KEGAGALAN PENGENDALIAN
KONSTRUKSI DERMAGA
FERRY GELITING, MAUMERE
PRESENTED BY KELOMPOK 2
ILHAM RODRIEGO SYAIRI TRI YULIANA
AKBAR OBETHNEGO ANWAR IRIANI ANASTASIA
DEAN
GRANOVIC
IWAN
NUGROHO
SUGENG
PRIYATNO
TOBBY
EBENEZER
WAHYUDI
OUTLINE
1. Contoh Kasus
2. Analisa Penyebab
3. Dampak Kasus
4. Kesimpulan & Lesson
Learn
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 3 3
REPUBLIK INDONESIA
UKURAN KEGAGALAN PELAKSANAAN
KEGIATAN/PROYEK
Ggg Tidak optimalnya proses pengendalian mutu sehingga tidak dapat mendeteksi kerusakan itu apakah akibat
1 dari kesalahan perencanaan, kekeliruan pelaksanaan ataukah ketidakcermatan pengawasannya
Pelaksanaan pembangunan tidak sepenuhnya mengikuti sesuai kontrak yang diajukan pihak konsultan
2 perencana, sehingga hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan
3 Kelalaian Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dalam melaksanakan pengendalian kontrak
kegiatan
Kurangnya feasibility study pada perencanaan awal. Apabila membangun dermaga di daerah pesisir
5 yang selalu diterjang ombak ganas semestinya proses pembangunannya dari awal harus memenuhi
ketentuan teknik yang memadai guna mencegah terjadinya kegagalan fungsi.
6 Kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pelaksana proyek
DAMPAK DARI GAGALNYA PEMBANGUNGAN DERMAGA GELITING BALI
01 04
• Terdapat daerah-daerah yang terisolasi karena • Terjadinya kerugian negara akibat kegagalan
akses untuk menyebrang dari dan ke maumere pembangunan dermaga tersebut
mengandalkan kapal dari dermaga tersebut
02 05
• Berkurangnya kepercayaan masyarakat
• Aktivitas pelabuhan tersendat
terhadap Pemerintah
03
• menggangu aktivitas di Pelabuhan.
menyulitkan kapal untuk sandar.
PAYUNG HUKUM DARI KEGAGALAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN
UU No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi pada Pasal 43 UU ayat (1) menyatakan, barang siapa yang melakukan
perencanaan pekerjaan konstruksi yang tidak memenuhi ketentuan keteknikan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan
konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling
banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak.
Pasal 43 ayat (2) berbunyi, barang siapa yang melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang bertentangan atau tidak
sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau
kegagalan bangunan dikenakan pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 5% (lima
per seratus) dari nilai kontrak
pasal 43 ayat (3) yaitu, barang siapa yang melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan sengaja
memberi kesempatan kepada orang lain yang melaksanakan pekerjaan konstruksi melakukan penyimpangan terhadap
ketentuan keteknikan dan menyebabkan timbulnya kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai
pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak
SOLUSI
1 berdampak pada penyelesaian kegiatan yang sesuai dengan waktu yang ditetapkan,
kualitas dan kuantitas yang diharapkan, biaya yang direncanakan, tata tertib administrasi
yang dipersyaratkan, dan berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.
2 Dampak pengendalian kegiatan yang tidak optimal menyebabkan kerugian multiplier effect.
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 10 10
REPUBLIK INDONESIA
thank you!