Anda di halaman 1dari 27

“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

U
DENGAN CHOLELITHIASIS
DI LANTAI 5 PAVILIUN ERI SOEDEWO
RSPAD GATOT SOEBROTO”

DISUSUN OLEH :
KARTIKA AMELIA PRATIWI
1935081
BAB I
Latar Belakang
Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan
bahwa terdapat 400 juta penduduk di dunia mengalami
Cholelithiasis dan mencapai 700 juta penduduk pada tahun 2016.
Cholelithiasis atau batu empedu terbentuk akibat ketidak
seimbangan kandungan kimia dalam cairan empedu yang
menyebabkan pengendapan satu atau lebih komponen empedu.
Cholelithiasis merupakan masalah kesehatan umum dan sering
terjadi di seluruh dunia, walaupun memiliki prevalensi yang berbeda
beda di setiap daerah (Arif Kurniawan , Yunie Armiyati, 2017).
ANATOMI FISIOLOGI

Empedu adalah produk hati, merupakan


cairan yang mengandung mucus, mempunyai
warna kuning kehijauan dan mempunyai
reaksi basa. Komposisi empedu adalah
garam-garam empedu, pigmen empedu,
kolesterol, lesitin, lemak dan garam organic
PENGERTIAN CHOLELITHIASIS
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di
dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada
kedua-duanya. Sebagian besar batu empedu, terutama batu
kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu (Wibowo, 2010)

ETIOLOGI CHOLELITHIASIS
Etiologi batu empedu masih belum diketahui. Satu teori menyatakan bahwa
kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di kandung empedu.
Setelah beberapa lama, empedu yang telah mengalami supersaturasi
menjadi mengkristal dan mulai membentuk batu. Akan tetapi, tampaknya
faktor predisposisi terpenting adalah gangguan metabolisme yang
menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, stasis empedu, dan
infeksi kandung empedu.
CHOLELITHIASIS
KLASIFIKA
FAKTOR SI
PEMBENTUKAN BATU 01 Batu kolestrol
1. EKRESI GARAM
EMPEDU Biasanya berukuran besar,
EMPEDU soliter, berstruktur bulat atau
oval, berwarna kuning pucat
2. KOLESTEROL dan seringkali mengandung
EMPEDU kalsium dan pigmen
3. SUBSTANSIA MUKUS 02 Batu pigmen
4. PIGMEN EMPEDU
Terdiri atas garam kalsium
dan salah satu dari anion
(bilirubinat, karbonat,
fosfat, atau asam lemak
rantai panjang).
Manifestasi klinis
1. Sebagian bersifat asimtomatik

2. Nyeri tekan kuadran kanan atas

3. Nyeri Persisten
4. Mual dan muntah serta demam
5. Icterus obstruksi
6.
7. Peruban warna
Regurgitas gas :urine
flatusdan
danfeses
sendawa
8. Defisiensi Vitamin A,D,E,K
Pathway cholelithiasis
Komplikasi Penatalaksana
an
1. Kolesistis
Penanganan Non Bedah
Peradangan kandung empedu
a. Disolusi Medis
b. ERCP ( endoscopic
2. Kolangitis
Retrograde Cholangio
peradangan pada saluran empedu
Pancreatography )
c. ESWL ( Extracorporeal
3. Hidrops
shock wave lithotripsy )
Hidrops biasanya disebabkan oleh
Penanganan Bedah
obstruksi duktus sistikus
a. Kolesistektomi
laparaskopik
4. Empiema
b. Kolesistektomi terbuka
kandung empedu berisi nanah
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksan sinar-X abdomen

Ultrasinografi, pemeriksaan USG


ERCP (Endoscopic Retrograde
CholangioPancreatography)

Kolangiografi Transhepatik
Perkutan
MRCP (Magnetic Resonance
Cholangiopancreatography)
BAB III
Klien bernama Ny.U, jenis kelamin TINJAUAN
Perempuan, usia 45 tahun, status perkawinan KASUS
kawin, agama Islam, suku bangsa Jawa,
pendidikan terakhir SMA, bahasa yang
digunakan Bahasa Indonesia, pekerjaan ibu
Identitas
rumah tangga, alamat Jl. Rawa Kuning Pulo Pasien
Gebang Cakung, sumber biaya BPJS. Sumber
informasi didapat dari klien, keluarga, dan
rekam medis
Pengkajian klien. pada tanggal 02 April 2021 di
dilakukan
lantai V Paviliun Eri Sadewo RSPAD Gatot Soebroto
klien masuk pada tanggal 27 Mei 2021 dengan nomor
register 01050165 dan dengan diagnosa medis
Cholelithiasis.
Klien rujukan dari Rumah Sakit Islam Jakarta, saat dirujuk klien
mengeluh sakit perut dan nyeri pada ulu hati dengan skala nyeri 3.
Klien dirujuk untuk mendapatkan pengobatan dan penanganan
operasi laparatomi di RSPAD Gatot Soebroto. Klien masuk ruangan
Paviliun Eri Soedewo lantai V pada tanggal 30 Mei 2021 pukul
08:05 WIB dari poli bedah digestive dengan diagnosa cholethiasis.
Klien melakukan pemeriksaan radiologi dan laboratorium. Klien
telah dilakukan operasi laparatomi pada tanggal 31 Mei 2021 jam
19:10 WIB. Setelah selesai operasi klien terpasang infus RL 500 ml.
Dilakukan pemeriksaan TTV hasil TD: 121/80 mmHg, S: 36,3°C, N:
82 x/menit, RR: 20x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 11,7
g /dl (12,0-14,0 g /dl) Ht 40% (40-50%), Leukosit 8010 µl (5000 –
10.000 µl).
Dari data di atas ditemukan masalah keperawatan nyeri akut dan
resiko infeksi belum teratasi. Telah dilakukan tindakan observasi
TTV/8 jam, perawatan luka, telah dilakukan pemberian obat,
Data subjektif Data objektif

Klien mengeluh nyeri pada luka operasi -Hasil TTV


P: klien mengatakan nyeri karena luka post TD: 121/80 mmHg
op S: 36,3oC
Q: klien mengatakan nyeri seperti ditusuk- N: 80 x/mnt
tusuk RR: 20 X/mnt
R: klien mengatakan nyeri di perut SpO2: 99%
S: skala nyeri 3 -Keadaan compos mentis
T: klien mengatakan nyeri bertambah saat -Klien tampak meringis saat terasa nyeri
bergerak -Klien tampak gelisah
-Klien mengatakan merasa takut dan cemas -Klien terdapat luka diperut tertutup kassa
-Klien mengatakan nyeri saat dilakukan -Luka post op hari +1
perawatan luka -Klien tampak hanya berbaring
-Klien mengatakan pada bagian luka belum -Leukosit 8010 µl (5000-10.000 µl)
mengering
-Klien mengatakan harus dibantu untuk
beberapa aktivitas dikarenakan terdapat luka
post operasi pada abdomen
ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi

1 Data Subjektif: Nyeri Agen


Klien mengatakan sudah menjalani operasi pada tanggal 31 Mei 2021. Klien mengatakan pencedera
Akut
nyeri pada luka operasi di bagian perut, P: Klien mengatakan nyeri saat/setelah berpindah Fisik (Efek
posisi, bergerak, menelan dan bicara terlalu sering, Q: Klien mengatakan nyeri seperti Prosedur
tertusuk-tusuk, R: Klien mengatakan nyeri dibagian perut dibawah pusar, S: Klien Invasif)
mengatakan skala nyeri 3, T: Klien mengatakan nyeri hilang timbul saat bergerak, Klien
mengatakan nyeri saat dilakukan perawatan luka , klien mengatakan takut dan cemas

Data Objektif:
Kesadaran compos mentis, Glasgow Coma Scale (GCS) 15, E4M6V5, TTV TD : 121/80
mmHg, S: 36°C, N : 80x/mnt, RR : 20x/mnt, SaO2 : 95%, skala nyeri 3, terdapat luka
operasi laparatomi hari ke 1 pada andomen klien, luka tampak dibalut kassa, tidak
terdapat rembesan darah, daerah sekitar luka tampak kemerahan, klien tampak meringis
kesakitan dan tegang, klien tampak berhati-hati dalam bergerak dan berbicara, klien
tampak memegang bagian luka operasi yaitu di abdomen bawah pusar
ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi

2 Data Subjektif: Resiko Efek Prosedur

Klien mengatakan nyeri saat dilakukan perawatan luka, Invasif


Infeksi
Klien mengatakan pada bagian luka belum mengering

Data Objektif:
Kesadaran compos mentis, Glasgow Coma Scale (GCS) 15, E4M6V5, TTV TD :
121/80 mmHg, S: 36°C, N : 80x/mnt, RR : 20x/mnt, SaO2 : 95%, skala nyeri 3,
terdapat luka operasi laparatomi hari ke 1 pada andomen klien, luka tampak dibalut
kassa, tidak terdapat rembesan darah, daerah sekitar luka tampak kemerahan, Terpasang
infus RL 500ml Klien tampak hanya berbaring
ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi

3 Data Subjektif: Gangguan Nyeri

klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak


mobilitas
Klien mengatakan harus dibantu untuk beberapa aktivitas dikarenakan nyeri luka post op
fisik

Data Objektif:
Kesadaran compos mentis, Glasgow Coma Scale (GCS) 15, E4M6V5, TTV TD : 121/80
mmHg, S: 36°C, N : 80x/mnt, RR : 20x/mnt, SaO2 : 95%, skala nyeri 3, terdapat luka
operasi laparatomi hari ke 1 pada andomen klien. Klien tampak hanya berbaring
Diagnosa

Keperawatan
Diagnosa keperawatan post op berdasarkan
prioritas masalah adalah sebagai berikut:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik (prosedur operasi)
2) Resiko infeksi berhubungan dengan
efek prosedur invasif
3) Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri
Perencanaan
keperawatan
Dx 1: Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
akut dapat teratasi dengan
Kriteria Hasil :
-Klien mampu mengontrol nyeri menggunakan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri
-Klien melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
-Klien tampak rileks
-TTV dalam batas normal

Intervensi:
1.Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (intensitas nyeri, lokasi,
karakteristik, berat skala (0-10) )
2.Ajarkan teknik non farmakologis seperti teknik nafas dalam, relaksasi, distraksi
dan kompres dingin atau hangat
3.Monitor tanda-tanda vital setiap 8 jam
4.Bantu pasien memberikan posisi nyaman (semi fowler)
5.Berikan obat analgesic ketorolac 30mg (IV)
Perencanaan
keperawatan
Dx 2: Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
resiko infeksi tidak terjadi dengan
Kriteria Hasil :
-Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
-Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
-Jumlah leukosit dalam batas normal
-Menunjukkan perilaku hidup sehat

Intervensi:
1.Observasi tanda-tanda infeksi (adanya kemerahan, nyeri, edema)
2.Observasi keadaan balutan luka
3.Lakukan perawatan luka aseptik dengan larutan antiseptik setiap pagi
4.Observasi tanda-tanda vital setiap 8 jam
5.Berikan antibiotik Ceftriaxone 1gr melalui IV dan Metronidazol 500 mg (p.o)
sesuai program
Perencanaan
keperawatan

Dx 3: Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
gangguan mobilitas fisik teratasi.
Kriteria Hasil:
-Klien meningkat dalam aktivitas
-Mengerti tujuan dari peningkatan mobilisasi

Intervensi:
1.Monitor tanda – tanda vital
2.Kaji kemampuan mobilisasi pasien
3.Bantu pasien untuk mobilisasi/merubah posisi
4.Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
Tanggal 01 Juni 2021
Pelaksanaan
keperawatan
Pukul 08.00 WIB memonitor TTV hasil TD: 121/80 mmHg, S: 36°C, N: 80 x/mnt, RR: 20 x/mnt.Pukul
09.00 mengobservasi tanda tanda infeksi hasil daerah sekitar luka tampak baik tidak adakemerahan
tidak ada edema dan tidak ada panas. 09.30 WIB mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi hasil
klien mampu miring kekanan dan kiri Pukul 10:00 WIB melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif hasil klien mengeluh nyeri di perut nyeri hilang timbul nyeri seperti ditusuk-tusuk skala
nyeri 3. Pukul 10:30 WIB mengobservasi keadaan balutan luka hasil tidak terdapat rembesan
darahPukul 13:00 WIB membantu klien untuk mobilisasi/merubah posisi fowler tanpa sandaran hasil
klien dapat merubah posisinya tapi masih merasa nyeri Pukul 13:15 WIB memberikan terapi obat
analgetik ketorolac 30mg (IV) memberikan terapi obat antibiotik metronidazol 500mg sesuai program
hasil obat masuk dengan lancar dan klien tidak alergi. Pukul 14:00 WIB memonitor TTV hasil TD:
128/78 mmHg, S: 36oC, N: 78x/menit, RR: 18x/menit. Pukul 15:00 WIB mengajarkan teknik nafas
dalam hasil pasien memahami dan mengikuti instruksi perawat. Pukul 17:00 WIB memberikan posisi
semi fowler hasil pasien tampak nyaman. Pukul 18:00 WIB memberikan terapi obat analgesik ketorolac
30mg (IV), memberikan terapi obat antibiotik Ceftriaxone 1gr (IV) hasil obat masuk dengan lancar dan
klien tidak alergi. Pukul 19:00 WIB melakukan kompres hangat hasil pasien tampak nyaman Pukul
20:00 WIB memonitor TTV hasil TD: 110/70 mmHg, S: 36 oC, N: 79x/mnt, RR: 20x/mnt. Pukul 06:00
WIB memberikan terapi obat analgesik ketorolac 30mg (IV) memberikan terapi obat antibiotik
Ceftriaxone 1gr (IV) sesuai program hasil obat masuk dengan lancar dan klien tidak alergi.
Tanggal 02 Juni 2021
Pelaksanaan
keperawatan
Pukul 08.00 WIB memonitor TTV hasil TD: 120/80 mmHg, S: 36°C, N: 84x/mnt, RR: 20 x/mnt.Pukul
09.00 mengobservasi tanda tanda infeksi hasil daerah sekitar luka tampak baik tidak adakemerahan
tidak ada edema dan tidak ada panas. 09.30 WIB mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi hasil
klien mampu miring kekanan dan kiri Pukul 10:00 WIB melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif hasil klien mengeluh nyeri di perut nyeri hilang timbul nyeri seperti ditusuk-tusuk skala
nyeri 3. Pukul 10:30 WIB mengobservasi keadaan balutan luka hasil tidak terdapat rembesan
darahPukul 13:00 WIB membantu klien untuk mobilisasi/merubah posisi fowler tanpa sandaran hasil
klien dapat merubah posisinya tapi masih merasa nyeri Pukul 13:15 WIB memberikan terapi obat
analgetik ketorolac 30mg (IV) memberikan terapi obat antibiotik metronidazol 500mg sesuai program
hasil obat masuk dengan lancar dan klien tidak alergi. Pukul 14:00 WIB memonitor TTV hasil TD:
110/60 mmHg, S: 35,8oC, N: 60x/menit, RR: 18x/menit. Pukul 15:00 WIB mengajarkan teknik nafas
dalam hasil pasien memahami dan mengikuti instruksi perawat. Pukul 17:00 WIB memberikan posisi
semi fowler hasil pasien tampak nyaman. Pukul 18:00 WIB memberikan terapi obat analgesik ketorolac
30mg (IV), memberikan terapi obat antibiotik Ceftriaxone 1gr (IV) hasil obat masuk dengan lancar dan
klien tidak alergi. Pukul 19:00 WIB melakukan kompres hangat hasil pasien tampak nyaman Pukul
20:00 WIB memonitor TTV hasil TD: 110/70 mmHg, S: 36,18 oC, N: 78x/mnt, RR: 20x/mnt. Pukul
06:00 WIB memberikan terapi obat analgesik ketorolac 30mg (IV) memberikan terapi obat antibiotik
Ceftriaxone 1gr (IV) sesuai program hasil obat masuk dengan lancar dan klien tidak alergi.
Tanggal 03 Juni 2021
Pelaksanaan
keperawatan
Pukul 08.00 WIB memonitor TTV hasil TD: 110/60 mmHg, S: 35,7°C, N: 80x/mnt, RR: 20 x/mnt.Pukul
09.00 mengobservasi tanda tanda infeksi hasil daerah sekitar luka tampak baik tidak adakemerahan
tidak ada edema dan tidak ada panas. 09.30 WIB mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi hasil
klien mampu miring kekanan dan kiri Pukul 10:00 WIB melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif hasil klien mengeluh nyeri di perut nyeri hilang timbul nyeri seperti ditusuk-tusuk skala
nyeri 3. Pukul 10:30 WIB mengobservasi keadaan balutan luka hasil tidak terdapat rembesan
darahPukul 13:00 WIB membantu klien untuk mobilisasi/merubah posisi fowler tanpa sandaran hasil
klien dapat merubah posisinya tapi masih merasa nyeri Pukul 13:15 WIB memberikan terapi obat
analgetik ketorolac 30mg (IV) memberikan terapi obat antibiotik metronidazol 500mg sesuai program
hasil obat masuk dengan lancar dan klien tidak alergi. Pukul 14:00 WIB memonitor TTV hasil TD:
120/70 mmHg, S: 35,8oC, N: 75x/menit, RR: 20x/menit. Pukul 15:00 WIB mengajarkan teknik nafas
dalam hasil pasien memahami dan mengikuti instruksi perawat. Pukul 17:00 WIB memberikan posisi
semi fowler hasil pasien tampak nyaman. Pukul 18:00 WIB memberikan terapi obat analgesik ketorolac
30mg (IV), memberikan terapi obat antibiotik Ceftriaxone 1gr (IV) hasil obat masuk dengan lancar dan
klien tidak alergi. Pukul 19:00 WIB melakukan kompres hangat hasil pasien tampak nyaman Pukul
20:00 WIB memonitor TTV hasil TD: 120/70 mmHg, S: 36 oC, N: 88x/mnt, RR: 20x/mnt. Pukul 06:00
WIB memberikan terapi obat analgesik ketorolac 30mg (IV) memberikan terapi obat antibiotik
Ceftriaxone 1gr (IV) sesuai program hasil obat masuk dengan lancar dan klien tidak alergi.
Evaluasi keperawatan
Dx 1 : Nyeri akut b.d agen pencedera fisik Dx 2: Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif
S: Pasien mengatakan nyeri berkurang, skala S: Pasien mengatakan luka tidak ada rembesan
nyeri 1, nyeri sudah tidak menjalar. darah, merasa nyaman
O: Pasien masih tampak meringis kesakitan, O: Luka tampak bersih, kering, tidak ada tanda-
TTV: TD: 120/70 mmHg, S: 36°C, N: tanda infeksi, tampak tidak ada rembesan darah,
88x/mnt, RR: 20x/mnt TTV: TD: 120/70 mmHg, S: 36°C, N: 88x/mnt,
A: Tujuan tercapai, masalah teratasi RR: 20x/mnt
P: Intervensi dihentikan A: Tujuan teratasi
P: Intervensi dihentikan

Dx 3: Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri


S: Pasien mengatakan sudah bisa duduk tanpa sandaran,
klien sudah mampu miring ke kanan dan kiri.
O: Pasien tampak sudah bisa melakukan sebagian
aktivitas sendiri
A: Tujuan tercapai, masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
BAB IV
PENGKAJIAN
Pada tahap pengkajian kasus pasien dengan diagnosa Cholelitiasis menurut Muttaqin dan Sari (2011) pada
pasien Cholelitiasis Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas.
Pada kasus Ny. U ada beberapa data yang ditemukan sesuai dengan keluhan pasien adalah Nyeri akut
berhubungan dengan agen injury fisik, benjolan, nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada perut, dengan
skala nyeri 3, nyeri terasa pada saat berubah posisi, Pasien meringis menahan nyeri saat berubah posisi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan tumor dinding perut
dalam NANDA (2015) adalah sebagai berikut Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cedera Biologis:
Obstruksi Kandung Empedu, Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
Ketidak mampuan Pemasukan Nutrisi, Mual berhubungan dengan Iritasi Lambung, Kekurangan Volume Cairan
berhubungan dengan Kehilangan Volume Cairan Aktif, Insomnia berhubungan dengan Ketidaknyamanan Fisik:
Nyeri, Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Nyeri, Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan
Nyeri, Ansietas berhubungan dengan Ancaman Kematian, Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan
Faktor mekanik, Risiko Perdarahan, Risiko Infeksi berhubungan dengan Kerusakan Integritas Kulit: Prosedur
Invasif. Sedangkan pada kasus Ny. U dengan diagnosa cholelitiasis muncul diagnosa keperawatan sebagai
berikut, Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (Post Operasi), Risiko infeksi dengan faktor procedure
invasif (Post Operasi).
BAB IV
PERENCANAAN
Pada perencanaan tindakan, penulis mengacu pada referensi Nursing Interventions Clasification (NIC) dan
Nursing Outcome Clasification (NOC). Pada teori dan kenyataan tahap perencanaan menggunakan referensi
yang sama

PELAKSANAAN
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Ny. U didasarkan pada perncanaan keperawatan yang telah
disusun

EVALUASI
Setelah melakukan tindakan keperawatan, maka langkah terakhir adalah evaluasi terhadap diagnosa keperawatan
yang ditemukan dengan menggunakan metode SOAP, ketiga diagnosa keperawatan yang ditemukan, diagnosa
pertama nyeri akut b.d agen pencedera fisik tersebut masalah teratasi, tujuan tercapai, diagnosa kedua yaitu resiko
infeksi b.d efek prosedur invasif tersebut masalah teratasi, tujuan tercapai, diagnosa ketiga gangguan mobilitas
fisik b.d nyeri tersebut masalah teratasi, tujuan tercapai.
KESIMPULAN
1.Pada tahap pengkajian terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
Pada kasus Ny.U diduga, pada kasus gejala yang ditemukan sering mengalami sakit perut. Pada kasus dilakukan
pemeriksaan radiologi berupa foto thorax dan pemeriksaan laboratorium berupa Hb 11,7 g /dl (12,0-14,0 g /dl)
Ht 40% (40-50%), Leukosit 8010 µl (5000 – 10.000 µl).

2.Pada tahap diagnosa keperawatan yang prioritas adalah Diagnosa yang ditemukan pada kasus sebagai berikut:
-Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
-Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif
-Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri

3.Pada kasus dibuat berdasarkan SMART dan dibuat batasan waktu atau timing yaitu 3x24 jam, karena penulis
diberikan kesempatan untuk memberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, Hal ini berdampak pada
penetapan kriteria hasil yang disesuaikan dengan waktu yang diberikan dalam memberikan asuhan keperawatan

4.Tahap pelaksanaan pada kasus disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat dan semua rencana tindakan
dapat dilaksanakan.

5.Pada tahap evaluasi, diagnosa prioritas yang dilaksanakan yaitu tujuan nya tercapai, masalah teratasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai