Studi kasus 1 Gambar kiri Tabung spesimen : Tidak ada identitas lengkap/jelas pasien Tidak menggunakan parafilm VTM terlalu sedikit Tidak menggunakan plastic zip dan diberi tisu Seharusnya menggunakan tutup ulir Studi kasus 1 Gambar kanan Botol sampel tidak ada identitas sampel Alat swab seharusnya dipotong, tidak menonjol keluar, Frok swab dipotong sesuai tinggi tabung VTM Harus memberikan parafilm di tempat yang tepat Memberikan lapisan penyerap/tisu Harusnya dimasukkan ke dalam plastic zip Studi kasus 2 Petugas memastikan apakah semua sampel terdapat kebocoran atau tidak dan apakah masih bisa dilakukan pemeriksaan atau tidak Mengkonfirmasi kepada pihak pengirim sampel bahwa sampel tidak dapat diperiksa karena ada kebocoran dan ditakutkan terjadi kontaminasi pada sampel lainnya Menyarankan untuk melakukan pengambilan specimen ulang Mengonfirmasikan kepada pengirim specimen agar pada saat pengemasan sampel lebih teliti untuk memeriksa spesimennya sebelum dikirim Studi kasus 3 Faktor-faktor yang penting dalam pengemasan dan pengiriman specimen: Ditentukan jenis sampel yang akan dikirim masuk ke dalam kelas berapa Pengemasan harus menggunakan tiga lapis sesuai pedoman WHO, yaitu lapisan primer, sekunder dan tersier Identitas pasien, formulir dan label harus sesuai Kondisi suhu pengiriman 2-8°C (diberi ice pack disekeliling sampel) Menggunakan bahan kemasan yang tepat Membuat janji dengan kurir dan petugas penerima sampel Alamat pengiriman harus jelas disertai nomor telp yang bisa dihubungi Studi kasus 4 Gambar kiri Rentan terjadi tumpahan karena sampel tidak dipisah satu persatu, tidak diparafilm dan tidak diberi lapisan tisu Sampel berada di atas, tidak dikelilingi dengan ice pack sehingga suhu tidak stabil Terdapat es yang belum beku sempurna Rawan terjadi kontaminasi antar sampel Ada resiko petugas penerima/kurir terpapar sampel Studi kasus 4 Gambar kanan Adanya tumpahan sampel Formulir pengantar sampel tidak dilapisi Ada resiko petugas penerima/kurir terpapar sampel Rawan terjadi kontaminasi antar sampel