Anda di halaman 1dari 38

LASERASI JALAN

LAHIR
Nama kelompok :
1.Mutia muharani

2.Nur hidayah

3.Silvy syuhada

4.Siti zahara

5.Tarmelia afifa

6.Yona yuliani

7.Yosi mai elsa putri


DEFENISI DARI BEBERAPA
SUMBER
1. Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada
persalinan dengan trauma. Robekan jalan lahir
biasanya akibat episiotomi, robekan spontan
perinium atau vakum ekstraksi.
2. Robekan jalan lahir adalah trauma yang
diakibatkan oleh kelahiran bayi yang terjadi pada
serviks, vagina, atau perinium.
3. Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta
telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik,
dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut
berasal dari laserasi jalan lahir.
Faktor resiko laserasi jalan lahir

Faktor maternal Faktor janin

1. Partus Presipitatus yang tdk 1. Bayi yang besar


dikendalikan dan tidak
ditolong 2. Persentasi muka
2. Pasien yang tdk mampu 3. Kelahiran bokong
berhenti mengejan
3. Partus diselesaikan secara 4. Distosia bahu
tergesa-gesa dengan dorongan
fundus yang berlebihan
4. Edema dan kerapuan pada
perinium
5. Panggul sempit
Etiologi laserasi jalan lahir
 Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif
dan trauma akan memudahkan robekan jalan lahir
dan kerane itu hindari memimpin persalinan pada
saat pembukaan serviks belum lengkap.

Diagnosis
Tanda atau gejala robekan vagina, perinium atau
serviks antara lain, terjadi plasenta keluar, terdapat
perdarahan namun uterus berkontraksi, pada
inspeksi plasenta kotiledon plasenta lengkap.
 Terjadi pada persalinan dengan trauma.
 Hindari persalinan saat pembukaan serviks belum
lengkap.
 Penyebab:
 Episiotomi
 Robekan spontan perineum
 Trauma forseps atau vakum ekstrasi
 Versi ekstraksi
 Robekan yang bisa terjadi
 Ringan (lecet, laserasi)
 Luka episiotomi
 Robekan perineum spontan derajat ringan – ruptur
perinei totalis (sfingter ani terputus)
 Robekan dinding vagina, forniks uteri, serviks, daerah
sekitar klitoris dan uretra
 Terberat: ruptur uteri

 Pemeriksaan:
 Inspeksi vulva, vagina, dan serviks  cari sumber per-
darahan
 Curiga ruptur uteri:
 Persalinan macet/ kasep
 Uterus dengan lokuis minoris resistensia
 Adanya atonia uteri
 Tanda cairan bebas intraabdominal.

 Semua sumber perdarahan  diklem diikat 


luka ditutup dengan jahitan cat-gut.
Laserasi memiliki derajat
Derajat I

a. Perlukaan terjadi pada mukosa vagina dan


kulit perinium.
b. Robekan derajat pertama meliputi mukosa
vagina dan kulit perinium tepat dibawahnya.
c. Perlukaan hanya terbatas pada mukosa vagina
atau kulit perinium.
Derajat II
a. Perlukaan terjadi pada mukosa vagina, kulit
pernium dan otot perinium.
b. Laserasi derajat kedua merupakan luka robekan
yang lebih dalam. Luka ini terutama mengenai
garis tengah dan melebar sampai corpus
perinium.
c. Adanya perlukaan yang lebih dalam dan luas ke
vagina dan perinium dengan melukai fasia serta
otot-otot diafragma urogenital.
Derajat III
a. Perlukaan terjadi pada mukosa vagina, komisura
porterior, kulit perinium, otot perinium.
b. Robekan derajat ketiga meluas sampai corpus
perinium.
c. Perlukaan meluas dan labih dalam yang
menyebabkan musculus sfinter ani eksternus
terputus di depan robekan serviks.
Derajat IV
 a. Perlukaan terjadi pada mukosa vagina, kulit
perinium, otot perinium, dinding depan rectum.
Penatalaksanaan laserasi jalan lahir

1. Lakukan pemeriksan secara hati-hati


2. Jika terjdi laserasi derajat I atau II lakukan penjahitan
dengan anastesi local, dan penerangan lampu yang
cukup
3. Jika terjadi laserasi derajat III atau IV itu robekan
serviks.
 Pasang infus dengan menggunakan jarum besar ukuran
16 atau 18 dengan cairan RL
 Segera rujuk ibu ke fasilitas dengan kemampuan gawat
darurat obstetrik
 Dampi ibu ketempat rujuk
Ruptur Perineum
 Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada garis tengah akibat
persalinan baik secara spontan maupun dengan alat atau tindakan.

 Etiologi:
 Pascapersalinan

 Kepala janin terlalu cepat lahir

 Posisi persalinan, cara meneran

dan berat bayi baru lahir yang


terlalu besar ( > 4000 gram )
 Jaringan parut pada perineum

 Distosia bahu
 Faktor risiko
 Primipara
 Jarak kelahiran < 2 tahun
 Riwayat robekan perineum gr III / IV
 BBJ > 3500g
 Klasifikasi robekan perineum, derajat:
1. Laserasi epitel vagina atau laserasi pada kulit per-
ineum saja
2. Melibatkan kerusakan otot-otot perineum tetapi
tidak melibatkan kerusakan sfingter ani
3. Kerusakan otot sfingter ani:
3a: robekan <50% sfingter ani eksterna
3b: robekan >50% sfingter ani eksterna
3c: robekan sfingter ani interna
4. Robekan stadium tiga disertai robekan epitel anus
 Tatalaksana Ruptur Perineum
 Derajat I
 Jika tidak terlalu lebar tidak perlu dijahit
 Derajat II
 Penjahitan robekan perineum. Mula-mula otot dijahit dengan catgut,
kemudian mukosa vagina. Penjahitan mukosa vagina dimulai dari
puncak robekan. Terakhir kulit dijahit secara subkutikuler
 Derajat III
 Penjahitan dimulai dari dinding depan rectum kemudian fascia pascia
perirektal, fascia septum rektovaginal. Dilanjutkan dengan ujung-
ujung otot-sfingter ani, lanjutkan seperti penjahitan derajat II.
 Derajat IV
 Penjahitan derajat 4 hampir sama dengan derajat 3, hanya pada dera-
jat 4 mukosa rectum dijahit dengan benang kromik 3-0 atau 4-0 se-
cara interrupted dengan 0,5 cm antara jahitan. Selanjutnya jahitan
sama seperti derajat III.
Perlukaan Vulva
 2 jenis:
 Robekan vulva
 Akibat persalinan, primipara, luka pada vulva sekitar introitus
vagina, terkadang perdarahan banyak khususnya luka dekat klitoris.
Pada pemeriksaan sering terlihat robekan kecil pada labium mius,
vestibulum, atau belakang vulva.J
 Jika luka robekan besar dan terlihat perdarahan  penghentian
perdarahan dan penjahitan luka robekan
 Hematoma vulva
 Daerah hematoma akan terlihat bagian yang lembek, membengkak ,
perubahan warna kulit, nyeri tekan
 Penanganan: Hematoma kecil  kompres. Jika hematoma makin
membesar dan disertai tanda-tanda anemia, presyok maka perlu
segera dilakukan pengosongan dari hematoma tersebut.
Robekan Dinding Vagina
 Jenis: Kolpaporeksis dan Fistula

 Kolpaporeksis
 Robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina
 Fistula
 Akibat perlukaan pada vagina yang menembus kandung
kemih atau rektum, misalnya oleh perforator atau alat
untuk dekapitasi, atau karena robekan serviks yang
menjalar. Jika kandung kemih luka, urin segera keluar
melalui vagina.
 Tatalaksana: penjahitan
 Komplikasi: perdarahan, infeksi
Robekan Serviks
 Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks
 Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan
dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus.
 Perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta
sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi
baik  dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya
robekan serviks uteri.

 Etiologi
 Partuspresipitatus
 Trauma
 Ekstraksi dengan forceps, ekstraksi pada letak sungsang,
versi dan ekstraksi, dekapitasi, dan kranioklasi.
 Manifestasi
 Perdarahan
 KU memburuk

 Tatalaksana:
 Jika berdarah atau lebih besar dari 1 cm  penjahitan.
 Komplikasi: perdarahan, hematoma, retensi urin,
infeksi, jaringan parut dan stenosis vagina, fistula
Ruptur Uteri
 Robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miometrium
 Klasifikasi:
 Ruptur spontan
 Kehamilan  biasanya pada korpus uteri
 Ruptura uteri completa (jika semua lapisan dinding rahim
sobek) dan ruptura uteri incompleta (jika parametrium
masih utuh)
 Robekan violen
 Robekan bekas luka seksio
 Faktor Risiko:
 Multiparitas
 Pemakaian oksitosin yang tidak sesuai
 Kelainan letak dan implantasi plasenta
 Kelainan bentuk uterus
 Hidramnion
 Tatalaksana:
 Penanganan umum perdarahan postpartum
 Laparatomi
 Histerektomi
Contoh kasus laserasi jalan lahir
Kasus
Seorang ibu berusia 25 tahun baru saja melahirkan anak
pertamanya pukul 14.10 WIB secara normal berjenis kelamin
LK, BB 3700 gram, TB 50 cm Bugar. Lalu disuntik oksitosin
setelah 2 menit bayi lahir. Plasenta lahir lengkap pada pukul
14.23 WIB, bidan langsng melakukan masase selama 15 detik
kontraksi baik, TFU 2 jari dibawah pusat ada perdarahan
pervagina, bidan melakukan inspeksi pada perinium terdapat
laserasi jalan lahir derajat II. Hasil pemeriksaan TD:
130/80mmHg RR: 24X/i Pols: 78 x/i Temp: 37,4 c. Ibu
mengatakan merasa senang bayi dan plasenta sudah lahir,
dan mengatakan perutnya masih merasa mulas.
I. Pengumpulan Data
S : - Ibu mengatakan merasa bayi dan
plasenta sudah lahir
- Perutnya masih merasa mules
O : - Keadaan Umum : Baik
- Vital Sign:
TD : 130 / 80 mmHg
Pols : 78 kali / menit
RR : 24 Kali / menit
Temp : 37,4 c
 Inspeksi perinium : terdapat laserasi jalan lahir
derajat II (dari kulit perinium smpai otot perinium)
 Perdarahan pervagina : lebih kurang 150 cc
II. Interpretasi data
1. Diagnosa : Ibu G1P1A0 inpartu kala IV partus
normal dengan laserasi jalan lahir derajat
II.
2. Masalah : Perdarahan post partum
3. Kebutuhan : Hecting Perinium
III. Identifikasi diagnosa masalah
potensial
- Tidak ada
IV. Identifikasi diagnosa masalah
potensial yang membutuhkan tin-
dakan segera, kolaborasi dan ru-
jukan
- Tidak ada
V. Perencanaan
 1. Informasikan kepada ibu dan keluarga bahwa
bayi sudah lahir selamat dengan laserasi jalan lahir
derajat ll.
 2. Melakukan Asuhan pada BBL
 3. Anestesi ibu
 4. Hecting
 5. Nutrisi dan cairan
 6. Personal hygiene
 7. Observasi KU ibu
 8. Berikan obat
 9.Vul a Hyguene
Vl. Pelaksanaan
1. Informasikan kpd ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu sdh
melahirkan dgn selamat tetapi terdapat robekan jalan
lahir yang disebabkan karena ibu tdk mampu tdk bisa
berhenti mengejan bayi besar.

2. mengangkat bayi dari ibu, TB: 3700 gr, TB: 50 cm, LD: 32
cm, LK: 33 cm, beri salep mata bayi oxytetracycilin, dan
menyuntikan vit k 0,5 cc dipaha kiri bayi, bedong bayi
kembali. Berikan bayi kepd keluarga karena akan dilakukan
penjahitan perinium pd ibu.
3. Memberitahukan ibu akan disuntikan anastesis untuk
menetlalisir rasa skit karena akan dilakukan penjahitan pd
perinium ibu.
4. Melakukan penjahitan perinium dengan jahitan jelujur
5. Memberikan ibu Satu gelas teh manis
6. Membersihkan ibu agar ibu merasa nyaman
7. Mengobservasi keadaan umum TFU, kontraksi,
kandung kemih, perdarahan dalam 1 jam pertama
dan 30 menit sekali dlm 1 jam

8. Memberikan ibu terapi obat amoxcilin 500 mg


(3x1), SF (1X1). Diminum setelah makan sesuai
aturan utk menunjang proses penyembuhan ibu.
9. Memberitahukan ibu utk selalu menjaga
kebersihan vagina ibu dan menjaga agar selalu dlm
keadaan kering. Segera ganti celana dalam jika
terasa lembab atau basah agar tdk terjadi infeksi
pada luka jahitan
Vll. Evaluasi
 1. Ibu dan kekuarga sudah mengetahui keadaannya
 2. Bayi telah di lakukan pemeriksaan
 3. Ibu sudah di suntik lydocain
 4. Perenium ibu sudah di jahit
 5. Ibu sudah menghabiskan 250 ml teh manis
 6. Ibu sudah di bersihkan dan merasa nyaman
 7. Bidan sudah melakukan Observasi
 8. Ibu sudah minum obat
 9. Ibu sudah mengerti dan akan melaksanakan an-
juram bidan
Terima kasih
Daftar Pustaka
 Waspodo D. Perawatan operatif. Dalam : Saifuddin AB,
Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH (ed). Ilmu kebidanan sarwono
prawirohardjo, edisi keempat. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2009. (444-47)
 Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Buku
acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta : JNPKKR-POGI.2002 (430-3)
 Bick D. The postnatal needs of women following caesarean section.
London : Royal College of Nursing. 2004
 Women and Newborn Health Service King Edward Memorial Hospi-
tal. Following caesarean birth. Darwin : WNHS. 2010
 Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap LC, Wen-
strom KD. Williams Obstetrics. 22nd edition. New York: McGraw-Hill,
2007.

Anda mungkin juga menyukai