Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH PERADABAN ISLAM

Pada ZAMAN KLASIK PERTENGAHAN


DAN MODERN

By. Andri Hermawan


Kelas : R20
Npm : 202114501072
Sumber : google (https://pasaronlineforall.blogspot.com/2010/12/peradaban-islam-pada-
periode-modern.html)
SEJARAH PERADABAN ISLAM

 
Kata peradaban (al-hadharat, civilisation) seringkali didentikkan dengan
katakebudayaan (al-tsaqafah, culture). Dalam bahasa Arab, selain
disebut sebagai al- hadharat, peradaban terkadang juga disebut dengan
al-tamaddun. Karena itu tidaklah mengherankan apabila masyarakat
madani kemudian diterjemahkan menjadi masyarakat beradab atau
civilsociety. Peradaban mencakup aspek material maupun immaterial.
Aspek material dicontohkan oleh piramida dan patung Spinx Mesir,
istana Al-Hamra, kastil Eropa abad pertengahan, atau gedung WTC yang
telah runtuh, sementara aspek immaterial dicontohkan oleh ajaran
Islam,ajaran Budha, filsafat Yunani, konfusianisme, kapitalisme, atau
sosialisme.
A.     MASA KLASIK

Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari ketika ayat pertama sekaligus pengangkatannya sebagai
rasul disampaikan kepadanya menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau
39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah atau tahun masehi (penanggalan berdasarkan
matahari). Setelah kejadian di Gua Hira tersebut, Muhammad kembali ke rumahnya, diriwayatkan ia
merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara bergantian akibat peristiwa yang baru saja dialaminya
dan meminta istrinya agar memberinya selimut.
Sekitar tahun 613 M, tiga tahun setelah Islam disebarkan secara diam-diam, Muhammad mulai melakukan
penyebaran Islam secara terbuka kepada masyarakat Mekkah, respon yang ia terima sangat keras dan masif,
ini disebabkan karena ajaran Islam yang dibawa olehnya bertentangan dengan apa yang sudah menjadi
budaya dan pola pikir masyarakat Mekkah saat itu. Pemimpin Mekkah Abu Jahal menyatakan bahwa
Muhammad adalah orang gila yang akan merusak tatanan hidup orang Mekkah, akibat penolakan keras
yang datang dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah dan kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin Quraisy
yang menentangnya, Muhammad dan banyak pemeluk Islam awal disiksa, dianiaya, dihina, disingkirkan dan
dikucilkan dari pergaulan masyarakat Mekkah.
Hijrah ke Madinah
Masyarakat Arab dari berbagai suku setiap tahunnya datang ke Mekkah untuk beziarah ke Bait Allah atau 
Ka’bah, mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan dalam kunjungan tersebut. Muhammad melihat
ini sebagai peluang untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan ajarannya
ialah sekumpulan orang dari Yatsrib. Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang yang telah terlebih
dahulu memeluk Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah
menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi para pemeluk Islam dan Muhammad dari
kekejaman penduduk Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yatsrib datang lagi ke Mekkah, mereka menemui
Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat
itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam
Mekkah untuk berhijrah ke Yastrib dikarenakan situasi di Mekkah yang tidak kondusif bagi keamanan para
pemeluk Islam. Muhammad akhirnya menerima ajakan tersebut dan memutuskan berhijrah ke Yastrib pada
tahun 622 M.
Penaklukan Mekkah

Tahun 629 M, tahun ke-8 H setelah hijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan
membawa pasukan Muslim sebanyak 10.000 orang, saat itu ia bermaksud untuk menaklukkan kota Mekkah
dan menyatukan para penduduk kota Mekkah dan madinah. Penguasa Mekkah yang tidak memiliki
pertahanan yang memadai kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan
syarat kota Mekkah akan diserahkan tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun
berikutnya ketika ia kembali, ia telah berhasil mempersatukan Mekkah dan Madinah, dan lebih luas lagi ia
saat itu telah berhasil menyebarluaskan Islam ke seluruh Jazirah Arab.

Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di
sekeliling Ka’bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan Islam di kota
Mekkah.
B.    MASA PERTENGAHAN

Masa Dinasti Umayyah dan Abasiyah

Pada masa ini sistem pemerintahan Islam tidak lagi berbetuk khilafah
tetapi berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara turun
temurun, sehingga demokratis berubah
menjadi monarchiheridetis [kerajaan turun temurun]. Dalam sejarah
perkembangan Islam ada dua kerajaan besar yang sangat popular yaitu
khilafah Bani Umayyah dan Bani Abasiyah.

 1. Khilafah Bani Umayyah

Memasuki masa kekuasaan Muawiyah menjadi awal kekuasaan Bani


Umayyah dalam bentuk yang berbeda dengan masa  khilafah
rasyidin. Pemerintahan yang bersifat demokratis pada masa  khilafah
rasyidin berubah menjadi monarchiheridetis [kerajaan turun temurun].
Artinya, ada perubahan pemikiran politik dalam sistem pemerintahan
Islam.
2. Khilafah Bani Abbas

Khilafah Abbasiyah melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah.


Pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al-Abbas paman
Nabi Muhammad saw, sehingga dinamakan khilafah Abbasiyah.
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdulah al-Saffah ibn Muhammad
ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas dan kekuasaannya berlangsung
dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H [750 M] sampai
dengan 656 H [1258 M]. Pola pemerintahan yang diterapkan dinasti
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para
sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima
periode, yaitu :
[1] Periode Pertama [132 H/750 M – 232 H/847 M, disebut
periode pengaruh Persia Pertama.

[2] Periode Kedua [232 H/847 M – 334 H/945 M], disebut


masa pengaruh Turki pertama.

[3]  Periode Ketiga [334 H/945 M – 447 H/1055 M], masa


kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah
Abbasiyah dan periode ini disebut juga dengan masa
pengaruh Persia kedua.

[4]  Periode Keempat [447 H/1055 M – 590 H/1194 M], masa


kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah
Abbasiyah dan masa ini disebut juga masa pengaruh Turki
kedua.

[5] Periode Kelima [590 H/1194 M – 656 H/1258 M], masa


khilafah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi
kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.
Dasar-dasar pemerintahan daulat Bani Abbasiyah diletakan dan dibangun
oleh Abu al-Abbas dan Abu Ja’far al-Manshur. Puncak keemasan dari dinasti
Bani Abbasiyah berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu :

[1] al-Mahdi [775-785 M].

[2] al-Hadi [775-786 M].

[3] Harun al-Rasyid [786-809 M].

[4] al-Ma’mun [813-833 M].

[5] al-Mu’tashim [833-842 M].

[6] al-Wasiq [842-847 M].

[7] al-Mutawakkil [847-861 M].


BAB III

KESIMPULAN

 Masa klasik merupakan awal pembabakan peradaban Islam.


Periode ini dimulai ketika Rasulullah SAW diangkat menjadi rasul
yang kemudian dilanjutkan dengan masa Khulafa al-Rasyidin yaitu
Masa Khalifah Abu Bakar, Masa Khalifah Umar ibn Khattab, Masa
Khalifah Usman ibn Affan, Masa khalifah Ali ibn Abi Thalib. Setelah
masa khulafa al-Rasyidin dilanjutkan oleh Khilafah Bani
Umayyah,Khilafah Bani Abbas dimana pada periode ini sudah
memasuki masa pertengahan.

 
 Dari masa khulafa al-Rasidin ini, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, sebagai perkembangan pemikiran dan
peradaban Islam, yaitu :

1. Setelah Rasul wafat muncul sistem pemerintahan Islam yang


disebut dengan  Khalifah.

2. Sistem pemilihan khalifah,

3. Kemajuan dari aspek perluasan kekuasaan dan da’wah serta


aspek peradaban Islam.

4. Ekspansi dan da’wah Islam ke negara-negara yang sangat


jauh dari pusat kekuasaan Islam dalam waktu tidak lebih dari
setengah abad, merupakan kemenangan yang menakjubkan
dari suatu bangsa yang sebelum belum mempunyai
pengalaman politik yang memadai.
 Pada masa Dinasti Bani Umayyah, selain perluasan kekuasaan dan
da’wah, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di
berbagai bidang.
mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan
menyediakan         kuda yang lengkap dengan perlatannya di sepanjang
jalan.
menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang.
mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah
yang dikuasai Islam.
mencetak uang sendiri dengan menggunakan kata-kata dan tulisan Arab.
melakukan pembenahan adiministrasi pemerintahan dan
memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi
pemerintahan Islam
membangun panti-panti untuk orang catat dan semua personil yang
terlibat  dalam kegiatan humanis ini digaji oleh negara secara tetap
.membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan satu daerah dengan
daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintah dan mesjid-
mesjid yang megah.

Anda mungkin juga menyukai