Anda di halaman 1dari 7

ISTISHAB, AL ‘URF, SYAR’U MAN QABLANA

Dosen pengampu :Dr. Hj. Farida Ulfi Na’imah, M.H.I


Oleh:
Chatasya Rina Viastuti
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL CHALIM
2021
A. ISTISHAB

Pengertian istish-hab menurut bahasa ialah membawa atau menemani. Pengertian istish-
hab adalah penetapan (keberlakukan) hukum terhadap suatu perkara di masa berikutnya
atas dasar bahwa hukum itu telah berlaku sebelumnya, karena tidak adanya suatu hal yang
mengharuskan terjadinya perubahan atas hukum tersebut. Atau menetapkan suatu hukum
sebelumnya, sehingga hokum yang baru merubahnya.
Hujjah dan landasan hukum
para ulama berbeda pendapat tentang nilai kehujjahan istishab. Mayoritas ulama dari mazhab
maliki, syafi’i, dan hambali menyatakan bahwa istishab merupakan hujjah secara penuh,
baik dalam mempertahankan sesuatu yang sudah ada (daf’i), maupun menetapkan sesuatu
yang belum ada (itsbat).
MACAM ISTISHAB DAN CONTOH

Ulama telah membagi istishab menjadi 4 yaitu:


• istishab Al-ibadah Al-ashliyah :istishab yang didasarkan pada hokum asal, yaitu mubah
atau boleh. Contoh: terkait makanan dan minuman, selama tidak ada dalil yang
melarangnya, maka hal tersebut diperbolekan.
• Istishab Al-baraah Al-ashliyyah : istishab yang berdasarkan prinsip bahwa pada
dasarnya manusia bebas dari taklif (beban). Atas dasar ini manusia bebas dari kesalahan
sampai ada buktinya. Contoh: seperti hutang piutang.
• Istishab Al-hukmi : didasarkan atas tetaonya hokum yang sudah ada sampai ada dalil
yang mencabutnya. Contoh: seseorang yang sudah jelas melaksanakan akad pernikahan,
maka status pernikahan tersebut berlaku sampai terbukti adanya perceraian.
• Istishab Al- washfi :didasarkan atas anggapan tetapnya sifat yang ada sebelumnya,
sampai ada bukti yang mengubahnya. Contoh: sifat air yang suci sebelumnya akan tetap
suci sampai ada bukti yang membuantnya menjadi najis.
B. AL ‘URF

Pengertian dari Al ‘Urf menurut bahasa berarti mengetahui, kemudian dipakai dalam arti
sesuatu yang yang diketahui, dikenal, diangap baik dan diterima oleh pikiran yang sehat.
Sedangkan menurut ulama ushul fiqh, ‘urf adalah sesuatu yang yang telah dibiasakan
oleh manusia,secara terus menerus dikerjakan dalam jangka waktu yang lama,atau ada
perkataan atau istilah yang disepakati memiliki pengertian khusus dan tidak terdengar
asing bagi mereka.
Hujjah dan landasan hukum :
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
‫ع ِن ال ْٰج ِهلِيْ َن‬ ِ ‫خ ِذ ال َْعفْ َو َوْأ ُم ْر ِبال ُْع ْر‬
ْ َ ‫ف َوا‬
َ ‫ع ِر ْض‬ ُ
QS. Al-A'raf[7]:199
MACAM DAN CONTOH AL ‘URF

a. Dari segi objeknya urf dibagi menjadi 2 yaitu :


1). Al ‘urf al-lafzhi (kebiasaan yang menyangkut ucapan). Misalnya ungkapan “daging”
yang berarti daging sapi, padahal kata-kata “daging” mencakup seluruh daging yang ada.
2). Al ‘urf al-’amali (kebiasaan yang berbentuk perbuatan). Misalnya libur kerja pada hari-
hari tertentu dalam 1 minggu, dan kebiasaan masyarakat memakan makanan khusus atau
meminum minuman tertentu.
b. Dari segi keabsahannya dari pandangan syara’ urf dibagi menjadi 2 :
1). Urf shahih (urf yang sah atau yang baik). Misalnya orang telah mengerti bahwa orang
yang melamar itu menyerahkan sesuatu kepada perempuan yang dilamar, berupa emas dan
pakaian.
2). Urf fasid (urf yang rusak atau tidak baik). Misalnya orang mengetahui bahwa untuk
menduduki suatu jabatan itu dengan memberikan uang sogokan. Urf jenis ini hukumnya
haram, sebab bertentangan dengan ajaran agama islam.
C. SYAR’U MAN QABLANA

Yang dimaksud dengan syar’u man qablana ialah syariat yang diturunkan pada orang-orang
sebelum kita, yaitu ajaran agama sebelum datangnya agama islam. Pada dasarnya syariat yang
diturunkan untuk dijadikan pedoman hidup manusia, sejak dahulu hingga masa-masa
selanjutnya bersumber dari satu yaitu Allah. Namun karena masa turun dan keadaan
pemakainya berbeda, maka ketentuan-ketentuan dalam syariat itu juga mengalami penyesuaian.
Karenanya, antara isi syariat tersebut ada yang berlaku terus untuk umat selanjutnya dan ada
yang tidak.
Hujjah dan landasan hukum
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
۞ ‫الدي ْ َن َول َا تَتَفَ ّ َرق ُْوا‬ ّ ِ ‫الدي ْ ِن َما َو ّ ٰصى ِب ٖه ن ُ ْو ًحا َّوال ّ َ ِذ ْيٓ ا َ ْو َحيْنَٓا اِل َي ْ َك َو َما َو ّ َصيْنَا ِب ٖهٓ اِبْ ٰر ِهي ْ َم َو ُم ْو ٰسى َو ِعي ْ ٰسٓى ا َ ْن ا َ ِقي ْ ُموا‬
ّ ِ ‫َش َر َع لَك ُْم ِ ّم َن‬
ۗ ُ ْ ‫اۤء َوي َ ْه ِد ْيٓ اِل َي ْ ِه َم ْن يُّ ِني‬
‫ب‬ ْ َ ‫ع ْو ُه ْم اِل َي ْ ِ ۗه اَلل ّ ٰ ُه ي‬
ُ ‫جتَ ِب ْيٓ اِل َي ْ ِه َم ْن ي َّ َش‬ ُ ‫عل َى ال ُْم ْش ِر ِكي ْ َن َما تَ ْد‬َ ‫ِفي ْ ِ ۗه ك َبُ َر‬
QS. Asy-Syura[42]:13
MACAM DAN CONTOH

Syar’u man qablana dibagi menjadi 2 bagian yaitu :


1). Syariat yang dahulunya ada namun telah dinaskh atau sudah tidak berlaku lagi
semenjak lahirnya islam. Contoh : pada syariat nabi musa as. Pakaian yang terkena
najis tidak suci. Kecuali dipotong apa yang kena najis itu.
2). Syariat yang dulunya ada dan masih berlaku hingga saat ini karena telah
disebutkan dalam al qur’an dan Sunnah. Contoh : perintah untuk menjalankan puasa.

Anda mungkin juga menyukai