Anda di halaman 1dari 39

Penatalaksanaan

Trauma
Dentoalveolar Akut
H. Tagar and S. Djemal

Nadiah Pujiati 20-55


Anindita Permata 20-56
M. Nagara 20-69
Dara Kartika 20-70
Latar Belakang
● Estetika mulut penting dalam menentukan daya
tarik wajah secara keseluruhan. Orang dengan
penampilan gigi yang relatif normal dianggap lebih
menarik, lebih cerdas, dan lebih diinginkan sebagai
teman.
● Meskipun mulut hanya terdiri dari 1% dari area
tubuh, tetapi rongga mulut menyumbang 5% dari
semua insiden cedera tubuh dan cedera wajah.
● Sebuah survei di amerika diantara orang berusia 6-
50 tahun menunjukkan bahwa 1 dari 4 memiliki
bukti pernah mengalami trauma dental
Cederan yang
Gaya trauma dihasilkan

• Benturan dengan kecepatan rendah lebih cenderung menyebabkan lebih


banyak kerusakan pada struktur pendukung dengan insiden fraktur gigi
yang lebih sedikit.
• Sebaliknya, benturan yang berkecepatan tinggi menghasilkan energi
yang lebih besar ke mahkota, yang mengakibatkan patahnya mahkota
dengan lebih sedikit efek pada jaringan pendukung.
Pemeriksaan
Pasien yang mengalami cedera traumatis harus diperiksa secara
menyeluruh termasuk cedera kepala dan tulang belakang leher.
Jika terdaspat kecurigaan apakah pasien telah kehilangan
kesadaran atau jika pasien menunjukkan tanda-tanda terkait
(misalnya kehilangan memori, kantuk atau mual), perlu rujukan
segera ke unit gawat darurat (UGD)
ANAMNESIS
Pertanyaan Informasi Hubungan
Kapan ? Interval waktu terjadi cedera dan Semakin lama intervalnya,
saat pemeriksaan semakin buruk prognosis untuk
sebagian besar cedera
Dimana ? Diluar / didalam ruangan Cedera kotor (tanah) mungkin
memerlukan perlindungan
tetanus
Bagaimana ? Jatuh atau bertabrakan,
disengaja atau tidak disengaja
Perawatan dental Gigi mana, cedera apa, dan Cedera berulang dapat
sebelumnya kapan mempengaruhi tes sensibilitas
pulpa dan penyembuhan
Gejala cedera kepala Kehilangan kesadaran, muntah, rujukan rumah sakit diperlukan
sakit kepala, kehilangan ingatan jika dicurigai adanya cedera
kepala
Riwayat Kesehatan Gangguan perdarahan, keadaan Dapat mempengaruhi terapi
immunocompromised, alergi pengobatan
Pemeriksaan Ekstraoral

Abrasi – luka pada kulit yang Laserasi – robekan atau


menghilangkan lapisan epitel, robeknya kulit yang
dan mungkin berdarah dan nyeri disebabkan oleh benda
karena ujung saraf yang tajam dan harus
terbuka. diperhatikan

Memar – area perdarahan yang Ekimosis sirkumorbita dan


disebabkan oleh kebocoran perdarahan subkonjungtiva
darah dari pembuluh subkutan mungkin tanda-tanda yang
yang pecah ke jaringan menunjukkan fraktur wajah
sekitarnya, setelah benturan
tumpul; tidak ada kerusakan pada
kulit di atasnya, tetapi mungkin
berhubungan dengan fraktur
tulang yang mendasarinya.
Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan jaringan lunak
Cedera pada bibir
• Sangat penting bagi dokter untuk hati-hati memeriksa semua luka dan
laserasi daerah perioral dan menentukan apakah ada benda asing. Jaringan
lunak harus diperiksa dan dieksplorasi secara sistematis, dengan anestesi lokal
jika diperlukan. Pembersihan dan debridement bibir penting untuk mencegah
infeksi.
• Radiografi jaringan lunak yang diambil pada eksposur yang dikurangi dapat
diindikasikan untuk mengidentifikasi fragmen gigi atau benda asing di dalam
jaringan lunak. Semua gigi dan fragmen yang hilang harus diperhitungkan
sedapat mungkin dan mempertimbangkan perlunya merujuk pasien
melakukan rontgen thorax.
Cedera pada mukosa bukal
Kebanyakan laserasi dan lecet pada mukosa bukal sembuh dengan cepat
dan tidak memerlukan penjahitan. Laserasi besar (>1-2 cm) umumnya harus
diperbaiki menggunakan jahitan. Dalam kasus di mana laserasi yang luas dan
melibatkan saluran saliva (Wharton dan Stensen) atau saraf wajah, perlu
dilakukan rujukan kepada bedah mulut dan maksilofasial.

Cedera pada gingiva


Pendarahan di sekitar margin gingiva dapat mengindikasikan kerusakan pada
ligamen periodontal, misalnya, dengan cedera subluksasi. Laserasi kecil di
atas gingiva rahang atas atau bawah biasanya sembuh tanpa intervensi. Jika
laserasi besar atau ada tulang yang terbuka, maka perlu dilakukan
penjahitan.
Cedera pada frenulum
• Frenulum maksila jarang membutuhkan jahitan untuk laserasi sederhana, tetapi laserasi
yang kompleks yang meluas ke mukosa atau gingiva perlu penjahitan dengan bahan jahit
yang dapat diserap.
• Frenulum lingual sangat vaskuler dan mungkin memerlukan penjahitan untuk mengontrol
perdarahan.

Cedera pada lidah


• Sebagian besar laserasi lidah < 1 cm tanpa tepi luka yang terbuka mungkin tidak
memerlukan perbaikan.
• Laserasi yang terbuka membutuhkan penjahitan, karena celah yang ditinggalkan oleh luka
yang tidak diperbaiki dapat mengalami epitelisasi ulang  meninggalkan tampilan
berlekuk atau bifida untuk beberapa waktu setelah cedera.
• Perbaikan harus dilakukan di bawah anastesi dengan infiltrasi lokal, yang juga membantu
hemostatis. Laserasi yang dalam memerlukan penutupan berlapis dengan jahitan dalam
yang mendekati lapisan otot diikuti dengan jahitan pada permukaan lidah.
Pemeriksaan Ekstraoral
Pemeriksaan jaringan keras
Penilaian lebih baik dilakukan setelah membersihkan darah dan kotoran, selain
itu cedera jaringan lunak seringkali dapat menutupi cedera tulang.

Perdarahan luas di bagian lingual


yang berhubungan dengan fraktur
dentoalveolar
Luksasi
• Perpindahan posisi gigi harus dicatat secara akurat dan dicatat dalam
kaitannya dengan gigi yang berdekatan.
• Concussion yaitu cedera ringan karena benturan yang mengakibatkan
trauma pada ligamen periodontal tanpa adanya kegoyangan atau
perubahan posisi gigi.

Subluksasi
• Cedera ringan – sedang pada ligamen periodontal tanpa disertai
perubahan posisi gigi tetapi disertai kegoyangan gigi.
Luksasi ekstrusif
• Adalah perpindahan sebagian gigi keluar dari soket dalam arah aksial.
• Gigi ini dapat dipertahankan vitalitasnya tergantung apakah ikatan
neurovaskular terputus atau tidak.  oleh karena itu disarankan untuk
meninjau dan melakukan PSA jika terdapat gejala non-vitalitas, seperti
penipisan periapikal, perubahan warna atau kurangnya respon
terhadap uji sensibilitas.

Gambar 5a. Luksasi ekstrusif pada gigi 21 karena cedera


Luksasi lateral
• Melibatkan perpindahan gigi ke palatal atau labial dan hampir selalu
berhubungan dengan fraktur dentoalveolar. Cedera ini beresiko tinggi
terjadi nekrosis pulpa.

Gambar 5b. Luksasi lateral pada gigi 11 dan 21 setelah cedera


Luksasi intrusif
• Yaitu pergerakan gigi lebih jauh ke dalam soket dalam arah aksial.
• Terjadi penghancuran bundel neurovaskular  hilangnya vitalitas pada
gigi dengan apeks tertutup. Kerusakan parah biasanya juga terjadi pada
soket tulang alveolar.

Gambar 5c. Luksasi intrusif pada gigi 11 yang muncul 3 minggu


setelah cedera
Avulsi
• Pergerakan total gigi keluar dari soketnya, yang mungkin berhubungan
dengan kerusakan tulang alveolar dan gigi yang berdekatan.

Gambar 5d. Avulsi gigi 31 dan 32 yang muncul 2 hari setelah cedera
Fraktur
• Kerusakan pada gigi bervariasi dapat berupa retakan pada enamel
(infraction) hingga fraktur akar yang rumit dengan terbukanya pulpa.
• Infraction adalah garis fraktur yang tidak sempurna pada permukaan gigi,
terutama jika dilihat di bawah transiluminasi dan biasanya asimtomatik.

Gambar 6a. Infraction enamel pada gigi 12, 21 dan 22 serta


fraktur enamel-dentin dan aspek mesial dari 11 dan 22.
Fraktur Enamel
• Fraktur yang hanya mengenai enamel dan biasanya asimtomatik, tetapi
ujung tajam yang dihasilkan dapat menyebabkan iritasi jaringan lunak.

Gambar 6b. Fraktur enamel pada gigi 41 dan 42


Fraktur Enamel-dentin
• Fraktur pada mahkota gigi yang mengenai enamel-dentin tanpa
komplikasi hanya melibatkan lapisan dentin yang sensitif dan enamel.
• Fraktur yang lebih dalam menunjukkan pulpa berwarna merah muda jika
terdapat lapisan tipis dentin yang tertinggal di atas pulpa.

Gambar 6c. Fraktur enamel-dentin pada gigi 21


Fraktur Enamel-dentin-pulpa
• Fraktur yang melibatkan enamel, dentin dan pulpa yang terekspose,
dapat dilakukan perawatan dengan pulpcapping, namun, eksposure yang
lebih besar memerlukan pulpotomi.

Gambar 6d. Fraktur mahkota enamel, dentin, pulpa pada gigi 11 dan 21
Fraktur Mahkota-akar
• Fraktur mahkota-akar bervariasi tergantung apakah ada terbukanya pulpa atau
tidak. Fraktur mahkota-akar biasanya disebabkan oleh trauma langsung pada
gigi anterior.
• Fraktur akar adalah cedera gigi yang relatif jarang, terutama pada kelompok usia
muda karena elastisitas tulang alveolar. Fraktur akar dapat terjadi di apikal,
tengah atau servikal. Diagnosa yang akurat didapatkan pada radiografi.

Gambar 6e. Fraktur mahkota-akar pada gigi 11 dan


fraktur enamel gigi 21
Pemeriksaan oklusi
• Perubahan oklusi sering dikaitkan dengan pergerakan gigi. Jika pemeriksaan
lebih lanjut didapatkan pergerakan pada seluruh segmen gigi, bukan gigi
individu, fraktur dentoalveolar harus dicurigai. Fraktur alveolar yang lebih kecil
dapat terjadi di sekitar soket, terutama pada gigi yang avulsi.
• Pada pasien yang mengalami trauma akut, ada sedikit manfaat mengetuk gigi
untuk memeriksa nyeri pada saat perkusi. Tanda ini penting untuk tindak
lanjut saat menilai status sensibilitas gigi.

Tes sensibilitas
• Digunakan sebagai dasar untuk menilai status pulpa, test listrik dan test
termal digunakan untuk menilai respons suplai saraf gigi.
Pemeriksaan radiografi
• Radiografi sangat penting dalam penilaian gigi yang mengalami trauma untuk
membantu diagnosis.
• The International Association of Dental Traumatology (IADT)
merekomendasikan radiografi yang diambil berdasarkan penilaian klinis dan
pandangan yang mungkin membantu adalah:
• radiologi periapical dengan sudut horizontal 90° dengan sinar melalui
gigi yang bersangkutan
• radiografi periapical dengan angulasi lateral dari aspek mesial atau distal
gigi yang bersangkutan
• tampilan oklusal (khususnya berguna pada fraktur akar).
• Angulasi sinar X-ray pusat dan tampilan fraktur.
Saat angulasi berubah, tampilan fraktur terlihat
secara radiografis berubah.

Saat balok bergerak menjauh dari sudut ini baik


secara positif maupun negatif, penampakan
berubah dari rekahan yang jelas menjadi jelas, ke
penampakan rekahan yang lebih luas, kemudian
elips yang menyerupai fragmen perantara, hingga
akhirnya tidak terdeteksi.
Manajemen Trauma Dentoalveolar

Anastesi yang baik dan Praktisi harus waspada Resep antibiotic harus
debridement luka terhadap cedera nono dilakukan dengan hati-
jaringan lunak gigi, termasuk cedera hati dan tergantung
emmbantu mengelola kepala dan harus mampu pada situasi klinis dan
situasi. mengidentifikasi tanda- status medis pasien.
tanda cedera non
kecelakaan
Cedera luksasi
• Cedera luksasi adalah cedera akibat robeknya serat periodontal di satu sisi
soket dan adanya daerah kompresi serat di sisi lain.

Cedera avulsi
• Avulsi telah dilaporkan pada 1-16% cedera gigi. Keberhasilan perawatan
replantasi tergantung pada media penyimpanan gigi, waktu dari kejadian
hingga implantasi ulang.
• Replantasi adalah perawatan pilihan untuk gigi permanen, sesegera mungkin
setelah cedera
Fraktur Alveolar
• Fraktur alveolus biasanya terjadi dalam kombinasi dengan trauma jaringan
gigi yang lainnya
• Fraktur alveolar dapat diklasifikasikan menjadi:
- Fraktur dinding soket
- Fraktur soket kominutif
- Fraktur dentoalveolar segmental
- Fraktur mandibula atau maksila
a) Avulsi gigi 11 dan luksasi lateral gigi 12; b) replantasi gigi avulsi, hanya ditangani oleh mahkota; c) reposisi gigi
distabilkan dengan kawat dan bidai komposit composite
Fraktur Mahkota Fraktur Akar
• Perawatan segera ditujukan untuk • Fraktur akar adalah fraktur terbatas
pemeliharaan vitalitas pulpa dan pada akar gigi yang melibatkan
pencegahan masuknya bakteri ke dalam sementum, dentin, dan pulpa.
tubulus dentin. • Fraktur akar diklasifikasikan
• Pada fraktur mahkota yang rumit, berdasarkan lokasi dan mungkin
pulpotomi parsial (Cvek) dapat berhasil, pada bidang horizontal atau miring
• Jika memungkinkan, segmen fraktur pada sepertiga apikal, sepertiga
harus dipertahankan dan disambungkan tengah atau sepertiga servikal
kembali sesegera mungkin.
Prognosis Gigi yang Mengalami Trauma
Prognosis jangka panjang untuk gigi yang
mengalami trauma tergantung pada
berbagai faktor pada saat kejadian, yaitu:
• Usia pasien dan penutupan apikal
• Jumlah dentin dan pulpa yang
terbuka
• Interval waktu antara cedera dan
perawatan
• Tingkat kontaminasi
• Cedera periodontal
• Tingkat kooperatif pasien.
Waktu Reposisi

0-1 jam >48 jam


Gigi yang direposisi dalam waktu 1 jam Jika lebih dari 48 jam berlalu antara
lebih kecil kemungkinannya untuk cedera dan pengobatan, maka
mengalami nekrosis pulpa. kemungkinan nekrosis pulpa lebih besar.

Jika apeks gigi berada pada garis fraktur, risiko


nekrosis pulpa juga meningkat.
Splinting
• Splinting pada gigi yang mengalami
trauma berfungsi utnuk menstabilkan gigi
dan memberikan kenyamanan bagi
pasien.
• Splinting harus fleksibel (semi-rigid)
untuk menjaga adanya gerakan fisiologis
gigi dalam periodonsium dalam semua
kasus kecuali fraktur cervical third
Beberapa tipe splinting untuk tatalaksana trauma:
Wire ortho + komposit Titanium + komposit
KIE Gigi yang Mengalami Trauma
• Mengonsumsi makanan lembut
selamam 2 minggu
• Menyikat gigi setelah setiap
selesai makan dengan sikat gigi
yang lembut
• Berkumur dua kali sehari dengan
klorheksidin 0,1%
Langkah Preventif
American Dental Association
merekomendasikan pada setiap orang
yang memiliki aktivitas dengan resiko
cedera yang signifikan, sebaiknya
memakai mouth guard. Beberapa
jenisnya:
• Over-the-counter mouth guards
• ‘Boil and bite’ mouth guards
• Dentist-made mouth guards
Terima Kasih

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai