0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan27 halaman
Dokumen tersebut membahas mengenai gugatan dalam hukum acara perdata Indonesia. Gugatan merupakan langkah awal dalam proses peradilan perdata yang diajukan oleh penggugat kepada tergugat. Terdapat dua jenis gugatan yaitu gugatan lisan dan tertulis. Gugatan harus memenuhi syarat formil dan materiil sesuai ketentuan hukum. Terdapat berbagai bentuk gugatan lainnya seperti kumulasi, gugatan pendahul
Dokumen tersebut membahas mengenai gugatan dalam hukum acara perdata Indonesia. Gugatan merupakan langkah awal dalam proses peradilan perdata yang diajukan oleh penggugat kepada tergugat. Terdapat dua jenis gugatan yaitu gugatan lisan dan tertulis. Gugatan harus memenuhi syarat formil dan materiil sesuai ketentuan hukum. Terdapat berbagai bentuk gugatan lainnya seperti kumulasi, gugatan pendahul
Dokumen tersebut membahas mengenai gugatan dalam hukum acara perdata Indonesia. Gugatan merupakan langkah awal dalam proses peradilan perdata yang diajukan oleh penggugat kepada tergugat. Terdapat dua jenis gugatan yaitu gugatan lisan dan tertulis. Gugatan harus memenuhi syarat formil dan materiil sesuai ketentuan hukum. Terdapat berbagai bentuk gugatan lainnya seperti kumulasi, gugatan pendahul
GUGATAN Ada dua bentuk gugatan: Gugatan lisan Gugatan tertulis Gugatan lisan, adalah bila penggugat buta huruf,diatur pasal 120 HIR, Penggugat menghadap sendiri ke Pengadilan, Ketua atau memerintahkan Panitera atau Panitera Pengganti, untuk mencatat apa yang apa yang dikemukakan secara lisan, selanjutnya setelah dibacakan,maka Penggugat membubuhkan tanda cap jempolnya, pada surat gugatan yang dibuatkan oleh petugas yang ditunjuk, GUGATAN: LANJUTAN Gugatan diajukan penggugat atau kuasanya Gugatan Tertulis, harus memenuhi syarat 118 hir/142 rbg: Syarat formil Kompetensi Absolut dan kompetensi relatif Pengadilan Tanggal dan tanda tangan Identitas Penggugat dan identitas Tergugat (nama, alamat, baik formil maupun materiil Syarat materiil Posita/Fondamentum Petendi Petitum GUGATAN: LANJUTAN Posita/Fondamentum petendi terdiri dari dua bagian, yaitu: Bagian yang menguraikan tentang kejadian atau peristiwa, yaitu uraian tentang duduk perkaranya (feitelijke gronden, factual grounds). Bagian yang menguraikan mengenai hukumnya, yaitu uraian tentang adanya yang dimiliki atau adanya hubungan hukum yang menjadi dasar tuntutan (rechtelijke gronden, legal grounds). GUGATAN: LANJUTAN Teori dalam menguraikan Fondamentum Petendi Substantiering Theorie: Dalam menguraikan dasar dan alasan tuntutan, harus menguraikan mengenai sejarah dan latar belakang timbulnya hubungan hukum menjadi dasar hak dan tuntutannya itu. Individualisering Theorie: Dalam menguraikan posita cukup dikemukakan mengenai adanya hubungan hukum yang menjadi dasar tuntutan. Pendapat Mahkamah Agung RI Jurisprudensi tanggal 15 Maret 1972 No.547K/Sip/1971: Perumusan kejadian materiil secara singkat sudah memenuhi syarat. Dasar pembuktian, Ada korelasi dengan tuntutan yang diajukan, atau tuntutan harus didukung posita yang didalilkan LANJUTAN Petitum, Petita atau tuntutan hukum. Petitum adalah bagian gugatan yang berisi rumusan kalimat yang berisi mengenai apa yang diminta oleh Penggugat atau Pelawan agar diputuskan dan dikabulkan oleh hakim dalam gugatan ataau Perlawaannya. Jenis Petitum’ Petirum Utama/Primer, Petitum harus berdasatkan apa yang sudah didalilkan dalam posita Petitum pengganti/ Subsider/ alternatif Apa ada alternatif tuntutan, biasanya hanya dikontruksi dengan kalimat: et aequo et bono- mohon putusan yang adil menurut hukum PENGGABUNGAN GUGATAN (KUMULASI) Adalah menggabungkan pihak atau obyek perkara lebih dari satu dalam satu surat gugatan. Ada dua jenis penggabungan Kumulasi Subyektif, menggabungkan subyek Penggugat, Tergugat atau kedua-duanya PPP vs T P vs TTT PPP vs TTT Kumulasi Obyektif, adalah menggabungkan lebih dari satu obyek tuntutan, kecuali: Kalau tuntutan yang satu diperlukan acara khusus, sedangkan tuntutan lainnya diperiksa dengan acara biasa; Bila hakim tidak berwenang mengadili secara relatif untuk memeriksa salah satu tuntutan yang diajukan penggabungan ; Bila tuntutan mengenai bezit (hak menguasai) tidak boleh diajukan bersama-sama dengan tuntutan mengenai eigendom (hak pemilikan). Yurisprudensi menegnai hal itu menegaskan lebih lanjut: GUGATAN PROVISIONAL/GUGATAN PENDAHULUAN
Gugatan provisi atau gugatan Pendahuluan
Adalah gugatan, yang mendahului dan bersama dengan gugatan pokok perkara, dimaksudnya, guna mengamankan obyek perkara, selama pemeriksaaan pokok perkara,Twergugat dilarang untuk mengubah obyek perkara, yang akan mengurangi nilai ekonomis obyek yang disengketakan Biasanya dijadikan satu bersama sama dengan gugatan pokok perkara PENGERTIAN GUGATAN SEDERHANA Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana Penyelesaian Gugatan Sederhana adalah tata cara pemeriksaan
di persidangan terhadap gugatan perdata dengan nilai gugatan
materil paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) yang diselesaikan dengan tata cara dan pembuktiannya sederhana. Gugatan sederhana diajukan terhadap perkara cidera janji
dan/atau perbuatan melawan hukum dengan waktu penyelesaian
gugatan sederhana paling lama 25 (dua puluh lima) hari sejak hari sidang pertama. TIDAK TERMASUK DALAM GUGATAN SEDERHANA
Perkara yang penyelesaian sengketanya
dilakukan melalui pengadilan khusus sebagaimana diatur di dalam peraturan perundang-undangan; atau Sengketa mengenai hak atas tanah. KRITERIA PERKARA BUKAN SEDERHANA:
Perkara yang penyelesaian sengketanya dilakukan melalui pengadilan khusus
sebagaimana diatur di dalam peraturan perundang-undangan; atau sengketa hak atas tanah. Para pihak dalam gugatan sederhana terdiri dari penggugat dan tergugat yang masing-masing tidak boleh lebih dari satu, kecuali memiliki kepentingan hukum yang sama. Terhadap tergugat yang tidak diketahui tempat tinggalnya, tidak dapat diajukan gugatan sederhana. Penggugat dan tergugat dalam gugatan sederhana berdomisili di daerah hukum Pengadilan yang sama. Penggugat dan tergugat wajib menghadiri secara langsung setiap persidangan dengan atau tanpa didampingi oleh kuasa hukum. TATA CARA MENGAJUAN GUGATAN SEDERHANA
Penggugat mendaftarkan gugatannya di kepaniteraan
pengadilan. Penggugat dapat mendaftarkan gugatannya dengan mengisi blanko gugatan yang disediakan di kepaniteraan. Blanko gugatan berisi keterangan mengenai: a. Identitas penggugat dan tergugat; b. Penjelasan ringkas duduk perkara; dan c. Tuntutan penggugat. Penggugat wajib melampirkan bukti surat yang sudah dilegalisasi pada saat mendaftarkan gugatan sederhana. GUGATAN BALIK/REKONVENSI Pengertian: adalah gugatan yang diajukan oleh Tergugat kepada Penggugat, yang diajukan bersama-sama dengan jawaban T pokok perkara Semua hal bisa diajukan gugatan balik, kecuali 3 hal yang dilarang,yaitu: Jika penggugat konvensi bertidak dalam kwalitas tertentu, sedangkan gugatan balasan ditujukan terhadap diri penggugat pribadi atau sebaliknya; Jika pengadilan yang sedang memeriksa perkara gugatan konpensi, tidak berwenang memeriksa gugatan dalam rekonpensi dalam hubungannya dengan pokok sengketa rekonpensi; Dalam perkara mengenai sengketa tentang pelaksanaan putusan atau sengketa eksekusi. Dengan adanya gugatan Rekonpensi, amaka dalam satu perkara ada dua gugatan, yaitu Perkara Konvensi:perkara gugatan penggugat dengan tergugat dan Perkara Rekonpensi: Perkara gugatan Tergugat kepada Penggugat Perkara konvensi dan rekonvensi, diperiksa dan diputusabersama sama CONTOH GUGATAN Serang, tanggal 10 Februari 2008 Kepada Yth, Ketua Pengadilan Negeri Serang Jl. KH.Abdul Hadi Nomor 99 Serang Di Serang Dengan Hormat Yang bertanda tangan di bawah ini: Aris Suhadi, SH, MH, Advokat berkantor di VIRTUE BUILDING, Jl Raya Cilegon, Serang City Blok A Nomor 11, Serang, berdasarkan surat kuasa tertanggal 4 Februari 2008, bermeteri cukup, terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan negeri Serang, dengan ini bertindak untuk dan atas nama : Sarwa Edi Purwanta, Direktur dari dan bertindak dalam jabatannye tersebut , karenanya mewakili serta untuk dan atas nama PT Tri Mitra Sedaya Arta (TMSA), berkedududkan di Jl. Anyer 43 Cilegon, selanjutnya disebut Penggugat; Dengan ini mengajukan gugatan kepada: PT. Pura Sejati Angkasa, Berkedudukan di Serang, Jl. Nyi Mas Kopoh 7 C Serang, Banten, selanjutnya disebut: Tergugat: Adapun dasar dan alasan gugatan diajukan adalahs ebagai berikut: Bahwa … Bahwa… Bahwa… Berdasarkan dasar dan alasan tersebut di atas, mohon pengadilan memutus sebagai berikut: 1. Memutus dan menyatakanperjanjian antara p dan t nomor tan ggal tahun sah menururt hukm 2. Memutus dan menyatakan Trgugat wanprestasi 3. Memutus dan menyatakan putusanya prjanjian 4. Menghukum tergugat membayar biaya rugi bunga 5. Menetapkan sah sita jaminn, 6. Putusan dilaksanakan lebih ( outvoerbaar bij voorrad) 7. Bila Pengadilan berpendapat lain: mohon putusan yang adil menurut hukum (et aquo et bono) Kuasa penggugat Meterai dan ttd Nama (Kuasa) penggugat INTERVENSI Menyertai (Voeging). Masuknya pihak ketiga mencampuri proses perkara yang sedang berjalan, dengan memihak salah satu pihak. Untuk dapat mengajukan intervensi voeging ini disyaratkan fihak ketiga tersebut mempunyai kepentingan hukum dalam perkara yang dicampuri tersebut. Menengahi (Tussenkomst). Masuknya pihak ketiga mencapuri proses perkara yang sedang berjalan untuk memperjuangkan dan menuntut kepentingannya sendiri sehubungan adanya kepentingan terhadap perkara yang edang berjalan tersebut. Dengan masuknya pihak ketiga ini maka terdapat penggabungan beberapa tuntutan. Agar pihak ketiga dapat diterima masuk dalam perkara yang sedang berjalan disyaratkan pihak ketiga tersebut mempunyai kepentingan hukum atas perkara yang sedang berjalan tersebut. PENANGGUNGAN, GARANSI, PEMBEBASAN (VRIJWARING).
Vrijwaring ini ditemukan pengaturannya dalam pasal 70 – 76 RV, yaitu masuknya
pihak ketiga dalam proses perkara yang sedang berjalan, karena ditarik oleh salah satu pihak yang berperkara tersebut, dengan tujuan untuk membebaskan diri atau memeperoleh garansi kepada pihak yang menarik masuk dari segala akibat yang timbul atas putusan perkara tersebut. Dengan demikian masuknya pihak ketiga adalah tidak dengan sukarela, melainkan dipaksa masuk dalam perkara tersebut. Contoh: Tidak dapat dibenarkan apabila Pengadilan Tinggi memerintahkan Pengadilan Negeri untuk menarik pihak ketiga sebagai turut tergugat (yang dalam gugatan asal dijadikan pihak Dalam Perkara). Putusan Mahkamah Agung: tgl. 18 –11 - 1975 No. 457 K/Sip/1975. Dalam Perkara Pemerintah Kotamadya Pekanbaru diwakili Abdul Rachman Hamid lawan Mohammad Dain dan Pengurus atau Pendeta Huria Kristen Batak Protestan Resort Pekanbaru, dengan Susunan Majelis: 1. Indroharto SH.; 2. Sri Widojati Wiratmo Soekito SH; 3. DH. Lumbanradja, SH. LANJUTAN Vrijwaring Formil (Garantie formil) diatur pasal 72 RV. Masuknya pihak dalam proses perkara untuk menjamin salah satu pihak dhi tergugat berdasarkan hak kebendaan. Vrijwaring Sederhana (Garantie Simple) diatur pasal 74 RV. Masuknya pihak dalam proses perkara yang sedang berjalan, berdasarkan hak tagih yang dimiliki oleh pihak yang menarik masuk, apabila ia dikalahkan dapat menagih pihak ketiga yang ditariknya. Misalnya penanggung yang melunasi utang debitur, mempunyai hak tagih kepada debitur (pasal 1839, 1840 KUHPerdata). Vrijwaring dibedakan menjadi dua (2) yaitu : Vrijwaring Formil (Garantie formil) diatur pasal 72 RV. Masuknya pihak dalam proses perkara untuk menjamin salah satu pihak dhi tergugat berdasarkan hak kebendaan. Vrijwaring Sederhana (Garantie Simple) diatur pasal 74 RV. Masuknya pihak dalam proses perkara yang sedang berjalan, berdasarkan hak tagih yang dimiliki oleh pihak yang menarik masuk, apabila ia dikalahkan dapat menagih pihak ketiga yang ditariknya. Misalnya penanggung yang melunasi utang debitur, mempunyai hak tagih kepada debitur (pasal 1839, 1840 KUHPerdata). TINDAKAN PENGAMANAN GUGATAN Sita/Beslag Tindakan pengamanan yang dapat diajukan oleh penggugat kepada Ketua Pengadilan atau Hakim pemeriksa , atas harta kekauyaaan Tergugat atau obyek yang disengketakan untuk menjamin sekiranya gugatan dikabulkan oleh pengadilan, ada jaminan untuk pemenuhan isi dictum putusan perdata pengadilan; Penyitaan berakibat barang yang disita dibekukan (diconserveer) untuk jaminan dan tidakboleh dialihkan kepada pihak lain (pasal 197 ayat 9 , 199 HIR, 212,214 RBg, Tergugat atau debitur mengalijkan barang sitaan, sebagai perbuatan rtidak sah dan merupakan tindak pidana ( pasal 231,232 KUHP). Gugatan Pendahuluan/Provisionil Gugatan yang diajukan mendahului pemerinksaan pokok perkara, dimaksudkan, selama memeriksaan pokok perkara, agar Tergugat tidak melakukan tindakan atas obyek yang disengketakan, yang akan berakibat ; mengurangi nilai ekonomis, dan atau mengilangkan jejak atas obyek perkara sehingga dan atau Obyek sengketa rusak atau tidak dikenali lagi SITA Jenis ada 2 Sita atas barang milik penggugat di tangan Tergugat Sita Revindikator, barnga bergerak Sita Marital Sita Barang Milik Tergugat Sija Jaminan (Conservatori Beslag) Sita gadai (Pand Beslag) PROSEDUR DAN TATA CARA SITA Diajukan terpisah atau bersama sama dengan surat gugatan, dengan mencantumkan alasan-alasannya dan memaparkan identitas obyek yang dimohonkan; Diajukan kepada Ketua Pengadilan atau Ketua Majelis Hakim; Ketua Pengadilan/ Ketiua Majelis Hakim, bila mengabulkan permohonan, membuat Penetapan Sita dan memerintahkan kepada Juru Sita melaksanakan Sita; Juru Sita melaksanakan sita dengan disampingi dua orang saksi; Juru sita mencocokkan identitas obyek sita, bila sesuai dengan isi penetapan, dan membuat Berita Acara Sita, dap sita barang bergerak dititipkan kepada Tergugat, bila benda tidak bergerak, maka Penetapan Sita didaftarkan ke Kantor Pendaftaran; Bila sudah diletakkan sita, maka dalam putusan akhir akan dibyatakan sita dibyatakan sah dan berharga.. JAWABAN TERGUGAT ATAS GUGATAN PENGGUGAT
Jawaban Tergugat adalah tanggapan yang disampaikan
Tergugat atas gugatan yang diajukan oleh Tergugat; Jawaban Tergugat (conclusie van antwoord) dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Jawaban Tergugat bukan pokok perkara (verweer ten ekseptie); dibedakan: 2. Jawaban Tergugat mengenai pokok perkara (verweer ten principle). Berikut ini dijelaskan masing-masing jawaban tersebut, sebagai berikut. EKSEPSI Ekseptie berdasarkan hukum formil. Ekseptie mengenai tidak berwenangnya Pengadilan mengadili
perkara gugatan penggugat. Eksepsi ini diatur dalam pasal 133,
134, 35 HIR. Eksepsi tentang tidak berwenangnya pengadilan yang dibedakan : Ekseptie tentang Kompetensi absolut, dapat diajukan pada
setiap saat selama persidangan, bahkan bila hakim telah
mengetahui hal itu, harus menyatakan diri tidak berwenang menangadili perkara itu. Ekseptie tidak berwenangnya pengadilan secara relatif. Eksepsi
ini harus diajukan pada saat mengajukan jawaban pertama.
LANJUTAN Eksepsi berkenaan syarat formil gugatan: Eksepsi gugatan kabur (Ecceptio obscur libeli) Eksepsi Gugatan tidak lengkap pihak (Ecceptio plurium consortium). Ekseptie tentang koneksitas. Sifat eksepsi formil Peremtoir, menyudahi perkara misalnya, ne bis in idem Declinatoir, mengelak gugatan diajukan ke pengadilan yang salah Diskwalifikatoir, penggugat dan atau tergugat tidak memilikli kedudukan dalam perkara, bukan direktur, bukan peminjam LANJUTAN Eksepsi Berdasarkan hukum materiil. Eksepsi yang diajukan berdasarkan ketentuan hukum materiil,
yang berakibat dapat tidak berlanjutnya gugatan perkara
penggugat. Dilatoir Eksepsi bahwa gugatan belum waktunya diajukan(Gugatan Prematur). Peremtoir Eksepsi gugatan pernah diajukan sehingga tidak dapat diajukan lagi dalam perkara yang sama (nebis in idem). Eksepsi gugatan masih digantungkan perkara lain yang belum diputus. Eksepsi kecuali mengenai eksepsi kewenangan, diperiksa dan diputus bersama sama dengan pokok perakara. JAWABAN POKOK PERKARA (VEWEER TEN PRINCIPALE).
Jawaban pokok perkara adalah jawaban yang disampaikan tergugat yang
langsung berkenaan dengan materi, substansi, isi pokok gugatan penggugat. Berdasarkan substansinya, jawaban dapat dibedakan menjadi tiga: Jawaban yang substansinya membenarkan isi gugatan penggugat. Jawaban ini merupakan wujud pengakuan Tergugat secara tertulis atas gugatan Penggugat. Implikasi hukum jawaban jenis ini adalah Penggugat tidak perlu lagi membuktikan dalil posita yang diakuinya itu. Untuk lebih jelasnya, selanjutnya dapat dibaca mengenai bukti pengakuan di muka sidang. Jawaban berupa penyangkalan atau penolakan atas gugatan Penggugat. Akibat hukumnya, Penggugat harus membuktikan hal yang disangkal itu dan sebaliknya Tergugat membuktikan penyangkalan tersebut. Referte, yaitu jawaban yang bersifat netral, tidak mengakui dan juga tidak menolak.Mengenai Pengakuan akan dijelaskan pada pembicaraan mengenai jenis- jenis alat bukti. GUGATAN BALIK/ REKONPENSI Gugatan Balik adalah gugatan yang diajukan oleh Tergugat kepada Penggugat, bersama-sama dengan ajwaban pokok perkara Diatur dalam pasal 132a, Dengan adanya gugatan balik, maka dalam satu register perkara terdapat dua gugatan: Gugatan Konpensi Gugatan Rekonpensi Pasal 132 HIR menyatakan, bersamaaan dengan jawaban pokok perkara, dapat mengajukan gugatan balik, kepada penggugat, tentang segala hal, kecuali; Kalau penggugat awal bertidfak dalam kapssitas, gugatan ditujukan kepada pribadinya, atau sebaliknya; Bila pengadilan yang memeriksa perkara gugatan awal tidak berwenang memeriksa gugatan balik; Dalam perkara perselsihan menjalankan putusan