Anda di halaman 1dari 55

Preseptor : 

Desie Warsoedoedi,
dr., Sp.M., M.Kes

BED SIDE Hasna Izharulhaq

TEACHING Kusumawardhani
12100118663
KASUS

Identitas Pasien

Nama Tn. H

Usia 60 tahun

Jenis Kelamin Laki-laki

Pekerjaan Wiraswasta

Status Menikah

Suku Sunda

Tanggal Pemeriksaan 29 Juli 2019


 Keluhan Utama
Penglihatan buram pada mata kedua mata.
• Anamnesa
Pasien datang ke poliklinik mata RS Muhammadiyah
Bandung dengan keluhan penglihatan buram sejak 4 tahun
yang lalu. Penglihatan buram terjadi secara bertahap semakin
hari semakin bertambah buram pada kedua mata. Pasien
mengeluhkan sering tersandung pada saat berjalan, tidak bisa
melihat dengan kejauhan -+5meter, ketika melihat layar
komputer maupun ponsel semakin memburuk,
dan membaik setelah tidak melihat layar komputer maupun
ponsel. Keluhannya terjadi terus menerus, pasien mengatakan
bahwa gejala yang diderita tidak menganggu aktifitas sehari-
hari.
 Pasien juga mengeluhkan adanya penurunan
pengelihatan, nyeri kepala, pengelihatan terbatas pada
saat berjalan sering menabrak. Keluhan juga disertai
pengelihatan seperti terhalang kabut.
 Keluhan tidak disertai dengan adanya mata merah, pasien
juga menyangkal adanya pengelihatan silau, mata buram
secara mendadak juga disangkal oleh pasien. Keluhan
seperti mual-muntah juga disan
 Pasien mengatakan bahwa ibunya memiliki keluhan yang
sama dan di diagnosa Glaukoma, riwayat kencing manis
disangkal oleh pasien. Pasien juga mengatakan bahwa
pasien meminum obat penurun darah tingginya setiap
hari sejak 5 tahun yang lalu.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat Hipertensi sejak 10tahun yang lalu, rutin
kontrol ke dokter penyakit dalam. Pasien juga mengatakan pernah
mengalami trauma dan tindakan pembedahan di area mata pada
saat usia 9 tahun.
Pasien menyangkal mempunyai riwayat penyakit Diabetes Melitus.

 Riwayat pengobatan 
Pasien sudah 2 tahun ke dokter mata dan rutin berobat.
Pasien tidak mengonsumsi obat obatan lain,selain yang dianjurkan
oleh dokter. Dan Pasien tidak memiliki alergi obat.

 Riwayat Keluarga
Ibu pasien memiliki riwayat penyakit glaukoma.
Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum  : Sakit sedang


 Kesadaran           : Compos Mentis
 Tanda-tanda vital           
 Tekanan darah : 140/90
 Laju nafas : 24 x/menit
 Nadi: 82x/menit
 Suhu: tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Mata
 Fungsi mata

OD OS
1. Visus                             6/20, PH - 1/∞   , PH -      
2. Muscle Balance Test
 Hirschberg: Orthotropia   Hirschberg: Orthotropia  
Cover uncover: Orthoforia  Cover uncover: Orthoforia       

Pergerakan bola mata


Normal ke 6 arah Normal ke 6 arah
Duksi                                    
Normal ke 8 arah Normal ke 8 arahh
 Versi  
OD OS

Palpebra Superior Edema (-), hiperemis (-), benjolan (-), Edema (-), hiperemis (-), benjolan (-),
massa (-) massa (-)

Palpebra Inferior Edema (-), hiperemis (-), benjolan (-), Edema (-), hiperemis (-), benjolan (-),
massa (-) massa (-)

Bulu Mata Trichiasis (-), Distichiasis (-), Trichiasis (-), Distichiasis (-),
Madarosis (-) Madarosis (-)

Conjunctiva Tarsal
- Superior

- Inferior Hiperemis (-), folikel (-), papil (-) Hiperemis (-), folikel (-), papil (-)

Hiperemis (-), folikel (-), papil (-) Hiperemis (-), folikel (-), papil (-)

Conjuctiva Bulbi Hiperemis (-), tidak ada kelainan Hiperemis (-), tidak ada kelainan

Cornea Jernih, infiltrate (-), ulkus (-), Jernih, infiltrate (-), ulkus (-),
sikatrik (-), corpus alienum (-) sikatrik (-), corpus alienum (-)
OD OS

COA Sedang, jernih, Sedang, jernih,

Pupil Bulat Bulat


- Bentuk 3 mm 3 mm
- Diameter (+) (+)
- Refleks

Iris Sinekia (-) Sinekia (-)

Lensa Keruh Keruh


Shadow (+) Shadow (+)
Tonometri 
 Palpasi : dalam batas normal
 Schiotz : 
 13 Mei 2017 : OD 24,4 mmHg
                                OS  14,6 mmHg
• 21 Agustus 2017 : OD 14,6 mmHg 
                                       OS  17,5 mmHg
• 29 Juli 2019 : OD 14,6 mmHg 
                                  OS  20,6 mmHg
 Funduscopy
Fundus reflex (+)
Media: sedikit keruh
Papil : bulat, batas tegas
C/D ratio: OD 0,7-0,8
                 OS 0,5-0,6
A/V ratio: dalam batas normal
Tes konfrontasi

- jarak 33cm
- mata kanan pemeriksa
dengan mata kiri pasien
saling berhadapan
- mata kanan pasien dan
mata kiri pemeriksa
diminta untuk di tutup
- gerakan jari sampai
lapang pandang tengah,
jika pasien melihatnya,
untuk memberitahu
pemeriksa
- syarat: lapang pandang • Tes Konfrontasi
pemeriksa normal • OD : menurun pada arah temporal
• OS : menurun pada arah temporal
 Diagnosa Banding

1. Glaukoma sudut terbuka sekunder 


2. Reinopati hipertensi

 Diagnosa Kerja

Glaukoma Primer Sudut Terbuka ODS + Katarak


Senilis Imatur ODS
 Usulan Pemeriksaan

1. Gonioskopi : Untuk identifikasi sudut terbuka atau tertutup


Dilihat keadaan sudut bilik mata yang dapat menimbulkan glaukoma,
pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan lensa sudut (goniolens).
Perimetri
- alat berbentuk setengah
bola dengan memiliki
jari-jari
- mata berfiksasi pada
bagian sentral parabola
perimeter
- objek digeser perlahan
dari tepi ke tengah,
dicari batas dimana
benda mulai terlihat
- batas lapang pandang
Temporal 90
50 nasal
70 inferior
60 superior
Penatalaksanaan

Umum 
 Memberitahukan kepada Pasien Mengenai
Penyakit dan Pengobatan Penyakit
 Edukasi mengenai kepatuhan dalam
pengobatan glaucoma karena dapat
menyebabkan komplikasi kehilangan
penglihatan 
Prinsip MOA obat antiglaukoma
Tatalaksana Khusus

Local
treatment/Pemakaian
Tetes Mata :
 Miotik :
 Pilocarpine (0.5-4%)
2% eyedrops
diaplikasikan 4x sehari
 Formularium nasional:
2botol/bulan
Beta-blockers 
1. Timolol maleate (0.25-
0.5%) 
 eyedrops diaplikasikan 2x
sehari.
 MOA:menurunkan
aqueous sekresi. non-
selective beta 1 and beta
2 adrenergic blocking
agent. Tidak mengubah
ukuran pupil.
 Efek samping:—
Bronchospasm,
bradycardia, low blood
pressure and corneal
anaesthesia, depression
and fatigue.
 Formularium nasional:
2botol/bulan
Beta blocker
2. Betaxalol (0.5%)
 eyedrops diaplikasikan 2x
sehari. 
 MOA: cardioselective
beta-adrenergic blocking
agent,  little effect on
cardiopulmonary system.
less effective than
timolol.
 Formularium nasional:
1botol/kasus
Prostaglandin and
prostamide analogues
(prostaglandin F 2 alpha). 
 Latanoprost (0.005% once
a day) 
 MOA: meningkatkan
uveoscleral outflow.
Dapat dikombinasikan
dengan obat lain untuk
meningkatkan efek.
 Side-effects—
conjunctival hyperaemia,
hyperpigmentation of
lashes, iris and periorbital
skin.
 Formularium nasional:
hanya untuk pasien
glaukoma yg tdk respon
pada pemberian timolol.
Systemic
 Carbonic Anhydrase Inhibitors (CAI) tidak direkomendasikan
penggunaan jangka panjang karena memiliki byk ef.samping 
1. Tab acetazolamide 250 mg 1-4x sehari
2. capsules of acetazolamide 250-500 mg (substitute) 1-2x
sehari 
3. Tab Methazolamide 50-100 mg 2xsehari
 Mode of action—Menurunkan formasi bicarbonate yang
menyebabkan penurunan sekresi aq.humor dari epitel cilliary
(efek diuretic bukan faktor untuk menurunkan tek.IO) 
 Side effects—Paraesthesia, malaise complex, gastric irritation,
renal stone formation, StevensJohnson syndrome and blood
dyscrasias.It is supplemented by 1 g potassium daily as there is
associate potassium loss.
Hyperosmotic Agents 
 Oral :
1. Glycerol (50% solution)—1.5 g/kg body weight. 
2. Isosorbide—1-2 g/kg body weight. 

 Intravenous :
1. Mannitol (20%)—1-2 g/kg body weight. A 20% solution is
given over 30-40 minutes 
2. Urea—1-2 g/kg body weight. A 30% solution in sugar used
to be given. 
Operasi / Bedah Mata
Indikasi :
 ketika pemberian miotic dan B-blocker gagal untuk mengontrol TIO
 Tekanan Intraokuler tetap diatas 30 mmHg
   Kerusakan Papil syaraf optic progresif 
   Kerusakan lapang pandang yang progresif 

Jenis Operasi yang dilakukan :


   Iridektomi: To contract the periphery of the iris by laser thermal
effect in order to open the anterior chamber angle.
   Trabekuloplasti :The trabecular meshwork is irradiated with a laser
in order to improve aqueous outflow.
 Argon Laser Trabeculoplasty (ALT)
 Diode Laser Trabeculoplasty (DLT) 
Argon Laser Trabeculoplasty
(ALT)
 Aman, non-invasive
 Dapat menurunkan TIO hingga rata rata 8-10 mm Hg.
 Mode of action—Discrete laser akan menyebabkan penyusutan kolagen
pada permukaan dalam, dgn itu dpt membuka intertrabecular spaces.
Sehingga terjadi peningkatan aqueous outflow.
Indikasi:
 tdk respon dgn topical treatment
 Penurunan lapang pandang yg progresif
Kontraindikasi:
 Invisibility of the trabeculum (e.g. closed or narrow angle, blood obscuring
the angle, hazy cornea), paediatric glaucoma, secondary glaucoma,
previously failed ALT.
Prognosis

 Quo Ad Vitam : ad bonam


 Quo ad Fungsionam : dubia ad malam
 Quo ad Sanasionam : dubia ad malam
 
Pembahasan
Anatomi Retina
 Retina atau selaput jala, merupakan
bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima
rangsangan cahaya yang terletak di
segmen posterior mata.
 Tebal retina rata-rata 250 µm,
paling tebal pada area makula
dengan ketebalan 400 µm, menipis
pada fovea dengan ukuran 150 µm,
dan lebih tipis lagi
pada ora serrata dengan ketebalan
80 µm.
 Retina mendapatkan vaskularisasi
dari arteri oftalmika (cabang
pertama dari arteri
karotis interna kanan dan kiri) dan
arteri siliaris (berjalan
bersama nervus optikus).
Histologi Retina
 Permukaan luar retina berhubungan
dengan koroid, sedangkan permukaan
dalamnya berhubungan dengan
badan vitreous. Retina memiliki 10
lapisan, yang terdiri dari (dari luar ke
dalam): 
1. epitel pigmen 
2. batang dan kerucut 
3. membran limitans eksterna 
4. lapisan inti luar 
5. lapisan pleksiform luar 
6. lapisan inti dalam 
7. lapisan pleksiform dalam 
8. lapisan sel ganglion 
9. lapisan serat saraf 
10. membran limitans interna
Fisiologi

 Mata diisi oleh cairan intraokular, cairan intraokula
r mempertahankan tekanan yang cukup pada bola 
mata untuk menjaga distensinya. Berupa Humor
Aqueous dan Humor vitreous
 HumorAqueous terletak di depan lensa, merupakan
 cairan yang mengalir bebas, terus-
menerus di bentuk dan
di reabsorpsi mengatur volume total
dan tekanan cairan intraokular.
 Humor vitreous terletak antara posterior lensa dan
retina) disebut juga sebagai badan
vitreous, merupakan massa dari gelatin,
di lekatkan oleh sebuah jaringan fibriler halus yang
 tersusun dari molekul proteoglikan. Air
dan substansi yang terlarut dapat berdifusi secara 
 perlahan-lahan dalam humor vitreous.
Pembentukan Humor aqueous oleh korpus siliaris

 Humor aqueous
di bentuk dalam mata, kecepatan rata-
rata adalah
2 sampai 3 mikroliter/minute. Di bentuk
 oleh prosesus siliaris (lipatan linier
yang menonjol dari korpus siliaris ke ru
ang belakang iris tempat ligamen-
ligamen lensa dan otot-
otot siliaris melekat pada mata), hampir 
semua adalah sekresi aktif dari lapisan e
pitel prosesus siliaris. Sekresinya di anta
ra sel-sel epitel, dimulai dari ion
natrium akan menarik ion klorida dan bi
karbonat untuk mempertahankan sifat n
etralitas listrik yang nantinya akan meny
ebabkan osomosis air menghasilkan laru
tan,
yang akan membersihkan ruangan prose
sus siliaris sampai kamera okuli anterior
 mata dan beberapa nutrien di bawa mel
alui epitel-
epitel berupa transport aktif/difusi, beru
pa asam amino, asam askarbonat,
glukosa.
 Setelah di bentuk oleh prosesus sili
aris, Humor
aqueous akan mengalir melalui pup
il ke dalam kamrea okuli anterior, c
airan mengalir ke bagian depan lens
a dan sudut antara kornea dan iris, 
melalui retikulum trabekula menuju
 kanalis schlemm yang akhirnya me
nuju vena ektraokular, dan akhirnya
 menuju vena aqueous.
Glaukoma

 Suatu kelainan neuropati optik yg ditandai dengan adanya :


 TIO tinggi >21mmHg
 Defek lapang pandang
 Kematian serabut saraf (cupping diskus optikus)
 Epidemiologi
 Penyebab kebutaan no 2 setelah katarak
 6,7 juta orang buta diakibatkan oleh glaukoma
 Kebutaan bersifat permanen 
 Kebutaan bilateral glaukoma dari 4213 adalah 19%
 Kebutaan unilateral glaukoma dari 4213 adalah 45%.
 Kasus terbanyak yaitu glaukoma primer
Akut atau kronis

Glaukoma

Terbuka atau tertutup Primer atau Sekunder


Klasifikasi Glaukoma

 Klasifikasi berdasarkan:
 Gangguan aliran :  glaukoma sudut terbuka dan sudut sempit
 Faktor akibat TIO » : glaukoma primer dan sekunder
 Umur : kongenital, infantil, juvenile, adult.
 Ada  dua teori  :
 Teori iskemi :  
gangguan sirkulasi -- kematian serabut saraf
 Teori mekanik :
TIO» -- kerusakan serabut saraf papil optik
Glaukoma sudut
Primary Open-Angle
tertutup akut
Glaucoma
(Simple Glaucoma)  Tanda-tanda:
 Bilateral, tidak selalu  Gangguan penglihatan
simetrik, penyebab sekunder progresif dengan cepat,
kadang-kadang
tingginya TIO tidak ada penglihatan  1/300 – 0,
 Kerusakan saraf optik  Mata terasa nyeri disertai
glaukomatosa, nyeri kepala bagian frontal,
 Sudut terbuka dan normal,  Kongesti, nausea, muntah.
TIO > 21 mmHg,
 Pemeriksaan
 Onset pada dewasa,
herediter, responsif thd
 Injeksi siliaris dan
konjunctiva
steroid 
 TIO > 50 mmHg, pupil
 Ada kelainan lapang dilatasi, reflek -.
pandang glaukomatosa,  Cornea: epithelial edema,
central tunnel vision, KP(+), vesicle
 Tanda-tanda klinis minim  Ant chamber: dangkal 
PAS,  flare / cell (+),
 Papil edema, retina edema
Glaukoma Primer Sudut Terbuka

 Glaukoma yang disertai peningkatan TIO di atas 21 mmHg, dengan sudut


bilik mata yang terbuka.
 Hambatan aliran akuos humor pada trabekula yang lubangnya sempit
(kronik dan perlahan)
 Mengenai kedua mata (bilateral)
 Terjadi diatas usia 40 tahun, terkait dengan faktor genetik, sering terjadi
pada ras kulit hitam, miopia gravior, riwayat DM dan riwayat Hipertensi
 Pasien biasanya mengeluhkan sakit kepala atau rasa berat disekitar mata,
defek lapang pandang
 Peningkatan TIO terjadi akibat hambatan atau resistensi aliran
keluar (outflow) humor akuos melalui anyaman trabekulum
 Terjadi penumpukan humor akuos dibilik mata depan dan
belakang
 Peningkatan resistensi saluran keluar dapat disebabkan:
Penumpukan material sel pigmen, sel darah merah,
glukosaminoglikan, protein atau material plak jaringan
Hilangnya sel endotel trabekulum
Berkurangnya ukuran & densitas pori trabekulum
Berkurangnya aktivitas fagositosis normal
Adanya penebalan membran basal trabekulum
 Diagnosa
Anamnesis:
Faktor resiko: miopia, penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, usia
diatas 40tahun, riwayat keluarga
Pemeriksaan fisik:
Untuk menentukan ada atau tidaknya kelainan sistemik
Pemeriksaan mata:
Pemeriksaan refraksi/visus, kedalaman bilik mata depan, refleks cahaya
pupil, ada/tidaknya kelainan di segmen anterior atau posterior mata.
Pemeriksaan tekanan intra okular, funduskopi
Pemeriksaan penunjang: kampimetri
Tatalaksana

 Menurunkan produksi akuos humor:


1. penghambat adrenergik-beta (betaxolol 0,5% (selektif), timolol
0,5% (non-selektif))
2. penghambat anhidrase karbonat (brinzolamid/oral asetazolamid)
3. agonis adrenegik-alfa (apraclonidine & brimonidine)
 Meningkatkan aliran keluar akuos humor:
1. analog protaglandin (latanaprost & travapost)
2. parasimpatomimetik/miotikum (pilokarpin)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai