Anda di halaman 1dari 49

Draft OSCE

DMS-HIS
Tim Lab | Akademik Nostra
1. PE Dermatology 1

2. Basic Life Support 8

3. Orthopedic Examination 11

4. Wound Care and Dressing 13

5. Wound Toilet and Debridement 15

6. Splinting and Bandaging, Skin Traction 17

7. Basic Surgical Skills I (video only)

8. Basic Surgical Skills II (video only)


1. HT Anemia, Bleeding, Malignancy 19

2. PE Anemia, Bleeding, Malignancy 22

3. Blood Smear Preparation 26

4. Differential Count WBC 28

5. HT Allergic & Immunologic Diseases 32

6. PE Allergic & Immunologic Diseases 35

7. HT & PE Otolaryngology, Head, and Neck 39

8. Infectious Corpse Management 43


DMS
#1

Physical Examination in Dermatology


1. Sapa, perkenalan, tanya keluhan.
 Pagi Pak, saya dr. X yang bertugas jaga di klinik ini. Ada keluhan apa Pak?
2. Perhatikan impresi klinis pada pasien:
 Apakah pasien terlihat sakit?
3. Jelaskan prosedur dan informed consent.
 Baik Pak, sekarang saya akan memeriksa kulit tubuh Bapak. Nanti saya akan
membuka beberapa bagian pakaian Bapak untuk kepentingan pemeriksaan. Apakah
Bapak sudah mengerti? Bersedia? 
4. Pasien harus diperiksa dengan pencahayaan yang terang.
5. Minta pasien buka baju/celana/perlihatkan bagian keluhannya.
BIASANYA AKAN DITUNJUKKAN FOTO LESI PASIEN

Skin
6. Distribusi lesi: Periksa seluruh permukaan kulit dan lihat perluasan lesi, apakah:
a. Localized: Hanya 1 spot, contoh: mata kiri.
b. Regional: Region anatomi, contoh: punggung seluruhnya, wajah (dahi, pipi, dagu).
c. Generalized: Lesi >20% tubuh.
d. Universal: Hampir 100% s/d 100% kulit/lesi diseluruh tubuh.
Localized Regional Generalized Universal

7. Karakteristik pola
a. Symmetry: Kanan kiri sama/seperti bayangan cermin.
b. Asymmetry: Kanan kiri tidak sama.
c. Bilateral: Di 2 sisi.
d. Unilateral: Di 1 sisi.
e. Dermatomal: Sesuai dermatome. (Biasanya di foto akan berdampingan dengan
gambar area dermatome. Tunjukkan segmental berapa yang kena.)

1
Symmetry Asymmetry Bilateral Unilateral

Dermatomal

8. Lokasi lesi: Tentukan lokasi lesi dari ujung kepala sampai ujung kaki, sistematis! Contoh:
1/3 proksimal lengan atas, telapak tangan, tungkai atas, punggung kaki.
9. Karakteristik lokasi
a. Flexural: Bagian fleksor, contoh: bagian fleksor tangan, daerah fascia cubita.
(Biasanya di penyakit atopic dermatitis.)
b. Extensor: Bagian ekstensor. (Biasanya di penyakit eczema.)
c. Intertriginous: Lipatan-lipatan, contoh: axillae, sela-sela jari, selangkangan.
d. Glabrous: Daerah terbuka dan rambut-rambut halus, contoh: dahi, dada,
punggung. (Biasanya pada penyakit yang menyangkut kelenjar minyak.)
e. Soles: Telapak kaki.
f. Palms: Telapak tangan.
g. Exposed Area: Area yang terpapar dengan cahaya matahari, contoh: punggung
tangan, wajah.
10. Karakteristik lesi
 Inspeksi
Jumlah lesi
- Soliter: Tunggal.
- Multiple: Lebih dari 1 (tidak usah dihitung ada
berapanya).
Discrete: Terpisah oleh kulit normal.
Confluence: Bergabung; tepi lesi
Confluence
bersinggungan.
Bentuk lesi
- Annular: Cincin
- Iris
- Arciform
Regular
- Linear
- Round
- Oval

Regular
- Umbilicated
- Irregular

2
Susunan lesi multiple
- Herpetiform: Berkelompok/cluster-cluster.
- Zosteriform: Berkelompok mengikuti area dermatome.
- Serpiginous: Seperti cacing, lesi berpindah/menjalar. Contohnya pada
penyakit Scrophuloderma (kusta TBC).
- Corymbiform: Khas pada infeksi jamur. 1 lesi besar dan lesi-lesi kecil
disekitarnya.
- Polycyclic: Lesi bersatu membentuk seperti pola lingkaran.
Herpetiform Serpiginous Corymbiform

Polycyclic

Ukuran lesi
- ...cm x ...cm x ...cm (panjang x lebar x tinggi), atau
- Ukuran spesifik: Milier (0.01-0.1cm), gutata (seperti tetesan air),
nummular (sebesar koin).
- Atau, jika lesinya banyak, sebutkan ukuran lesi yang terkecil dan terbesar
saja.

Milier Gutata Nummular

Garis batas lesi


 Well-defined: Bisa dibedakan dengan jelas antara lesi dan kulit normal.
 Ill-Defined: Tidak bisa dibedakan dengan jelas antara lesi dan kulit normal.

 Palpasi
- Elevasi/datar/cekung dari kulit disekitarnya?
- Kering/basah?
- Konsistensinya? (Soft, firm, mobile, tender, hard, doughy).
11. Tipe-tipe lesi kulit (Sebutnya : Terdapat kelainan kulit/lesi kulit berupa....)
 Primary skin lesions
a. Macule: Bercak. Ada perubahan warna kulit saja.

3
- Hyperpigmentation: Warna lesi lebih gelap dari warna kulit normal.
- Hypopigmentation: Warna lesi lebih terang dari warna kulit normal.
- Depigmentation: Melanosit hilang.
- Erythematous: Kemerahan. Jika dipencet akan blanching.
- Petechiae: Bintik merah kecil-kecil. Tidak ada blanching saat ditekan.
- Purpura: Bintik merah bertumpuk, lebih besar dari petechiae, karena
ekstravasasi RBC.
- Ecchymoses: Memar kebiruan/lebam.
b. Papule: Tonjolan padat dengan diameter <0.5 cm. Isi: debris, ploriferasi sel
radang.
c. Plaque: Papule yang bergabung, diameter >0.5 cm.
d. Pustule: Tonjolan yang berisi pus/nanah. Warna cairan keruh, bisa berisi
bakteri/tidak, leukocyte, dan debris cell.
e. Tumor: Soft/firm, movable/fixed masses.
f. Cyst: Tonjolan/kantung yang berisi cairan atau materi semisolid (kenyal
lunak). Ada semacam kapsulnya.
g. Nodule: Tonjolan, namun biasanya ill-defined.
h. Abscess: Localized pus in cavity karena tissue necrosis. Jika dipegang seperti
jeli.
i. Wheal/hives/biduran: Rounded and elevated localized edema. Warna pink-
red, muncul cepat dan hilang perlahan. Biasanya karena alergi/gigitan
serangga.
j. Vesicle: Tonjolan berisi cairan jernih dengan diameter <0.5 cm. Dinding tipis.
k. Bullae/blister: Tonjolan berisi cairan jernih dengan diameter >0.5 cm. Dinding
tipis.
l. Sinus: Tract suppurative cavity yang ke permukaan kulit.

Hyperpigmented Macule Hypopigmented Macule Depigmented Macule Erythematous


Macule

Purpura Petechiae Ecchymoses Papule

Plaque Wheal Vesicle

4
Blister Pustule Cyst

Abscess Sinus

 Secondary skin lesions


a. Erosion: Lecet/hilang jaringan pada lapisan epidermis, basah.
b. Excoriation: Hilang kapiler dermis, ada pendarahan.
c. Ulcer: Cekungan kedalam. Lihat: Bentuk teratur/tidak, tepi rata/tidak, dinding
landai/tekuk, dasar bersih/kotor, isinya apa.
d. Fissure: Pecah-pecah karena kering.
e. Scar atrophy/hypertrophic: Tumbuh jaringan ikat baru sebagai pengganti
hilangnya bagian di dermis. Tidak ada skin appendages.
f. Scale/squama: Stratum corneum yang terkelupas.
- Halus: Pytriasis formis
- Besar-besar dan kasar : Psoriasis formis
g. Crust: Cairan yang mengering. Bisa dari:
- Serum: Crusta serousa (warna kuning).
- Pus: Crusta pustullosa (warna hijau).
- Darah: Crusta sanguinolenta/ hemorrhagic crust.
- Penggunaan obat: Crusta medicamentosa.
h. Lichenification: Penebalan kulit karena digaruk terlalu kuat
i. Sclerosis: Kulit mengeras.

Scaling Crustae Erosion Excoriation Ulcer

Fissure Scar Lichenification Sclerosis

 Spesific Skin Lesions


a. Comedone: Keratin dan sebum plug.
- White-head comedo: Tertutup.
- Black-head comedo: Terbuka.

5
b. Teleangiectasis: Dilatasi kapiler yang permanen. Berupa garis-garis merah
terang yang membentuk jaring-jaring.
c. Canaliculi/burrow: Bentukan seperti terowongan di kulit dimana terdapat
cacing/parasit didalamnya.
d. Milia/jerawat batu: Cyst putih kecil yang mengandung lamellated keratin.
White-head Black-head Teleangiectasis
Comedo Comedo Canaliculi

Milia

Hair
Periksa distribusi dan tekstur rambut, apakah ada kerontokan dan kebotakan atau tidak.
 Allopecia areata: Pitak.
 Allopecia totalis: Botak.
 Telogen effluvium: Rontok.

Allopecia areata Telogen effluvium

Nail
Periksa warna, permukaan, tekstur, dan tanda-tanda spesifik pada kuku, diantaranya:
 Pitting nail: Ada cekungan.
 Splinter hemorrhages: Ada garis-garis darah. Seperti kemasukan sesuatu.
 Leukonichia: Ada putih-putih pada kuku.
 Onicodistrophy: Kuku rusak.
 Onycholysis: Distal kuku lepas.
 Subungual hyperkeratosis/subungual debris: Kotoran-kotoran dibawah kuku.

6
Onichodystrophy Splinter hemorrhage Pitting nail

Subungual debris Onicholysis

Mucous Membrane
Inspeksi membran mukosa conjunctivae, oral, genital, dan anal. Apakah terdapat
erythema, erosi, excoriasi, atau ulcer? Contoh lesinya:
 Oral candidiasis (suspect HIV)
 Stomatitis (sariawan)
 Geographic tongue (biasanya psoriasis)

Oral candidiasis Stomatitis Geographic tongue

Dermatological Status
Dermatological Status:
 Distribution: .... (Contoh: regional,
symmetrical bilateral).
 Location: .... Sebut dari yang teratas
kebawah (kepala-kaki).
 Characteristic of Lesion:.... Jumlah,
bentuk, dll.
 Type of Lesion: .... Tulis dari yang
primer dulu, baru yang sekunder dan
spesifik.
Results of hair, nail, mucous membrane
examination:
- Hair:
- Nail:
- Mucous membrane:

7
#2

Basic Life Support

Alertness
Pertama kali saya akan memindahkan pasien ke tempat yang aman kemudian mengecek
respon pasien.
a. Shake: Ditepuk bahunya, atau agak guncang badannya.
b. Shout: “Pak, pak, bapak dengar saya?” Atau “Pak, bangun pak.”

Jika pasien tidak menjawab/tidak sadar,


c. Call for help and get the defibrillator.
 Dengan 118/RS AMC? Saya dr X, sekarang saya sedang berada di [suatu tempat],
saya menemukan ___ orang korban, usia kira-kira ___ tahun dalam keadaan tidak
sadar, tolong kirimkan bantuan disertai AED (Automatic External Defibrillator) ke
lokasi ini, sementara menunggu bantuan saya akan melakukan basic life support.

8
Circulation
 Selanjutnya saya akan mengecek sirkulasi pasien.

a. Cari pulsasi di arteri carotid di antara otot


sternocleidomastoid/SCM dan hyoid cartilage lalu
rasakan selama 5-10 detik.
b. Jika nadi tidak teraba, maka saya akan melakukan
external cardiac compression.
1. Posisi saya di sebelah bahu kiri pasien.
2. Letakkan telapak tangan dengan jari saling interlocking pada
1/3 bawah dada pasien.
(Gampangnya: 2 jari di atas taju pedang/xyphoid processus.)
3. Lengan harus lurus dan gunakan berat tubuh untuk
menekan.
(Yang nekan bagian palm yang keras jangan yang bagian
tengahnya.)
4. Kedalaman maksimal 5 cm.
(Gak pasti 5 cm, 1/3 tebal tubuh. Beda soalnya orang gendut
dan kurus.)
5. Frekuensi minimal 100 kali/menit.
6. Hitung dengan keras, 1 2 3 4 dst.
7. Rasio kompresi dada dan ventilasi support 30:2 dilakukan dalam 5 siklus tanpa
interupsi. (30 kali kompresi – 2 kali ventilasi – 30 kali kompresi – 2 kali ventilasi –
dst.)
(Point 1-7 diucapkan sebelum atau disela-sela melakukan tindakan.)

PRINSIP!
Tidak ada nadi  Tidak ada napas.
Ada nadi  Cek napas. Bisa ada/tidak
ada.
Jika nadi tidak teraba, langsung
lakukan chest compression.

Airway

 Bebaskan jalan napas pasien dengan metode head-tilt chin lift (HTCL).

++ gak ada di modul, cuma bagus juga kalau


disebutin:
 Metode lain: Jaw thrust. Buka rahang bawahnya.
Indikasi: untuk orang cedera cervical vertebrae
atau ada 2 orang penolong.
 Cek obstruksi napas dengan metode cross finger (telunjuk dan jari tengah disilangkan),
masukkan ke dalam mulut sedalam-dalamnya.

9
Breathing

Untuk memberikan bantuan nafas.


a. Dilakukan dengan posisi HTCL, dari mulut ke mulut 2 kali. (Mulut harus melingkupi
semua mulut pasien.)
b. TUTUP HIDUNG PASIEN!!
c. Ventilasi harus adekuat (sambil melihat adanya pergerakan dada saat memberikan
bantuan).
d. Untuk memastikan bantuan napas benar, harus terdapat exhalation/pembuangan napas
pada pasien setiap selesai pemberian bantuan.
(Point a-c diucapkan sebelum atau disela-sela melakukan.)

Re-evaluation

Setelah 5 siklus, lakukan evaluasi.


a. Cek kembali pulsasi.
b. Apabila terdapat pulsasi, cek nafas dengan cara:
 Look: Lihat dada pasien terangkat atau tidak.
 Listen: Dengarkan hembusan nafas pasien.
 Feel: Rasakan hembusan nafas pasien di pipi.
Apabila tidak terdapat nafas lakukan ventilation
support 10-12 kali per menit dengan jeda setiap 5-6
detik (hitungannya 1 seribu 2 seribu 3 seribu 4 seribu 5
seribu).
c. Jika tidak terdapat pulsasi, ulangi kembali 5 siklus CPR.

10
#3

Orthopedic Examination
Sapa, perkenalkan diri, tanya keluhan, informed consent, minta pasien tiduran dan
celananya digulung sampai lutut, cuci tangan.

Look!

 Skin : Warna (pucat/pallor, kemerahan/redness, kebiruan/blueish).


Luka/wound? Ulcer? Bekas luka/scar?
 Shape : Ada pembengkakan/swelling? Ada atropi?
 Lump : (Jika ada, maka hitung) Ukurannya? Batasnya tegas atau tidak?
 Deformitas : Angular (kakinya membentuk sudut, misalnya kaki X, O)? Ada kaki yang
pendek sebelah/shortening? Rotasi (bisa internal-external)?

Feel!

Mulai dari kaki yang normal. Jangan lupa BANDINGKAN! [Kalau mau gampang menghapal,
ingat kalau diperiksanya dari luar-dalam]
 Skin
(Dengan 2 tangan, bandingkan kanan dan kirinya)
Cek temperaturnya, kelembabannya, dan apakah ada sensasi nyeri atau tidak.
 Soft tissues
Apakah ada lump/benjolan?
Jika ada, nilai tendernessnya (sakit atau tidak?), konsistensinya (kasar/lunak),
mobilitasnya, permukaan (rata/tidak), ada denyut/tidak?
 Bone & joints
Cek outline tulang sekitar  Patella, tibia tuberosity, fibula tuberosity, tendon patella –
tekuk kaki sedikit lalu rasakan tendonnya menegang.
Apakah ada penebalan synovium?  Raba kedua sisi patella.
Apakah ada kelebihan cairan sendi?  Dengan mengukur menggunakan jari, tekan
salah satu sisi dan apabila sisi yang tidak ditekan naik maka ada kelebihan cairan/bisa
diraba.
 Pulsation
Cek apakah ada denyut pada arteri dorsalis pedis yang terletak di antara ibu jari dan
telunjuk kaki/metatarsal 1 & 2.

11
 Distal sensibility
Minta pasien tutup mata, garuk (jangan kencang-kencang) pada dorsal kaki nya dan
tanyakan apakah terasa/tidak.
Apabila hypoesthesia, maka tes dengan light touch, temperature, dan pain sensory
exteroceptive exam.

Move!

Mulai dari kaki yang normal!


 Active: Minta pasien untuk menekuk kakinya sampai maksimal. Lihat range of
movementnya (dengan menggunakan sudut).
Cara menentukan sudutnya: Tarik garis khayal dari paha pasien, lalu hitung sudut antara
garis khayal dengan tungkai bawah pasien.
 Passive: Minta pasien rileks, dan pemeriksa menekuk kaki pasien sampai maksimal,
berhenti apabila terasa sakit. Lihat range of movementnya.

 Nilai juga apakah ada rasa sakit, spasmic otot, dan false movement (arah menekuk
tidak seperti normal).

 Pak, pemeriksaan sudah selesai. Silakan pakai celananya kembali. Terima kasih.

12
#4

Wound Care and Dressing


1. Sapa pasien, perkenalan.
2. Tanya keluhan. [Biasanya akan dijawab, “Mau mengontrol jahitan.”, tanya lagi, “Sudah
berapa lama?”]
3. Informed consent
 Jadi pak, saya akan memeriksa luka bapak. Lukanya akan dipegang, jadi
mungkin terasa sedikit sakit. Apakah bapak bersedia?
4. Persiapkan alat dan bahan.
Steril: Non-steril:
 Pinset sirugis  Pinset anatomis
 Gunting benang  Gunting kain/perban
 Gunting jaringan  Gloves non-steril
 Saline solution (langsung  Kidney basin
tuangkan ke mangkuk kecil)
 Kasa (dalamnya yang steril)  Container non-steril
 Gloves steril  Plester (siapkan dari awal)
 Cotton swab
 Container steril
 Container sampel
 Basin klorin

(tebal tipis) Gunting Jaringan

Cara memegang instrumen bedah yang baik dan benar:

Gunting/klem: Jempol+jari manis. Jari


Pinset: Seperti memegang sumpit telunjuk di sendi gunting/klemnya.

13
5. Cuci tangan, pakai glove non-steril di kedua tangan.
6. Buka perban menggunakan gunting perban jika perlu.
7. Inspeksi – apakah ada tanda inflamasi seperti scar, hiperemi, bengkak, atau keluar
cairan?
8. Palpasi – apakah hangat, keluar cairan (tekan lukanya), nyeri tekan (tanya pasiennya),
ada fluktuasi (abses, cirinya seperti jeli).
9. Ganti gloves dengan yang steril.
10. Jika masih ada jahitan, buka jahitan dengan gunting benang dan pinset sirugis di ujung
luka.
11. Ambil sampel menggunakan cotton swab, lalu masukkan ke dalam container sampel.
12. Ambil kasa menggunakan pinset sirugis, celupkan ke mangkuk berisi saline, peras.
13. Bersihkan luka dari arah luar ke dalam 2-3 kali. Bekas kasa dibuang ke kidney basin.
14. Keringkan menggunakan kasa kering.
15. Biarkan terbuka, jangan dijahit lagi.
16. Dressing
 Celupkan kasa ke dalam saline, peras, lalu taruh di sepanjang luka (kasa lembab)
 Siapkan kasa kering yang lebar untuk menutupi seluruh permukaan luka.
17. Plester di ujung-ujung luka.
18. Buang isi kidney basin, lalu rendam kidney basin dan alat-alat yang sudah dipakai di
baskom berisi klorin.
19. Rendam glove dan tangan di klorin, sambil melepaskan glove.
20. Cuci tangan menggunakan 7 steps.
21. Dokumentasi
 Waktu (tanggal, hari, bulan, jam) prosedur
 Temuan prosedur
 Respon pasien terhadap prosedur
 Nama jelas dan tanda tangan operator

14
#5

Wound Toilet and Debridement


Preparation
Siapkan peralatan yang akan digunakan, diantaranya:
Minor surgical set A and Antiseptic equipments
 Needle holder  Povidone iodine (tuang dari awal!)
 Surgical Blades  Physiologic saline (NaCl) (tuang dari
 Blade holder awal!)
 Tissue dissector (metzenbaum)  Surgical mask
 Scissor (gunting perban)  Surgical cap (gak ada pas latihan)
 Tissue forceps (anatomical and  Sterile surgical gloves
chirurgical)  Sterile drap
 Arterial clamps Supportive Equipment
Local anesthetic set  Lamp
 Disposable syringe  Plester (potong dari awal!)
 Xylocaine/lidocaine injection

Procedure

ANESTHESIA  CLEANSING  SCRUBBING  DRAPPING  DEBRIDEMENT

1. Sapa, 3I (Identitas kita, Identitas pasien, Informed consent)


 Selamat pagi, perkenalkan saya dr. X yang sedang berjaga di klinik ini. Dengan
bapak/ibu siapa? Jadi bapak/ibu, saya akan melakukan pembersihan dan
penutupan pada luka bapak/ibu. Tujuannya agar luka bapak/ibu terhindar dari
benda asing dan terhindar infeksi, serta mempercepat proses penyembuhan
luka bapak/ibu. Nanti saya akan membius luka bapak/ibu dan melakukan langkah-
langkah selanjutnya sebaik mungkin. Apa Ibu sudah mengerti? Ada yang ingin
ditanyakan? Bersedia?

15
2. Periksa jenis luka pasien:
- Clean-wound
- Clean-contaminated wound
- Contaminated wound
- Dirty wound
3. Setelah mengetahui jenis luka pasien, cuci tangan dengan sabun dan metode 7 steps,
keringkan.
4. Pakai glove non-steril.
5. Isi syringe dengan xylocaine/lidocaine yang akan diinjeksikan nanti, simpan.
6. Immobilisasi fraktur dengan traksi.
7. Ambil forceps, lalu ambil kasa dengan forceps, celupkan di povidone iodine. Olesi
disekitar luka.
8. Anestesi lokal dengan xylocaine/lidocaine: Ambil syringe, buka tutupnya (one-hand
method). Injeksi disekitar luka, sudutnya 45° atau bisa kurang. Aspirasi terlebih dahulu,
baru keluarkan obatnya. Keluarkan sedikit (jangan sampai keluar kulit), pindahkan arah
penyuntikan. SELURUH BAGIAN SEKITAR LUKA HARUS DIINJEKSI. Setelah itu pastikan
pasien sudah merasa baal.

9. Irigasi luka dengan physiologic saline: Semprot saline ke luka dan sekitar luka dan
bersihkan menggunakan forceps+kasa. Bersihkan 1 arah (jangan digosok-gosok).
10. Ganti glove menjadi yang steril.
11. Scrubbing sekitar luka dengan pinset anatomis+kasa+povidone iodine, arahnya dari
luar-dalam. JANGAN SAMPAI KENA LUKA!
12. Letakkan sterile drap di lokasi luka.
13. Inspeksi terlebih dahulu untuk mencari jaringan yang mati. Untuk otot:
 Warna sudah tidak merah segar.
 Konsistensinya lembek.
 Kemampuan berkontraksi (sentuh) sudah tidak ada lagi.
 Kemampuan berdarah sudah tidak ada lagi.
14. Gunting jaringan yang sudah mati dengan scalpel dan pinset sirurgis dengan arah
jam 12, 3, 6, 9.
15. Jika ada perdarahan saat menggunting jaringan mati, dep perdarahan dengan kasa
kering, klem pembuluh darah apabila pendarahan tidak berhenti-berhenti dengan
arterial clamp.
16. Celupkan kasa ke NaCl, peras (moist). Tutup di atas luka.
17. Lalu tutup luarnya dengan kasa kering dan tempelkan plester.
18. Traksi lagi.
19. Cuci semua peralatan dengan memasukkan ke container yang terisi desinfectant.
20. Cuci tangan dalam larutan desinfectant, lepas glove.
21. Dokumentasi:
 Tanggal dan waktu pengerjaan.
 Nama operasi yang dilakukan  Debridement.
 Respon pasien terhadap prosedur yang dilakukan.
 Nama dan tanda tangan dokter yang bertugas.

16
#6

Splinting & Bandaging, Skin Traction


Assessment
1. Assess indikasi splinting pada pasien. (Cek medical record.)

Planning
2. Pilih tipe dan jenis wood splinting (bidai) yang sesuai.

Implementation
3. Sapa
 Selamat pagi pak, saya dokter X yang sedang berjaga di klinik ini.
4. Identifikasi pasien
 Benar dengan bapak Y? (Cek: nama, medrec, dan jenis kelamin.)
5. Informed consent
 Baik bapak, sekarang saya akan melakukan pembidaian/pembebatan pada
kaki/tangan bapak yang sakit, sebelum nantinya akan dilakukan penanganan lebih
lanjut. Nanti dimohon kerjasamanya ya pak, saat saya tarik tangan/kaki bapak,
bapak relaks saja, mungkin agak sedikit sakit tapi saya akan berusaha sebaik
mungkin. Bagaimana pak, ada yang ingin ditanyakan? Apakah bapak bersedia?
6. Physical examination
 Lihat:
- Perubahan warna pada kaki/tangan pasien
- Luka terbuka/tidak
- Deformitas dan gerakan abnormal
- Bengkak
 Rasakan, apakah terdapat sensasi abnormal pada pasien dan nyeri tekan pada
pasien (tanya pasien sakit/tidak).
7. Pilih ukuran bidai yang sesuai dengan pasien serta siapkan elastic bandage.
8. Cek pulsasi dan sensasi di bagian distal kaki/tangan pasien (arteri dorsalis pedis pada
kaki, arteri radialis pada tangan). BANDINGKAN DENGAN SEBELAHNYA!
9. Lakukan in line traction.
 Pegang ujung kaki/tangan pasien dengan satu tangan, tangan lainnya memegang
paha/lengan atas (fraktur tungkai kaki bawah/lengan bawah) atau bahu/pelvis
(fraktur lengan atas/paha)
 Angkat tangan/kaki sedikit, lalu tarik.

17
 Letakkan wood splint pada bagian posterior kaki/tangan pasien dengan prinsip
melewati 2 sendi.

Note:
Khusus fraktur femur/humerus,
bidainya dipanjangkan sampai ke
bawah.
Siku/lutut tidak boleh fleksi!

 Lilitkan elastic bandage dari bagian distal ke proksimal kaki/tangan pasien dengan
rapi dan tidak terlalu longgar/ketat.

Note:
Untuk fraktur femur/humerus,
perban bisa dililitkan sampai ke
pelvis/bahu.
Ukuran bandage:
 3’ : Untuk anak/sendi.
 4’ : Untuk extremitas atas.
 6’ : Untuk extremitas bawah.

 Cek kembali pulsasi dan sensasi di bagian distal kaki/tangan pasien.


BANDINGKAN DENGAN SEBELAHNYA!
10. Dokumentasi:
 Tanggal dan jam pembidaian
 Tipe dan jenis splinting
 Respon pasien terhadap prosedur tersebut
 Nama dan tanda tangan dokter yang melakukan pembidaian

18
HIS
#1

HT in Anemia, Bleeding, & Malignancy


1. Sapa, perkenalan.
2. Tanya identitas pasien: Nama, gender, alamat, pekerjaan, umur.
3. Jelaskan tujuan dan pastikan kerahasiaan, informed consent.
 Baik Bu, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan seputar keluhan yang
bapak/ibu alami. Silakan ceritakan seleluasa mungkin kepada saya. Jangan khawatir,
saya akan menjaga kerahasiaan informasi yang bapak/ibu sampaikan kepada saya.
Bagaimana pak/bu, bersedia?
4. Tanya keluhan (chief complaint) (anemia/bleeding/malignancy)
5. Tiap gejala tanyakan detail berikut:
a. Kapan timbulnya? Tiba-tiba atau perlahan?
b. Apakah spontan atau terjadi setelah kejadian tertentu?
c. Apakah ini kejadian yang pertama kali terjadi atau sudah berulang kali?
d. Apa ada perubahan semakin kesini? (Progressnya gimana.)
e. Apa yang membuat keadaan menjadi lebih baik dan lebih buruk?
6. Cocokkan dengan pattern yang kita temukan (anemia/bleeding/malignancy).

Anemia
= Symptoms of decreased oxygen delivery with associated organ dysfunction
Apakah bapak/ibu mengalami gejala:
 Weakness (lemas)  Sesak saat beraktifitas (exertional
 Dizziness (pusing) dyspnea)
 Pale (pucat)  Dada berdebar
 Irritability (cemas, gelisah, suka  Sesak saat berbaring (orthopnoe)
mengeluh)  Bengkak pada pergelangan kaki
 Anorexia (tidak nafsu makan, berat (ankle edema)
badan turun, merasa gemuk)  Sakit kepala
 Fatigue (capek)  Frekuensi BAK meningkat
 Penurunan konsentrasi mental  Menstruasi yang tidak teratur
(banyak dan lama?)
Apakah Ibu ada:
 Riwayat prematur (especially in children)
 Riwayat jaundice/ penyakit kuning
 Pucat dan kuning berlebihan (exacerbation)
 Riwayat pendarahan: Purpura, hematemesis (muntah darah), keluar darah dari anus,
pendarahan gusi, hidung berdarah, dll
 Kontak dengan hewan parasit (berkebun?)
 Ada riwayat alergi?
 Pernah memakan makanan yang tidak biasa? (Pica)
 Terpapar radiasi (Bekerja diluar rumah? Dekat pembangunan gedung? Riwayat
kemoterapi?)
 Kontak dengan barang rumah tangga yang menekan pembentukan darah?

19
 Frekuensi infeksi saluran napas dan infeksi lainnya?
 Apakah ada penyakit ginjal, saluran pencernaan, nyeri tulang, bengkak sendi, dan
pembesaran kelenjar getah bening?
 Riwayat makanan: Makan apa saja 24 jam terakhir? Susu, daging, sayur, dll.
 Apakah ada sariawan, mati rasa pada tangan dan kaki?
 Bapak/ibu tinggal di daerah seperti apa? (Ethnic, geographic, socioeconomic)
 Apakah bapak/ibu pernah berpergian ke daerah endemik malaria? (Seperti Papua dan
sekitarnya.)
 Apakah di keluarga bapak/ibu ada riwayat anemia atau pendarahan?
 Apakah bapak/ibu pernah mendonor darah?
 Pernah memakai atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu?

Bleeding
Interrogation the manifestation of bleeding
 Apakah ada:
- Petechiae: Bintik merah? - Hematochezia: Darah keluar dari
- Purpura? anus?
- Ecchymoses: Lebam? - Hemarthrosis: Pendarahan sendi?
- Hematoma: Darah yang mengumpul - Gusi berdarah?
di bawah lapisan kulit? - Pendarahan di subconjunctiva?
- Hematuria: Kencing darah? - Pendarahan dari tali pusar (umbilical
- Epistaxis: Mimisan? cord) saat lahir?
- Hematemesis: Muntah darah? - Mens lama dan banyak?
- Melena: Feses hitam legam?
 Onset of bleeding:
- Berulang atau tidak?
- Secara spontan atau perlahan?
- Saat dulu lahir pendarahan dari umbilical cord-nya lama atau tidak?
- Apakah pernah terjadi pendarahan setelah cabut gigi, tonsilectomy, sirkumsisi
(sunat), atau operasi?
- Di satu tempat atau banyak tempat pendarahannya?
Apakah ada riwayat:
 Kecelakaan atau trauma?
 Pendarahan berkepanjangan setelah di sunat, cabut gigi, atau trauma lainnya?
 Riwayat keluarga (pendarahan)?
 Apakah pernah mendonor darah?
 Apakah pernah mengkonsumsi obat-obatan tertentu?

20
Malignancy
Adakah gejala:
 Pucat, mudah lelah, demam, terjadi pendarahan, mudah memar, infeksi, berkeringat
dimalam hari, turun berat badan?
 Pembesaran kelenjar getah bening ?
 Pembesaran perut (distensi abdominal)?
 Nyeri tulang, nyeri sendi, postur yang abnormal atau bahkan tidak stabil berjalan?
 Muntah, sakit kepala, gangguan pernapasan?
 Terdapat massa/benjolan di daerah tertentu?
 Kehilangan kesadaran?
Adakah riwayat:
 Riwayat keluarga dengan keganasan?
 Paparan terhadap obat, radiasi, dan zat kimia?

 Baik Pak/Bu, pertanyaan yang saya ajukan sudah selesai. Selanjutnya saya akan
melakukan pemeriksaaan untuk membnatu menetukan diagnosisnya.Apakah Bapak/Ibu
bersedia? Terima kasih.

21
#2

PE in Anemia, Bleeding, & Malignancy


Anemia
1. Initial measurement
Lihat dan observasi:
 Pasien terlihat sakit atau tidak? Kalau terlihat sakit, seberapa sakit?
 Tingkat kesadaran pasien.
 Pernapasan pasien (cek RR, usaha bernapas, terdapat cyanosis atau tidak).
 Sirkulasi pasien (cek BP, HR).
 Suhu.
 Tinggi dan berat badan.
(Gampangnya: general appearance, consciousness, vital sign, BMI)
2. Special appearance: Apakah terdapat facies cooley?
Facies cooley merupakan ciri khas thalassemia mayor, yakni
batang hidung masuk ke dalam, rahang bawah lebar, dan tulang
pipi menonjol.
3. Find sign of anemia
a. Hair: Apakah rambut pasien kering? Mudah terlepas saat ditarik?
Cara cek: Capit rambut dengan kelima jari tangan, tarik sedikit sampai ke ujung
rambut, kayak sisi rambut pakai tangan.
b. Eye
 Apakah conjunctiva tarsal inferior pasien pucat/tidak, apakah terdapat
hemorrhage? (minta pasien untuk melihat ke atas)
Kalau ada hemorrhage: tanda bleeding.
 Periksa sclera pasien, apakah jernih/putih? (Minta
pasien untuk melihat ke atas, bawah, kanan, dan
kiri).
Kalau kuning: tanda clinical jaundice, mungkin
karena hemolytic anemia.
c. Mouth
 Warna bibir: Apakah pucat atau tidak.
 Oral mucosa: Apakah pucat atau tidak.
 Lidah: Apakah halus/kasar, merah/tidak.
Kalau halus (gak ada papilla) dan merah: tanda megaloblastic anemia.
 Apakah terdapat stomatitis angularis (ulcer di sudut mulut, biasanya karena
defisiensi vitamin B6) dan oral patch (tanda oral candidiosis).
Cara cek: Minta pasien untuk buka mulut dan julurkan lidah.
d. Heart
 Periksa heart rate pasien, apakah terdapat tanda tachycardia?
 Auskultasi di bagian apex jantung pasien (pasien dalam keadaan duduk dan
berbaring) untuk mendengar adanya murmur.
e. Nail: Apakah pucat, cyanosis, terdapat koilonychia (spoon nail)?

22
Cara cek koilonychia: Pertemukan DIP (distal interphalangeal joint) jari tangan
sebelah kanan dan kiri, normalnya ada celah antara batas kuku dan kulit.

f. Palmar: Apakah pucat atau tidak?


g. Skin: Apakah kering atau tidak? Apakah berwarna pucat atau keabuan?
Kalau keabuan: tanda hemosiderosis.
4. Estimasi tingkat keparahan anemia
a. Mild/moderate: Terdapat di conjunctiva, mucosa oral, kuku, palmar, dan kulit.
b. Severe: Jika sudah mempengaruhi fungsi cardiac.
5. Identifikasi apakah anemia disertai lymphadenopathy, hepatomegaly, atau
splenomegaly.

Bleeding
1. Identifikasi jenis bleeding:
 Petechiae: Titik-titik merah.  Hematochezia: Darah keluar dari
 Purpura: Titik-titik merah yang lebih besar anus.
dari purpura  Hemarthrosis: Perdarahan sendi,
 Ecchymoses: Lebam. sakit.
 Hematoma: Pendarahan yang tidak  Gum bleeding.
keluar. Ada tonjolan.  Subconjunctival bleeding.
 Epistaxis: Mimisan.  Bleeding from umbilical cord.
 Hematemesis: Muntah darah.  Metrorrhagia.
 Melena: Feces hitam (pendarahan GIT).  Massive bleeding.

Ecchymoses
Petechiae

Hematoma

2. Identifikasi lokasi bleeding:


 Single atau multiple, di gusi, hidung, sendi, luka bekas operasi atau sirkumsisi,
atau di lokasi lainnya.
 Simetris atau tidak.
 Apakah terdapat di membran mukosa, hemarthroses, dan deformitas di sendi.

Malignancy
1. Initial measurement
Identifikasi apakah terdapat:

23
 Fever, tachycardia, irritability
 Anemia
 Bleeding
 Skin infiltrate, periorbital edema, papilledema, adenopathy, bukti pembesaran
mediastinal (dyspnea, venectation, neck swelling), hepatomegaly, splenomegaly,
testicular enlargement, nyeri tulang, bukti infeksi, massa di abdomen atau
tempat lainnya.

2. Hepatomegaly
a. Posisi kita ada di sebelah kanan pasien.
b. Letakkan tangan kiri kita di belakang pasien sejajar dan mengsupport tulang
rusuk kanan ke 11 dan 12 pasien dan jaringan di sekitarnya.
c. Minta pasien untuk relaks. Kalau sudah relaks, otot perutnya tidak ada kontraksi.
d. Tekan tangan kiri kita keatas agar liver pasien akan lebih mudah terasa.
e. Letakkan tangan kanan di sebelah kanan abdomen, lateral dari otot rectus,
dengan jari-jari tangan di bawah batas bawah dari liver dullness (bawah rusuk
persis).
f. Minta pasien untuk menarik napas yang dalam.
g. Rasakan batas liver saat menyentuh jari-jari kita.

h. Jika teraba, cek konsistensi dan rasa sakit.


Batas liver normalnya lembut, tajam, reguler, permukaan halus, agak sakit.
i. Saat pasien buang napas, ikuti arah gerak livernya (ke atas).
j. Ukur dari bawah costal margin (ikuti bentuk rusuknya) sampai ke xyphoid processus
(ujung sternum). Saat periksa di xyphoid processus, pasien tidak usah tarik napas.
k. Jika ada pembesaran liver, ukur panjang dari bawah costal margin dan processus
xyphoideus hingga umbilical.

3. Splenomegaly
a. Kelilingi tubuh pasien dengan tangan kiri kita untuk mensupport dan menekan
ke atas tulang rusuk sebelah kiri pasien dan jaringan sekitarnya.
b. Minta pasien untuk relaks.
c. Dengan tangan kanan di bawah batas
rusuk kiri, tekan menuju spleen.
d. Mulai palpasi dari agak bawah, sehingga
dibawah kemungkinan pembesaran spleen.
e. Minta pasien untuk menarik nafas yang
dalam.
f. Rasakan ujung spleen pasien saat menyentuh
jari-jari kita.

24
g. Tandai jika terdapat nyeri tekan dan ukur kontur spleen pasien
h. Ukur pembesaran spleen pasien (menggunakan schuffner I-VIII).
Schuffner line: Garis antara batas bawah costal kiri melalui umbilical ke SIAS sebelah
kanan

Note: Schuffner IV ada


di umbilical!
4 cm
4 cm

i. Lihat apakah terdapat notch/incisura pada spleen.


j. Jika spleen tidak dapat teraba, perkusi di traube space, di anterior axillary line
sebelah anterior pada intercostal VIII-X.

4. Lymph node
a. Periksa secara sistematik mulai dari lymph node di occipital, retro auricular, pre
auricular, parotid sub mandible, sub lingual, sub mental, posterior cervical,
anterior cervical, supra clavicular, infra clavicular, axilla, dan inguinal.
b. Jika lymph node teraba, periksa ukuran, konsistensi, mobility, dan nyeri tekan.

 Small, discrete, movable, cool, non tender nodes up to 3mm in diameter: Normal di
beberapa lymph node.
 Di cervical dan inguinal, nodes up to 1cm in diameter: Normal hingga usia 12 tahun.
 Node yang jarang di anterior cervical atau yang membesar perlahan: benign.
 Node yang membesar cepat, fix ke jaringan sekitar, hard, firm: malignant.
 Large, warm, soft, tender node: infeksi akut.
 Firm, rubbery, non tender node: leukemia.
 Firm node adheres to each other in child: TB.
 Discrete rubbery node: malignant lymphoma, extremely firm and hard node:
metastases.
 Local adenopathy: infeksi local/tanda generalized disease.

25
#3

Blood Smear Preparation


Planning
1. Cuci tangan 7 steps dengan sabun, keringkan.
2. Gunakan gloves sesuai ukuran.
3. Identifikasi pasien (nama, usia, medrec, jenis kelamin)

Preparation
4. Siapkan alat dan bahan.
 2 buah glass slide (1 untuk tempat blood smear, 1 untuk meng-smear/spreader)
 Air mengalir
 Tisu kering
 Label
 Larutan Giemsa yang sudah diencerkan
 Metanol
 Darah pasien
 Pipet tetes
 Rak untuk menjemur slide
5. Glass slide untuk spreader diasah dulu di ujung meja agar halus.

Procedure
6. Teteskan darah secukupnya kira-kira 2 cm dari ujung slide.
7. Letakkan spreader diatas glass slide dengan kemiringan 30°-45°. Letakkan di depan
tetesan darah.
8. Tarik spreader ke belakang sampai kena darah, tunggu darahnya menyebar ke
permukaan spreadernya.
9. Dorong spreadernya ke depan, jangan ragu-ragu!
10. Gunakan tisu kering untuk menghapus hasil smear jika masih salah.

26
11. Keringkan smearnya.
12. Beri label pada glass slide.
13. Fiksasi smear menggunakan metanol, langsung disiram smearnya. Tunggu sampai
kering. (Sekitar 5 menit.)
14. Letakkan slide di rak pengering, tuangkan larutan giemsa yang sudah diencerkan.
15. Tunggu selama 30 menit. Jangan terlalu lama.
16. Setelah 30 menit, cuci slide DENGAN AIR KECIL (kalau kebesaran bisa hilang semua
smearnya). Smear jangan sampai kena kuku.
17. Keringkan.

Evaluation and Documentation


18. Cek kualitas slide.
19. Dokumentasi:
 Tanggal dan jam smear
 Nama dan tanda tangan operator

Cleaning and Safety


20. Letakkan darah ke storage box, slide smear di kotak yang aman.
21. Lepas glove lalu cuci tangan.

27
#4

Differential Count WBC


1. Cuci tangan dengan 7 steps, keringkan, lalu gunakan glove.
2. Cek alat dan bahan yang dibutuhkan.
 Mikroskop cahaya
 Preparat apus darah (blood smear)
 Minyak imersi  Untuk menyatukan indeks refraksi lensa dan kaca objek.
 Xylol  Untuk menghapus minyak imersi pada kaca objek.
 Differential blood cells counter/paper

3. Identifikasi pasien: nama, medical record, umur, dan jenis kelamin.


4. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
5. Prosedur:
 Cek dulu preparatnya. Letakkan yang lebih kasar di bagian atas. Bagian itu yang
bisa diperiksa.

28
 Letakkan preparat apus darah pada meja preparat. Jepit dengan penjepit preparat.
 Cek steker (tempat colok listrik). Nyalakan lampu. Atur intensitas lampu dengan
menggunakan light adjuster.
Tips: Kalau steker tercolok dan lampu dalam keadaan menyala tapi tidak ada
cahaya keluar, coba cek light adjusternya 
 Putar lensa objektif (biasanya counter-clockwise) ke perbesaran 10x (labelnya
kuning).
 Turunkan kondensor, tutup diafragma.
 Naikkan meja preparat sampai mentok menggunakan pemutar makro (yang besar).
Lalu turunkan perlahan-lahan sampai terlihat bayangan-bayangan sel-sel
menggunakan pemutar makro juga.
 Fokuskan bayangan sel-sel menggunakan pemutar mikro (yang kecil).
 Jika sudah menemukan bayangan sel-sel, geser ke kanan atau kiri untuk
menentukan daerah baca preparat. Biasanya ada di 2/3 head preparat.
Jika terdapat sel darah merah yang bergumpal, kemungkinan masih terlalu head.
Jika terdapat sel darah merah yang jarang-jarang/berbentuk susunan koin,
kemungkinan itu tail.
Yang normal adalah distribusinya tidak terlalu rapat dan terlalu jarang (kalau di
modul: barely touching each other).

 Naikkan kondensor, buka diafragma.


 Meja preparat JANGAN DIGESER-GESER, putar sedikit lensa objektifnya (jangan di
arahkan ke preparatnya), teteskan minyak imersi dari belakang/depan (selera).
 Putar lensa objektif ke perbesaran 100x (labelnya hitam). Normalnya, lensa objektif
akan menabrak preparat.
 Putar pemutar mikro sampai gambar selnya fokus.
 Mulai menghitung. Dari daerah baca, geser preparatnya membentuk pola:

29
 Isi kertas differential count berdasarkan jumlah sel yang ditemukan.
Cells 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Total
Basophils
Eosinophils Jumlah kolom ini
Neutrophils menunjukkan jumlah sel
band tertentu dalam
Neutrophils keseluruhan daerah baca.
segmented Jika jumlah basofil 3,
maka presentase basofil
Lymphocytes
di preparat ini 3%.
Monocytes
Total 10 100
Jumlah row ini HARUS
10. Setiap 10, geser ke
sebelah.

Basophil: Granula besar dan penuh, nukleus hampir tidak kelihatan.


Biasanya biru keunguan warnanya.
Eosinophil: Granula besar, merah menyala. Agak mirip dengan neutrofil
segmented. Biasanya lobus nukleusnya 2 buah.
Neutrophil band: Nukleus belum ada segmentasi. Kadang mirip sosis.
Neutrophil segmented: Nukleus tersegmentasi (3-4 lobus biasanya),
ada filamen tipis yang menghubungkan antar lobus. Granula kecil-kecil,
tidak terlalu jelas.
Lymphocytes: Sitoplasma sedikit, nukleus halus dan besar. Biasanya
bulat sempurna, ukurannya kadang sama dengan RBC.
Monocytes: Bentuk tidak beraturan, ada vakuola, besar sekali ukurannya,
nukleus tidak beraturan dan besar.

30
 Jika sudah selesai, kembalikan lensa objektifnya menjadi 10x.
 Matikan lampu, kembalikan kondensor dan diafragma ke tempat semula.
 Lepaskan preparat dari meja preparat.
 Tuangkan xylol pada tisu kering, jangan lupa tutup kembali langsung xylolnya
karena dapat menguap.
 Bersihkan lensa objektif menggunakan tisu berxylol.
 Bersihkan kaca objek preparat menggunakan tisu berxylol, lalu taruh di tempatnya
kembali.
6. Lepas dan buang glove.
7. Cuci tangan kembali menggunakan metode 7 steps.
8. Dokumentasikan hasilnya:
- Basophils: ........%
- Eosinophils: ........%
- Neutrophils band: ........%
- Neutrophils segmented: ........%
- Lymphocytes: ........%
- Monocytes: ........%

31
#5

HT in Allergic & Immunologic Disease


 Khusus pada pasien anak  alloanamnesis ke orangtua
 Close question method!! Soalnya gak akan keburu kalau open
question 
 LANGSUNG TANYAKAN 1 RANGKAIAN!!

Client Assessment
7. Sapa, perkenalan, jelaskan tujuan, informed consent.
 Pagi pak, saya dr. X yang bertugas jaga di klinik ini. Bapak kesini dengan siapa?
 Anak saya dok.
 Siapa yang sakit/siapa yang ingin konsultasi?
 Anak saya.
 Baik pak, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada bapak mengenai
keluhan yang anak bapak alami. Tujuannya untuk mengetahui penyakit yang anak
Bapak alami. Apakah bapak sebagai orangtua bersedia?

Identifying Data (tanya yang sakit saja)


8. Tanya dengan ramah:
 Nama anaknya siapa?  Sekolah kelas berapa?/ Dewasa:
 Umur berapa? pendidikan terakhir?
 L/P? (Liat sendiri aja)  Dewasa: Pekerjaannya apa?
 Tinggal dimana?  Dewasa: Status pernikahan?
 Race: Asalnya dari mana?
 Occupational Classification (UNTUK ANAK-ANAK DILEWAT SAJA)
- Legislator, senior officials, - Plant machine operators and
managers assemblers
- Proffesionals - Cleaners,laborers,and related
- Technician and associated - Worker and classifiable
proffessionals Student
- Clerical Housewife
- Service and sales Retired person
- Agricultural and fishery National serviceman
- Production craftsman and Unemployed person
related proffessions
Hubungan dengan polusi, zat kimia, radiasi, alat-alat, dll.

History of Present Illness


9. Chief complaint:
a. Keluhannya apa?
b. Kapan mulai terjadinya?

32
c. Hilang timbul/terus menerus?
d. Jika hilang timbul, kapan biasanya muncul?
e. Faktor pemicu apa yang memperberat keluhan anak bapak? (Apakah debu
rumah, makanan, obat-obatan, zat kimia, stres, kontak dengan benda
panas/dingin, paparan terhadap sinar matahari, atau infeksi?)
f. Apakah sudah pernah diobati? Dengan apa? Obat oles atau oral? Apakah
membaik, memburuk, atau tetap?

General History of Present Illness Related to the Chief Complaint


10. Acute illness syndrome:
a. Apakah anak bapak demam, menggigil, lemas, pusing, atau pingsan? [Sistemik]
b. Apakah anak bapak terdapat urticaria (biduran), eczema (eksim), kulit gatal, dan
kemerahan? [Kulit]
c. Apakah terdapat facial twitching or grimacing (gerakan seperti hidung
kelinci/mengendus-endus) dan allergic salute (menggaruk-garuk hidung)?
[Wajah]
d. Apakah terdapat mata merah, gatal, berair, mata bengkak, penglihatan kabur,
dan silau, serta cairan/kotoran yang keluar dari mata? [Mata]
e. Apakah terdapat hidung berair, tersumbat, bersin, dan gatal? [Hidung]
f. Apakah terdapat pernapasan dari mulut atau mulut lecet? [Mulut]
g. Apakah terdapat batuk, sering sakit tenggorokan, tenggorokan gatal, suara
serak, dan rasa tercekik di tenggorokan? [Tenggorokan]
h. Apakah terdapat sesak napas, napas cepat, mendengkur, mengi/bengek, dan
nyeri dada? [Dada]
i. Apakah terdapat kram perut, mual, muntah, diare? [Perut]
j. Apakah terdapat lecet di kemaluan? [Kemaluan]
11. Chronic illness syndrome :
a. Apakah anak Bapak cepat lelah, kurang nafsu makan, berat badan turun dan
merasa lemah?
b. Apakah pertumbuhan dan perkembangannya sama dengan anak lain
seumurannya?

Past History Related to Chief Complaint


12. Sejauh yang bapak tahu, apakah anak bapak alergi terhadap sesuatu? Jika ya, apa
yang terjadi ketika anak Bapak mengalaminya?
(Sama aja sih kayak acute illness cuma tanpa muka, perut, kemaluan.)
a. Kulit: Apakah ada urticaria (biduran), eczema (eksim), kemerahan, dan gatal pada
kulit?
b. Mata: Apakah matanya gatal, merah, berair, bengkak, penglihatan kabur, silau,
dan keluar kotoran?
c. Hidung: Apakah hidungnya berair, bersin-bersin, hidung tersumbat, dan gatal-
gatal?
d. Telinga: Apakah telinganya terasa penuh, gatal, keluar cairan, sakit, kemerahan,
dan ada penurunan pendengaran?

33
e. Tenggorokan: Apakah anak bapak suka batuk-batuk, sering sakit tenggorokan,
gatal tenggorokan, suara serak, dan tenggorokan terasa tercekik?
f. Dada: Apakah ada sesak napas, napas cepat, mendengkur, mengi, dan nyeri
dada?
13. Seberapa berat kondisinya? Ringan/sedang/berat?
14. Berapa lama waktu anak bapak yang terganggu karena keluhan itu? Tidak sama sekali,
sedikit, hampir selalu, atau sepanjang waktu?
15. Hal apa saja yang menyebabkan keluhan yang anak Bapak alami semakin memburuk?
Apakah:
a. Tempat: Dalam/luar ruangan? Di sekolah/rumah/tempat bekerja (Dewasa)?
b. Waktu: Di pagi hari, siang, sore, malam, atau sepanjang hari?
c. Bulan: Di bulan-bulan tertentu/sepanjang tahun?
d. Cuaca: Di cuaca panas atau saat hujan?
e. Polusi udara: Karena debu, asap rokok, asap dapur, atau asap kendaraan?
f. Allergen inhalant: Karena debu rumah, bulu kucing/anjing, tanaman, atau
kelembaban tertentu?
g. Foods: Karena telur, susu, seafood, kacang-kacangan, buah, beer, atau wine?
h. Drugs: Karena obat topical (oles)/sistemik?
i. Chemical: Karena parfum, kosmetik, atau detergen?
j. Apakah diperberat dengan stress yang anak bapak alami? Contoh: Banyak PR, tugas,
dll?
16. Apakah pernah dites alergi oleh dokter? Waktu itu hasilnya bagaimana?
17. Apakah pernah diobati alerginya? Jika ya, nama obatnya apa? Apakah anti histamin,
steroid, atau yang lainnya?

Family Medical History Related to the Chief Complaint


18. Apakah ayah, ibu, adik, dan kakaknya memiliki riwayat alergi (first generation)?
Seperti asma, rhinitis, eksim, dan alergi makanan?

 Baik pak, pertanyaan yang saya ajukan sudah selesai. Selanjutnya, saya akan melakukan
pemeriksaan fisik pada anak bapak guna pemeriksaan lebih lanjut. Terima kasih atas
kerjasamanya pak, dik. 

34
#6

PE in Allergic & Immunologic Disease


Sapa, perkenalan, tanya identitas, tanya keluhan.
 Selamat pagi/siang/sore pak/bu, perkenalkan saya dr ____ , dokter yang sedang bekerja
di klinik ini, boleh saya tau nama bapak/ibu? Datang sama siapa? Yang sakit siapa?
Nama anaknya siapa? Ada keluhan apa anaknya pak/bu?

Client Assessment
1. Cek:
 Apakah kontak verbal pasien masih baik?
 Apakah terdapat edema pada wajah, facial twitching/grimacing, dan allergic
salute?
 Apakah terdapat edema pada kelopak mata, apakah mata merah dan berair?
 Apakah terdapat hidung berair, bersin, dan mengendus?
 Apakah terdapat edema pada bibir?
 Apakah pasien batuk, suara sengau atau serak?
 Apakah terdapat mendengkur dan sesak?
2. Informed consent
 Baik pak/bu, setelah saya lihat sekilas, terdapat masalah pada kulit dan
pernapasan anak bapak/ibu, untuk itu saya akan melakukan pemeriksaan fisik lebih
lanjut. Pada pemeriksaan ini saya akan meminta anak bapak/ibu untuk membuka
baju. Apakah bapak/ibu mengerti? Apakah bapak/ibu bersedia?
3. Baik, silakan dilepas bajunya. Mau saya bantu?
4. Silakan berbaring di kasur pemeriksaan.

Physical Examination
1. General appearance
a. Position: Apakah posisi pasien normal pada saat duduk, berdiri, berbaring?
b. Consciousness: Bagaimana tingkat kesadaran pasien?
c. Dyspnea: Apakah terdapat sesak?
d. Cyanosis: Apakah terdapat cyanosis?
e. Edema: Apakah terdapat edema?
f. Apakah pasien masih dapat berbicara jelas, walaupun suara sengau/serak?
g. Seberapa sakit pasien terlihat?
 Not ill
 Mild/Ringan: Jika terdapat gejala tapi tidak mengganggu aktivitas.
 Moderate/Sedang: Jika terdapat gejala, mengganggu aktivitas, tapi tidak
mengancam jiwa
 Severe/Berat: Jika terdapat gejala, mengganggu aktivitas, serta terdapat
kondisi yang mengancam jiwa (dyspnea, generalized edema, dehydration,
decrease consciousness, seizure).

35
2. Initial measurement [Vital Sign]
Periksa:
a. Respirasi pasien: Bagaimana tipe pernapasan pasien? Apakah abdominothoracal
atau thoracoabdominal? Berapa frekuensi pernapasannya? Apakah regular atau
tidak?
b. Berapa tekanan darah pasien? (Pake tensimeter, gak usah dipraktikin, pegang
cuffnya aja.)
c. Berapa frekuensi nadi pasien? Bagaimana volume (kuat/lemah) dan equality
(bandingkan dengan tangan sebelahnya) nya?
d. Berapa suhu tubuh pasien? (Pake termometer.)
3. Skin
 Apakah terdapat rash?
 Apakah terdapat edema? Jika ya, apakah tender dan non-pitting?
4. Head: Bagaimana distribusi dan tekstur rambut pasien? Apakah terdapat rambut
rontok?
5. Face
Apakah terdapat:
 Edema; jika ya apakah tender dan non-pitting? (tunjuk gambar)
 Twitching/grimacing (tunjuk gambar)
 Allergic salute (tunjuk gambar)
 Open-mouthed face (tunjuk gambar)
 Dennie-morgan infraorbital fold (tunjuk gambar)
 Allergic shiner (tunjuk gambar)

Allergic salute
Facial twitching
Face edema

Allergic shiner Dennie-morgan


infraorbital fold
Open mouthed face

6. Eye
Apakah terdapat:
 Secrete; jika ya apakah berupa serous, mucoid, atau mucopurulent?
 Palpebral: Edema, blepharospasme [mata kecil sebelah] (tunjuk gambar)

36
 Conjunctiva bulbar: Berair, kemerahan, blood vessel injection (tunjuk gambar)
 Conjunctiva tarsal: Edema, kemerahan, visible blood vessel, pinpoint papils?
(tunjuk gambar)

Conjunctiva bulbar:
Photosensitive - berair, kemerahan, blood
Blepharospasme vessel jelas. Conjunctiva tarsal:
edema, kemerahan,
visible blood vessel,
pinpoint papils (di ujung
kiri)

7. Nose
Apakah terdapat:
 Sniffing/mengendus-endus
 Pigmented nasal crest (tunjuk gambar)
 Nasal enlargement (tunjuk gambar)
 Cuping hidung mengembang/nasal flare
 Secrete: Jika ya apakah berupa serous, mucoid, atau Pigmented nasal crest
mucopurulent. Nasal enlargement
 Mucous: Apakah berwarna pale-bluish (periksa pake penlight arahkan ke hidung)
8. Mouth
Apakah terdapat:
 Lip: Edema, tender (tunjuk gambar)
 Dental malocclusion (pake penlight dan tounge spaltel)
 High arched palate (pake penlight dan tounge spaltel)
 Tongue: Geographic tongue dan edema (tunjuk gambar)

Lip edema
Geographic tongue
9. Neck
Apakah terdapat:
 Suprasternal retraction
 Supraclavicular retraction
10. Thorax: Apakah simetris atau tidak, apakah terdapat barrel chest [dari samping,
dadanya makin lebar kayak gentong] dan intercostal retraction? (Inspeksi)
11. Lung: Apakah terdapat vesicular breathing sound [normal], wheezing, atau stridor?
(Auskultasi pake stetoskop)
12. Heart: Bunyi jantungnya regular atau tidak (Auskultasi pakai stetoskop di apex jantung).

37
13. Abdomen: Apakah terdapat retraksi epigastric?
14. Anogenital: Apakah terdapat edema, kemerahan, erosi, serta excoriation?
15. Extremities
 Apakah dingin dan lembab?
 Bagaimana waktu pengisian kapiler/capillary refill time? Jika lebih dari 2 detik
abnormal.
Cara periksa: Tangan pronasi, tekan kuku jari pasien hingga pucat kemudian lepas,
dan perhatikan kapan kembali kemerahan.

38
#7

HT&PE Otolaryngology, Head, and Neck


1. Sapa, perkenalan, tanya identitas (nama, umur, ras, pendidikan, pekerjaan, status
pernikahan, alamat), tanya keluhan.
2. Informed consent HT
 Baik pak, jadi saya akan menanyakan beberapa pertanyaan pada bapak untuk
mengetahui penyakit apa yang bapak derita. Apakah bapak bersedia?

History Taking
3. General HT:
 Chief complaint
 Onset: Dari kapan?
 Duration: Sudah berapa lama?
 Severity: Seberapa parah?
 Unilateral/bilateral: Satu sisi saja atau keduanya?
 Associated symptoms: Ada gejala lain yang berhubungan?
 Predisposing factors: Biasanya kambuhnya kalau lagi apa atau lagi dimana?
 Impact daily activities: Mengganggu aktivitas tidak?
 Comorbids: Ada penyakit lain yang sebelumnya diderita?
 History of medication: Pernah minum obat apa?
 Family illness history: Ada keluarga dengan penyakit yang sama?
4. Specific HT:
 Allergic rhinitis [biasanya yang keluar ini]
- Suka bersin? Berapa kali? Keluar cairan dari hidung? Hidung mampet?
Hidung gatal? Setiap hari? Sehari berapa kali?
- Ada gangguan tidur?
- Hilang saat olahraga?
- Ada riwayat alergi atopik pada keluarga?
- Hilang saat minum obat anti alergi?
 Rhinosinusitis
- Hidung mampet? Keluar cairan dari hidung? Hidung gatal? Sering bersin? Satu
sisi atau dua sisi? Ada cairan yang seperti mengalir di tenggorokan (post nasal
drip)?
- Sering atau kadang-kadang?
- Berubah posisi berubah tidak?
- Muka sakit?
- Ada radang tenggorokan, asma, sakit kepala, tidak bisa mencium apa-apa
(anosmia)?
- Belakangan ini sakit gigi?/Pernah sakit gigi sebelumnya?
- Minum obat-obatan tertentu?
 Otitis media
- Keluar cairan dari telinga? Apa warnanya, konsistensinya, dan baunya?
- Sakit telinga? Yang mana, satu sisi atau dua sisi?

39
- Terus-terusan atau hilang-timbul?
- Ada demam, sakit kepala, kehilangan pendengaran, pusing, muka lemah, sakit
di belakang telinga, pandangan kabur?
- Pernah hidung mampet dan berair sebelumnya?
- Belakangan ini pernah berenang atau memanipulasi kanal telinga (di-ear-pop
misalnya)?
- Telinga sakit atau bengkak? Telinga menonjol?
- Ada riwayat luka/trauma pada telinga atau operasi telinga?

Physical Examination
5. Informed consent PE
 Baik pak, untuk memastikan diagnosis penyakit bapak, maka saya akan melakukan
pemeriksaan fisik. Mungkin terasa sedikit tidak nyaman, namun saya akan
melakukan sebaik-baiknya. Apakah bapak bersedia?
6. Persiapan
 Cuci tangan, keringkan
 Pakai masker
 Pakai gloves
 Pakai headlamp, posisi headlamp sejajar pandangan mata kita (nyalakan lampunya,
jangan terbalik! Yang lengkungan dibawah)
 Duduk berhadapan dengan pasien (pastikan pasien nyaman)
7. Periksa wajah
 Inspeksi: Apakah simetris? Apakah ada deformitas, luka, bengkak?
 Palpasi bagian tulang frontal, temporal, maxilla, zygomatic, mandibular, dan
mental. Apakah ada benjolan, tanda infeksi, fraktur, atau deformitas?

 Perkusi pada sinus frontalis dan sinus maxillaris. Sakit/tidak?

8. Periksa telinga
 Periksanya dari telinga normal dulu (kalau sakit telinga), atau tidak mulai dari
telinga kanan. Pasien diputar, kita menghadap telinga pasien.

40
 Inspeksi preauricular, auricular, dan retroauricular berdasarkan CINTA
(Congenital, Infeksi, Neoplasma, Trauma, Deformitas).
 Palpasi tragus, tekan. Sakit/tidak?
 Tarik daun telinga pasien ke belakang dan ke atas / ke belakang dan ke bawah
[untuk anak], jari telunjuk kanan buka tragusnya.
 Inspeksi kanal telinganya, apakah ada serumen, cairan ; keadaan mukosanya,
apakah ada perforasi gendang telinga?
 Inspeksi dengan ear speculum. Agar kita nyaman, kepala pasien bisa dimiringkan.
Tarik telinga, masukkan ear speculum, jangan terlalu dalam.
Apakah ada serumen, cairan ; keadaan mukosanya, apakah ada perforasi gendang
telinga?
 Inspeksi dengan otoscope.
Cara pegang: Seperti memegang pulpen, kelingking digunakan untuk menahan
pipi pasien; gagangnya menghadap ke depan (sejajar muka). Untuk periksa telinga
kiri, pegang dengan tangan kiri, dan sebaliknya. Posisi lengan tegak lurus, jangan
letoy. Jangan lupa nyalakan lampunya. Tarik telinga, masukkan sekitar 1 cm.
Inspeksi pada jam 12, 3, 6, dan 9.

Apakah ada serumen, cairan ; keadaan mukosanya, apakah ada perforasi gendang
telinga?
9. Periksa hidung
 Posisi kita berhadapan dengan pasien. Agar kita nyaman, pasien bisa diminta
mendongak, jangan sampai kita yang menunduk.
 Gunakan nasal speculum.
Cara pegang: Jempol di joint speculumnya, telunjuk di speculum bagian atasnya.
Sisa 3 jarinya pegang bagian bawah, untuk buka-tutup.

 Masukkan ke dalam lubang hidung. Saat sudah masuk, horizontalkan, buka


speculumnya. Tangan satunya lagi bisa membantu buka lubang hidungnya.
 Cek bagian mukosa: Apakah ada tanda inflamasi, mukosa tampak pucat atau
kebiruan, ada pembengkakan? Apakah ada cairan keluar, polip, atau tumor?
Apakah ada deviasi septum? Keadaan inferior dan middle turbinate?

41
 Keluarkan speculum. Caranya, tutup speculum sedikit (jangan full), tarik keluar, baru
tutup full.
 Laporkan hasilnya setelah mengeluarkan speculumnya, jangan saat masih diperiksa.
10. Periksa mulut
 Gunakan tongue blade/spaltel. Bagian tongue blade ada 2, untuk yang dewasa
(yang besar) dan yang anak (yang kecil). Posisi benar: Ujung yang bengkok
menghadap ke bawah, mengikuti bentuk lidah.
 Minta pasien buka mulut, taruh tongue blade di tengah lalu minta pasien bilang
“Aaaa”.
 Taruh tongue blade di buccal kanan dan kiri juga.
 Keluarkan tongue blade, minta pasien naikkan lidahnya.
 Setelah periksa baru laporkan ke dokter bahwa kita memeriksa tonsilnya,
palatenya, dan faringnya.
 Di buccal kita cek mukosanya; adanya lesi, abses, hiperemis, pendarahan.
11. Periksa leher
 Periksa bagian leher posterior dari bagian depan pasien. Di cek kelenjar getah
beningnya, apakah ada pembesaran atau abses.
 Berdiri, lalu periksa leher anterior dari bagian belakang pasien. Periksa KGBnya
dan tiroidnya.
Saat memeriksa tiroid, minta pasien untuk menelan. Periksa apakah ada
pembesaran dan nodul pada tiroid pasien.

 Baik pak, pemeriksaan sudah selesai. Untuk saat ini hasilnya _______. Nanti saya akan
lakukan pemeriksaan lebih lanjut lagi untuk memastikan penyakit bapak. Terima kasih
atas kerjasamanya pak.

42
#8

Infectious Corpse Management


1. Sapa keluarga pasien/mayat, perkenalan, beri penjelasan, informed consent.
 Selamat pagi, apakah benar ini dengan keluarga bapak Y? Perkenalkan saya dr. X
yang sedang berjaga di klinik ini. Jadi pak, saya akan melakukan pembersihan dan
perawatan pada tubuh bapak Y ini, namun karena bapak Y sebelum meninggal
mengidap penyakit yang infeksius sehingga takut akan menular ke orang lain,
jadi saya juga akan menghilangkan infeksinya ini dulu agar bisa dibawa pulang
oleh keluarga dan dimakamkan. Sebelumnya saya peringatkan agar jangan
membuat kontak kulit dengan kulit dengan mayat bapak Y ini. Apakah bapak
mengerti? Bersedia?
2. Cuci tangan, keringkan, lalu gunakan baju proteksi, masker, google, gloves (untuk
yang non-steril, gunakan dobel), dan sepatu boot.
3. Lakukan prosedur secara cepat.
4. Datangi bangsal pasien.
5. Telpon bagian kamar mayat untuk menginformasikan bahwa ada mayat yang infeksius
yang akan masuk. Jika perlu, hubungi pihak pemakaman juga.
6. Lepaskan segala peralatan yang menempel pada tubuh mayat seperti infus, kateter,
naso gastric tube, dll, lalu masukkan ke dalam kantung plastik berisikan desinfektan
lalu dibuang sebagai sampah medis.
7. Tutup semua luka yang ada pada tubuh mayat menggunakan plester tahan air.
8. Masukkan tubuh mayat ke dalam plastik transparan, lalu taruh di atas
brangkar/stretcher.
9. Kain-kain bekas tubuh mayat seperti selimut, sprei, bantal, dll dapat direndam dulu
ke cairan sodium hypochlorite selama 30 menit sebelum dicuci.
10. Bawa mayatnya ke kamar mayat.
11. Sesampainya di kamar mayat, stretcher dan alat-alat lain yang bersentuhan dengan
tubuh mayat diberi sodium hypochlorite (desinfektan).
12. Gunting plastik pembungkus mayat secara vertikal di bagian tengah tubuh mayat.
13. Buka seluruh pakaian mayat lalu langsung dicelupkan di desinfektan.
14. Bersihkan tubuh mayat menggunakan sodium hypochlorite berdasarkan agama,
dapat didampingi oleh pemuka agama atau dilakukan langsung oleh pemuka agama
dengan pengawasan dokter.
15. Bersihkan lubang-lubang pada tubuh mayat seperti lubang hidung (2), telinga (2),
mulut, kemaluan, dan lubang anus menggunakan forceps+kasa yang dicelupkan
sodium hypochlorite.
16. Lakukan embalming dengan menggunakan formalin 10%, lalu disuntikkan pada vena
malleolus anterior atau vena femoralis.
17. Sumbat seluruh lubang tubuh menggunakan kapas berformalin. (Kemaluan juga.)
18. Tutup seluruh luka pada tubuh mayat menggunakan kapas berformalin lalu diplester
menggunakan plester tahan air.
19. Bungkus tubuh mayat sesuai dengan agamanya:
 Untuk Muslim, tubuh mayat dimasukkan ke dalam plastik transparan lalu
dibungkus dengan kain kafan.

43
 Untuk non-Muslim, tubuh mayat dipakaikan baju lalu dimasukkan ke dalam plastik
transparan, setelah itu dimasukkan ke dalam peti mati.
20. Lepas semua asesoris. Gloves dibuka berbarengan dengan membuka baju proteksi.
21. Cuci tangan menggunakan sabun antiseptik.
22. Semprotkan desinfektan untuk mendesinfeksi ruangan.
23. Dokumentasi:
 Tanggal dan waktu pengerjaan.
 Prosedur yang dilakukan: Pembersihan dan embalming pada mayat, dan tubuh
mayat sudah tidak infeksius.
 Nama dan tanda tangan operator.

44

Anda mungkin juga menyukai