Anda di halaman 1dari 65

Herpes Zoster

& Blok 7
Varicella Diskel 4
1

Buatlah status dermatologikus untuk kasus di atas dan jelaskan definisi


dari istilah yang terdapat pada status dermatologikus tersebut!
Pasien 1: Herpes Zoster
Status Dermatologikus
• Distribusi: Regioner, unilateral segmental setinggi persarafan
nervus trigeminal cabang 2, 3, dan genikulatum dekstra
• A/R: pipi kanan, kelopak bawah mata kanan, batang hidung sisi
kanan, bibir atas sisi kanan.
• Lesi: Multipel, sebagian besar konfluens, bentuk sebagian besar
tidak teratur, ukuran milier-plakat, batas sebagian besar tidak tegas,
menimbul, stadium sebagian besar kering
• Efloresensi: Di atas makula eritem dan udem terdapat vesikel
vesikel herpetiformis, beberapa vesikel bergabung menjadi bula dan
sebagian bula pecah menjadi krusta sanguinolenta dan krusta serosa.
Pasien 2: Varicella
Status Dermatologikus
• Distribusi: generalisata
• a/r: hampir seluruh tubuh
• Lesi: sebagian besar diskret, bentuk teratur, ukuran milier-
lentikuler, batas sebagian tegas sebagian tidak, menimbul,
kering
• Efloresensi: papula eritema, vesikula
Status Dermatologikus
Distribusi lesi
Pola Distribusi Lesi
• Localized (Terlokalisir): Terbatas pada satu
lokasi atau spot Simetris
• Regional: Mengenai regio tertentu
Asimetris
Bilateral
• Generalisata: Menyebar di seluruh tubuh atau
mengenai banyak bagian pada tubuh Unilateral
• Universal: Melibatkan seluruh permukaan kulit Dermatomal
di tubuh
Karakteristik Lesi
Notes: Jumlah Lesi
Generalisata: masih ada kulit yang sehat Soliter: 1 lesi
Multiple: Lebih dari 1 lesi
Status Dermatologikus
Penyebaran
Stadium :
• Diskret: Dibentuk dari bagian-bagian terpisah
- Menimbul dari permukaan/Tidak
• Konfluens: Menyatu/berkumpul
- Kering/basah

Bentuk
• Reguler/teratur
• Irreguler/tidak teratur

Ukuran
Batas/Tepi Lesi
- Tegas
- Tidak berbatas Tegas
Efloresensi
Efloresensi primer : ruam kulit yang pertamakali timbul, terdiri dari
1. Makula : Kelainan kulit tidak menimbul, berupa perubahan warna se-mata2.
Merah : makula eritema
Hitam : makula hiperpigmentasi
Putih : makula hipopigmentasi
Vitiligo : makula depigmentasi
Purpura: pecahnya kapiler dibawah kulit 

Ptekiae : bintik-bintik perdarahan


Ekimosis : bercak-bercak perdarahan
Hematom : memar-memar perdarahan
2. Papula : Kelainan kulit yang menimbul, konsistensi padat, ukuran < 1cm, batas tegas,
berisi: sel2 radang, sisa2 metabolit, serat2 jaringan.
3. Plak : Beberapa papula bergabung menjadi satu, sehingga ukuran > 1cm.
Efloresensi
Efloresensi primer : ruam kulit yang pertama kali timbul, terdiri dari

4. Vesikula : Identik dengan papula tapi konsistensi lunak karena berisi


cairan serum atau cairan darah.

5. Bula : Beberapa vesikula bergabung menjadi satu, sehingga ukuran >


1cm

6. Pustula : Identik dengan vesikel tapi berisi nanah/pus

7. Bula : Beberapa pustula bergabung menjadi satu, sehingga ukuran >


pustulosa 1cm
Efloresensi
Efloresensi primer : ruam kulit yang pertamakali timbul, terdiri dari

8. Urtika : Kelainan kulit yang menimbul berupa oedema setempat, timbul


mendadak dan hilang perlahan-lahan.
Penyakitnya urtikaria/biduren/kaligata
9. Angioedem : Urtika yang mengenai jaringan ikat longgar dan subkutis (kelopak
mata, bibir,genital).
10. Nodulus : Kelainan kulit yang menimbul, berupa masa padat, berbatas tegas,
ukuran < 1cm. Berdasarkan letak dibagi menjadi nodulus epidermal,
nodulus epidermal-dermal, nodulus dermal, nodulus dermal-subkutan
dan nodulus subkutan. Ukuran atap nodulus < dasarnya.

11. Nodus : Nodulus yang besar berukuran > 1cm


Efloresensi
Efloresensi sekunder : ruam kulit yang timbul kemudian, terdiri dari :
1. Skuama : Kelainan kulit yang menimbul berupa stratum korneum yang lepas, macam-
macam skuama:
• ptiriasiformis (halus)
• psoriasiformis (kasar berlapis)
• Ikhtiosiformis (sisik ikan)
• lamelaris (berlapis)
• kutikular (tipis)
• membranasea (lembaran2)
• kolaret (tepi melekat, tengah terlepas/seperti kerah baju)

2. Krusta : Kelainan kulit yang menimbul berupa cairan jaringan yang mengering di atas
permukaan kulit, macam-macam :
• krusta serosa (serum yang mengering)
• krusta sanguinolenta (darah yang mengering)
• krusta pustulosa (pus yang mengering)
Efloresensi
Efloresensi sekunder : ruam kulit yang timbul kemudian, terdiri dari :

3. Erosi : Kelainan kulit yang basah, melekuk dari permukaan kulit akibat hilangnya
jaringan kulit tidak melebihi stratum basale dan tampak cairan serum

4. Ekskoriasi : Kelainan kulit yang basah, melekuk dari permukaan kulit akibat hilangnya
jaringan kulit melebihi/di bawah stratum basale dan tampak cairan darah

5. Ulkus : Kelainan kulit yang basah, melekuk dari permukaan kulit akibat hilangnya
jaringan kulit melebihi ekskoriasi(lebih dalam), ditandai dengan adanya
dasar, dinding dan atap. Bila sembuh meninggalkan sikatrik.

6. Fisura : Kelainan kulit yang melekuk berupa hilangnya kontinuitas jaringan kulit dari
epidermis sampai dermis berbentuk celah-celah linear
Efloresensi
Efloresensi sekunder : ruam kulit yang timbul kemudian, terdiri dari :

7. Sikatrik : Kelainan kulit berupa jaringan parut, terjadi sesudah trauma/penyakit macam-
macam:
• sikatrik atrofikan (melekuk)
• sikatrik eutrofikan (rata)
• sikatrik hipertrofikan/keloid (menimbul)
8. Kista : Kelainan kulit berupa terbentuknya kantung yang berdinding, dapat berasal
dari kelenjar, saluran kelenjar, pembuluh darah/limfe atau lapisan epidermis,
berisi cairan, sel atau sisa jaringan

9. Likenifikasi : Kelainan kulit berupa penebalan kulit yang ditandai dengan relief kulit yang
jelas, akibat garukan/gosokan yang berulang
Efloresensi
Efloresensi sekunder : ruam kulit yang timbul kemudian, terdiri dari :

10. Tumor : Kelainan kulit berupa benjolan/massa karena adanya pertumbuhan jaringan,
baik sel2 inflamasi atau sel2 non inflamasi, jinak atau ganas dengan ukuran
bervariasi
11. Abses : Kelainan kulit berupa kumpulan pus dalam jaringan, mengenai kutis sampai
subkutis, batas antara ruangan pus dengan jaringan sekitar tidak
jelas.Biasanya terbentuk dari infiltrat radang, sel dan jaringan hancur
membentuk pus
Efloresensi
Efloresensi Khusus :

1. Komedo : Kelainan kulit berupa sumbatan sebum dan keratin pada orifisium
pilosebasea. Pada penyakit akne vulgaris. Macam-macam:
• komedo tertutup (“white comedo”)
• komedo terbuka (“black comedo”)
2. Milia : Kelainan kulit berupa kista kecil berwarna putih yang berisi keratin.
Mirip “white comedo”

3. Kanalikuli : Kelainan kulit berupa terowongan, tempat hidup parasit. Pada penyakit
skabies dan kutaneus larva migrans
4. Telangiektasi : Kelainan kulit berupa pelebaran kapiler di bawah kulit yang menetap.
Berupa garis2 halus berwarna merah terang
2

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, jelaskan diagnosis


banding dan diagnosis kerja kasus diatas dengan menyusun resume
kasus (overview case)! Buatlah kerangka konsep
Pasien 1 (ayah)
Case Overview
Anamnesis Analisis
Pasien laki-laki usia 45 tahun, karyawan swasta Insidensi (dewasa)
mengeluh adanya vesikel-vesikel berkelompok pada pipi sebelah Stadium erupsi (akut) terjadi 2-3 hari dermatomal
kanan, batang hidung sebelah kanan dan bibir sisi kanan setinggi persarafan nervus trigeminal cabang 2,3 dan
genikulatum dekstra
yang terasa nyeri Gejala sensorik → karena reaktivasi di ganglion radix
dorsalis
DD/
1. Herpes zoster fasialis dextra
2. Sindrom Ramsay Hunt
3. Herpes simpleks zosteriformis → rekurens dan memiliki predileksi sendiri (HSV 1: bibir, HSV 2: genital)
Keluhan pertama kali timbul kira-kira 2 hari yang lalu berupa Akut, stadium inisiasi 1-2 hari
makula eritem pada pipi sebelah kanan yang terasa panas diikuti
timbulnya papula-papula diatasnya, sebagian papula berubah
menjadi vesikel-vesikel yang berkelompok yang terasa nyeri.
Sejak 1 hari yang lalu vesikel-vesikel berkelompok meluas hingga Stadium erupsi
meliputi pipi sebelah kanan, batang hidung sebelah kanan dan
bibir sisi kanan,
yang disertai nyeri sehingga tidurnya terganggu Gejala sensorik (khas pada HZ)
Anamnesis Analisis
Sebelum timbul kelainan kulit tersebut kira-kira 7 hari yang Gejala prodormal 1-2 hari sebagai tanda
lalu bapak mengeluh adanya demam yang tidak tinggi, reaktivasinya virus
pegal-pegal dan badan lemas, serta nyeri pada kepala
sebelah kanan.
Riwayat pernah menderita cacar air disangkal Varicella subklinis atau memang
pasiennya lupa → HZ terjadi akibat
reaktivasi VVZ dari infeksi sebelumnya
Sekitar 2 minggu terakhir pasien merasa kecapaian dan Faktor presipitasi
waktu tidur berkurang karena menunggu orang tuanya yang
dirawat di rumah sakit karena herpes di dahi dan sekitar
mata.
Adanya keluhan tinitus, gangguan pendengaran, maupun Sindroma ramsay hunt gangguan
vertigo disangkal, namun pasien mengeluh mulut mencong. neurologis yang terjadi akibat parese
N.fascialis → komplikasi herpes zoster
Riwayat mengoleskan krim atau kontak dengan serangga (x) Dermatitis kontak
disangkal.
Pasien baru pertama kali menderita penyakit seperti ini. (x) Herpes simpleks, karena rekuren
Pemeriksaan Fisik Analisis
Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
BB: 65 kg, TB 170 cm IMT 22,4 → normoweight
T 120/80 mmHg, nadi 82x/menit, respirasi 18 x/menit, suhu :
37.2C
Kepala : konjungtiva tidak anemis, konjungtiva hiperemis,
sklera tidak ikterik
Palpebra kanan, pipi kanan dan hidung sisi kanan Lesi terjadi pada sebelah organ tubuh,
tampak edema tepatnya pada 1 dermatom
Leher : JVP tidak meningkat
Toraks : jantung dalam batas normal
pulmo: VBS ki=ka, wheezing -/-, ronki -/-
Abdomen : datar, soepel, bising usus (+) normal, hepar/lien dbn
tidak teraba
Ekstremitas : edema -/-
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
1. Herpes Zoster Fasialis Dekstra + Sindrom Ramsay Hunt
2. Herpes Simpleks Zosteriformis
DIAGNOSIS KERJA: Herpes Zoster Fasialis Dekstra + Sindrom Ramsay
Hunt
Pasien 2 (anak)
Case Overview
Anamnesis Analisis
laki-laki berusia 9 tahun Insidensi (anak-anak)
mengeluh timbul vesikel-vesikel pada hampir seluruh tubuh, yang Lesi generalisata, stadium erupsi
terasa gatal.
Keluhan pertama kali timbul sejak satu hari yang lalu, mula-mula Predileksi, menyebar secara sentripetal.
pada badan, kemudian vesikel-vesikel bertambah banyak dan Kemungkinan tertular dari ayahnya
menyebar hampir ke seluruh tubuh yang terasa gatal disertai demam.
Gejala prodormal
DD/
1. Varicella → polimorf, sentripetal (menjauhi pusat) lesi timbul dari trunkus ke perifer
2. Variola → monomorf, banyak di wajah dan ekstremitas, meninggalkan bekas karena lebih parah penyakitnya
Kira-kira 1 minggu sebelum timbul kelainan pada kulit, pasien Faktor predisposisi
mengikuti kompetisi pertandingan pencak silat di sekolahnya
Dua minggu yang lalu teman di sekolahnya menderita penyakit Transmisi
serupa.
Baik bapak maupun anak belum pernah mengobati keluhan Belum ada riwayat pengobatan
penyakitnya.
Pemeriksaan Fisik Analisis
Status generalis:
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
BB: 30 kg, TB 135 cm BB 30kg untuk menghitung dosis obat pada
T 120/80 mmHg, nadi 96x/menit, respirasi 18 x/menit, anak
suhu : 38.2C Febris
Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP tidak meningkat Dbn
Toraks : jantung dalam batas normal Dbn
pulmo: VBS ki=ka, wheezing -/-, ronki -/-

Abdomen : datar, soepel, bising usus (+) normal, dbn


hepar/lien tidak teraba
Ekstremitas : edema -/-
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
1. Varicella
2. Variola
DIAGNOSIS KERJA: Varicella
3
Pemeriksaan penunjang dan usulan pemeriksaan laboratorium apakah
yang diperlukan untuk mendiagnosis penyakit? Jelaskan alasannya dan
terangkan bagaimanakah caranya?
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tzank Smear → digunakan untuk Herpes zoster, Varisela,
dan Herpes Simplex
Cara kerja:
• Vesikel diberikan tindakan antiseptik lalu dipecahkan
dengan blood lancet
• Cairan diambil sampai kering dengan kertas saring
• Kerok dasar vesikel lalu simpan di gelas objek
• Buat sediaan
• Warnai dengan Giemsa 30 menit, cuci di bawah air
mengalir, keringkan
• Periksa di mikroskop dengan pembesaran 400x
• Hasilnya terdapat Multi nuclear giant cell
2. Kultur virus → agar dapat membedakan Virus Varicella Zoster (VVZ) atau herpes
virus
3. Serologi (tidak langsung) → untuk menyingkirkan diagnosis herpes simpleks dengan
tes IgG dan IgM karena pada Herpes simples juga menyerang mukokutan
4. PCR (Polymerase Chain Reaction) → dapat menemukan asam nukleat dari VVZ
4

Jelaskan Ilmu Kedokteran Dasar terkait kasus! (histologi, fisiologi dan


mikrobiologi)
Ganglion Fasialis
Anatomi Kulit

Epidermi
s
Kutis
Lapisan Dermis
Subkutis
Anatomi Kulit
Epidermis Dermis
• Stratum korneum • Pars papilare
• Stratum lusidum • Pars retikulare
• Stratum granulosum
• Stratum spinosum
• Stratum basalis
Anatomi Kulit
Adneksa Kulit
• Unit kelenjar keringat: Kelenjar ekrin dan apokrin
• Kelenjar minyak
• Kuku
• Rambut
Histologi Kulit
Kulit adalah organ terbesar/terlebar di tubuh,
kira-kira 16% berat tubuh. Terdiri dari 3 lapisan,
yaitu :
1. Epidermis: suatu lapisan yang Avaskular
dan terkeratinisasi
2. Dermis: lapisan yang mempunyai pembuluh
darah, saraf perifer, folikel rambut,
pembuluh limfe serta otot arector pili
3. Hypodermis/subkutan: lapisan yang terdiri
dari sel-sel adiposa, pembuluh darah,
pembuluh limfe, saraf dan kelenjar keringat.

Secara struktur dan fungsi dibagi 2: Tebal dan


tipis
Epidermis
Epidermis adalah lapisan kulit dinamis, senantiasa
beregenerasi, berespons terhadap rangsangan dari
luar maupun dalam tubuh manusia. Merupakan
lapisan yang terdiri dari epitel skuamous kompleks
berkeratin. Ketebalan epidermis bervariasi dari 0,07
sampai 0,12 mm, namun dapat mencapai ketebalan
0,8 mm pada telapak tangan dan 1,4 mm pada
telapak kaki. Epidermis terdiri dari 5 lapisan dari atas
ke bawah yaitu:
Stratum Basalis/Basal Cell Layer
Bentuk sel kolumnar basofilik selapis, berada pada perbatasan dermis-epidermis. Sel-selnya aktif membelah.
Terdiri dari:
1. Merkel Cell berfungsi sbg mechanorecepor dengan sensitivitas raba pada kulit. Diasosiasikan dengan saraf kutaneus.
2. Sel Keratinosit yang memproduksi keratin untuk keratinisasi. Sel terdiri atas keratin tonofibril dan terletak di
basement membrane.
3. Terselip di antaranya adalah sel Melanosit penghasil pigmen melanin untuk proteksi sinar UV dan memberi warna
kulit. Sel ini berasal dari neural crest.

Stratum Spinosum
Lapisan epidermis paling tebal, terdiri atas sel-sel kuboid atau agak gepeng. Sel-sel ini aktif mensintesis filament
keratin. Letaknya di atas lapisan basal. Dihubungkan dengan desmosome yang memberi kekuatan untuk menahan
trauma fisis. Di sini terdapat Langerhans cell / sel dendritic sebagai sel penyaji antigen, perannya dalam respon imun.
Stratum Granulosum
Terdiri dari 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang mengalami diferensiasi terminal. Sitoplasmanya berisikan
granul yang jika dipulas tampak basofilik. Granul tersebut berisikan keratohyalin. Stratum granulosum
akan menghasilkan lipid sebagai sawar/proteksi kulit.

Stratum Lucidum
Hanya ditemukan pada kulit tebal, sel terdiri dari sel gepeng eusinofilik. Sitoplasma sangat padat oleh
keratin dan inti sel telah apoptosis.

Stratum Korneum
Terdiri atas keratinosit mature. Terdiri dari lapisan cornified polyhedral cell yang saling
overlapping/menumpuk sehingga tidak terdapat nuclei.
Dermis dan Subkutan
Dermis: lapisan di bawah epidermis yang disambungkan oleh epidermal junction yang terdiri dari basal
membrane; epidermal ridge; dermal papilla. Sel-sel dermis terdiri dari sel fibroblast, makrofag dan limfosit
.
1. Papillary region: Di superfisial, terdiri atas jaringan ikat longgar dengan kolagen tipe 7. Terdapat
dermal papillae berhubungan dgn epidermis membentuk epidermal ridges, bermanifestasi sebagai
fingerprints. Di bagian bawahnya ada lengkung kapiler dan Meissner corpuscles yang sensitive
terhadap sentuhan dan free nerve endings.
2. Reticular region: Terdiri dari jaringan ikat padat, terdiri dari kolagen tipe 1 serta serat elastin. Diantara
kolagen dan elastin terdapat proteoglikan. Susunannya seperti jaring, memungkinkan elastisitas
(kemampuan kembali ke bentuk semula setelah diregangkan) dan ekstensibilitas (bisa meregang). Ada
struktur folikel rambut, kelenjar sebasa dan keringat, erector pili muscle, reseptor saraf.

Hypodermis/Subkutan: Suatu jaringan ikat longgar yang terdiri dari sel-sel adiposa yang mengandung
simpanan lipid
Fisiologi Kulit
Fungsi kulit secara umum: • Persepsi: terdapat ujung saraf sensorik:
• Proteksi untuk jaringan dan organ yang • Badan ruffini: panas
terletak dibawahnya • Krause: dingin
• Ekskresi NaCl, air, dan sampah organik oleh • Ranvier: rabaan
kelenjar kulit • Paccini: tekanan
• Mempertahankan suhu tubuh normal: • Timbunan lemak (jaringan adiposa pada
radiasi, konduksi, konveksi, evaporasi subkutis)
• Sintesis vitamin D • Deteksi stimulus:
• Tekanan
• Nyeri
• Temperatur
MIKROBIOLOGI

Morfologi:
• Ukuran 150-200nm
• Kapsid ikosahedral
• Glikoprotein sebagai viral attachment, fusi, dan
lolos dari sistem imun
Klasifikasi:
• Famili: herpesviridae
• Sub famili: Alphaherpesvirinae
• Genus: Varicella
• Spesies: Varicella Zoster Virus
5

Jelaskan patofisiologi dan perjalanan penyakit kasus tersebut sehingga


timbul gejala dan tanda! Apakah terdapat hubungan penyakit pada
pasien dengan riwayat penyakit serupa pada orang tua, juga temannya?
PATOGENESIS PATOFISIOLOGI
6

Jelaskan apa saja komplikasi yang mungkin terjadi pada kedua kasus!
Komplikasi Herpes Zoster
Komplikasi Varicella
• Infeksi sekunder
• Pneumonia
• Ensefalitis
• Komplikasi hemoragik
7
Rumuskanlah bagaimana tatalaksana non farmakologi dan farmakologi
yang pada kasus, serta tuliskan resepnya! Bagaimana mekanisme obat
yang anda berikan?
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
• Istirahat
• Isolasi untuk mencegah penularan
• Tidak menggaruk agar vesikel tidak pecah
• Mandi atau di seka
Pasien 1
1. Antivirus Acyclovir Resep
• Dosis: dewasa 5x800mg/hari selama 7
hari, R/ Acyclovir tab 400mg No.LXX
S 5 dd tab II
• Cara kerja: menghambat sintesis asam
nukleat saat replikasi virus
R/ Asam mefenamat tab 500 mg No. XV
2. Analgetik asam mefenamat S 3 dd tab I pc
Cara kerja: memblok setiap reseptor nyeri
R/ Vitamin B1 tab 100mg No. XV
3. Neurotropik: vitamin B1
S 3 dd tab I
4. Ramsay hunt syndrome: Prednison
1mg/kgbb/hari tappering off R/Prednison tab 5mg No. L
S 2 dd tab V
Pasien 2
1. Antivirus Acyclovir Resep
• Anak 20mg/kgbb 4-5x sehari selama 7 hari R/ Acyclovir tab 400mg No.XLII
• Cara kerja: menghambat sintesis asam nukleat S 4 dd tab 1 ½
saat replikasi virus
R/ Paracetamol syr 250mg/5ml fl No.I
2. Antipiretik: paracetamol
S 3 dd th 1 ½
Cara kerja: memblok setiap reseptor
nyerimenghambat enzim siklooksigenase sehingga R/ CTM tab 4 mg No. V
PG tidak terbentuk S 1 dd tab ½ prn
Dosis: 10-15mg/kgbb/hari
R/ Asam salisilat 2%
3. Anti histamin: CTM
Talcum venetum 100
4. Terapi lokal: diberi bedak agar vesikel tidak mudah
Ad menthol
pecah
Mf. la talk 200mg
S 3 dd ue
8

Jelaskan mengenai epidemiologi, prognosis dan pencegahan pada kasus


ini!
EPIDEMIOLOGI
HERPES ZOSTER
VARICELLA
• Banyak diderita pada usia dewasa tua,
terutama >60 tahun. Namun pada anak- • Lebih banyak diderita oleh anak-anak
anak pun dapat terjadi • 90% <10 tahun, 10% >15 tahun
• Pada penderita HIV karena
imunocomprimise
• Pada orang yang terkena Varicella
sebelumnya
PROGNOSIS
Pasien 1 (Herpes zoster) Pasien 2 (Varicella)
• Quo ad vitam: ad bonam Quo ad vitam: ad bonam
• Quo ad functionam: ad bonam Quo ad functionam: ad bonam
• Quo ad sanationam: ad bonam Quo ad sanationam: ad bonam
PENCEGAHAN
• Vaksinasi
• Menjaga daya tahan tubuh
9

Jelaskan konsep dasar komunikasi efektif, etika profesi serta aspek


bioetika humaniora pada kasus ini!
PBHL
Beneficence Autonomy
Menerapkan golden rule principle Melakukan informed consent pada
(dapat menegakkan diagnosis pasien 1 secara langsung dan untuk
herpes zoster dan varicella dari pasien 2 kepada ibu/ayahnya karena
anamnesis, PF, dan PP) pasien belum kompeten.

Non Maleficence Justice


Meminimalisir akibat buruk, dengan Tidak membeda-bedakan pelayanan
cara melakukan tatalaksana segera pada pasien.
dengan memberikan obat anti virus
dan obat simtomatik.
Any Questions?

Anda mungkin juga menyukai