Ekonomi: Kebutuhan manusia tidak terbatas dan Sumber daya terbatas
Atik Emilia Sula
BENARKAH KEBUTUHAN MANUSIA TIDAK TERBATAS?
BENARKAH PEMUAS KEBUTUHAN
MANUSIA TERBATAS? • QS. Ar-Rum Ayat 41 “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” • Ekonomi merupakan aktifitas kegiatan manusia di muka bumi ini, sehingga kemudian timbul motif ekonomi, yaitu keinginan seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam kehidupan sehari-hari orang cenderung menyamakan kebutuhan (needs) dengan keinginan (wants). Terkadang orang menyebutkan sesuatu sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi segera, padahal sesuatu tersebut berupa keinginan yang bisa saja ditunda. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup serta untuk memperoleh kesejahteraan dan kenyamanan. Atau Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Sedangkan definisi keinginan adalah segala sesuatu baik berupa barang maupun jasa yang diinginkan manusia guna mencapai kepuasan, yang dapat dipenuhi setelah kebutuhan terpenuhi. Oleh karena itu perlu adanya penahanan diri untuk membedakan antara kebutuhan dengan keinginan, sehingga tidak memicu adanya masalah ekonomi. Kebutuhan manusia semakin lama akan semakin meningkat karena tingkat keinginan dan kepuasan manusia yang tidak terbatas. • Dalam konsep kebutuhan, maka kebutuhan manusia dapat dikelompokan menjadi 5, yaitu: • Kebutuhan Manusia menurut Tingkat Kepentingan yang terdiri atas kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. • Kebutuhan Manusia Tingkat Waktu yang terdiri atas kebutuhan sekarang dan kebutuhan akan datang. • Kebutuhan Manusia Tingkat Subjek, yaitu kebutuhan perorangan dan kebutuhan kelompok. • Kebutuhan Manusia Tingkat Sifat antara lain kebutuhan Jasmani dan Rohani. • Kebutuhan Manusia Tingkat Wujud yang terdiri atas kebutuhan materian dan immaterial. Konsep Kebutuhan Ekonomi Dalam Islam Dalam perspektif islam, kebutuhan ditentukan oleh konsep maslahah. Maslahah adalah segala sesuatu yang memberikan manfaat baik untuk didunia maupun diakhirat. Menurut Syatibi, kebutuhan dibedakan menjadi tiga, yaitu kebutuhan pokok/primer (dharuriyah), kebutuhan pelengkap/sekunder (hajjiyah), dan kebutuhan perbaikan/tersier (tahsiniyah). • Kebutuhan Dharuriyat (primer) adalah kebutuhan paling utama dan paling penting. Kebutuhan ini harus terpenuhi agar manusia dapat hidup layak. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi hidup manusia akan terancam didunia maupun akhirat. Kebutuhan ini meliputi MAQHOSID SYARIAH, khifdu din (menjaga agama), khifdu nafs (menjaga kehidupan), khifdu 'aql (menjaga akal), khifdu nasl (menjaga keturunan), dan khifdu mal (menjaga harta). • Kebutuhan hajiyat (sekunder) adalah kebutuhan sekunder atau kebutuhan setelah kebutuhan dharuriyat. Apabila kebutuhan hajiyat tidak terpenuhi tidak akan mengancam keselamatan kehidupan umat manusia, namun manusia tersebut akan mengalami kesulitan dalam melakukan suatu kegiatan. Kebutuhan ini merupakan penguat dari kebutuhan dharuriyat. • Sedangkan kebutuhan tahsiniyah adalah kebutuhan yang tidak mengancam kelima hal pokok yaitu khifdu din (menjaga agama), khifdu nafs (menjaga kehidupan), khifdu aql (menjaga akal), khifdu nasl (menjaga keturunan), serta khifdu maal (menjaga harta) serta tidak menimbulkan kesulitan umat manusia. Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan dharuriyah dan kebutuhan hajiyat terpenuhi. Dalam Islam tujuan konsumsi adalah memaksimalkan maslahah. Menurut Imam Syatibi dalam Qardhawy (2005:36) istilah maslahah maknanya lebih luas dari sekedar pemenuhan kebutuhan atau kepuasan dalam terminologi ekonomi konvensional.Mencukupi kebutuhan dan bukan memenuhi kepuasan/keinginan adalah tujuan dari aktivitas ekonomi Islam, dan usaha pencapaian tujuan itu adalah salah satu kewajiban dalam beragama. • Dalam Islam, konsumsi dan pemenuhan kebutuhan tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan, hal ini menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan cara pandang yang cenderung mempengaruhi perilaku dan kepribadian manusia. Ketika keimanan ada pada tingkat yang cukup baik, maka motif berkonsumsi atau berproduksi akan didominasi oleh tiga motif utama tadi; mashlahah, kebutuhan dan kewajiban. Pemenuhan kebutuhan manusia dalam pandangan Islam, yaitu senantiasa mengkaitkannya dengan tujuan utama manusia diciptakan yaitu ibadah. • Dalam rangka pemenuhan kebutuhan atau kepentingan manusia tersebut menurut Qardhawy (2005:27) harus mempertimbangkan kaidah - kaidah berikut : 1. Mendahulukan kepentingan yang sudah pasti atas kepentingan yang baru diduga adanya, atau masih diragukan. 2. Mendahulukan kepentingan yang besar atas kepentingan yang kecil 3. Mendahulukan kepentingan sosial atas kepentingan individual 4. Mendahulukan kepentingan yang banyak atas kepentingan yang sedikit. 5. Mendahulukan kepentingan yang berkesinambungan atas kepentingan yang yang sementara atau insidentil 6. Mendahulukan kepentingan inti dan fundamental atas kepentingan yang bersifat formalitas atau tidak penting. 7. Mendahulukan kepentingan masa depan yang kuat atas kepentingan kekinian yang lemah.