Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk
mengetahui status sosial anak.
b. Riwayat Penyakit
(1)Pada anak kejang demam riwayat yang menonjol adalah adanya demam yang di alami oleh anak (suhu rektal di atas
38ºC). Demam ini dilatarbelakangi adanya penyakit lain yang terdapat pada luar kranial seperti tonsilitis, faringitis.
2) Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang seperti :
● Gerakan kejang anak
● Terdapat demam sebelum kejang
● Lama bangkitan kejang
● Pola serangan
● Frekuensi serangan
● Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
● Riwayat penyakit sekarang

Berdasarkan PQRST :
● Provokatif dan paliatif : apa penyebabnya apa yang memperberat dan yang mengurangi , biasanya pada anak kejang
demam terjadi demam dengan suhu rektal di atas 38oC
● Quality/kuantitas : dirasakan seperti apa, tampilannya, suaranya,berapa banyak.
● Region/radiasi : lokasinya dimana, penyebarannya.
●  Biasanya panasnya terasa diseluruh tubuh.
● Saverity/scale : intensitasnya (skala) pengaruh terhadap aktifitas . biasanya suhu rektal diatas 38 oC.
● Timing : kapan muncul keluhan,berapa lama,bersifat (tiba-tiba, sering, bertahap
(3) Riwayat Kehamilan dan Persalinan.
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu
hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu
selama hamil. obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan
atau dengan tindakan(forcep atau vakum), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain.

(4) Riwayat kesehatan keluarga.


Anggota keluarga menderita kejang
Anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf
Anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang dapat
mencetuskan terjadinya kejang demam.

(5)Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan
reaksi dari imunisasi.
(6) Riwayat Perkembangan
a. Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku sosial), kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
b. Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil
c. Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
d. Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan

(7) Pola Aktivitas Sehari-hari


a. Pola nutrisi
Asupan kebutuhan gizi anak, kualitas dan kuantitas makanan, makanan yang disukai, selera makan, dan pemasukan
cairan.
b. Pola Eliminasi
BAK : frekuensi, jumlah, warna, bau
BAB : frekuensi, konsistensi, dan keteraturan
c. Pola tidur atau istirahat
Lama jam tidur, kebiasaan tidur, dan kebiasaan tidur siang
d. Personal Hygiene
e.Aktivitas
Kesenangan anak dalam bermain, aktivitas yang disukai, dan lama berkumpul dengan keluarga
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital.
1. Suhu Tubuh.
2. Denyut Nadi
3. Tekanan Darah
4. Pemeriksaan fisik
5. Pemeriksaan kepala
6. Pemeriksaan rambut
7. Pemeriksaan wajah
8. Pemeriksaan mata
9. Pemeriksaan telinga
10. Pemeriksaan hidung
11. Pemeriksaan mulut
12. Pemeriksaan tenggorokan
13. Pemeriksaan leher
14. Pemeriksaan Thorax
15. Pemeriksaan Jantung
16. Pemeriksaan Abdomen
17. Pemeriksaan Kulit
18. Pemeriksaan Ekstremitas
19. Pemeriksaan Genetalia
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan patofisiologi penyakit, dan manifestasi klinik yang muncul maka diagnosa
keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan kejang demam menurut Riyadi &
Sukarmin (2013) adalah:

1. Risiko tinggi obstruksi jalan nafas berhubungan dengan penutupan faring oleh lidah,
spasme otot bronkus.
2. Risiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan oksigen darah.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi bakteri salmonella typhosa).
4. Risiko gangguan pertumbuhan (berat badan rendah) berhubungan dengan penurunan
asupan nutrisi.
Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
1. a. Risiko tinggi obstruksi jalan Setelah dilakukan tindakan a. Monitor jalan a.frekwensi pernapasan
nafas berhubungan dengan keperawatan, diharapkan: nafas, frekwensi yang meningkat tinggi
penutupan faring oleh lidah, a. Frekwensi pernapasan pernafasan, irama dengan irama
spasme otot bronkus. meningkat 28- nafas tiap 15 yang cepat sebagai salah
35 x/menit, irama menit saat penurunan
pernafasan regular kesadaran satu indikasi sumbatan
dan b. Tempatkan anak pada jallan nafas
tidak cepat, posisi semifowler oleh benda asing,
anak tidak terlihat dengan kepala contohnya lidah.
terengah-engah. ekstensi. b. Posisi
c. Bebaskan semifowler akan
anak dari menurunkan tahanan intra
pakaian yang ketat abdominal terhadap
d. Kolaborasi pemberian paru-paru. Hiperekstensi
anti kejang (diazepam membuat jalan nafas
dengan dosis rata- dalam posisi lurus
rata 0,3 Mg/KgBB/ dan
kali pemberian. bebas dari
hambatan.
c. mengurangi tekanan
terhadap rongga thorax
sehingga terjadi
keterbatasan
pengembanga n paru.
d. diazepam bekerja
menurunkan tingkat
fase depolarisasi yang
cepat di sistem
Persyarafan
        pusat sehingga dapat terjadi
penurunan pada spasma
otot dan
persyarafan perifer.

2. Risiko gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat pengisia n a. kapiler kecil mempunyai
jaringan berhubungan keperawatan, diharapkan: a.jaringan kapiler perifer. volume darah yang
dengan penurunan oksigen darah perifer b. Pemberia relatif
(kulit) terlihat merah dan segar, n oksigen dengan kecil dan cukup
akral teraba hangat. memakai masker atau sensitif sebagai tanda
nasal bicanul dengan terhadap penurunan oksigen
dosis rata-rata 3 darah.
liter/men it. b. oksigen tabung mempunyai
c. Hindarka n anak dari tekanan yang lebih
rangsang an yang tinggi dari oksigen
berlebiha n baik suara, lingkungan sehingga
mekanik, maupun mudah masuk ke paru-
cahaya. paru. Pemberian dengan
d. Tempatk masker karena mempunyai
an pasien pada prosentase sekitar
ruangan dengan 35%
sirkulasi udara yang yang dapat
baik (ventilasi masuk ke saluran
memenu hi ¼ dari luas pernafasan.
ruangan). c. Rangsangan akan
meningkatka n fase eksitasi
persarafan yangdapat
menaikkan kebutuhan
oksigen jaringan.
d. Meningkatka n jumlah
udara yang
masuk dan
mencegah
        hipoksemia jaringan.

3. Hipertermi berhubungan dengan proses Setelah dilakukan tindakan a. Observasi a. Untuk


penyakit (infeksi bakteri salmonella typhosa). keperawatan, diharapkan: tanda-tanda vital mengetahui proses
a. Suhu tubuh peraksila b. Monitor warna kulit tubuh peningkatan suhu
36,5-37,5ºC, klien b. Untuk
b. Kening anak tidak teraba panas. c. Anjurkan mengetahui perubahan
c. Kejang menurun ibu klien warna kulit
d. Tidak terdapat pembengkaka n, memakaikan anaknya c. Pakaian tipis membantu
kemerahan pada tongsil pakaian yang tipis dan mempercepat proses
atau telinga. leukosit mudah menyerap keringat evaporasi
5.000-11.000 d. Kolaborasi dengan dokter d. Untuk
mg/dl untuk pemberian antipiretik menurunkan suhu
  dan antibiotik dalam batas normal 36,5-
  e. Kompres hangat pada klien 37,5ºC,
dan mengurangi inflamasi
e. Pembuluh darah frontalis
dan aksila merupakan
jaringan tipis dan terdapat
banyak pembuluh darah
sehingga mempercepat
proses vasodilatasi

4. Risiko gangguan pertumbuhan (berat Setelah dilakukan tindakan a. Kaji berat badan a. Berat badan adalah salah satu
badan rendah) berhubungan keperawatan, diharapkan: dan asupan kalori anak indikator jumlah massa sel
dengan penurunan asupan nutrisi a. orang tua b. Ciptakan suasana yang dalam tubuh,
anak menyampaika n menarik dan nyaman saat apabila berat badan rendah
anaknya sudah makan seperti di menunjukkan terjadi
gampang makan dengan porsi bawa ke ruangan penurunan jumlah dan
yang massa sel
makan di habiskan banyak tubuh yang
setiap hari (1 porsi makan) tidak sesuai dengan
umur.
      gambar untuk anak b. Dapat
dan sambil di ajak membantu peningkatan
bermain. respon korteks serebri
c. Anjurkan terhadap selera makan
orangtua untuk sebagai dampak rasa
memberika n anak senang pada anak.
makan dengan kondisi c. Makanan hangat akan
makanan hangat. mengurangi kekentalan
d. Anjurkan sekresi
orang tua mukus pada
memberika n faring dan
makanan pada anak mengurangi respon mual
dengan porsi sering gaster.
dan sedikit. d. Mengurangi massa
makanan yang banyak
pada lambung yang
dapat menurunkan
rangsangan nafsu
makan pada otak
bagian bawah.
5. Resiko gangguan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat perkemban a. Fase ini
perkembangan (percaya keperwatan, diharapkan: gan anak terutama bila tidak
diri) berhubungan dengan a. Anak terlihat aktif percaya teratasi dapat terjadi
peningkatan frekwensi kekambuhan berinteraksi dengan orang di diri dan krisis kepercayaa n
sekitar saat di rawat di frekwensi demam. diri pada anak.
rumah sakit,frekwensi b. Berikan anak terapi Frekwensi demam
kekambuhan kejang demam bermain dengan teman yang meningkat dapat
berkisar 1-3 sebaya di menurunka n
kali dalam rumah sakit yang penampila n anak.
setahun. melibatkan banyak b. Meningkat kan
anak
      seperti bermain interaksi anak
lempar bola. terhadap teman
c. Beri anak reward sebaya tanpa melalui
bila anak berhasil paksaan dan doktrin
melakukan aktivitas dari orang tua.
positif misalnya c. Meningkat kan nilai
melempar bola dengan positif yang
tepat, dan ada pada
support anak anak dan memperbai
bila belum ki kelemahan dan
berhasil. kemauan yang kuat.

6. Risiko cidera Setelah dilakukan tindakan a. Tempatkan anak pada a. Menjaga posisi tubuh
(terjatuh, terkena keperawatan, diharapkan: tempat tidur yang lurus yang dapat
benda tajam) a.Anak tidak lunak dan rata berdapak pada
berhubungan dengan penurunan terluka atau seperti bahan matras. lurusnya jalan nafas.
respon terhadap lingkungan jatuh saat b. Pasang pengaman di b. Mencegah anak
serangan kejang. kedua sisi terjatuh
tempat tidur. c. Menjaga jalan nafas
c. Jaga anak saat timbul dan mencegah anak
serangan kejang. jatuh
Penatalaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama
pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor
kemajuan kesehatan klien.

Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan keperawatan. Ada 2 macam evaluasi :

1.Evaluasi Formatif
Adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan/topik, dan dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh manakah suatu proses telah berjalan sebagaimana yang direncanakan.

2.Evaluasi Sumatif
Adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok
bahasan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai