Anda di halaman 1dari 10

PERBUATAN MELAWAN HUKUM

DISUSUN OLEH KELOMPOK I :


1. ABDURROHIM RIMBU 21909121 6. ALIN ANANDA 21909091
2. ABDUL MAHIB TAUFIQ 21909097 7. YOGI WITMA SARITMA 21909114
3. AMRIN AMINUDDIN 21909062
4. MUH.ABDURRAHIM 21909081
5. MUH RIVAL ZULKIFLI 21909162
KONSEP PERBUATAN MELAWAN HUKUM

• Untuk memahami konsep “perbuatan melawan hukum” (onrechtmatige daad), perlu


dibaca Pasal 1365 KUHPer yang sama rumusannya dengan Pasal 1401 BW Belanda yang
menentukan sebagai berikut:
• “ Setiap perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian pada orang lain,
mewajibkan orang yang karena kesalahannya yang menimbulkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut”.
PERBUATAN (DAAD)

• Kata “ perbuatan” meliputi perbuatan positif dan perbuatan negatif. Perbuatan positif adalah
perbuatan yang benar-benar dikerjakan diatur dalam Pasal 1365 KUHPer atau Pasal 1401 BW
Belanda. Perbuatan negatif adalah perbuatan yang benar-benar tidak dikerjakan, diatur dalam Pasal
1366 KUHPer.Oleh karena itu, perbuatan positif dikerjakan oleh orang yang benar-benar berbuat,
sedangkan perbuatan negatif tidak dikerjakan sama sekali oleh orang yang bersangkutan.
• • Perbuatan itu harus melawan hukum (onrechtmatige);
• • Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian;
• • Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan; dan
• • Antara perbuatan dan kerugian yang timbul harus ada hubungan kausal.
B. MELAWAN HUKUM (ONRECHTMATIGE)

• Sejak tahun 1890 para penulis hukum telah menganut paham yang luas tentang
pengertian melawan hukum, sedangkan dunia peradilan (Mahkamah Agung) masih
menganut paham yang sempit. Hal itu dapat diketahui dari Putusan Hoge Raad
Nederlands sebelum tahun 1919, yang merumuskan :
• “Perbuatan melawan hukum adalah suatu perbuatan yang melanggar hak orang lain atau
jika orang berbuat bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri.”
C. GANTI KERUGIAN

• Kerugian yang dimaksud dalam pengertian ini dapat berupa kerugian materiel atau
kerugian imateriel. Menurut yurisprudensi, Pasal 1246-1248 KUHPer mengenai ganti
kerugian dalam hal terjadi wanprestasi tidak dapat diterapkan secara langsung pada
perbuatan pada perbuatan melawan hukum, tetapi dibuka kemungkinan penerapan secara
analogis.
D. KESALAHAN, KELALAIAN

• Pengertian kesalahan disini adalah pengertian dalam hukum perdata, bukan dalam hukum
pidana. Kesalahan dalam rumusan Pasal 1365 KUHPer melingkupi semua gradiasi dari
kesalahan dalam arti “kesengajaan” sampai pada kesalahan dalam arti “kelalaian”.
Menurut konsep hukum perdata, seseorang dikatakan bersalah jika kepadanya dapat
disesalkan bahwa dia telah melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan yang
seharusnya dihindarkan.
E. HUBUNGAN KAUSAL

• Hubungan kausal itu ada, dapat disimpulkan dari kalimat Pasal 1365 KUHPer “
perbuatan yang karena kesalahannya menimbulkan kerugian”. Kerugian itu harus timbul
sebagai akibat dari perbuatan orang itu. Jika tidak ada perbuatan, tidak pula ada akibat,
dalam hal ini kerugian.
I. UNSUR-UNSUR PERBUATAN MELAWAN
HUKUM
• Dari ketentuan Pasal 1365KUHPer ini, dapat diketahui bahwa suatu perbuatan melawan
hukum baru dapat dituntut penggantian kerugian apabila telah memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut :
• A.Perbuatan itu harus melawan hukum
• B.Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian
• C.Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan
• D. Perbuatan itu harus ada hubungan kausal (sebab-akibat)
KEWENANGAN PENGADILAN

• UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama pada Pasal 50 menentukan dalam hal terjadi sengketa
mengenai hak milik atau keperdataan lain dalam perkara-perkara sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 49, maka khusus mengenai objek yang menjadi sengketa tersebut harus diputus lebih dahulu
oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum. Ketentuan ini dirubah melalui UU No. 3 tahun
2006 Pasal 50 dengan menambahkan ayat (2) dalam pada pasal 50 yang menentukan apabila terjadi
sengketa hak milik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang subjek hukumnya antara orang-orang
yang beragama Islam, objek sengketa tersebut diputus oleh pengadilan agama bersama-sama perkara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49. Berdasarkan Pasal 50 UU Nomor 3 Tahun 2006, sudah jelas
bahwa saat ini pengadilan agama berwenang memeriksa dan memutus sengketa hak milik dan
sengketa lain dalam perkara yang menjadi kewenangan absolut pengadilan agama, termasuk di
dalamnya perkara waris Islam.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai