U
DENGAN CHOLELITHIASIS
DI LANTAI 5 PAVILIUN ERI SOEDEWO
RSPAD GATOT SOEBROTO”
DISUSUN OLEH :
KARTIKA AMELIA PRATIWI
1935081
BAB I
Latar Belakang
Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan
bahwa terdapat 400 juta penduduk di dunia mengalami
Cholelithiasis dan mencapai 700 juta penduduk pada tahun 2016.
Cholelithiasis atau batu empedu terbentuk akibat ketidak
seimbangan kandungan kimia dalam cairan empedu yang
menyebabkan pengendapan satu atau lebih komponen empedu.
Cholelithiasis merupakan masalah kesehatan umum dan sering
terjadi di seluruh dunia, walaupun memiliki prevalensi yang berbeda
beda di setiap daerah (Arif Kurniawan , Yunie Armiyati, 2017).
ANATOMI FISIOLOGI
ETIOLOGI CHOLELITHIASIS
Etiologi batu empedu masih belum diketahui. Satu teori menyatakan bahwa
kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di kandung empedu.
Setelah beberapa lama, empedu yang telah mengalami supersaturasi
menjadi mengkristal dan mulai membentuk batu. Akan tetapi, tampaknya
faktor predisposisi terpenting adalah gangguan metabolisme yang
menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, stasis empedu, dan
infeksi kandung empedu.
CHOLELITHIASIS
KLASIFIKA
FAKTOR SI
PEMBENTUKAN BATU 01 Batu kolestrol
1. EKRESI GARAM
EMPEDU Biasanya berukuran besar,
EMPEDU soliter, berstruktur bulat atau
oval, berwarna kuning pucat
2. KOLESTEROL dan seringkali mengandung
EMPEDU kalsium dan pigmen
3. SUBSTANSIA MUKUS 02 Batu pigmen
4. PIGMEN EMPEDU
Terdiri atas garam kalsium
dan salah satu dari anion
(bilirubinat, karbonat,
fosfat, atau asam lemak
rantai panjang).
Manifestasi klinis
1. Sebagian bersifat asimtomatik
3. Nyeri Persisten
4. Mual dan muntah serta demam
5. Icterus obstruksi
6.
7. Peruban warna
Regurgitas gas :urine
flatusdan
danfeses
sendawa
8. Defisiensi Vitamin A,D,E,K
Pathway cholelithiasis
Komplikasi Penatalaksana
an
1. Kolesistis
Penanganan Non Bedah
Peradangan kandung empedu
a. Disolusi Medis
b. ERCP ( endoscopic
2. Kolangitis
Retrograde Cholangio
peradangan pada saluran empedu
Pancreatography )
c. ESWL ( Extracorporeal
3. Hidrops
shock wave lithotripsy )
Hidrops biasanya disebabkan oleh
Penanganan Bedah
obstruksi duktus sistikus
a. Kolesistektomi
laparaskopik
4. Empiema
b. Kolesistektomi terbuka
kandung empedu berisi nanah
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksan sinar-X abdomen
Kolangiografi Transhepatik
Perkutan
MRCP (Magnetic Resonance
Cholangiopancreatography)
BAB III
Klien bernama Ny.U, jenis kelamin TINJAUAN
Perempuan, usia 45 tahun, status perkawinan KASUS
kawin, agama Islam, suku bangsa Jawa,
pendidikan terakhir SMA, bahasa yang
digunakan Bahasa Indonesia, pekerjaan ibu
Identitas
rumah tangga, alamat Jl. Rawa Kuning Pulo Pasien
Gebang Cakung, sumber biaya BPJS. Sumber
informasi didapat dari klien, keluarga, dan
rekam medis
Pengkajian klien. pada tanggal 02 April 2021 di
dilakukan
lantai V Paviliun Eri Sadewo RSPAD Gatot Soebroto
klien masuk pada tanggal 27 Mei 2021 dengan nomor
register 01050165 dan dengan diagnosa medis
Cholelithiasis.
Klien rujukan dari Rumah Sakit Islam Jakarta, saat dirujuk klien
mengeluh sakit perut dan nyeri pada ulu hati dengan skala nyeri 3.
Klien dirujuk untuk mendapatkan pengobatan dan penanganan
operasi laparatomi di RSPAD Gatot Soebroto. Klien masuk ruangan
Paviliun Eri Soedewo lantai V pada tanggal 30 Mei 2021 pukul
08:05 WIB dari poli bedah digestive dengan diagnosa cholethiasis.
Klien melakukan pemeriksaan radiologi dan laboratorium. Klien
telah dilakukan operasi laparatomi pada tanggal 31 Mei 2021 jam
19:10 WIB. Setelah selesai operasi klien terpasang infus RL 500 ml.
Dilakukan pemeriksaan TTV hasil TD: 121/80 mmHg, S: 36,3°C, N:
82 x/menit, RR: 20x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 11,7
g /dl (12,0-14,0 g /dl) Ht 40% (40-50%), Leukosit 8010 µl (5000 –
10.000 µl).
Dari data di atas ditemukan masalah keperawatan nyeri akut dan
resiko infeksi belum teratasi. Telah dilakukan tindakan observasi
TTV/8 jam, perawatan luka, telah dilakukan pemberian obat,
Data subjektif Data objektif
Data Objektif:
Kesadaran compos mentis, Glasgow Coma Scale (GCS) 15, E4M6V5, TTV TD : 121/80
mmHg, S: 36°C, N : 80x/mnt, RR : 20x/mnt, SaO2 : 95%, skala nyeri 3, terdapat luka
operasi laparatomi hari ke 1 pada andomen klien, luka tampak dibalut kassa, tidak
terdapat rembesan darah, daerah sekitar luka tampak kemerahan, klien tampak meringis
kesakitan dan tegang, klien tampak berhati-hati dalam bergerak dan berbicara, klien
tampak memegang bagian luka operasi yaitu di abdomen bawah pusar
ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
Data Objektif:
Kesadaran compos mentis, Glasgow Coma Scale (GCS) 15, E4M6V5, TTV TD :
121/80 mmHg, S: 36°C, N : 80x/mnt, RR : 20x/mnt, SaO2 : 95%, skala nyeri 3,
terdapat luka operasi laparatomi hari ke 1 pada andomen klien, luka tampak dibalut
kassa, tidak terdapat rembesan darah, daerah sekitar luka tampak kemerahan, Terpasang
infus RL 500ml Klien tampak hanya berbaring
ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
Data Objektif:
Kesadaran compos mentis, Glasgow Coma Scale (GCS) 15, E4M6V5, TTV TD : 121/80
mmHg, S: 36°C, N : 80x/mnt, RR : 20x/mnt, SaO2 : 95%, skala nyeri 3, terdapat luka
operasi laparatomi hari ke 1 pada andomen klien. Klien tampak hanya berbaring
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan post op berdasarkan
prioritas masalah adalah sebagai berikut:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik (prosedur operasi)
2) Resiko infeksi berhubungan dengan
efek prosedur invasif
3) Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri
Perencanaan
keperawatan
Dx 1: Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
akut dapat teratasi dengan
Kriteria Hasil :
-Klien mampu mengontrol nyeri menggunakan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri
-Klien melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
-Klien tampak rileks
-TTV dalam batas normal
Intervensi:
1.Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (intensitas nyeri, lokasi,
karakteristik, berat skala (0-10) )
2.Ajarkan teknik non farmakologis seperti teknik nafas dalam, relaksasi, distraksi
dan kompres dingin atau hangat
3.Monitor tanda-tanda vital setiap 8 jam
4.Bantu pasien memberikan posisi nyaman (semi fowler)
5.Berikan obat analgesic ketorolac 30mg (IV)
Perencanaan
keperawatan
Dx 2: Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
resiko infeksi tidak terjadi dengan
Kriteria Hasil :
-Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
-Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
-Jumlah leukosit dalam batas normal
-Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi:
1.Observasi tanda-tanda infeksi (adanya kemerahan, nyeri, edema)
2.Observasi keadaan balutan luka
3.Lakukan perawatan luka aseptik dengan larutan antiseptik setiap pagi
4.Observasi tanda-tanda vital setiap 8 jam
5.Berikan antibiotik Ceftriaxone 1gr melalui IV dan Metronidazol 500 mg (p.o)
sesuai program
Perencanaan
keperawatan
Intervensi:
1.Monitor tanda – tanda vital
2.Kaji kemampuan mobilisasi pasien
3.Bantu pasien untuk mobilisasi/merubah posisi
4.Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
Tanggal 01 Juni 2021
Pelaksanaan
keperawatan
Pukul 08.00 WIB memonitor TTV hasil TD: 121/80 mmHg, S: 36°C, N: 80 x/mnt, RR: 20 x/mnt.Pukul
09.00 mengobservasi tanda tanda infeksi hasil daerah sekitar luka tampak baik tidak adakemerahan
tidak ada edema dan tidak ada panas. 09.30 WIB mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi hasil
klien mampu miring kekanan dan kiri Pukul 10:00 WIB melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif hasil klien mengeluh nyeri di perut nyeri hilang timbul nyeri seperti ditusuk-tusuk skala
nyeri 3. Pukul 10:30 WIB mengobservasi keadaan balutan luka hasil tidak terdapat rembesan
darahPukul 13:00 WIB membantu klien untuk mobilisasi/merubah posisi fowler tanpa sandaran hasil
klien dapat merubah posisinya tapi masih merasa nyeri Pukul 13:15 WIB memberikan terapi obat
analgetik ketorolac 30mg (IV) memberikan terapi obat antibiotik metronidazol 500mg sesuai program
hasil obat masuk dengan lancar dan klien tidak alergi. Pukul 14:00 WIB memonitor TTV hasil TD:
128/78 mmHg, S: 36oC, N: 78x/menit, RR: 18x/menit. Pukul 15:00 WIB mengajarkan teknik nafas
dalam hasil pasien memahami dan mengikuti instruksi perawat. Pukul 17:00 WIB memberikan posisi
semi fowler hasil pasien tampak nyaman. Pukul 18:00 WIB memberikan terapi obat analgesik ketorolac
30mg (IV), memberikan terapi obat antibiotik Ceftriaxone 1gr (IV) hasil obat masuk dengan lancar dan
klien tidak alergi. Pukul 19:00 WIB melakukan kompres hangat hasil pasien tampak nyaman Pukul
20:00 WIB memonitor TTV hasil TD: 110/70 mmHg, S: 36 oC, N: 79x/mnt, RR: 20x/mnt. Pukul 06:00
WIB memberikan terapi obat analgesik ketorolac 30mg (IV) memberikan terapi obat antibiotik
Ceftriaxone 1gr (IV) sesuai program hasil obat masuk dengan lancar dan klien tidak alergi.
Tanggal 02 Juni 2021
Pelaksanaan
keperawatan
Pukul 08.00 WIB memonitor TTV hasil TD: 120/80 mmHg, S: 36°C, N: 84x/mnt, RR: 20 x/mnt.Pukul
09.00 mengobservasi tanda tanda infeksi hasil daerah sekitar luka tampak baik tidak adakemerahan
tidak ada edema dan tidak ada panas. 09.30 WIB mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi hasil
klien mampu miring kekanan dan kiri Pukul 10:00 WIB melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif hasil klien mengeluh nyeri di perut nyeri hilang timbul nyeri seperti ditusuk-tusuk skala
nyeri 3. Pukul 10:30 WIB mengobservasi keadaan balutan luka hasil tidak terdapat rembesan
darahPukul 13:00 WIB membantu klien untuk mobilisasi/merubah posisi fowler tanpa sandaran hasil
klien dapat merubah posisinya tapi masih merasa nyeri Pukul 13:15 WIB memberikan terapi obat
analgetik ketorolac 30mg (IV) memberikan terapi obat antibiotik metronidazol 500mg sesuai program
hasil obat masuk dengan lancar dan klien tidak alergi. Pukul 14:00 WIB memonitor TTV hasil TD:
110/60 mmHg, S: 35,8oC, N: 60x/menit, RR: 18x/menit. Pukul 15:00 WIB mengajarkan teknik nafas
dalam hasil pasien memahami dan mengikuti instruksi perawat. Pukul 17:00 WIB memberikan posisi
semi fowler hasil pasien tampak nyaman. Pukul 18:00 WIB memberikan terapi obat analgesik ketorolac
30mg (IV), memberikan terapi obat antibiotik Ceftriaxone 1gr (IV) hasil obat masuk dengan lancar dan
klien tidak alergi. Pukul 19:00 WIB melakukan kompres hangat hasil pasien tampak nyaman Pukul
20:00 WIB memonitor TTV hasil TD: 110/70 mmHg, S: 36,18 oC, N: 78x/mnt, RR: 20x/mnt. Pukul
06:00 WIB memberikan terapi obat analgesik ketorolac 30mg (IV) memberikan terapi obat antibiotik
Ceftriaxone 1gr (IV) sesuai program hasil obat masuk dengan lancar dan klien tidak alergi.
Tanggal 03 Juni 2021
Pelaksanaan
keperawatan
Pukul 08.00 WIB memonitor TTV hasil TD: 110/60 mmHg, S: 35,7°C, N: 80x/mnt, RR: 20 x/mnt.Pukul
09.00 mengobservasi tanda tanda infeksi hasil daerah sekitar luka tampak baik tidak adakemerahan
tidak ada edema dan tidak ada panas. 09.30 WIB mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi hasil
klien mampu miring kekanan dan kiri Pukul 10:00 WIB melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif hasil klien mengeluh nyeri di perut nyeri hilang timbul nyeri seperti ditusuk-tusuk skala
nyeri 3. Pukul 10:30 WIB mengobservasi keadaan balutan luka hasil tidak terdapat rembesan
darahPukul 13:00 WIB membantu klien untuk mobilisasi/merubah posisi fowler tanpa sandaran hasil
klien dapat merubah posisinya tapi masih merasa nyeri Pukul 13:15 WIB memberikan terapi obat
analgetik ketorolac 30mg (IV) memberikan terapi obat antibiotik metronidazol 500mg sesuai program
hasil obat masuk dengan lancar dan klien tidak alergi. Pukul 14:00 WIB memonitor TTV hasil TD:
120/70 mmHg, S: 35,8oC, N: 75x/menit, RR: 20x/menit. Pukul 15:00 WIB mengajarkan teknik nafas
dalam hasil pasien memahami dan mengikuti instruksi perawat. Pukul 17:00 WIB memberikan posisi
semi fowler hasil pasien tampak nyaman. Pukul 18:00 WIB memberikan terapi obat analgesik ketorolac
30mg (IV), memberikan terapi obat antibiotik Ceftriaxone 1gr (IV) hasil obat masuk dengan lancar dan
klien tidak alergi. Pukul 19:00 WIB melakukan kompres hangat hasil pasien tampak nyaman Pukul
20:00 WIB memonitor TTV hasil TD: 120/70 mmHg, S: 36 oC, N: 88x/mnt, RR: 20x/mnt. Pukul 06:00
WIB memberikan terapi obat analgesik ketorolac 30mg (IV) memberikan terapi obat antibiotik
Ceftriaxone 1gr (IV) sesuai program hasil obat masuk dengan lancar dan klien tidak alergi.
Evaluasi keperawatan
Dx 1 : Nyeri akut b.d agen pencedera fisik Dx 2: Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif
S: Pasien mengatakan nyeri berkurang, skala S: Pasien mengatakan luka tidak ada rembesan
nyeri 1, nyeri sudah tidak menjalar. darah, merasa nyaman
O: Pasien masih tampak meringis kesakitan, O: Luka tampak bersih, kering, tidak ada tanda-
TTV: TD: 120/70 mmHg, S: 36°C, N: tanda infeksi, tampak tidak ada rembesan darah,
88x/mnt, RR: 20x/mnt TTV: TD: 120/70 mmHg, S: 36°C, N: 88x/mnt,
A: Tujuan tercapai, masalah teratasi RR: 20x/mnt
P: Intervensi dihentikan A: Tujuan teratasi
P: Intervensi dihentikan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan tumor dinding perut
dalam NANDA (2015) adalah sebagai berikut Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cedera Biologis:
Obstruksi Kandung Empedu, Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
Ketidak mampuan Pemasukan Nutrisi, Mual berhubungan dengan Iritasi Lambung, Kekurangan Volume Cairan
berhubungan dengan Kehilangan Volume Cairan Aktif, Insomnia berhubungan dengan Ketidaknyamanan Fisik:
Nyeri, Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Nyeri, Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan
Nyeri, Ansietas berhubungan dengan Ancaman Kematian, Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan
Faktor mekanik, Risiko Perdarahan, Risiko Infeksi berhubungan dengan Kerusakan Integritas Kulit: Prosedur
Invasif. Sedangkan pada kasus Ny. U dengan diagnosa cholelitiasis muncul diagnosa keperawatan sebagai
berikut, Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (Post Operasi), Risiko infeksi dengan faktor procedure
invasif (Post Operasi).
BAB IV
PERENCANAAN
Pada perencanaan tindakan, penulis mengacu pada referensi Nursing Interventions Clasification (NIC) dan
Nursing Outcome Clasification (NOC). Pada teori dan kenyataan tahap perencanaan menggunakan referensi
yang sama
PELAKSANAAN
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Ny. U didasarkan pada perncanaan keperawatan yang telah
disusun
EVALUASI
Setelah melakukan tindakan keperawatan, maka langkah terakhir adalah evaluasi terhadap diagnosa keperawatan
yang ditemukan dengan menggunakan metode SOAP, ketiga diagnosa keperawatan yang ditemukan, diagnosa
pertama nyeri akut b.d agen pencedera fisik tersebut masalah teratasi, tujuan tercapai, diagnosa kedua yaitu resiko
infeksi b.d efek prosedur invasif tersebut masalah teratasi, tujuan tercapai, diagnosa ketiga gangguan mobilitas
fisik b.d nyeri tersebut masalah teratasi, tujuan tercapai.
KESIMPULAN
1.Pada tahap pengkajian terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
Pada kasus Ny.U diduga, pada kasus gejala yang ditemukan sering mengalami sakit perut. Pada kasus dilakukan
pemeriksaan radiologi berupa foto thorax dan pemeriksaan laboratorium berupa Hb 11,7 g /dl (12,0-14,0 g /dl)
Ht 40% (40-50%), Leukosit 8010 µl (5000 – 10.000 µl).
2.Pada tahap diagnosa keperawatan yang prioritas adalah Diagnosa yang ditemukan pada kasus sebagai berikut:
-Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
-Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif
-Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri
3.Pada kasus dibuat berdasarkan SMART dan dibuat batasan waktu atau timing yaitu 3x24 jam, karena penulis
diberikan kesempatan untuk memberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, Hal ini berdampak pada
penetapan kriteria hasil yang disesuaikan dengan waktu yang diberikan dalam memberikan asuhan keperawatan
4.Tahap pelaksanaan pada kasus disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat dan semua rencana tindakan
dapat dilaksanakan.
5.Pada tahap evaluasi, diagnosa prioritas yang dilaksanakan yaitu tujuan nya tercapai, masalah teratasi
TERIMA KASIH