Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS FACIES DAN SEJARAH

DIAGENESA BATUAN KARBONAT


FORMASI RAJAMANDALA,
PADALARANG, JAWA BARAT
FARHAN HUSEIN
071001900112
FACIES DAN PALEOEKOLOGI

A. Reef Facies
facies ini banyak dijumpai disemua lokasi singkapan, ditipikal masiv warnanya
loreng abu-abu - abu-abu kecoklatan mengandung fragmen large coral, red algal
yang melimpah dalam masadasar dari algal halus dan debris foram, moluska,
bryozoa. echinoder dan matriks mikrit. Kecenderungan loreng berasosiasi dengan
rekristalisasi dari coral dan dengan burrowing.
B. Back Reef Facies
pengamatan facies ini di singkapan Gn. Hawu, Pabeasan, dan Lampegan, berupa
batugamping mikritik berwarna abu-abu ke abu-abu kecoklatan, klastik coral
berukuran kerikil adalah umum. Ini terkumpul dalam masadasar yang didominasi
oleh mikrit tapi juga termasuk algae, bentuk bercabang atau encrusting, bryozoa,
gastropod, foram besar, echinoderm, moluska dan milliolid. Kehadiran mikrit dan
coral memberi kesan energi rendah tapi pada air bersih hangat dan dangkal.
FACIES DAN PALEOEKOLOGI

C. Fore Reef Facies


facies ini yang paling dominan dijumpai disemua singkapan dan sayatan tipis
berupa packstone dan wackestone padat keras, berwarna abu-abu terang.
Rekristalisasi hebat sering menutupi kemas tapi tetap tampak, bisa dikenali foram
besar, coral debris, algal dan echinoderm. Penyesuaian kemas dan lapisan palsu
ditegaskan oleh perpanjangan fragmen platy coral. Wackestone berbutir halus
hingga sedang dan packstone tampak menonjol dari kelimpahan mikrit dan
meratanya foraminifera discoidal dan ketidakhadiran platy coral adalah indikasi
dari kondisi air kurang bergerak pada fore reef shelf.
D. Open Shelf Facies
di daerah Togogapu facies ini dicirikan berwarna abuabu terang ke abu-abu
kecoklatan, bermacam argilaceous dan dolomitik berlapis cukup baik. Glauconite
mengisi rongga adalah kenampakan umum dan secara lokal ditemukan nodul.
Mudstone dan wackestone merupakan batuan yang dominan dimana foraminifera
plangton kadangkala muncul. Secara umum ketidakhadiran dari fauna berukuran
besar seperti coral memberi kesan keadaan air yang lebih dalam dan kehadiran
dari kumpulan bentonik yang lebih dangkal bisa dihubungkan dengan longsoran.
SEJARAH DIAGENESA BATUAN
KARBONAT FORMASI RAJAMANDALA

• Fase pertama kala Oligosen akhir hingga Miosen awal adalah diagenesa yang
terjadi bersamaan dengan pengendapan dan sesaat setelah pengendapan pada
lingkungan diagenesa zona marine – burial yang dipengaruhi zona phreatic.
• Fase kedua berakhirnya pengendapan Formasi Rajamandala diikuti
pengendapan batuan sedimen dari Formasi Citarum dan Formasi Saguling pada
kala Miosen Awal hingga Miosen Akhir, fase kedua terjadinya diagenesa
berupa penindihan , kompaksi, proses diagenesa pada zona deep burial.
• Fase ketiga tahapan diagenesa yang terjadi adalah sejak kala PlioPlistosen
hingga saat ini (recent), fase pengangkatan dan perlipatan hingga tereksposnya
Formasi Rajamandala, gejala diagenesa karstifikasi.
• Tahapan diagenesa dari Formasi Rajamandala mulai dari kala Oligasen akhir
hingga Miosen awal merupakan tahapan Eogenetic, selanjutnya kala Miosen
Awal hingga Miosen Akhir adalah tahapan Mesogenetic dan Kala Plio-
Plistosen hingga Recent adalah tahapan Telogenetic.
KESIMPULAN

• Implikasi proses diagenesa terhadap karakter reservoir pada Formasi


Rajamandala secara umum batuan karbonat ini tight dan memiliki porositas
yang kecil artinya diagenesa Fase satu dan dua tidak membawa kontribusi
signifikan terbentknya reservoir yang baik pada Formasi Rajamandala.
• Implikasi pada bidang pertambangan cukup baik karena kekompakan dan
kekerasan batuan ini bisa dibuat menjadi batu pualam.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai