Oleh: H. Mahfuz Nur, S.Sos.I, M.E, M.Si ْ ا ْق َرْأ بِا َ َس ِم َربِّ َك الَّ ِذي َخل ق Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. (Al-’Alaq :1)
Al Qur’an secara jelas memerintahkan manusia
merenungkan dan memikirkan ciptaan Allah baik yang ada di langit dan di bumi. Perintah merenungkan, memikirkan dan tentu mempelajari ciptaan Allah ini mestinya harus ditunaikan dan diimplementasikan. Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang memiliki bentuk yang paling indah dan sempurna. Hal ini memungkinkan bagi manusia untuk mengemban tugasnya sebagai Khalifah di bumi. Dalam mengemban amanah tersebut, manusia dibekali dengan berbagai motif sebagai bekal dalam perjalanan kehidupannya. Motif-motif itulah sebagai pendorong untuk menyempurnakan kebutuhan- kebutuhannya yang pokok dan penting untuk kehidupan serta kelestariannya. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagi hasil aplikasi sains tampak jelas memberikan kesenangan bagi kehidupan lahiriah manusia secara luas. Dan manusia telah mampu mengeksploitasi kekayaan-kekayaan dunia secara besar-besaran. Yang menjadi permasalahan adalah pesatnya kemajuan itu sering diikuti dengan merosotnya kehidupan beragama Agama merupakan salah satu unsur kebutuhan manusia dalam kehidupan di dunia. Secara rinci disebutkan bahwa sekurang-kurangnya ada tiga alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama: 1.Latar belakang fitrah manusia, 2.Kelemahan dan kekurangan manusia 3.Tantangan manusia Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi ummat manusia. Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekadar disampaikan dalam khotbah melainkan secara konsepsional menunjukan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah. Dengan kata lain, suatu agama ataupun kepercayaan seharusnya dapat memenuhi kebutuhan penganutnya dalam segala suasana dan kondisi. Agama haruslah dapat menjangkau batas-batas kesukuan, negara, rasial, dan kebudayaan serta harus dapat berbicara dengan manusia dari segala tingkatan Salah satu slogan yang paling berkateristik diantara sekian banyak slogan saat ini adalah “Menaklukkan Angkasa Dengan Ilmu Dan Teknologi”. Para era modern sekarang ini, peranan agama semakin dituntut dalam kehidupan ummat manusia khususnya dalam bidang sains Al-Quran memberikan dorongan untuk mengadakan berfikir, meneliti, observasi dan memperoleh ilmu tersebut. Pada surat Al- Ankabut ayat 20
3 ثُ َّم3ق َ بَ َدَأ ْال َخ ْل3ف
َ فَانظُرُوا َك ْي3ض ِ ْ ر َأْلا ي3 ِ ف ُوا ر ي 3س ِ ْ 3ل ُ ق ُنشُئ النَّ ْشَأةَ اآْل ِخ َرةَ ِإ َّن هَّللا َ َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر ِ هَّللا ُ ي Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu ” Al-Quran telah memberikan kontribusi yang besar bagi manusia untuk belajar dan menimba ilmu pengetahuan. Wahyu Al-Quran yang paling tegas menunjukan hal itu adalah ayat Al-Quran yang pertama kali diturunkan. Al-Quran juga mengungkapkan pujian atas keutamaan ilmu, kemuliaan ulama dan keluhuran derajat. Al-Quran menempatkan ilmuwan pada kedudukan yang luhur seperti halnya kedudukan ilmu. AL-QURAN DALAM PARADIGMA SAINS DAN AGAMA Persepsi masyarakat terhadap ajaran Al-Quran dewasa ini masih belum sepenuhnya sesuai dengan petunjuk Al-Quran . Al-Quran sesungguhnya untuk kehidupan yang setiap saat harus kita buka dan baca untuk mendapatkan arti dan makna tentang kehidupan. Al-Quran sebagai kacamata kehidupan untuk membaca alam mikro dan makro ternyata ternyata kurang berfungsi pada kurun ini. Padahal seharusnya Al-Quran hudallinnas, yakni sebagai rujukan kehidupan seluruh ummat manusia. AL-QURAN DALAM PARADIGMA SAINS DAN AGAMA Masyarakat dewasa ini dalam bertingkah laku, berilmu pengetahuan, berpolitik, pendidikan, seni dan dalam dimensi kehidupan yang lain tidak lagi menjadikan Al-Quran sebagai rujukan. Kehidupan sekarang lebih cenderung menggunakan kitab-kitab pseudo yang terdapat alam buku IPTEK yang memuat pandangan- pandangan kapitalis, komunis, sekularis, materialisme dan zionis. Inilah yang menjadi petunjuk IPTEK dalam segala sektor kehidupan dewasa ini AL-QURAN DALAM PARADIGMA SAINS DAN AGAMA Agama sebagai sistem yang dirancang oleh Tuhan tidak mungkin bertentangan dengan hukum-hukum alam universal yang diperuntukkan makhluk-Nya. Akan tetapi, fundamentalis fanatik yang mengganggap dirinya juru bicara Tuhan dan ilmuwan ortodoks yang mengingkari pencipta segala ilmu berusaha sekeras-kerasnya untuk membuktikan kontaradiksi sains dan agama AL-QURAN DALAM PARADIGMA SAINS DAN AGAMA Sumber Al-Quran adalah sang pencipta alam semesta. Pesan dan misi Al-Quran ditujukan kepada seluruh umat manusia. Ketika Al-Quran menghimbau ummat seluruh manusia, ia membedakan antara orang-orang yang tidak berpengetahuan dan mereka yang berpengetahuan: Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang- orang yang tidak mengetahui?" (QS. Al-Zumar [39]: 9). MUKJIZAT ILMIAH DALAM AL-QURAN Ayat-ayat Al-Quran sangat menggalakkan manusia memperhatikan bahkan meneliti alam dan menemukan ayat-ayat Allah yang mengatur fenomena alam. Ibnu Rusyd, seorang sarjana muslim pernah mengatakan bahwa alam raya ini adalah kitab Allah yang pertama sebelum kitab-kitab Allah lain yang berbentuk kumpulan wahyu-Nya. Gejala alam telah berbicara kepada mereka yang mau mengerti akan ayat-ayat-Nya yang telah dipatuhi Alam itu Hal ini tersirat dalam ayat AL-Quran sebagai berikut:
َ ون ا ْلقُ ْر اختِاَل فًا َكثِي ًرا ْ َغ ْي ِر هَّللا ِ لَ َو َج ُدوا فِي ِه “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (QS. An-Nisa: 82). a. Metodologi Quraniyyah Aproksimasi sains yang menerima kontak rujukan agama dalam pandangan Al-Quran dapat bergerak menurut waktu yang akan menghasilkan kualitas yang lebih baik. Diatas kondisi dasar ini, penelitian dalam persepsi Al-Quran perlu dikembangkan lagi dengan analisis beberapa metodologi, yaitu: 1) Metodologi Historis, Sangat banyak pernyaatan dalam Al-Quran yang mengajak kita melihat peristiwa-peristiwa penting yang telah berlalu untuk dijadikan ibarah (pelajaran). Seperti kisah kehancuran bani ’Ad, Tsamud, Firaun, Luth dan kaum-kaum yang lainnya (QS. Muhammad: 10). َ ان َعاقِبَةُ الَّ ِذ ين َ ف َك َ ض فَيَ ْنظُ ُروا َك ْي ِ ر ْ َأْلا ي ِ ف وا ر ُ ي سِ َ ي م ْ َ لَ فَأ ين َأ ْمثَالُ َها َ ِمنْ قَ ْبلِ ِه ْم ۚ َد َّم َر هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْم ۖ َولِ ْل َكافِ ِر Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. 2) Metodologi Komparatif, Metode ini sangat lazim dalam pernyataan ayat-ayat Al-Quran sebagaimana dinyatakan dalam surat Ar-Rad: 4. Ayat diatas memberikan keterangan bahwa kurma dari Madinah berbeda dari kurma Jazirah Arab. َ َ ۢ َ ٰ َأ ٌ َّ ٰ ٌ ٰ ٰ َ َ َأْل ل ٌۭ ِي خ ن و َ عٌ ۭ ر ْ ز و َ ٍ ب ن ع ْ ْن م ِّ ت ۭ ن ج َ و َ ت ۭ ر َ و ِ ج َ ت م ُّ عٌ ۭ ِط ق ض ِ ر ْ ٱ ِى ف وَ ض َها َع َل ٰى َ ضل ُ َب ْع ِّ ٓاء ٰ َو ِح ۢ ٍد َو ُن َف ٍ ۢ ان ُي ْس َق ٰى ِب َم ٍ ۢ انٌ َو َغ ْي ُر صِ ْن َوۭ و َ ْ ن ِص ُ َت لق ْو ۢ ٍم َي ْعقِلونَ ِّ ۢ ٰ َ ٰ ٍ ض فِى ٱُأْل ُك ِل ۚ ِإنَّ فِى ذلِ َك ل َ َءا َي ۢ ٍ َب ْع Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir. 3) Metode Peramalan, Metode ini merupakan cara untuk mengungkapkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Salah satu contoh peramalan yang terbukti benar dalam Al-Quran mengenai kekalahan dan kemenangan perang antara Romawi dan Persia sebagaimana diterangkan dalam surat Ar-Rum ayat 2-4. ض َوهُم ِّم ۢن َب ْع ِد َغ َل ِب ِه ْم ِ ف ِٓى َأدْ َنى ٱَأْل ْر- ٱلرو ُمُّ ت ِ ُغلِ َب ض ِع سِ ِنينَ ۗ هَّلِل ِ ٱَأْل ْم ُر مِن َق ْبل ُ َوم ِۢن ْ فِى ِب- َس َي ْغلِ ُبونَ َح ٱ ْل ُمْؤ ِم ُنون ر ْ ف ي ٍ ذ ۢ ُ َ َ َب ْع ُد ۚ َو َي ْو َمِئ Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menanh, dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman 4) Metode Observasi, Paradigma Al-Quran mengenai metode observasi lebih sering dihubungkan dengan metode pendidikan dan pengajaran. Pendidikan Luqman atas anak- anaknya merupakan contoh klasik yang sangat menarik dalam kasus ini (QS. Lukman: 12-19). 5) Metode Pemicu, metode ini dikembangkan melalui kesamaan terobosan pada satu sistem yang belum sesuai agama dan efektivitasnya sudah terbukti oleh konsep Al-Quran. 6) Metode Klinis, Metode Klinis berhubungan dengan perhatian individu atau kelompok yang sangat intensif mengenai permasalahan yang terjadi dalam masyarakat. Dengan kesadaran penuh, Rasulullah memberikan perhatian khusus terhadap status individu atau kelompok sehingga muncul perasaan persaudaraan muslim (QS. Al-Fath : 29). ار َّ ف ُ ك ْ ل ٱ aى aَ ل ع َ a ٓاء ُ دَّ شِ َأ a ٓ ۥهُ عَ م َ a ِين َ ذ َّ ل ٱ و َ ۚ ِ س aول ُ ٱهَّلل م َُّح َّم ۭ ٌد َّر ُ ِ ضاًۭل ِّم َنa ونَ aف ْ سَّ aج ۭ ًدا َي ْب َت ُغ َ ٓاءَ aب ْي َن ُه ْمَ ۖ aت َر ٰى ُه ْمُ aر َّك ًۭaع ا ُ ُر َح َم ُ سُ aجو ِد ۚ ض ٰ َوًۭaن ا ۖ ِaس ي َما ُه ْم فِaى ُو ُجو ِه ِهaم ِّم ْنَ aأ َث ِر ٱل ُّ ٱهَّلل ِ َو ِر ْ َ َ َ ٰ يلَ aك َز ْر ٍعa ذل َِكَ aمثلُ ُه ْم aفِaى ٱل َّت ْو َر ٰى ِةَ ۚ aو َمثلُ ُه ْم aفِaى ٱِإْلن ِج ِ سaوقِهِۦ از َرهُۥ َفٱ ْسَ aت ْغ َل َظ َفٱ ْسَ aت َو ٰى َع َل ٰىُ a ش ْط َٔـ ُهۥ َف َٔـ َ َأ ْخ َر َجَ a ار ۗ َو َعدَ ٱهَّلل ُ ٱ َّلذ َ ِينaa ِيظِ aaب ِه ُم aaٱ ْل ُك َّف َ اع aaلِ َيغ َ بُّ aa ٱلز َّر َ ُي ْع ِج ُ ت ِم ْن ُهم َّم ْغف َِر ۭ ًة َوَأ ْج ًرا َعظِ ي ۢ ًما صل ٰ َِح ِ وا ٱل َّٰ وا َو َع ِملُ ۟ َءا َم ُن ۟ Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam- penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min). Allah menjanjikan kepada orang- orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. 7) Metode Prilaku, cara ini sangat mencolok dalam islam terutama dalam mengungkapakan kesadaran diri individual atau kelompok sehingga nampak perbedaan anatara mukmin, munafik, kafir dan fasik. 8) Metode Empiris/Induksi, metode ini sudah dikenal luas di dunia ilmu pengetahuan modern terutama dalam mengungkapkan dunia benda-benda mati. Sedangkan, untuk benda benda hidup tabir ini disingkapkan untuk mengungkapkan rahasia DNA/RNA. Banyak obyek ilmu pengetahuan dirangsang untuk diselidiki dengan metode ini. Diantaranya teori Hibernisasi atau tidur panjang yang ditemukan dalam kisah Ashabul Kahfi (QS. Al-Kahfi: 10-25). b. Metodologi Akal Ilmiah dalam Al-Quran Perkembangan peradaban barat sudah lazim membuat perbedaan tajam antara akal dan wahyu. Untuk memahami peran sains dalam tradisi keagamaan perlu dipahami bahwa akal dan wahyu bersifat harmonis dan saling melengkapi bukan antagonistik. Hal ini dalam tradisi islam atas perspektif Al-Quran dapat dibuktikan kesesuainya dan keharmonisan antara keduanya Bagi yang membaca Al-Quran dengan seksama akan menemukan proses Al-Quran membangun akal ilmiah sebagai landasan sains. Proses tersebut terdiri dari pilar-pilar sebagai berikut, yaitu: 1) Menolak keragu-raguan dalam perkara yang pasti 2) Tidak mengikuti hawa nafsu dan emosi dalam lapangan ilmupengetahuan 3) Menolak taklid buta kepada bapak-bapak dan nenek moyang 4) Penolakan untuk tunduk terhadap tuan-tuan dan pembesar-pembesar 5) Memerintahkan merenungkan ayat-ayat kauniyah dan melarang beribadah dengan dimensi akal. c. Teori Ilmiah dalam Al-Quran Pengetahuan Al-Quran disajikan dalam bentuk yang berbeda dari buku-buku teks fisika, kimia, biologi yang berbasiskan metodologi ilmiah. Al-Quran mengikuti garis lurus dalam menyampaikan informasi sementara pengetahuan yang disampaikan sains diperoleh setelah akumulasi data yang sangat lama. Sumber Al- Quran adalah sang pencipta alam semesta. Ini berarti Al-Quran akan menjadi suatu objek penelitian yang menarik untuk mengungkapkan lebih jauh rahasia alam semesta sehingga setiap penyataan Al-Quran dapat dikembangkan dan menjadi berbagai ilmu baru AGAMA SEBAGAI RAHMAT DAN PEDOMAN HIDUP BAGI MANUSIA
Tuhan telah menurunkan bantuan dan bimbingan
yang merupakan pelita bagi manusia dalam menjalani hidupnya. Bimbingan itu adalah akaldan agama yang mengajarkan manusia mengenal dirinya, mengenal penciptanya dan makhluk- makhluk ciptaan lainnya. Namun ironisnya di zaman setelah agama diturunkan masihbanyak juga pemikir yang tidak mau menjadikan agama sebagai pelitakehidupan. “Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya ” (QS. Lukman [31]: 12-19). Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan menjadi penting jika dikaitkan dengan situasi kemanusiaan di zaman modern ini. Kita mengetahui bahwa dewasa ini manusia menghadapi berbagai persoalaan yang benar-benar membutuhkan pemecahan segera. Problematika dalam dunia modern justru disebabkan oleh pemikiran perkembangan manusia sendiri. Ummat manusia telah berhasil membangun peradaban ynag maju untuk dirinya sendiri tetapi pada saat yang sama kita juga melihat bahwa umat manusia telah menjadi tawanan dari hasil ciptaanya sendiri. Dalam keadaan demikian, satu-satunya jalan keluar adalah mengembangkan keilmuan modern dibawah rambu- rambu ajaran agama Pada dasarnya agama lahir dimuka bumi mempunyai tujuan luhur untuk menyampaikan pesan-pesan suci Tuhan. Diantara tujuan terpentingnya adalah sebagai rahmat, kebabahagian dan pembebasan termasuk di dalamnya untuk membebaskan manusia dari tipu daya duniawi. Karena itu, agama perlu dipahami secara lebih dinamis dan kreatif untuk memperkokoh peranan manusia dalam kehidupan dimuka bumi sebagai khalifah Allah KONSEP SAINS TERHADAP AGAMA MENURUT AL-QURAN Secara sederhana, sains dapat dikatakan sebagai produk manusia dalam menyingkap realitas. Terkait dengan pengertian ini, maka sains menjadi tidak tunggal atau dengan kata lain akan ada lebih dari satu sains. Sains satu dengan yang lain dibedakan pada makna realitasnya dan metode yang digunakan dalam mengetahui realitas tersebut. Setiap bangunan ilmu pengetahuan atau sains selalu berpijak pada tiga pilar utama, yakni pilar ontologis, aksiologis dan epistemologis. KONSEP SAINS TERHADAP AGAMA MENURUT AL-QURAN Menurut islam dalam perspektif Al-Quran, ketiga pilar tersebut mencakup ruang lingkup sebagai berikut 1)Pilar ontologis, yakni hal yang menjadi subjek ilmu. Sehubungan dengan ini maka agama harus menerima realitas material maupun nonmaterial sebagaimana disebutkan disebutkan dalam surat Al-Haqqah: 38-39,
ون ِ َو َما اَل تُ ْب- ون
َ ص ُر َ ص ُر ِ فَٓاَل ُأ ْق ِ س ُم بِ َما تُ ْب “Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat”. 2) Pilar aksiologis, yakni terkait dengan tujuan ilmu pengetahuandibangun atau dirumuskan. Tujuan utama sains adalah mengenal sang pencipata melalui pola-pola ciptaa-Nya, A َويَتَفَ َّك ُرو َنA ُجنُوبِ ِه ْمA ًد ا َو َعلَ ٰىAۭ ًم ا َوقُ ُعوAۭ َ ٱهَّلل َ قِ ٰيA يَ ْذ ُك ُرو َنAٱلَّ ِذي َن ٰ َه َذا ٰبَ ِطاًۭلA ت َ ا َخلَ ْقAAا َمAAَ َربَّنA ض ِ رْ َأْل ت َوٱ ِ ٰ َم ٰ َوA ٱلس َّ A ق ِ ى َخ ْلAAِف اب ٱلنَّا ِر َ س ْب ٰ َحنَ َك فَقِنَا َع َذ ُ “(yaitu) orang -orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka (QS. Al- Imran: 191). 3) Pilar epistemologis, yakni bagaimana atau dengan apa kita mencapai ilmu pengetahuan. Al-Quran merupakan sumber intelectualitas dan spritualitas islam. Ia merupakan pijakan bukan hanya bagi agama dan pengetahuan spritual melainkan juga bagi semua ilmu pengetauan. ْ ِّ ٰ ْ َ ٰ ين َ ب اَل َر ْي َ ِب ۛ فِي ِه ۛ ُه ۭ ًدى لل ُمتَّق ُ َذلِ َك ٱل ِكت “(Al Quran) Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa” (Al-Baqarah 2). Saintis muslim pada umumnya tidak tertarik pada tema ini. Wacana islam dan sains tetap menjadi isu pinggiran dalam kehidupan intelektual muslim kontemporer. Walaupun demikian, pada level populer ada sejumlah literatur yang berupaya menunjukan bukti bagi penemuan ilmiah modern dalam Al-Quran. Diantaranya literatur yang sangat populer adalah karya dokter Muslim asal Prancis, Maurice Bucaille dalam The Bible, the Quran and Science Untuk mewujudkan wacana islam dan sains perlu memperhatikan beberapa hal-hal, yaitu: 1) Konsep agama terhadap Tuhan, 2) Konsep alam dalam Agama, 3) Kaitan antara konsep agama tentang alam, 4) Kajian Al-Quran dalam hubungannya dengan sains, 5) Kerangka epistemologi antara agama dan sains modern. Idealnya, keberhasilan manusia dalam menjalani segala perkembangan zaman tergantung sikap dalam mengelolah dan mengaplisakasikan alam semesta dalam rambu-rambu ajaran agama. Hal ini menunutut manusia memahami jati dirinya sebagai pemelihara danpenjaga kelangsungan serta kelestraian alam. ًض َخلِي َف ۭة َأْل ٓ ٰ ِ َوِإ ْذ َقال َ َر ُّب َك لِ ْل َملِئ َك ِة ِإ ِّنى َجاعِ ۭل ٌ فِى ٱ ْر َ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" (QS. Al-Baqarah[2]: 30). َ ون َوا َّلذ ِين َ قُلْ َهلْ َي ْس َت ِوي ا َّلذ َ ِين َي ْع َل ُم َ اَل َي ْع َل ُم ون Katakanlah apakah sama orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui ? [Az Zumar ayat 9] ِين َّ ُ ُ َ ِين آ َمنوا مِنك ْم َوالذ َّ هَّللا َ َي ْر َف ِع ُ الذ ٍ ُأو ُتوا ا ْل ِع ْل َم َد َر َجا ت Allah akan mengangkat orang-rang yang beriman di antara kalian dan juga orang- orang yang diberikan ilmu beberapa derajat [Al Mujadilah ayat 11]. ِإنَّ َما يَ ْخ َشى هَّللا َ ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْال ُعلَ َما ُء "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama." (Faathir:28) ك َط ِر ْي ًقا َي ْطلُبُ ِف ْي ِه ِع ْل ًماَ ،س َل َك هللاُ ِب ِه َط ِر ْي ًقا ِمنْ َمنْ َس َل َ ب ْال ِع ْل ِم، ض ُع َأجْ ِن َح َت َها لِ َطالِ ِ ُق ْال َج َّن ِةَ ،وِإنَّ ْال َمالَِئ َك َة َل َت َ ِ ر ُ ط ت َو َمنْ ِفي َوِإنَّ ْال َعالِ َم َل َيسْ َت ْغ ِف ُر َل ُه َمنْ ِفي ال َّس َم َوا ِ ف ْال َما ِءَ ،وِإنَّ َفضْ َل ْال َعالِ ِم ضَ ،و ْال ِح ْي َتانُ ِفي َج ْو ِ اَألرْ ِ ب،َع َلى ْال َع ِاب ِد َك َفضْ ِل ْال َق َم ِر َل ْي َل َة ْال َب ْد ِر َع َلى َساِئ ِر ْال َك َوا ِك ِ َوِإنَّ ْال ُع َل َما َء َو َر َث ُة اَأل ْن ِب َيا ِءَ ،وِإنَّ اَأل ْن ِب َيا َء َل ْم ي َُورِّ ُث ْوا ِد ْي َن ً ارا َوالَ ِدرْ َه ًماِ ،إ َّن َما َورَّ ُثوا ْال ِع ْل َمَ ،ف َمنْ َأ َخ َذهُ َأ َخ َذ ِب َح ٍّظ َوا ِف ٍر "Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun untuknya oleh makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan yang ada di tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat banyak." (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi) َدقَ ٍةAصَ :Aث ٍ َ ثَالA ِإالَّ ِم ْنAُ َع َملُهAط َع َ َ ا ْنقA آ َد َمA ا ْب ُنAاتَ ِإ َذا َم ُح يَ ْد ُع ْو لَه ٍ ِ ل اصَ د ٍ َ ل و َ و ْ َأ ، ه ِ ِ ب ع ُ َ فَ تنْ ُ ي م ٍ ْ ل ع ِ وْ َأ ،َجا ِريَ ٍة "Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo'akannya." (HR. Muslim)