KOMARIAH
NIM.2182B1015
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
PRODI S1 KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN
Pendahuluan
Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan hanya individu
yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan
menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
terhadap masyarakat. Dengan demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat
hubungannya dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA).
Sebagai ketetapan yang dimaksudkan dengan kesehatan reproduksi adalah kemampuan
seorang wanita untuk memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburannya
(fertilitas) dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapatkan
bayi tanpa resiko apapun atau well health mother dan well
Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan remaja putri dengan keputihan di Puskesmas Toili 1
Sulawesi Tengah
2. Tujuan khusus
a. Mengumpulkan data dasar asuhan kebidanan pada remaja putri dengan keputihan di Puskesmas Toili
1 Sulawesi Tengah
b. Menginterprestasi data dasar asuhan kebidanan pada remaja putri dengan keputihan di Puskesmas
Toili 1 Sulawesi Tengah
c. Merencanakan asuhan kebidanan pada remaja putri dengan keputihan di Puskesmas Toili 1 Sulawesi
Tengah
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada remaja putri dengan keputihan di Puskesmas Toili 1 Sulawesi
Tengah
e. Mengevaluasi asuhan kebidanan pada remaja putri dengan keputihan di Puskesmas Toili 1 Sulawesi
Tengah
Tinjauan Pustaka
Pengertian remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti
tumbuh menjadi dewasa. Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta
emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya
secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-Mighwar, 2016).
Tahap Perkembangan Remaja
1. Remaja Awal (10-12 tahun)
2. Remaja Madya (13-15 tahun)
3. Remaja Akhir (16-19 tahun)
Pengertian Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan
fungsi, peran dan system reproduksi. Kesehatan reproduksi ditujukan bagi pria maupun wanita namun dalam hal ini wanita
mendapatkan perhatian lebih karena begitu kompleksnya alat reproduksi wanita. Kesehatan reproduksi membahas berbagai hal yang
berhubungan dengan kesehatan alat reproduksi seseorang, selain itu kesehatan reproduksi juga membahas tentang siklus hidup serta
permasalahan yang dihadapi oleh pria. Dalam setiap fase atau masanya wanita memiliki masalah yang berbeda-beda
Macam – macam gangguan reproduksi
1. Amenore
2. Disminore
3. Menoragi
4. Metroragi
5. Oligomenore
Flour Albus adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina bukan merupakan darah (Sibagariang dkk, 2010).
Flour Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa
gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar, kerap pula disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih
atau bersenggama (Shadine, 2012)
Gejala Flour Albus
1) Sekret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia menjadi terasa gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi
jamur kandida dan biasa terjadi pada kehamilan, penderita diabetes dan akseptor pil KB.
2) Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan berbau tak sedap, kemungkinan disebabkan oleh
infeksi trikomonas atau ada benda asing di vagina.
3) Keputihan / Flour Albus yang disertai nyeri perut di bagian bawah atau nyeri panggul belakang, kemungkinan terinfeksi
sampai pada organ dalam rongga panggul.
4) Sekret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat berkemih atau terjadi saat hubungan seksual,
kemungkinan disebabkan oleh infeksi gonorhoe.
5) Sekret kecoklatan (darah) terjadi saat senggama, kemungkinan disebabkan oleh erosi pada mulut rahim.
6) Sekret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel – sel mati, kemungkinan adanya sel – sel kanker pada serviks.
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA PUTRI DENGAN KEPUTIHAN DI
PUSKESMAS TOILI 1 SULAWESI TENGAH
PENGKAJIAN
1.1 DATA SUBJEKTIF
Anamnesa dilakukan oleh : bidan Komariah Di : puskesmas toili 1
Tanggal : 3 januari 2021 Pukul : 10.15 wita
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Nn “A” Nama wali/orangtua: Ny “F”
Umur : 18 tahun Umur : 40 tahun
Suku/ Bangsa : Bugis Suku/ Bangsa : bugis
Agama : islam Agama : islam
Pendidikan : smp Pendidikan : SMA
Pekerjaan: IRT
Penghasilan :-
Alamat : karya jaya Alamat : karya jaya
Alasan kunjungan saat ini
Nn. A mengatakan mengalami keputihan sejak 1 minggu yang lalu sering keluar lendir kental yang berlebihan, berwarna putih keruh, berbau dan
merasa gatal pada alat genetalianya
Keluhan utama
keluar lendir kental yang berlebihan, berwarna putih keruh, berbau dan merasa gatal pada alat genetalianya
Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus menstruasi : 28-35 hari
Lama : 3-5 hari
Banyaknya darah : 3-4 kali ganti pembalut/hari
Dysmenorhoe : Ya/tidak (sebelum/selama/sesudah menstruasi)
Flour albus : Ya/tidak (sebelum/selama/sesudah menstruasi
Muka :
Conjungtiva : Normal
Sklera : Normal
Data Objektif
4. Kesadaran : kompos mentis
5. TD : 120/80 mmHg
6. Suhu : 36,6 Co
7. Nadi : 70 x/menit
8. RR : 22 x/menit
9. BB : 50Kg
10.TB : 155 Cm
11.LILA : 24,5 Cm
12.Pemeriksaan PPV : ada cairan lendir kental berwarna putih keruh, berbau
dan gatal
DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL
Infeksi genetalia seperti bengkak pada vagina, nyeri dan terdapat jaringan luka.
EVALUASI KEBUTUHAN SEGERA
Pemberian terapi obat oral antara lain :
R/ Calcium lactate 500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan sore
Metronidazole 500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan sore
INTERVENSI
Masalah
Menurut Manuaba (2009), masalah yaitu pasien mengeluh merasakan cemas karena daerah genetalia yang selalu basah dan terasa gatal.
Masalah yang muncul pada Nn. A merasa cemas dengan keadaannya.
Kebutuhan
Menurut Sibagariang dkk (2010), kebutuhan yang diperlukan oleh ibu dengan gangguan reproduksi Flour Albus yaitu dukungan moril
dan KIE cara menjaga personal hygiene. Sedangkan pada Nn. A kebutuhan yang diberikan yaitu memberi support mental dan KIE cara
menjaga personal hygiene Sehinggan pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan anatara teori dan praktek dilahan.
Diagnosa Potensial
Pada diagnosa potensial yang mungkin terjadi dari Flour Albus yaitu menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga
menimbulkan rasa pedih saat buang air kecil (Shadine, 2012). Pada kasus Nn. A dengan gangguan reproduksi Flour Albus diagnosa yang
ditegakkan adalah menimbulkan infeksi genetalia seperti bengkak pada vagina, nyeri dan terdapat jaringan luka, sehingga terdapat kesenjangan
antara teori dan kasus yang ada dilahan.
Antisipasi
Menurut Sibagariang dkk (2010), antisipasi yaitu memberi terapi obat sesuai dengan kebutuhan yaitu golongan flukonazol untuk
mengatasi infeksi candidia dan golongan metronidazole untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Pada kasus Nn. A antisipasi yang diberikan
yaitu Calcium lactate 500 mg 2x1, Metronidazole 500 mg 2x1, sehingga terdapat kesenjangan teori dan praktek dilahan.
Perencanaan
1. Memberikan KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannya
2. Memberikan support mental pada Nn. A supaya tidan cemas bahwa keputihannya akan sembuh.
3. Memberikan penjelasan pada Nn. A agar tidak menggaruk apabila kewanitaannya terasa gatal, hal ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya luka agar terhindar dari infeksi.
4. Memberikan terapi obat oral yaitu : R/ Calcium lactate 500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan sore Metronidazole 500
mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan sore
Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pelaksanaan asuhan
kebidanan pada Nn. A gangguan reproduksi dengan Flour Albus belum sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat diatas. Ada langkah ini
penulis menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dilahan
Evaluasi
Evaluasi asuhan yang diberikan pada gangguan reproduksi Flour Albus diantaranya :
b. Klien sudah mengerti bagaimana cara membersihkan daerah pribadi dan genetalianya agar tetap bersih dan kering.
d. Klien bersedia datang kembali jika ada keluhan. menjaga kebersihan daerah genetalianya dan Nn. A bersedia untuk kontrol ulang 3 hari
setelah pemeriksaan. Penanganan yang diberikan kepada klien maka dari hasil evaluasi tidak ditemukan kesenjangan anatar teori dan
praktek dilapangan
Kesimpulan
1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 januari 2022 didapatkan data Identitas Pasien Nama Nn. A umur 18 tahun. Keluhan utama yaitu Nn. M
mengatakan mengalami keputihan sejak 1 minggu yang lalu sering keluar lendir kental yang berlebihan, berwarna ptih keruh, berbau dan
merasa gatal pada alat genetalianya. Data Psikologis Nn. A mengatakan merasa cemas dan khawatir dengan keadaannya.
2. Interpretasi Data Diagnosa Kebidanan pada kasus didapatkan Nn. M umur 18 tahun dengan gangguan reproduksi Flour Albus.
3. Data Subjektif Nn. M mengatakan bernama Nn. A dan berumur 18 tahun, Nn. M mengatakan belum pernah hamil, Nn. M mengatakan
mengalami keputihan sejak 1 minggu yang lalu sering keluar lendir kental yang berlebihan, berwarna ptih keruh, berbau dan merasa gatal
pada alat genetalianya, data psikologis Nn. A mengatakan merasa cemas dan khawatir dengan keadaannya. Data Objektif Keadaan umum
Baik, Kesadaran Composmentis TTV meliputi tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 80 x /menit, Pernafasan 22 x /menit, Suhu 36,6 C, keluar
lendir kental yang berlebihan, berwarna putih keruh, berbau dan terasa gatal pada alat genetaliannya. Masalah yang timbul adalah Nn. M
merasa cemas dengan keadaannya. Kebutuhan yang diberikan yaitu beri Support mental dan KIE cara menjaga personal hygiene.
4. Diagnosa Potensial yaitu infeksi genetalia seperti bengkak pada vagina, nyeri dan terdapat jaringan luka.
5. Antisipasi pada kasus dilakukan pemberian terapi obat oral berupa Calcium Lactate 500 mg 2 x 1 (10 tablet) dan Metronidazole 500 mg 2 x
1 (10 tablet) diminum pagi dan sore.
6. Perencanaan pada kasus memberitahu Nn. A tentang hasil pemeriksaan, beri KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannya
agar tetap bersih dan kering, berikan support mental, beri penjelasan agar tidak menggaruk daerah kewanitaannya bila terasa gatal, berikan
terapi obat, anjurkan untuk kontrol 3 hari lagi
1. Pelaksanaan telah sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
2. Evaluasi Nn. M telah mengetahui hasil pemeriksaan, Nn. A mengerti dan paham cara menjaga kebersihan kewanitaannya, Nn. A sudah
diberikan support mental dan merasa lebih tenang, Nn. A bersedia untuk tidak menggaruk daerah kewanitaannya saat terasa gatal, terapi
obat sudah diberikan dan Nn. A bersedia minum obat secara teratur, Nn. A bersedia kontrol ulang 3 hari lagi.
3. Penulis menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan yaitu : Pada asuhan gangguan reproduksi pada Nn. A Umur 18 tahun
dengan Flour Albus di Puskesmas ytoili 1 sulawesi tengah didapatkan kesenjangan yaitu pada penulisan subyektif, pada keluhan tidak
merasakan perih, belum pernah hamil, tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun, tidak terjadi peradangan yang menimbulkan
rasa perih dan pedih saat BAK, tidak ada infeksi jamur, tidak melakukan olahraga berlebihan dan mengangkat beban berat. Pada data
obyektif pengeluaran pervaginam tidak terdapat rasa panas dan nyeri didaerah vagina dan paha, tidak dilakukan pemeriksaan inspeculo dan
tidak dilakukan pemeriksaan penunjang melalui secret atau cairan pervaginam. Pada diagnosa potensial tidak terjadi peradangan di saluran
kencing yang menimbulkan rasa perih saat BAK. Pada antisipasi tidak diberikan terapi obat golongan flukanazol.
4. Penulis memberikan pemecahan masalah terhadap kesenjangan teori dan praktek yaitu : Penulis memberikan saran untuk lahan agar
pelayanan yang diberikan sesuai standar operasional pelayanan sesuai asuhan kebidanan gangguan reproduksi dengan Flour Albus.
Saran
Bagi Pasien
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan banyak membaca dan
mempraktekkan pola hidup yang sehat.
Bagi Profesi
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan mengembangkan asuhan kebidanan pada kasus Remaja
dengan Flour Albus.
Bagi Institusi
Puskesmas Diharapkan dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan standar
asuhan kebidanan pada kasus gangguan reproduksi dengan Flour Albus di Puskesmas Toili 1 sulawesi tengah