Anda di halaman 1dari 18

HUKUM ACARA KHUSUS

PENGADILAN AGAMA
SEJARAH PENGADILAN AGAMA
 Sejak VOC berkuasa badan-badan peradilan menerapkan hukum Belanda.
Akan tetapi tidak efektif Atas dasar teori resepcio  komplexu dari Van den
Berg, maka dikeluarkan Statuta Batavia 1942 yang pada Intinya penegasan
bahwa “Mengenai soal hukum kewarisan orang Indonesia yang beragama
Islam, harus dipergunakan hukum Islam yakni hukum yang dipakai oleh rakyat
sehari-hari.
 Tindak lanjut dari Statuta Batavia, maka VOC memerintahkan DW. Freijer
untuk menyusun kitab hukum yang dikenal dengan Compendium Freijer yang
kemudian menjadi rujukan hukum oleh pengadilan dalam penyelesaikan
sengketa masyarakat Islam. 
LANJUTAN
 Compendium Freijer berakhir saat VOC menyerahkan
kekuasaannya kepada Hindia Belanda pada 1800 M. Karena
pengaruh receptie theorie, maka Pada 1922 Pemerintah Belanda
membentuk Komisi untuk meninjau kembali
wewenang Raad Agama yang dibentuk di Jawa dan Madura melalui
S. 1882 No. 152 yang secara resmi berwenang mengadili perkara
perkawinan dan kewarisan. Maka melalui Pasal 2a ayat (1) S. 1937
No. 116 wewenang mengadili terhadap perkara kewarisan dicabut
 Pada tahun 1882 dibentuk Peraturan tentang Peradilan Agama di
Jawa dan Madura dengan Stb. Th. 1882 Nomor 152 dihubungkan
dengan Stb. Th. 1937 No. 116 dan 610.
LANJUTAN
 Pada Tahun 1937, kemudian dibentuk Stb. 1937 No. 638 dan No. 639 tentang
Kerapatan Qadi dan Kerapatan Qadi Besar untuk sebagian Residen
Kalimantan Selatan dan Timur Setelah Merdeka: PP No. 45 Th. 1957 tentang
Pembentukan Peradilan Agama/Mahkamah Syariah di Luar Jawa dan
Madura.
 Pada tanggal 29 Desember 1989 terbitlah UU No. 7 Th 1989 tentang
Peradilan Agama, yang menghapus adanya  dualisme kewenangan mengenai
perkara kewarisan.
 Tujuan utama pembentukan UU Peradilan Agama mempertegas kedudukan
dan kekuasaan peradilan agama sebagai kekuasaan kehakiman sesuai dengan
UU No. 14 Th. 1970 Menciptakan kesatuan hukum peradilan agama
khususnya terkait perkara kewarisan. Menciptakan kesatuan hukum peradilan
agama Putusan PA tidak lagi dikukuhkan (executoir verklaaring) oleh PN
KOMPETENSI ABSOLUT PA
Pasal 49 menyatakan bahwa Pengadilan agama bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara ditingkat pertama antara
orang-orang yang beragama Islam di bidang:
 a. perkawinan;

 b. waris;

 c. wasiat;

 d. hibah;

 e. wakaf;

 f. zakat;

 g. infaq;

 h. shadaqah; dan

 i. ekonomi syari’ah.
SENGKETA PERKAWINAN

Yang dimaksud dengan “perkawinan” adalah hal-hal yang diatur


dalam atau berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan
yang berlaku yang dilakukan menurut syari’ah, antara lain:
1. izin beristri lebih dari seorang;

2. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum


berusia 21 (dua puluh satu) tahun, dalam hal orang tua wali,
atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat;
3. dispensasi kawin;

4. pencegahan perkawinan;

5. penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;


LANJUTAN
6. pembatalan perkawinan;
7. gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri;
8. perceraian karena talak;
9. gugatan perceraian;
10. penyelesaian harta bersama;
11. penguasaan anak-anak;
12. ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana
bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya;
13. 13.penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami
kepada bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri;
14. putusan tentang sah tidaknya seorang anak;
LANJUTAN
15. putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;
16. pencabutan kekuasaan wali;
17. penunjukan orang lain sebagai wall oleh pengadilan dalam hal kekuasaan seorang
wall dicabut;
18. penunjukan seorang wall dalam hal seorang anak yang belum cult-upumur 18
(delapan belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya;
19. pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang ada di bawah
kekuasaannya;
20. penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak berdasarkan
hukum Islam;
21. putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan perkawinan
campuran;
22.   pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut peraturan yang lain.
CERAI TALAK
1. Gugatan dalam bidang perceraian wajib menghadirkan keluarga atau orang dekat masing-
masing pihak untuk diminta keterangan dan sekaligus dijadikan saksi dalam perkara
tersebut. (Pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Jo 76 Undang-Undang No. 7
Tahun 1989).
2. Permohonan oleh suami kepada pengadilan untuk menyaksikan ikrar talak. Diajukan pada
pengadilan tempat kediaman Istri ( termohon), kecuali istri meninggalkan kediaman
bersama tanpa izin pemohon.
3. Jika termohon tinggal di luar negeri, diajukan pada PA tempat kediaman Pemohon.
4. Jika Suami Istri tinggal di luar negeri, diajukan pada PA tempat dilangsungkan pernikahan
atau pada PA Jakarta Pusat.
5. Permohonan perkara penguasaan anak, nafkah istri, dan harta bersama dapat diajukan
bersama dengan permohonan cerai talak atau sesudah ikrar talak.
6. Sidang pemeriksaan cerai talak dilakukan secara tertutup.
7. Perceraian hanya dapat terjadi jika perdamaian tidak tercapai, maka hakim memberikan
penetapan dan penyaksian ikrar talak ditentukan sidang berikutnya.
CERAI GUGAT

1. Gugatan diajukan oleh Istri kepada pengadilan tempat kediaman Istri, kecuali meninggalkan kediaman
bersama tanpa izin tergugat
2. Jika penggugat tinggal di luar negeri, diajukan pada PA tempat kediaman tergugat.
3.  Jika Suami Istri tinggal di luar negeri, diajukan pada PA tempat dilangsungkan pernikahan atau pada
PA Jakarta Pusat. 
4.  Perceraian dapat terjadi jika proses perdamaian tidak tercapai
5. Sidang pemeriksaan cerai gugat dilakukan secara tertutup. Suatu perceraian dianggap terjadi beserta
segala akibat hukumnya terhitung sejak putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap.
6. Gugatan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri, dan harta bersama suami istri dapat diajukan
bersama-sama dengan gugatan perceraian ataupun sesudah putusan perceraian memperoleh kekuatan
hukum tetap
7. Selama berlangsungnya gugatan perceraian, atas permohonan penggugat,Pengadilan dapat :
8. menentukan nafkah yang ditanggung oleh suami;
9. menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin pemeliharaan dan pendidikan anak;
10. menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin terpeliharanya barang-barang yang menjadi hak
bersama suami istri atau barang-barang yang menjadi hak suami atau barang-barang yang menjadi hak
istri.
CERAI DENGAN ALASAN ZINA    
      
 Menganut asas in flagrante delicto, jika tidak maka penggugat/pemohon qadzaf

(tanpa bukti) – An Nur : 4, 6, 7. Upaya li’an dapat dilakukan jika suami qadzaf
 Penggugat/pemohon lepas dari beban pembuktian jika ada pengakuan sebagai alat

bukti yang sempurna, mengikat dan menentukan (volledig, bindende en


beslissende bewijskracht) – Psl. 174 HIR & 311 RBG & Psl. 1925, 1925, 1927
KUH Perdata.
 Mekanisme dan akibat upaya li’an. Suami bersumpah yang berisi tuduhan zina

sebanyak 4 kali dan diikut sumpah kelima “Laknat Allah atas dirinya apabila
tuduhan tersebut dusta”. dan istri punya hak untuk menolak tuduhan dengan
sumpah juga. Jika istri bersumpah juga, maka terjadi li’an yang berakibat
pada : perkawinan putus, anak yang dikandung dinasabkan pada istri, dan suami
terbebas dari kewajiban nafkah. Biaya perkara dalam perkara perceraian
dibebankan kepada pemohon atau penggugat
LANJUTAN
 Gugatan dalam perkara cerai talak dan cerai gugat diajukan kepada Pengadilan
yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman termohon atau tergugat, kecuali
apabila termohon atau tergugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman
yang ditentukan bersama tanpa izin pemohon atau penggugat, gugatan diajukan di
tempat tinggal penggugat (Pasal 73 & 66 Undang-Undang No. 7 Tahun 1989).
 Pemanggilan bagi tergugat ghaib (tidak jelas alamatnya di Indonesia) maka
pemanggilannya dilakukan dengan cara menempelkan gugatan pada papan
pengumuman di Pengadilan dan mengumumkannya melalui satu atau beberapa
surat kabar atau mass media lain yang ditetapkan oleh Pengadilan. Pengumuman
dilakukan sebanyak 2 kali dengan tenggang waktu satu bulan antara pengumuman
pertama dan kedua. Tenggang waktu antara panggilan terakhir dengan
persidangan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 bulan. Jika tergugat tidak hadir
gugatan diputus dengan tanpa hadirnya tergugat (verstek). (Pasal 27 Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975).
LANJUTAN
 Pemeriksaan perkara perceraian (baik cerai gugat atau cerai talak)
dilakukan secara tertutup, sedangkan pembacaan putusan tetap
dilakukan dalam sidang terbuka untuk umum (Pasal 33 & 34
Undang-Undang No. 7 Tahun 1989).Kecuali Pembacaan Putusan
 Perdamaian wajib dilaksanakan oleh hakim dalam perkara
perceraian pada setiap saat sidang dilakukan sampai perkara
diputus. Pada sidang pertama suami isteri harus dating secara
pribadi dalam sidang perdamaian tersebut, kecuali salah satu
pihak berada di luar negeri dapat diwakilkan oleh kuasanya yang
secara khusus dilakukan untuk keperluan tersebut (Pasal 82
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989).
LANJUTAN
 Gugatan LI’AN terjadi karena suami menuduh isteri berbuat zina atau mengingkari
anak dalam kandungan atau yang sudah lahir dari isterinya, sedangkan isteri
menolak tuduhan dan atau mengingkarin tersebut.
Tata caranya sebagai berikut :
 Suami bersumpah empat kali dengan tuduhan zina dan atau pengingkaran anak
tersebut, diikuti sumpah kelima dengan kata-kata “laknat Allah atas dirinya apabila
tuduhan dan atau pengingkaran tersebut dusta”.
 Isteri menolak tuduhan dan atau pengingkaran tersebut dengan sumpah empat kali
dengan kata “tuduhan dan atau pengingkaran tersebut tidak benar”, diikuti sumpai
kelima dengan kata-kata murka Allah atas dirinya bila “tuduhan dan atau
pengingkaran tersebut benar”.
 Tata cara pada huruf a dan b tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.

 Apabila tata cara huruf a tidak diikuti dengan tata cara huruf b, maka dianggap tidak
terjadi li’an.
LANJUTAN
 Biaya perkara dalam sidang perkara perkawinan dibebankan
kepada penggugat atau pemohon, bukan pada pihak yang
kalah.
 Ikrar Talak
 Kumulasi Perkara
 Qulu.Qulu istri mengajukan talak dengan membayar sejumlah
uang (uang iwald) untuk diberikan suami(sighot taklik
talak)apabila dilanggar suami.Talak yang di ucapkan sumai
atas tebusan istri.kalau qului dibayar kan kepada lembaga
social Rp 10000 karena melanggar sighot taklik talak
WARIS, WASIAT, HIBAH
 WARIS
 Yang dimaksud dengan “waris” adalah penentuan siapa yang menjadi ahli waris,
penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masing-masing ahli
waris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut, serta penetapan
pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan siapa yang menjadi ahli
waris, penentuan bagian masingmasing ahli waris.
 WASIAT
 Yang dimaksud dengan “wasiat” adalah perbuatan seseorang memberikan suatu
benda atau manfaat kepada orang lain atau lembaga/badan hukum, yang berlaku
setelah yang memberi tersebut meninggal dunia.
 HIBAH
 Yang dimaksud dengan “hibah” adalah pembegan suatu benda secara sukarela dan
tanpa imbalan dari seseorang atau badan hukum kepada orang lain atau badan
hukum untuk dimiliki.
WAKAH, ZAKAT, INFAQ, SHADAKA
 WAKAF
 Yang dimaksud dengan “wakaf’ adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang (wakif) untuk
memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harts benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau
untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan
umum menurut syari’ah.
  ZAKAT
 Yang dimaksud dengan “zakat” adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan
hukum yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan syari’ah untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya.
  INFAQ
 Yang dimaksud dengan “infaq” adalah perbuatan seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain guna
menutupi kebutuhan, baik berupa makanan, minuman, mendermakan, memberikan rezeki (karunia), atau
menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas, dan karena Allah Subhanahu Wata’ala.
 SHADAGA
 Yang dimaksud dengan “shadaga” adalah perbuatar; seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain
atau lembaga/badan hukum secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu
dengan mengharap ridho Allah Subhanahu Wata’ala dan pahala semata.
EKONOMI SYARI’AH

Yang dimaksud dengan “ekonomi syari’ah” adalah perbuatan atau kegiatan usaha
yang dilaksanakan menurut prinsip syari’ah, antara lain meliputi:
a. bank syari’ah;

b. lembaga keuangan mikro syari’ah.

c. asuransi syari’ah;

d. reasuransi syari’ah;

e. reksa dana syari’ah;

f. obligasi syari’ah dan surat berharga berjangka menengah syari’ah;

g. sekuritas syari’ah;

h. pembiayaan syari’ah;

i. pegadaian syari’ah;

j. dana pensiun lembaga keuangan syari’ah; dan

k. bisnis syari’ah.

Anda mungkin juga menyukai