Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH JIWA

“Konsep Dasar Kehilangan dan Proses Keperawatan Pada


Pasien Kehilangan”
KELOMPOK 4
Azizah Akhwat Novitri Destiara
(203110124) (203110142)
Dilla Febriani Lukman Putri Aulia Rahmah
(20311027) (203110145)
Findi Alandari Rahma Denira Putri
(203110129) (203110147)
Syaifil Mazana
Mutiara Jondesya
(203110156)
(203110138)
Vina Vepbrianty
Najmatul Asriah (203110159)
(203110141)
 
Konsep Penyakit Remarthoid Artritis

• Lambert mengatakan bahwa: kehilangan adalah


suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu
Definisi yang sebelumnya ada, kemungkinan menjadi
tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.

• Arti dari kehilangan


Faktor-faktor Yang • Sosial budaya
Mempengaruhi • kepercayaan / spiritual, Peran seks/jenis kelamin
Reaksi Kehilangan, • Status social ekonomi , Kondisi fisik dan psikologi
Tergantung : individu.

• Kehilangan aktual atau nyata.


Tipe Kehilangan
• Kehilagan presepsi
Jenis kehilangan

Kehilangan seseorang
Kehilangan yang ada pada diri sendiri
(loss of self)
Kehilangan objek eksternal
Kehilangan lingkungan yang sangat
dikenal
Kehilangan kehidupan/ meninggal
Fase / Tahapan

A. Fase denial


Merupakan reaksi pertama pada fase ini adalah syok, tidak
mempercayai kenyataan
Ungkapan verbal pada fase ini biasanya individu mengatakan
itu tidak mungkin, ― saya Sdak percaya itu terjadi
Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
B. Fase anger / marah
Individu mulaimenyadari akan kenyataan yang terjadi
Timbul respon marah diproyeksikan pada orang lain.
Reaksi fisik yang timbul adalah; muka merah, nadi cepat,
gelisah, susah tidur, tangan mengepal, serta perilaku agresif.
C. Fase bergaining / tawar- menawar.
Ungkapan secara verbal pada fase ini adalah; kenapa harus
terjadi pada saya ? , kalau saja yang sakit bukan
saya,seandainya saya hati-hati
D. Fase depresi
Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus
asa.
Gejala pada fase ini individu menolak makan, mengeluh
suslit tidur, letih, dorongan libido menurun.
E. Fase acceptance
Pikiran pada objek yang hilang mulai berkurang.
Ungkapan verbal pada fase ini adalah” apa yang dapat saya
lakukan agar saya cepat sembuh, yah, akhirnya saya harus
operasi”
TANDA DAN GEJALA

• Adaptasi terhadap kehilangan yang tidak

TAND berhasil
• Depresi, menyangkal yang berkepanjangan

A
• Reaksi emosional yang lambat
• Tidak mampu menerima pola kehidupan yang
norma

GEJAL
• Isolasi sosial atau menarik diri
• Gagal untuk mengembangkan hubungan/ minat-
minat baru

A • Gagal untuk menyusun kembali kehidupan


setelah kehilangan
Proses Asuhan keperawatan pasien dengan kehilangan

Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan


isi kehilangan
klien: apa yang dipikirkan,dikatakan,dirasakan,dan juga
diperhatikan melalui
perilaku.Beberapa percakapan yang mana merupakan
bagian pengkajian agar
mengetahui apa yang mereka pikirkan dan rasakan adalah :
• Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
• Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat
kehilangan
• Perilaku koping yang adekuat selama proses
❖ Terdapat factor yang mempengaruhi tentang respon pasien kehilangan,yaitu :
Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
➢ Faktor Predisposisi
1. Genetik
Seorang individu yang memiliki anggota keluarga atau dibesarkan dalam
keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan mengalami kesulitan dalam
bersikap optimis dan menghadapi kehilangan.
2. Kesehatan fisik
Individu dengan kesehatan fisik prima dan hidup dengan teratur
mempunyai kemampuan dalam menghadapi stres dengan lebih baik dibandingkan
dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
3. Kesehatan mental
Individu dengan riwayat gangguan kesehatan mental memiliki tingkat
kepekaan yang tinggi terhadap suatu kehilangan dan berisiko untuk kambuh
kembali.
10
4. Pengalaman kehilangan sebelumnya
ehilangan dan perpisahan dengan orang berarti di masa kanak-kanak akan
memengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi kehilangan di masa
dewasa.
➢ Faktor Presipitasi
Faktor pencetus kehilangan adalah perasaan stres nyata atau imajinasi
individu dan kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial,seperti kondisi sakit,
kehilangan fungsi seksual,kehilangan harga diri,kehilangan pekerjaan,
kehilangan
peran, dan kehilangan posisi di masyarakat.
➢ Mekanisme Koping
✓ Denial
✓ Regresi
✓ Intelektualisasi/rasionalisasi
✓ Supresi
✓ Proyeksi
➢ Perilaku
• Menangis atau tidak mampu menangis.
• Marah.
• Putus asa.
• Kadang berusaha bunuh diri atau membunuh orang lain.
2) Diagnosa Keperawatan
• Dx I : Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan : (Penyebab)
✓ Gangguan muskuloskeletal
✓ Gangguan neuromuskuler
✓ Kelemahan
✓ Gamgguan psikologis dan/atau psikotik
✓ Penurunan motivasi/minat
• Dx 2 : Isolasi sosial berhubungan dengan : (Penyebab)
✓ keterlambatan perkembangan
✓ ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
✓ ketidaksesuain minat dengan tahap perkembangan
✓ ketidaksesuain nilai- nilai dengan norma
✓ ketidaksesuain perilaku sosial dengan norma
✓ perubahan penampilan fisik
✓ perubahna status mental
✓ ketidakadekuatan sumber daya persinal (mis.disfungsi terbuka,
pengendalian diri buruk)
3.)Rencana Tindakan Keperawatan
 Dx 1 : Defisit Perawatan Diri
 Tujuan : Perawatan Diri
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah defisit perawatan diri
dapat diatasi dengan kriteria hasil :
 Kemampuan mandi pasien meningkat
 Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
 Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) meningkat
 Kemampuan mempertahankan kebersihan diri meningkat
 Minat melakukan perawatan diri meningkat
 Intervensi : Dukungan perawatan diri
 Observasi:
 Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
 Monitor tingkat kemandirian
 Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan din, berpakaian, berhias, dan makan
 Terapeutik:
 • Sediakan lingkungan yang teraupetik Siapkan keperluan pribadi
 • Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
 • Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan Jadwalkan rutinitas perawatan diri
 Edukasi
 • Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
 Dx 2 : Isolasi sosial
 Tujuan : Keterlibatan social
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan isolasi social
meningkat ,Kriteria hasil:
 Minat interaksi meningkat
 Versebalisasi tujuan meningkat
 Minat terhadap aktivitas meningkat
 Verbalisasi isolasi menurun
 Verbalisasi ketidakamanan di tempat umum menurun
 Perilaku menarik diri menurun
 Verbalisasi perasaan berbeda dengan orang lain menurun
 Verbalisasi preokupasi dengan pikiran diri menurun
 Afek murung atau sedih menurun
 Perilaku bermusuhan menurun
 Perilaku sesuai dengan harapan orang lain menurun
 Kontak mata meningkat
Intervensi : Promosi sosialisasi
Observasi:
Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain
Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain
Terapeutik:
Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan
Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan kelompok
Motivasi berinteraksi diluar lingkungan (mis.jalan jalan, ketoko
buku) Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam
berkomunikasi dengan orang lain
Diskusikan perencanaan kegiatan dimasa depan
Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri Berikan umpan
balik positif pada setiap peningkatan kemampuan
Edukasi
Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
Anjurkan ikut serta kegiatan social dan kemasyarakatan
Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
Anjurkan meningktakan kejujuran diri dan menghormati hak orang
lain Anjurkan penggunaan alat bantu (mis kacamata dan alat bantu
dengar)
Anjurkan membuat perencanaan kelompok kecil untuk kegiatan
khusus Latih bermain peran untuyk meningkatkan keterampilan
komunikasi Latih mengekspresikan marah dengan tepat

4.)Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan catatan tentang tindakan yang
diberikan kepada klien.Pencataan mencakup tindakan keperawatan
yang diberikan baik secara mandiri maupun kolaboratif, serta
pemenuhan kriteria hasil terhadap tindakan yang diberikan kepada
klien (Hutahean, 2010).
Evaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat harga diri rendah
adalah:
Pasien mampu mengenali peristiwa kehilangan yang dialami.
Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan
dirinya.
Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya.
Memanfaatkan faktor pendukung.
Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka.
Keluarga memahami cara merawat pasien berduka berkepanjangan.
Keluarga mempraktikkan cara merawat pasien berduka disfungsional.
Keluarga memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat.

5.)Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses
keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian,diagnosis
keperawatan, perencanaan,implementasi tindakan keperawatan,dan
evaluasi.
Contoh : SP Pertemuan Pertama Keluarga

Fase Oreintasi
Selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya perawat Sri
Atun, nama panggilan saya Perawat Sri. Saya perawat yang
berdinas di ruangan ini mulai pukul 07.30 sampai 14.00
WIB yang merawat keluarga atau ibu mbak. Nama mba
siapa? Senang dipanggil apa? Bagaimana perasaan mbak
hari ini? Apa yang mbak pikirkan tentang kondisi ibu?
Bagaiman jika kita bercakap-cakap tentang perasaan mbak
dan cara merawat ibu dengan baik. Tujuannya agar keluarga
dapat merawat ibu dan memberikan semangat kepada ibu
sehingga mempercepat proses penyembuhan. Berapa lama
kita berdiskusi? Tempatnya di mana mbak?
Fase Kerja
Apa yang sering dikeluhkan ibu kepada mbak atau anggota keluarga lainnya? Ya
ibu merasa frustasi dengan penyakitnya, ibu merasa sudah melakukan diet yang
dianjurkan dokter, sudah olahraga rutin, namun gula darah masih sulit kembali
normal. Ibu juga merasa tidak mampu mengendalikan penyakitnya, sehingga ibu
menjadi tidak bersemangat dalam pengobatan. Beliau merasa tertekan, stress, dan
tanda-tanda itu yang dinamakan kehilangan. Beliau juga memahami bila pikiran
atau stress dapat berpengaruh pada kemampuan tubuh dalam mengontrol gula
darah. Menurut mbak, apa yang rasanya belum optimal dilakukan untuk membuat
kadar gula darah ibu kembali normal? Yah betul, mengelola pikiran ibu sendiri.
Kemarin ibu dan saya sudah berlatih mengelola pikiran ibu, latihan ini disebut
dengan latihan Afirmasi atau latihan Berpikir Positif, yaitu dengan cara ibu
mengatakan berulangkali harapan-harapan yang dilakukan 2-3 kali sehari secara
rutin atau bila ibu merasa sedih. Kaliamat yang dilatih diucapakan ibu adalah
“Memang saat ini gula darah saya belum stabil, namun dengan semangat dan
kesabaran saya, saya terus menerus menjalankan pola hidup sehat, minum obat
teratur, saya yakin suatu saat gula darah saya akan terkontrol. Semua saya serahkan
pada Tuhan,” Tentunya latihan ini membutuhkan dukungan keluarga untuk
senantiasa mengingatkan ibu untuk selalu memiliki pikiran yang positif, senantiasa
memberikan semangat ibu untuk selalu patuh dalam program pengobatan. Apakah
mbak bersama anggota keluarga lainnya bersedia membantu ibu dalam program
pengobatan beliau kan? Bagus sekali.
Fase Terminasi
Bagaimana perasaan mbak setelah kita berdiskusi? Coba
sebutkan kembali kalimat Afirmasi yang akan dilatih ibu?
Berapa kali sehari mbak akan melatih ibu untuk latihan
Afirmasi ini? Bagus mbak, saya harap mbak beserta
anggota keluarga lainnya selalu mendukung ibu dalam
melakukan latihan ini dan memberikan semangant kepada
ibu terhadap program pengobatannya. Baiklah mbak,
bagaimana jika nanti jam sebelas saya akan datang lagi,
kita diskusikan tentang cara mengontrol perasaan
kehilangan ibu, selamat pagi mbak..
 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai