A. Reef Facies
facies ini banyak dijumpai disemua lokasi singkapan, ditipikal masiv warnanya
loreng abu-abu - abu-abu kecoklatan mengandung fragmen large coral, red algal
yang melimpah dalam masadasar dari algal halus dan debris foram, moluska,
bryozoa. echinoder dan matriks mikrit. Kecenderungan loreng berasosiasi dengan
rekristalisasi dari coral dan dengan burrowing.
B. Back Reef Facies
pengamatan facies ini di singkapan Gn. Hawu, Pabeasan, dan Lampegan, berupa
batugamping mikritik berwarna abu-abu ke abu-abu kecoklatan, klastik coral
berukuran kerikil adalah umum. Ini terkumpul dalam masadasar yang didominasi
oleh mikrit tapi juga termasuk algae, bentuk bercabang atau encrusting, bryozoa,
gastropod, foram besar, echinoderm, moluska dan milliolid. Kehadiran mikrit dan
coral memberi kesan energi rendah tapi pada air bersih hangat dan dangkal.
FACIES DAN PALEOEKOLOGI
• Fase pertama kala Oligosen akhir hingga Miosen awal adalah diagenesa yang
terjadi bersamaan dengan pengendapan dan sesaat setelah pengendapan pada
lingkungan diagenesa zona marine – burial yang dipengaruhi zona phreatic.
• Fase kedua berakhirnya pengendapan Formasi Rajamandala diikuti
pengendapan batuan sedimen dari Formasi Citarum dan Formasi Saguling pada
kala Miosen Awal hingga Miosen Akhir, fase kedua terjadinya diagenesa
berupa penindihan , kompaksi, proses diagenesa pada zona deep burial.
• Fase ketiga tahapan diagenesa yang terjadi adalah sejak kala PlioPlistosen
hingga saat ini (recent), fase pengangkatan dan perlipatan hingga tereksposnya
Formasi Rajamandala, gejala diagenesa karstifikasi.
• Tahapan diagenesa dari Formasi Rajamandala mulai dari kala Oligasen akhir
hingga Miosen awal merupakan tahapan Eogenetic, selanjutnya kala Miosen
Awal hingga Miosen Akhir adalah tahapan Mesogenetic dan Kala Plio-
Plistosen hingga Recent adalah tahapan Telogenetic.
KESIMPULAN