Anda di halaman 1dari 18

OBAT KUMUR ALAMI

AISYA NURRACHMA
16-106
Obat kumur alami
Menurut Backer (1990), Obat kumur merupakan suatu larutan yang digunakan untuk membilas
rongga mulut agar terhindar dari bakteri yang merugikan.
Obat kumur merupakan salah satu produk perawatan kesehatan mulut yang dikategorikan
sebagai obat bebas dan dapat diperoleh tanpa perlu peresepan tenaga medis profesional.
Obat kumur dikenal sebagai produk antiseptik dan antiplak yang memiliki sifat bakterisid.
Obat kumur efektif digunakan untuk mengkontrol karies, bau mulut dan gingivitis.
Penggunaan agen antimikroba seperti obat kumur dapat membantu meningkatkan kesehatan
rongga mulut dengan cara mengkontrol pertumbuhan plak (Collares dkk., 2014).
FUNGSI
Fungsi obat kumur secara umum adalah untuk menghilangkan atau membunuh bakteri,
penghilang bau mulut, dan memiliki efek terapeutik untuk mengurangi infeksi dan mencegah
terbentuknya karies.
Efek terapeutik diperoleh dengan penambahan bahan tertentu ke dalam komposisinya, seperti
fluoride dan kandungan bahan aktif antibakterial, seperti chlorhexidine dan minyak esensiaL.
Mekanisme kerja obat kumur adalah membersihkan rongga mulut dengan mencapai lebih
banyak permukaanpermukaan dari rongga mulut. Penggunaan obat kumur dalam kontrol plak
seharihari ditujukan sebagai tambahan untuk menyingkirkan plak pada bagian interproksimal
yang tidak terjangkau oleh pembersihan secara mekanis (Sari, 2014)
KOMPOSISI OBAT KUMUR SINTETIK
Komposisi obat kumur terdiri dari agen antibakterial seperti minyak esensial
yakni Thymol 0,06%, Eucalyptol 0,09%, Menthol 0,04% dan Methyl salicylate
yang berfungsi sebagai agen antiseptik. Minyak esensial akan penetrasi ke dalam
biofilm dan memberikan efek antimikroba yang signifikan terhadap bakteri
didalam biofilm setelah berkumur selama 30 detik (Goldstep, 2014).
Salah satu contoh obat kumur di pasaran yaitu klorheksidin. Klorheksidin
terbukti dapat menurunkan akumulasi plak karena merupakan agen antimikroba
berspektrum luas serta memiliki efek bakterisidal dan bakteriostatik terhadap
semua jenis mikroba, termasuk bakteri, jamur, dan virus (Fajriani, 2014).
Kerugian menggunakan obat kumur
sintetik
Klroheksidin: memiliki kekurangan yaitu rasa yang pahit, dapat menyebabkan perubahan sensasi
sementara, rasa terbakar, deskuamasi mukosa dan penggunaan klorheksidin dalam jangka panjang
dapat meninggalkan noda kecoklatan pada gigi, restorasi, membran mukosa dan lidah.
Alkohol: mengiritasi mukosa dan dapat menyebabkan perubahan mukosa mulut pada lansia yang
mengalami xerostomia, penipisan lapisan superfisial epitel, sensasi terbakar ketika berkontak dengan
mukosa dan rasa kering pada mukosa mulut.
Alkohol dengan konsentrasi tinggi (lebih dari 20%) dalam obat kumur mungkin memiliki efek yang
merugikan dalam rongga mulut seperti keratosis, ulserasi mukosa, gingivitis, nyeri, perkembangan
leukoplakia dan dicurigai dapat meningkatkan kerentanan individu terhadap kanker.
Alkohol dapat menghasilkan senyawa metabolik yang bersifat karsinogenik berupa acetaldehyda serta
dapat mengganggu fungsi kelenjar saliva. Penurunan fungsi kelenjar akan mengurangi aksi pembersihan
agen karsinogenik secara lokal sehingga meningkatkan risiko perkembangan kanker (Figuero, 2004).
Berdasarkan hal tersebut, bahan alami mulai dimanfaatkan dan
dikembangkan sebagai bahan antiplak yang lebih aman dan lebih
murah dibandingkan produk berbahan kimia (Utami, 2008)
1. Daun salam
Mengandung tannin, flavonoid dan minyak atsiri
Tanin dan flavonoid merupakan bahan aktif yang mempunyai efek anti-inflamasi dan
antimikroba, sedangkan minyak atsiri mempunyai efek analgesic.
Flavonoid mempunyai aktivitas antibakteri karena flavonoid mempunyai kemampuan
berinteraksi dengan DNA bakteri. Hasil interaksi tersebut menyebabkan terjadinya kerusakan
permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom.
Tanin bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengadakan denaturasi
protein dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga permeabilitas bakteri meningkat.
Kerusakan dan peningkatan permeabilitas sel bakteri menyebabkan pertumbuhan sel terhambat
dan akhirnya dapat menyebabkan kematian sel
minyak atsiri, tanin dan flavonoid dapat berperan sebagai antibakteri dengan cara merusak
membran sel dan struktur protein sel bakteri sehingga pertumbuhan bakteri terhambat yang
mengakibatkan pembentukan plak menurun (Sukadana, 2011).
2. Daun sirih
Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari betlephenol, kavikol, hidroksikavikol, eugenol, karvaktol,
dan tannin.
Hidroksikavikol merupakan turunan fenol yang memiliki daya anti bakteri yang lima kali lebih kuat daripada fenol
biasa.
Fenol dan derivatnya, seperti kavikol dan eugenol merupakan senyawa toksik yang menyebabkan protein sel
pada bakteri mengalami denaturasi sehingga protein tidak dapat melakukan fungsinya. Fenol dan derivatnya
dapat merusak dinding sel bakteri. Ketidakstabilan pada dinding sel dan membran sitoplasma bakteri
menyebabkan fungsi permeabilitas selektif, fungsi pengangkutan aktif dan pengendalian susunan protein dari sel
bakteri menjadi terganggu (Novianti, 2013)
kandungan fenol dalam minyak atsiri memiliki daya antiseptik lima kali lebih efektif dibandingkan fenol biasa dan
dapat mendenaturasi protein sel bakteri sehingga dapat mengurangi bakteri Streptococcus mutans pada
permukaan gigi
Keseluruhan kandungan yang ada dalam daun sirih itulah, maka daun sirih berkhasiat sebagai antioksidasi dan
fungisida (Akbar, 2015).
3. Daun binahong
Daun Binahong memiliki kandungan kimia yaitu saponin, alkaloid, polifenol dan
triterpenoid yang menyebabkan adanya rasa pahit yang dapat merangsang
kecepatan sekresi yang mempengaruhi derajat asam (pH) dalam mulut karena
sistem buffer dapat menyangga dan mempertahankan pH saliva agar tetap
konstan
setelah berkumur dengan daun binahong pH saliva naik ke arah basa. Kenaikan
pH saliva setelah berkumur dapat menetralkan keadaan asam yang memicu
terjadinya karies gigi.
4. Daun kemangi
Kemangi mengandung tanin, flavonoid, steroid atau triterpenoid, minyak atsiri,
asam heksauronat, pentosa, xilosa, asam metil homoanisat, molludistin serta
asam ursolat. Daun kemangi mengandung saponin, flavonoid, polifenol dan
tannin.
Minyak atsiri daun kemangi 1 % memiliki nilai % penghambatan bakteri sebesar
87,50 ± 3,33 % (Yosephine, 2013)
5. Kayu manis
Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam kayu manis diantaranya minyak
atsiri, eugenol, cinnamic aldehida, safrol, dan tannin.
Minyak atsiri yang berasal dari kulit komponen terbesarnya ialah cinnaldehida
60–70% ditambah dengan eugenol, beberapa jenis aldehida, benzyl- benzoat,
phelandrene dan lain–lainnya. Kadar eugenol rata–rata 80–66%. Minyak atsiri
kayu manis merupakan preparat antimikroba alami yang dapat bekerja terhadap
bakteri, virus, dan jamur.
minyak atsiri kayu manis menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap sebagian
besar bakteri gram positif dan gram negatif, jamur, dan kapang (Yuliani dan
Satuhu, 2012).
6. Gambir
Gambir mengandung katekin dan tanin
Gambir berkatekin tinggi memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans yakni sebesar 41,77%.
Tanin pada gambir memiliki khasiat sebagai antibakteri dan antijamur
7. Cengkeh
Senyawa eugenol merupakan komponen utama yang terkandung di dalam minyak cengkeh, yang
dengan kandungan dapat mencapai 72-90% dan tannin
Eugenol merupakan senyawa yang berperan dalam memberikan aroma khas yang menyegarkan
dan pedas pada cengkeh, memiliki efek analgesik, anti-inflamasi, antimikroba, antiviral,
antifungal, antiseptic
hasil penelitian oleh Al-lami dan Al-lousi di Irak menunjukkan bahwa larutan ekstrak cengkeh
1%, 5%, dan 10% dapat meningkatkan kekerasan email pada gigi yang terdemineralisasi secara
signifikan karena terdapat kandungan ion Ca2+ dan PO43-. ion Ca2+ dan PO43- yang ada pada obat
kumur cengkeh akan membantu proses remineralisasi. United States Department of Agriculture
(USDA) melaporkan bahwa pada dalam cengkeh terdapat kandungan kalsium sebesar 44
mg/100g dan fosfor sebanyak 90 mg/100 g.
Kandungan tannin pada cengkeh juga mampu meningkatkan ketahanan gigi terhadap asam
(Mittal, 2014).
8. Bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Seduhan ekstrak kelopak bunga rosella dapat dijadikan antibakteri dan antiplak pada konsentrasi
tertentu (Machmud, 2013)
Bunga rosella memiliki kandungan golongan polyphenolic katekin (epigallocathecine-3-gallate (EGCG),
epigallocathecine (EGC),danepicatechine-3 gallate (ECG), serta epicathecine) dan flavonoid
Katekin secara umum merupakan komponen utama pada daun yang teroksidasi selama proses
fermentasi, dan bercampur lalu membentuk senyawa polifenol sekunder, yaitu theaflavins,
theasinensins, serta oolongtheanins
Senyawa polifenol memiliki sifat fungistatik, fungisid, dan bakteriostatik. Kandungan aktif polifenol
yang menjadi salah satu zat aktif pada tanaman rosella terbukti dapat mencegah demineralisasi email
dan menurunkan jumlah plak.
Ekstrak 40% kelopak rosella memiliki daya antifungi yang sama dengan tablet ketoconazol 200 mg
berdasarkan analisis uji LSD. Oleh karena itu disimpulkan bahwa seduhan ekstrak kelopak bunga
rosella dapat dijadikan antibakteri dan antiplak
Bersifat antifungi terhadap pertumbuhan Candida albicans yang terdapat pada plat basis gigi tiruan
resin akrilik
Bahan aktif
1. Flavonoid
Flavonoid mempunyai kemampuan berinteraksi dengan DNA bakteri. Hasil interaksi tersebut
menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom. Senyawa
flavonoid bekerja dengan cara mendenaturasi protein dan meningkatkan permeabilitas membrane sel.
Denaturasi protein menyebabkan kerusakan sel melalui terjadinya ikatan hidrogen dengan senyawa
kompleks dinding sel bakteri secara permanen. Denaturasi menyebabkan organisme mikro mati
sehingga tidak terjadi perlekatan.
2. Tannin
Tannin yang juga merupakan senyawa fenol bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri
dengan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga permeabilitas
bakteri meningkat. Kerusakan dan peningkatan permeabilitas sel bakteri menyebabkan pertumbuhan
sel terhambat dan akhirnya dapat menyebabkan kematian sel. Kandungan tannin juga mampu
meningkatkan ketahanan gigi terhadap asam
3. Minyak atsiri
Minyak atsiri bekerja dengan cara merusak membran sel dan struktur protein sel bakteri sehingga
pertumbuhan bakteri terhambat yang mengakibatkan pembentukan plak menurun. Minyak atsiri yang
terdiri dari betlephenol, kavikol, hidroksikavikol, eugenol, karvaktol, dan tanin. Hidroksikavikol
merupakan turunan fenol yang terbukti memiliki daya anti bakteri yang lima kali lebih kuat daripada
fenol biasa.
4. Fenol
menyebabkan protein sel pada bakteri mengalami denaturasi sehingga protein tidak dapat melakukan
fungsinya.
Ketidakstabilan pada dinding sel dan membran sitoplasma bakteri menyebabkan fungsi permeabilitas
selektif, fungsi pengangkutan aktif dan pengendalian susunan protein dari sel bakteri menjadi
terganggu.
Adanya gangguan pada sitoplasma berakibat pada lolosnya makro molekul dan ion dari sel sehingga sel
bakteri menjadi kehilangan bentuknya dan akhirnya mengalami lisis
5. Katekin
memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans
yakni sebesar 41,77%. Katekin secara umum merupakan komponen utama pada daun yang teroksidasi
selama proses fermentasi, dan bercampur lalu membentuk senyawa polifenol sekunder, yaitu
theaflavins, theasinensins, serta oolongtheanins
6. Polifenol
Senyawa polifenol memiliki sifat fungistatik, fungisid, dan bakteriostatik. Polifenol dapat merangsang
kecepatan sekresi yang mempengaruhi derajat asam (pH) dalam mulut karena sistem buffer dapat
menyangga dan mempertahankan pH saliva agar tetap konstan. Setelah berkumur dengan daun
binahong pH saliva ke naik arah basa. Kenaikan pH saliva setelah berkumur dapat menetralkan keadaan
asam yang memicu terjadinya karies gigi. Kandungan aktif polifenol dapat mencegah demineralisasi
email dan menurunkan jumlah plak
7. Eugenol
Eugenol merupakan senyawa toksik yang menyebabkan protein sel pada bakteri
mengalami denaturasi sehingga protein tidak dapat melakukan fungsinya.
Eugenol dapat merusak dinding sel bakteri.
Eugenol merupakan senyawa yang berperan dalam memberikan aroma khas
yang menyegarkan dan pedas, memiliki efek analgesik, anti-inflamasi,
antimikroba, antiviral, antifungal, dan antiseptik

Anda mungkin juga menyukai