Sejarah Peradaban Islam
Sejarah Peradaban Islam
Kata peradaban (al-hadharat, civilisation) seringkali didentikkan dengan
katakebudayaan (al-tsaqafah, culture). Dalam bahasa Arab, selain
disebut sebagai al- hadharat, peradaban terkadang juga disebut dengan
al-tamaddun. Karena itu tidaklah mengherankan apabila masyarakat
madani kemudian diterjemahkan menjadi masyarakat beradab atau
civilsociety. Peradaban mencakup aspek material maupun immaterial.
Aspek material dicontohkan oleh piramida dan patung Spinx Mesir,
istana Al-Hamra, kastil Eropa abad pertengahan, atau gedung WTC yang
telah runtuh, sementara aspek immaterial dicontohkan oleh ajaran
Islam,ajaran Budha, filsafat Yunani, konfusianisme, kapitalisme, atau
sosialisme.
A. MASA KLASIK
Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari ketika ayat pertama sekaligus pengangkatannya sebagai
rasul disampaikan kepadanya menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau
39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah atau tahun masehi (penanggalan berdasarkan
matahari). Setelah kejadian di Gua Hira tersebut, Muhammad kembali ke rumahnya, diriwayatkan ia
merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara bergantian akibat peristiwa yang baru saja dialaminya
dan meminta istrinya agar memberinya selimut.
Sekitar tahun 613 M, tiga tahun setelah Islam disebarkan secara diam-diam, Muhammad mulai melakukan
penyebaran Islam secara terbuka kepada masyarakat Mekkah, respon yang ia terima sangat keras dan masif,
ini disebabkan karena ajaran Islam yang dibawa olehnya bertentangan dengan apa yang sudah menjadi
budaya dan pola pikir masyarakat Mekkah saat itu. Pemimpin Mekkah Abu Jahal menyatakan bahwa
Muhammad adalah orang gila yang akan merusak tatanan hidup orang Mekkah, akibat penolakan keras
yang datang dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah dan kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin Quraisy
yang menentangnya, Muhammad dan banyak pemeluk Islam awal disiksa, dianiaya, dihina, disingkirkan dan
dikucilkan dari pergaulan masyarakat Mekkah.
Hijrah ke Madinah
Masyarakat Arab dari berbagai suku setiap tahunnya datang ke Mekkah untuk beziarah ke Bait Allah atau
Ka’bah, mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan dalam kunjungan tersebut. Muhammad melihat
ini sebagai peluang untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan ajarannya
ialah sekumpulan orang dari Yatsrib. Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang yang telah terlebih
dahulu memeluk Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah
menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi para pemeluk Islam dan Muhammad dari
kekejaman penduduk Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yatsrib datang lagi ke Mekkah, mereka menemui
Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat
itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam
Mekkah untuk berhijrah ke Yastrib dikarenakan situasi di Mekkah yang tidak kondusif bagi keamanan para
pemeluk Islam. Muhammad akhirnya menerima ajakan tersebut dan memutuskan berhijrah ke Yastrib pada
tahun 622 M.
Penaklukan Mekkah
Tahun 629 M, tahun ke-8 H setelah hijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan
membawa pasukan Muslim sebanyak 10.000 orang, saat itu ia bermaksud untuk menaklukkan kota Mekkah
dan menyatukan para penduduk kota Mekkah dan madinah. Penguasa Mekkah yang tidak memiliki
pertahanan yang memadai kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan
syarat kota Mekkah akan diserahkan tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun
berikutnya ketika ia kembali, ia telah berhasil mempersatukan Mekkah dan Madinah, dan lebih luas lagi ia
saat itu telah berhasil menyebarluaskan Islam ke seluruh Jazirah Arab.
Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di
sekeliling Ka’bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan Islam di kota
Mekkah.
B. MASA PERTENGAHAN
Pada masa ini sistem pemerintahan Islam tidak lagi berbetuk khilafah
tetapi berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara turun
temurun, sehingga demokratis berubah
menjadi monarchiheridetis [kerajaan turun temurun]. Dalam sejarah
perkembangan Islam ada dua kerajaan besar yang sangat popular yaitu
khilafah Bani Umayyah dan Bani Abasiyah.
KESIMPULAN
Dari masa khulafa al-Rasidin ini, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, sebagai perkembangan pemikiran dan
peradaban Islam, yaitu :