Anda di halaman 1dari 106

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN GANGGUAN


PERSEPSI SENSORI (DG
PENYAKIT MATA)

KUNI PURWANI SKp.,M.Biomed


Susunan saraf tepi divisi aferen
= sistem saraf sensorik

Kuni Purwani Skp., M.Biomed.


Organisasi pada sistem saraf
divisi aferen dan divisi eferen

Figure 15.1
DIVISI AFEREN

 Divisi aferen sistem saraf perifer mendeteksi,


mengkode, dan menyalurkan sinyal-sinyal perifer ke
SSP untuk diolah.
 Divisi ini merupakan penghubung komunikasi yang
memberitahu SSP mengenai lingkungan internal
(visceral sensory) dan eksternal (somatic sensory).
 Masukan ke pusat-pusat pengontrol di SSP, penting
untuk mempertahankan homeostasis .
 SSP harus mengetahui apa yg sedang terjadi di
tubuh agar dapat melakukan penyesuaian2 fisio
logis yg tepat
Divisi Aferen
 Aferen Viseral
 Merupakan jalur masuk (aferen) bagi informasi yg
berasal dari organ-organ visceral (ginjal, usus, jantung,
bronkiolus) bersifat involunter
 Aferen Sensorik
 Masukan aferen yg berasal dari reseptor di permukaan
tubuh (kulit  raba tekan), otot skelet, sendi, dan
indera (penglihatan, pendengaran, penghidu, pengecap)
bersifat volunter
 Informasi somatic sensorik dapat digolongkan sbg:

1. Sensasi somatik
yg berasal dari permukaan tubuh, termasuk sensasi
somestatik yg berasal dari kulit dan propriosepsi
dari otot,sendi,kulit, dan telinga dalam
(keseimbangan).
2. Sensasi khusus (indera)
termasuk pendengaran, penglihatan, pengecapan
dan penghidu
Special Senses – External Stimuli

Figure 10-4: Sensory pathways


Autonomic Control Centers

 Hypothalamus
– Water balance
– Temperature
– Hunger
 Pons
– Respiration
– Cardiac
– Vasoconstriction
 Medulla
– Respiration
Reseptor
 Neuron-neuron aferen memiliki reseptor diujung
perifer yg berespon terhadap rangsangan baik dari
dalam tubuh maupun dari luar tubuh
 Jenis2 reseptor

1. Fotoreseptor  peka terhadap gelombang cahaya

2. Mekanoreseptor, peka terhadap energy mekanis,


misalnya peregangan otot, gelombang suara,
baroreseptor yg memantau tekanan darah
Reseptor

3. Termoreseptor, peka terhadap panas dan dingin


4. Osmoreseptor, mendeteksi perubahan konsentrasi
zat terlarut dalam cairan tubuh
5. Kemoreseptor, peka terhadap senyawa kimia
spesifik didalam tubuh, seperti reseptor untuk
penghidu, pengecapan, konsentrasi O2 dan CO2
dalam darah, dan kandungan kimiawi saluran cerna
6. Nosiseptor atau reseptor nyeri, peka terhadap
kerusakan jaringan, misalnya luka
INDERA:

1.PENGLIHATAN
2.PENDENGARAN
3. PENGHIDU
4. PENGECAP
5. KULIT

Kuni Purwani SKp.


 Mata adalah suatu struktur yg bulat, dg panjang
kira – kira : 24 mm berisi cairan yang dibungkus
oleh lapisan2:

1. Sklera, bagian putih mata, merupakan jaringan ikat


yg kenyal dan memberikan bentuk pada mata,
dimodifikasi di bagian anterior membentuk kornea
yg tembus pandang dan dapat dilalui berkas sinar
yg masuk mata
Lapisan Mata
2. Jaringan uvea yg merupakan jaringan vaskular, yg
terdiri dari :
a. iris
b. badan siliar
c. koroid, adalah lapisan yg mengandung banyak
pembuluh darah, untuk memberi makan retina.

3. Retina, merupakan lapisan yg paling dalam


melapisi 2/3 bagian posterior koroid
 Retina
terdiri dari lapisan berpigmen disebelah luar dan
lapisan jaringan saraf disebelah dalam,
yang mengandung sel batang dan sel kerucut, yaitu
fotoreseptor yang mengubah energi cahaya
menjadi impuls saraf.
pigmen di koroid dan retina, dapat disamakan dg
dinding hitam di studio foto yg gunanya untuk
menyerap cahaya ketika cahaya mengenai retina
untuk mencegah pemantulan atau penghamburan
cahaya didalam mata
 Retina
retina melebar ke depan, hampir mencapai korpus
siliaris, mengandung sel batang dan kerucut dan 4
jenis neuron: sel bipolar, sel ganglion, sel
horizontal, dan sel amakrin. Jumlah sel saraf optik
1.200.000 dg diameter 1/20.000 inci
 Sel batang dan kerucut, yg terletak bersebelahan dg
koroid,bersinaps dg sel bipolar dan sel bipolar
bersinap dg sel ganglion. Akson sel ganglion
berkonvergensi dan meninggalkan mata sebagai n.
optikus.
Sel Fotoreseptor Mata

 Berkas cahaya harus melewati lapisan sel ganglion


dan sel bipolar untuk mencapai sel batang dan
kerucut.
 Sel batang yang peka terhadap hitam dan putih,
serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya.
 Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan
ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk
menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat
faktor genetis.
IshiharaTest PLate untuk buta
warna
Light passes through several retinal layers
Optic nerve before reaching retinal receptors.
Retina
Photoreceptor cells

Horizontal cell
Amacrine

Sclera
cell

Pigment layer
Front of

Choroid
retina

Incoming
light

Cone
Ganglion Bipolar
cell cell Rod
rs
fibe e
nerv

Retina
 N. optikus keluar dan pembuluh retina masuk mata
di suatu titik yg terletak 3 mm sebelah medial &
sedikit diatas kutub posterior bola mata, di tempat
ini tidak terdapat reseptor shg disebut bintik buta.
 Di kutub posterior mata juga terdapat bercak
berpigmen kekuningan disebut makula lutea, di
tengahnya terdapat fovea sentralis yg merupakan
titik dg ketajaman penglihatan paling tinggi
 Bila perhatian tertarik atau terfiksasi oleh obyek yg
akan dilihat mata akan bergerak shg berkas sinar yg
datang dari obyek akan jatuh tepat di fovea
MATA DAN STRUKTURNYA
 Merupakan alat indra yang mempunyai lapisan
reseptor pada bungkus pelindungnya.
 Sistem lensa membiaskan cahaya ke reseptor tsb
dan mengubahnya menjadi impuls, kemudian sistem
saraf yang menghantarkan impuls tsb dari reseptor
ke otak, dan kemudian di persepsikan sebagai
gambar yg sesuai/mirip dg aslinya
 70% dari seluruh reseptor sensory ada di mata
 Iris
merupakan otot polos tipis berpigmen yg mem
bentuk struktur seperti cincin di dalam aqueous
humor.Tidak semua cahaya yg melewati kornea
mencapai fotoreseptor peka-cahaya karena ada nya
iris.
 Lubang bundar dibagian tengah iris tempat
masuknya cahaya ke bagian dalam mata adalah
pupil. Ukuran lubang ini dapat disesuai kan oleh
variasi kontraksi otot-otot iris untuk me mungkinkan
lebih banyak atau sedikit cahaya yg masuk sesuai
kebutuhan.
 Pigmen iris menentukan warna mata.
 Iris
mengandung 2 kelompok jaringan otot polos
1. Sirkuler, serat otot berjalan melingkar
2. Radial, serat berjalan keluar dari batas pupil
seperti jari-jari roda
 Pupil mengecil bila otot sirkuler (konstriktor)
berkontraksi  cincin mengecil.
 Refleks konstriksi pupil, terjadi pada cahaya
terang  mengurangi cahaya yg masuk.
Dipengaruhi serat saraf parasimpatis
 Bila otot radialis (dilator) memendek ukuran pupil
melebar, terjadi pada cahaya yg temaram 
me↑kan jumlah cahaya yg masuk. Dipengaruhi
serat saraf simpatis
The iris is controls the entry of light.
 It is two layers of smooth muscle that control the
amount of light passing through the pupil and into
the eye.
 Its circular muscle constricts the pupil. Its radial
muscle dilates the pupil.

Parasympathetic Circular Radial Pupil Iris Sympathetic


stimulation muscle muscle stimulation
Circular
of iris of iris Radial dilator
Constrictor Pupillary dilation
Pupillary constriction muscle
muscle  midriasis
 miosis
 Bagian dalam mata terdiri dari dua rongga berisi cairan
yg dipisahkan oleh lensa, yg semuanya jernih untuk
memungkinkan cahaya lewat menembus mata dari
kornea ke retina.

 Antara kornea dan lensa mengandung cairan encer


jernih disebut Aqueous humor yg me ngandung zat-zat
gizi untuk memberi makan kornea dan lensa, keduanya
tidak memiliki pa sokan darah. Dibentuk dg kecepatan
5ml/hari oleh jaringan kapiler didalam korpus siliaris
mll proses difusi dan transpor aktif dari plasma. Cairan
ini mengalir melalui pupil mengisi kamera okuli
anterior. Dalam keadaan normal, cairan ini diserap
kembali melalui jaringan trabekula masuk kedalam
kanalis Schlemm
Cairan Bola Mata
 (Aqueous Humour) adalah suatu cairan jernih yang mengisi
kamera okuli anterior dan posterior mata,  diproduksi  di
 korpus  siliaris.   Volumenya  sekitar  250  uL,
 dengan   kecepatan pembentukan
sekitar 1,5-2 uL/menit.
 Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi dari plasma.
 Komposisi mirip plasma, kecuali kandungan konsentrasi
askorbat, piruvat dan laktat lebih tinggi dan protein, urea,
dan glukosa lebih rendah.
 Setelah memasuki kamera posterior melalui pupil akan
masuk ke kamera anterior dan kemudian ke perifer menuju
sudut kamera anterior,
 Kanalis Schlemm, suatu saluran venosa dibatas
antara iris dan kornea,tempat diserapnya cairan
mata . Sumbatan pada saluran keluar ini
menyebabkan peningkatan tekanan intraokular.
 normal Tekanan Intra Okuler: 10 -21 mmHg
 Ruang antara lensa dan retina terisi oleh zat
gelatinosa jernih yg disebut Vitreous humor, penting
untuk mempertahankan bentuk bola mata yg sferis
Aliran cairan bola mata
Sudut kamera okuli anterior ( sudut bilik
mata depan)

 memiliki peran penting dalam drainase aqueous


humor.

 Sudut ini dibentuk oleh pangkal iris, bagian depan


badan siliaris, taji skleral, jalinan trabekular dan
garis Schwalbe (bagian ujung membrane descement
kornea yg prominen.
 Lebar sudut ini berbeda pada setiap orang, dan
memiliki peranan yang besar dalam menentukan
patomekanisme tipe glaukoma yang berbeda-beda.

 Struktur sudut ini dapat dilihat dengan pemeriksaan


gonioskopi
Lensa Mata

 Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris


yg terdiri dari zat tembus cahaya, berbentuk seperti
cakram bikonveks yg dapat menebal dan menipis
pada saat terjadinya akomodasi
 Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula zinn
yg menggantungkan lensa pd badan siliar
 Secara fisiologik lensa mempunyai sifat:
 Kenyal atau lentur krn memegang peranan penting dalam
akomodasi untuk menjadi cembung
 Jernih atau transparan krn diperlukan sebagai media
penglihatan
Lensa Mata  keadaan patologik berupa
 Tidak kenyal yg akan menyebabkan presbiopia
(berkurangnya daya akomodasi krn usia lanjut)
 Kekeruhan pd lensa yg dikenali sebagai katarak
 Tidak berada ditempatnya atau subluksasi dan
dislokasi
 Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya
akan menjadi bertambah besar dan berat, krn sel
epitel akan membentuk serat lensa terus menerus
sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di
bagian sentral lensa
Humors support and nourish the eye.

Ciliary body
Posterior
Anterior chamber Suspensory
cavity Anterior ligament
chamber
Posterior
Aqueous cavity
humor containing
vitreous
Iris humor

Ciliary muscle
Canal of in ciliary body
Schlemm
PERLINDUNGAN THD MATA
Mata selalu berhubungan dg lingkungan
luar Eyelashes
 Mekanism perlindungan terhadap mata:

- Tulang orbita dan ban


Lacrimal
talan lemaknya Eyelids Glands
 Kelopak mata (palpe brae) yg dpt
membuka dan menutup,berkedip
 Pengeluaran air mata dr kelenjar
lakrimalis
 Peran bulu mata,alis
 Conjunctiva

Canal for tear drainage


Rongga Orbita

 Rongga orbita adalah rongga yg berisi bola mata,


terletak pd kedua sisi rongga hidung

 tulang2 yg membentuk dinding orbita:


 Atap/superior : os frontal
 Lateral : os frontal, os zigomatic, os sfenoid
 Inferior : os zigomatic, os maksila, dan os palatina
 Nasal : os maksila, os lakrimal, os etmoid
Palpebrae
 Palpebra merupakan alat menutup mata yg berguna
untuk melindungi bola mata terhadap trauma,
trauma sinar, dan pengeringan bola mata ( kelenjar
yg ada di palpebra mengeluarkan sekresinya untuk
membentuk film airmata di depan kornea
 Kelopak mata mempunyai lapisan kulit yg tipis
disebelah luar sedangkan didisebelah dalam ditutupi
selaput lendir tarsus dan disebut konjunctiva tarsal
 Gangguan penutupan kelopak menyebabkan
keringnya permukaan mata  keratitis et
lagoftalmus
Konjungtiva

 Konjungtiva merupakan membran yg menutupi


sklera dan kelopak bagian dalam
 bermacam2 obat mata dapat diserap melalui
konjungtiva
 Tdd 3 bagian
 konjungtiva tarsal yg menutupi palbebra
 konjungtiva bulbi yg menutupi sklera

 Konjungtiva fornises/ forniks konjungtiva yg merupakan


tempat peralihan konjungtiva tarsal dg konjungtiva bulbi
Air Mata  sistem lakrimal
 Sistem produksi oleh glandula lakrimal. Glandula
lakrimal terletak di temporo antero superior rongga
orbita
 Sistem ekskresi, yg tdd pungtum lakrimal,
kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan duktus
nasolakrimal
 Sakus lakrimal terletak di bag nasal depan rongga
orbita
 Airmata dr duktus lakrimal akan mengalir ke dalam
rongga hidung
Introduction
 Glaukoma merupakan keadaan akhir dari adanya
peningkatan tekanan bola mata yg terjadi secara terus
menerus, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optik yg
akan mengakibatkan berkurangnya lapang pandang dan
kebutaan yg progresif
 Glaukoma merupakan penyakit yg tidak dapat dicegah
tetapi bila diketahui dini dan diobati dapat mencegah
kebutaan
 Peningkatan tekanan bola mata dapat terjadi bila:
 cairan mata didalam bola mata pengalirannya terganggu,
pengaliran yg terganggu tsb tidak diketahui penyebabnya
 atau bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar
Peningkatan tekanan akan disebar keseluruh bola
mata dan merusak optic nerve
Jenis glaucoma
 Dibedakan berdasarkan anatomi sudut bilik mata
penderita:
1) Glaukoma sudut terbuka (open-angle glaucoma)
2) Glaukoma sudut sempit (tertutup) = "closed-angle"
(or "angle closure") glaucoma

Untuk melihat perbedaan tsb dilakukan


pemeriksaan gonioskopi
Glaukoma sudut terbuka dan
sudut tertutup
Jenis glaucoma
 Kedua jenis glaukoma tsb dapat primer ataupun
sekunder
 Bila glaukoma sudah mengakibatkan kebutaan total
disebut glaukoma absolut
 Selain itu juga ada jenis glaukoma yg disebabkan
oleh kelainan pertumbuhan
 Primer : kelainan kongenital
 Sekunder : disebabkan karena adanya trauma,
penggunaan steroid dalam jangka waktu lama
Faktor risiko terjadinya glaukoma
1. Tekanan darah rendah atau tinggi
2. Fenomena autoimun
3. Degenerasi primer sel ganglion
4. Usia diatas 45 th
5. Klg mempunyai riwayat glaukoma
6. Miopia berbakat u/ terjadi glaukoma sudut terbuka
7. Hipermetropia berbakat u/ terjadi glaukoma sudut
tertutup atau sempit
8. Epidemiologi: orang asia lebih sering glaukoma
sudut tertutup
Telebinokuler
Mata pada penderita kongenital glaukoma
Jenis glaucoma

 Sebagian besar kasus glaukoma adalah dari jenis


glaukoma primer sudut-terbuka yang biasanya
menyerang manula dan paruh baya. Glaucoma
berkembang secara perlahan dan tidak menyakitkan,
sehingga penderita mungkin tidak menyadari bahwa
penglihatannya memburuk.
 Penglihatan perifer (sekeliling pinggiran luar) dan
penglihatan malam hari akan terpengaruh terlebih
dahulu sebelum penglihatan sentral.
Jenis glaucoma

 Glaukoma akut sudut tertutup biasanya menyerang


manula dan wanita setengah baya.
 Tipe glaucoma ini timbul seketika dengan tekanan
cairan yang meningkat cepat dan drastis dalam
mata.
 Hal ini mengakibatkan rasa nyeri dan warna
kemerahan pada mata, pusing dan mual. Gejala
lainnya yang menyertai termasuk penglihatan buram
dan melihat lingkaran warna warni disekeliling
cahaya
Mata pada glaukoma primer sudut tertutup
PATOFISIOLOGI: Glaukoma akut sudut tertutup

 Mata dengan segmen anterior yang kecil dengan


meningkatnya usia akan mengalami perubahan-perubahan
(lensa lebih tebal, lensa lebih kedepan, pupil miosis) dan
bila pada suatu saat mengalami cetusan berupa dilatasi
ringan dari pupil (karena emosi, sinar yang remang-remang,
obat-obatan) maka mendadak terjadi blok pupil. Akuos
terbendung di bilik mata belakang yang akan mendorong
iris perifer kedepan sampai menempel pada jaring trabekula
sehingga sudut bilik mata depan mendadak tertutup dengan
akibat TIO meningkat secara mendadak pula.
 Patofisiologi
Tekanan Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan
produksi akues humor dan aliran keluar akues
humor dari mata. TIO normal 10 – 21 mmHg dan
dipertahankan selama terdapat keseimbangan antara
produksi dan aliran akueos humor. Akueos humor di
produksi didalam badan silier dan mengalir ke luar
melalui kanal schlemm ke dalam sistem vena.
Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi
berlebih badan silier atau oleh peningkatan
hambatan abnormal terhadap aliran keluar akueos
melalui camera oculi anterior (COA).
 Peningkatan tekanan intraokuler > 23 mmHg
memerlukan evaluasi terhadap saraf optik yang
seksama  terjadi iskemia dan menyebabkan
struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap.
 Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer
dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan
visus dan kerusakan saraf optik dan retina adalah
ireversibel dan hal ini bersifat permanen tanpa
penanganan, glaukoma dapat menyebabkan
kebutaan.
 Hilangnya penglihatan ditandai dengan adanya titik
buta pada lapang pandang.
Glaukoma sudut terbuka dan sudut tertutup
Glaukoma akut sudut tertutup

 Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala


klinis.
Pada pemeriksaan didapatkan:
 visus sangat menurun, hiperemia konjungtiva dan siliar
(perilimbal), kornea sangat suram (edema).
 Dengan lampu senter yang terang akan tampak:
bilik mata depan sangat dangkal
 pupil lebar lonjong, tidak ada refleks
 Pemeriksaan dg Tonometer Schiotz: TIO sangat tinggi
(sampai 45 -75 mmHg)
 dengan gonioskopi: sudut bilik mata depan tertutup
Digital
tonomeri
Lapang pandang
Glaukoma akut sudut tertutup

 PENATALAKSANAAN
Prinsip :

 menurunkan TIO segera


 membuka sudut yang tertutup
 memberi obat2an suportif
 mencegah sudut tertutup ulang
 mencegah sudut tertutup pada mata sebelahnya
(fellow eye)
Glaukoma akut sudut tertutup
1. Menurunkan TIO segera

 Memberikan cairan hiperosmotik :  tekanan osmose


plasma meningkat sehingga menarik cairan dari dalam
mata:
 Gliserin I - 1.5 ml/kgBB dalam bentuk 50% larutan
(dicampur cairan sari buah dsb. dengan jumlah yang sama)
diminum sekaligus.
Bila cairan gliserin sukar diminum karena sangat
mual/muntah, dapat diberi
 Mannitol 1 - 2 gram/kgBB  20% daiam infus dengan
kecepatan 60 tetes/menit. Bila TIO sudah turun mencapai
normal dosis ini tidak perlu dihabiskan.
Glaukoma akut sudut tertutup

 Acetazolamide: menekan produksi akuos.


Langsung diberi 500 mg peroral dan dilanjutkan
dengan 250 mg tiap 6 jam. Bila sangat mual/muntah
dapat diberikan secara intravena dengan dosis 500
mg.
 Beta adrenergik antagonis: menekan produksi
akuos:
Timolol maleate 0.25% - 0.5%
Glaukoma akut sudut tertutup

2. Membuka sudut yang tetutup

 Miotikum : iris tertarik dan menjauh dari trabekula sehingga


sudut terbuka.
 Pilokarpin 2 - 4% tiap 3 - 6 jam, diberi bila sudah ada
tanda-tanda penurunan TIO oleh karena TIO yang sangat
tinggi akan menyebabkan:
 paralisis sfingter pupil sehingga pupil tidak bereaksi terbadap
Pilokarpin.
 edema kornea sehingga daya menyerap Pilokarpin kurang.
 Tidak dianjurkan frekuensi pemberian Pilokarpin yang
banyak karena mungkin dapat timbul krisis kolinergik lagi
pula sudut dapat dibantu terbuka oleh Acetazolamide
Glaukoma akut sudut tertutup

 Acetazolamide : akuos dibilik mata belakang


berkurang sehingga tekanan dibilik mata
depan menjadi lebih tinggi dari bilik mata
belakang dan hal ini akan menyebabkan
penekanan iris kebelakang, sehingga sudut
bilik mata terbuka (bila belum ada perlekatan),
trabekula terbuka
Glaukoma akut sudut tertutup

3.Memberi suportif dengan mengurangi nyeri,


mual/muntah dan reaksi radang.

 Pethidine (Demerol) untuk nyeri


 Antiemetik untuk mual/muntah
 Anti inflamasi topikal (kortikosteroid) untuk reaksi
radang
Glaukoma akut sudut tertutup
4. Mencegah sudut tertutup ulang:
Iridektomi perifer (bedah atau Laser).
Walaupun dengan obat-obatan TIO sudah turun dan
sudut sudah terbuka, iridektomi perifer tetap harus
dilakukan. Karena bila obat-obatan sudah dihentikan
lkemudian mengalami cetusan yang menimbulkan
blok pupil, maka akuos dibilik mata belakang tidak
akan terbendung karena dapat terus mengalir
melalui lubang iridektomi ke bilik mata depan
sehingga sudut tetap terbuka
Glaukoma akut sudut tertutup

5. Mencegah sudut tertutup pada mata sebelahnya (fellow


eye).
Mata sebelahnya umumnya memiliki anatomi mata yang
sama dengan mata yang sakit sehingga kemungkinan dapat
juga mengalami serangan sudut tertutup bila ada pencetus
(40-80%), mata sebelahnya mengalami serangan glaukoma
sudut tertutup dalam waktu 5 -10 tahun).
Oleh karena itu pada saat serangan akut pada mata yang
sakit, mata sebelahnya diberi Pilokarpin 2% tiap 6 jam
sambil disiapkan untuk dilakukan Iridektomi perifer.
Glaukoma kronik sudut tertutup

 berkembang secara bertahap dan sering kali tidak


diketahui dalam waktu yang lama.
 Tipe ini disebabkan oleh penyumbatan saluran
 pengeringan cairan dalam bola mata secara
perlahan, mengakibatkan peningkatan tekanan mata
yang berkepanjangan.
Glaukoma sekunder
disebabkan oleh peradangan bola mata atau
ketika katarak menjadi terlalu parah dan
bengkak. Tumor, cidera dan operasi dapat juga
menjadi menyebabkan glaukoma sekunder. 
Manifestasi Klinis
1. Glaukoma primer

a. Glaukoma sudut terbuka

- Kerusakan visus yang serius


- Lapang pandang mengecil
- Perjalanan penyakit progresif lambat
MANIFESTASI KLINIS: Glaukoma sudut tertutup

 tiba-tiba nyeri hebat pada mata dan sekitarnya (orbita,


kepala, gigi dan telinga).
 mata sangat kabur dan melihat warna seperti pelangi (halo)
disekitar lampu.
 mual, muntah, berkeringat
 mata merah, hiperemia konjungtiva dan siliar
 visus sangat menurun
 edema kornea
 pupil lebar lonjong dan tidak ada refleks terbadap cahaya.
 TIO sangat tinggi
 sudut bilik mata depan tertutup
1. Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai
sekitar mata dan daerah belakangkepala.
2.Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala
gastrointestinal berupa mual dan muntah,kadang-
kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3.Tajam penglihatan sangat menurun.
4.Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang
dilihat.
5.Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan
injeksi siliar.
6.Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh
7.Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek
tyndal yang positif, akibat timbulnyareaksi radang
uvea.
8.Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang
lambat.
9.Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena
terdapat kekeruhan media penglihatan.
10.Tekanan bola mata sangat tinggi.
11.Tekanan bola mata antara dua serangan dapat
sangat normal
 Glaukoma sekunder
- Pembesaran bola mata
- Gangguan lapang pandang
- Nyeri didalam mata

3. Glaukoma kongenital
- Gangguan penglihatan
Pengkajian
1. Anamnesis
Anamnesis meliputi data demografi, yang meliputi :
 Umur, glaukoma primer terjadi pada individu
berumur > 40 tahun.
 Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat
glaukoma paling sedikit 5 kali dari kulit putih
(dewit, 1998).
 Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami
trauma mata.
 Selain itu harus diketahui adanya masalah mata
sebelumnya atau pada saat itu,
Pengkajian
 riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan
dilatasi pupil yang akhirnya dapat menyebabkan
Angle Closure Glaucoma
 riwayat trauma (terutama yang mengenai mata),
penyakit lain yang sedang diderita (DM,
Arteriosclerosis, Miopia tinggi)
Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang
ditandai dengan bicara cepat, mudah berganti topik,
sulit berkonsentrasi dan sensitif, dan berduka karena
kehilangan penglihatan. (Indriana N. Istiqomah,
2004)
Pemeriksaan Fisik
a. Neurosensori
 Gangguan penglihatan (kabur/ tidak jelas),
 sinar terang dapat menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifert,
 tampak lingkaran cahaya
 kehilangan penglihatan perifer, foto fobia
(gloukoma akut), pengobatan tidak memperbaiki
penglihatan.
 pupil menyempit dan merah/mata keras dengan
kornea berwarna, peningkatan air mata.
Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan
oftalmaskop untuk mengetahui adanya cupping dan
atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih
luas dan dalam pada glaukoma akut primer, karena
anterior dangkal, Aqueus humor keruh dan
pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
 Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada
keadaan akut lapang pandang cepat menurun secara
signifikan dan pada keadaan kronik akan menurun
secara bertahap.
funduskopi
Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan melalui inspeksi, untuk mengetahui


adanya inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea
keruh, dilatasi pupil, gagal bereaksi terhadap cahaya
 mata berair (glaukoma kronis)
 Nyeri tiba- tiba / berat menetap atau tekanan pada
dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut)..
Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu snellen / mesin telebinokuler Digunakan untuk
mengetahui ketajaman mata dan sentral penglihatan

b. Lapang penglihatan, diperiksa dg perimetri


Terjadi penurunan

c. Pengukuran tonografi
Mengkaj itekanan intraokuler (TIO) (normal 12 – 25
mmHg)

d. Pengukuran gonioskopi
Membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup
Pemeriksaan Goldmann Perimetri

Pemeriksaan Goldmann Perimetri


TONOMETER
Pemeriksaan Diagnostik

f. Pemeriksaan oftalmoskop
Menguji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina dan
mikroaneurisma.
g. Darah lengkap, LED
Menunjukkan anemia sistemik / infeksi
h. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid
Memastikan arterosklerosis,
i. Tes toleransi glukosa
Menentukan adanya DM
Telebinokuler
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
intraokuler

2. Perubahan persepsi sensori ( gangguan sensori


perseptual) berhubungan dengan hilangnya
penglihatan

3. Gangguan citra diri berhubungan dengan kebutaan


Diagnosa Keperawatan
4. Ansietas b/d perubahan status Kesehatan

5. Risiko tinggi terjadi cedera b/d peningkatan TIO,


perdarahan intraokuler

6. Risiko infeksi b/d prosedur invasive

7. Kurang nya pengetahuan b/d kurangnya pemajanan


informasi
Intervensi Nyeri
 Mengkaji TTV dan skala nyeri
 Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam,
teknik destraksi,
 Memberikan posisi yang dapat mengurangi
nyeri
 Kolaborasi: pemberian analgetik
Intervensi Perubahan persepsi sensori
( gangguan sensori perseptual) b/d
hilangnya penglihatan
 Mengkaji ketajaman penglihatan
 Penggunaan kacamata, bila diperlukan
 Mengorientasikan terhadap orang dan lingkungan
sekitarnya mendekatkan barang dan peralatan yg
dibutuhkan
 Kolaborasi: farmakologis atau pembedahan
Intervensi Ansietas & kurang pengetahuan

 Mengkaji tingkat ansietas/ kurangnya pengetahuan


 Manajemen stres
 Memberikan informasi yg lengkap tentang kondisi
penyakit, pengobatan , perawatan, dan hal-hal yg
harus dihindari
 Ajarkan teknik memberikan tetes mata dg benar
sesuai teknik aseptik, teknik ambulasi
Intervensi risti cedera

 Mengkaji adanya ketidak nyamanan, nyeri,


perdarahan di bolamata, dan edema
 Pengaturan posisi
 Pembatasan aktivitas
 Membantu ambulasi
Intervensi risti infeksi

 Teknik aseptic
 Membersihkan mata dari dalam keluar
 Menghindari memegang mata langsung dg
tangan dan jangan memegang mata bila tidak
perlu
 Kolaborasi:
 pemberian antibiotic dan antiemetic
 Pemberian kortiko steroid
TONOMETRY = SUATU TINDAKAN U/ MELAKUKAN
PEMERIKSAAN TEK. INTRAOKULER
DIGITAL TONOMETER

Anda mungkin juga menyukai