Anda di halaman 1dari 54

Mata Kuliah

Qur’an dan Sains

Integrasi Ilmu dan Agama


Oleh:
H. Mahfuz Nur, S.Sos.I, M.E, M.Si
ْ ‫ا ْق َرْأ بِا‬
َ َ‫س ِم َربِّ َك الَّ ِذي َخل‬
‫ق‬
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah
menciptakan. (Al-’Alaq :1)

Al Qur’an secara jelas memerintahkan manusia


merenungkan dan memikirkan ciptaan Allah baik yang
ada di langit dan di bumi. Perintah merenungkan,
memikirkan dan tentu mempelajari ciptaan Allah ini
mestinya harus ditunaikan dan diimplementasikan.
Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang memiliki
bentuk yang paling indah dan sempurna. Hal ini
memungkinkan bagi manusia untuk mengemban
tugasnya sebagai Khalifah di bumi. Dalam
mengemban amanah tersebut, manusia dibekali
dengan berbagai motif sebagai bekal dalam
perjalanan kehidupannya. Motif-motif itulah sebagai
pendorong untuk menyempurnakan kebutuhan-
kebutuhannya yang pokok dan penting untuk
kehidupan serta kelestariannya.
Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagi hasil aplikasi sains tampak jelas
memberikan kesenangan bagi kehidupan lahiriah
manusia secara luas. Dan manusia telah mampu
mengeksploitasi kekayaan-kekayaan dunia secara
besar-besaran. Yang menjadi permasalahan adalah
pesatnya kemajuan itu sering diikuti dengan
merosotnya kehidupan beragama
Agama merupakan salah satu unsur kebutuhan
manusia dalam kehidupan di dunia. Secara rinci
disebutkan bahwa sekurang-kurangnya ada tiga
alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia
terhadap agama:
1.Latar belakang fitrah manusia,
2.Kelemahan dan kekurangan manusia
3.Tantangan manusia
Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut
terlibat secara aktif dalam memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi ummat manusia. Agama tidak boleh hanya
sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekadar
disampaikan dalam khotbah melainkan secara konsepsional
menunjukan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan
masalah. Dengan kata lain, suatu agama ataupun kepercayaan
seharusnya dapat memenuhi kebutuhan penganutnya dalam
segala suasana dan kondisi. Agama haruslah dapat
menjangkau batas-batas kesukuan, negara, rasial, dan
kebudayaan serta harus dapat berbicara dengan manusia dari
segala tingkatan
Salah satu slogan yang paling berkateristik
diantara sekian banyak slogan saat ini adalah
“Menaklukkan Angkasa Dengan Ilmu Dan
Teknologi”.
Para era modern sekarang ini, peranan
agama semakin dituntut dalam kehidupan
ummat manusia khususnya dalam bidang
sains
Al-Quran memberikan dorongan untuk
mengadakan berfikir, meneliti, observasi dan
memperoleh ilmu tersebut. Pada surat Al-
Ankabut ayat 20

3‫ ثُ َّم‬3‫ق‬ َ ‫ بَ َدَأ ْال َخ ْل‬3‫ف‬


َ ‫ فَانظُرُوا َك ْي‬3‫ض‬ ِ ْ
‫ر‬ ‫َأْل‬‫ا‬ ‫ي‬3 ِ ‫ف‬ ‫ُوا‬
‫ر‬ ‫ي‬ 3‫س‬
ِ ْ
3‫ل‬ ُ ‫ق‬
‫ُنشُئ النَّ ْشَأةَ اآْل ِخ َرةَ ِإ َّن هَّللا َ َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر‬
ِ ‫هَّللا ُ ي‬
Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka
perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan
(manusia) dari permulaannya, Kemudian
Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu ” 
Al-Quran telah memberikan kontribusi yang besar
bagi manusia untuk belajar dan menimba ilmu
pengetahuan. Wahyu Al-Quran yang paling tegas
menunjukan hal itu adalah ayat Al-Quran yang
pertama kali diturunkan. Al-Quran juga
mengungkapkan pujian atas keutamaan ilmu,
kemuliaan ulama dan keluhuran derajat. Al-Quran
menempatkan ilmuwan pada kedudukan yang
luhur seperti halnya kedudukan ilmu.
AL-QURAN DALAM PARADIGMA
SAINS DAN AGAMA
Persepsi masyarakat terhadap ajaran Al-Quran
dewasa ini masih belum sepenuhnya sesuai dengan
petunjuk Al-Quran . Al-Quran sesungguhnya untuk
kehidupan yang setiap saat harus kita buka dan baca
untuk mendapatkan arti dan makna tentang
kehidupan. Al-Quran sebagai kacamata kehidupan
untuk membaca alam mikro dan makro ternyata
ternyata kurang berfungsi pada kurun ini. Padahal
seharusnya Al-Quran hudallinnas, yakni sebagai
rujukan kehidupan seluruh ummat manusia.
AL-QURAN DALAM PARADIGMA
SAINS DAN AGAMA
Masyarakat dewasa ini dalam bertingkah laku,
berilmu pengetahuan, berpolitik, pendidikan,
seni dan dalam dimensi kehidupan yang lain
tidak lagi menjadikan Al-Quran sebagai rujukan.
Kehidupan sekarang lebih cenderung
menggunakan kitab-kitab pseudo yang terdapat
alam buku IPTEK yang memuat pandangan-
pandangan kapitalis, komunis, sekularis,
materialisme dan zionis. Inilah yang menjadi
petunjuk IPTEK dalam segala sektor kehidupan
dewasa ini
AL-QURAN DALAM PARADIGMA
SAINS DAN AGAMA
Agama sebagai sistem yang dirancang oleh
Tuhan tidak mungkin bertentangan dengan
hukum-hukum alam universal yang
diperuntukkan makhluk-Nya. Akan tetapi,
fundamentalis fanatik yang mengganggap
dirinya juru bicara Tuhan dan ilmuwan ortodoks
yang mengingkari pencipta segala ilmu berusaha
sekeras-kerasnya untuk membuktikan
kontaradiksi sains dan agama
AL-QURAN DALAM PARADIGMA
SAINS DAN AGAMA
Sumber Al-Quran adalah sang pencipta alam
semesta. Pesan dan misi Al-Quran ditujukan kepada
seluruh umat manusia. Ketika Al-Quran
menghimbau ummat seluruh manusia, ia
membedakan antara orang-orang yang tidak
berpengetahuan dan mereka yang berpengetahuan:
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang- orang yang tidak
mengetahui?" (QS. Al-Zumar [39]: 9).
MUKJIZAT ILMIAH DALAM
AL-QURAN
Ayat-ayat Al-Quran sangat menggalakkan manusia
memperhatikan bahkan meneliti alam dan
menemukan ayat-ayat Allah yang mengatur
fenomena alam.
Ibnu Rusyd, seorang sarjana muslim pernah
mengatakan bahwa alam raya ini adalah kitab Allah
yang pertama sebelum kitab-kitab Allah lain yang
berbentuk kumpulan wahyu-Nya. Gejala alam telah
berbicara kepada mereka yang mau mengerti akan
ayat-ayat-Nya yang telah dipatuhi Alam itu
Hal ini tersirat dalam ayat AL-Quran sebagai
berikut:

‫ان ِم ْن ِع ْن ِد‬َ ‫آن ۚ َولَ ْو َك‬ َ ‫َأفَاَل يَتَ َدبَّ ُر‬


َ ‫ون ا ْلقُ ْر‬
‫اختِاَل فًا َكثِي ًرا‬
ْ ‫َغ ْي ِر هَّللا ِ لَ َو َج ُدوا فِي ِه‬
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan
Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan
dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat
pertentangan yang banyak di dalamnya”
(QS. An-Nisa: 82).
a. Metodologi Quraniyyah
Aproksimasi sains yang menerima kontak
rujukan agama dalam pandangan Al-Quran
dapat bergerak menurut waktu yang akan
menghasilkan kualitas yang lebih baik.
Diatas kondisi dasar ini, penelitian dalam
persepsi Al-Quran perlu dikembangkan lagi
dengan analisis beberapa metodologi, yaitu:
1) Metodologi Historis, Sangat banyak
pernyaatan dalam Al-Quran yang mengajak
kita melihat peristiwa-peristiwa penting yang
telah berlalu untuk dijadikan ibarah
(pelajaran). Seperti kisah kehancuran bani
’Ad, Tsamud, Firaun, Luth dan kaum-kaum
yang lainnya (QS. Muhammad: 10).
َ ‫ان َعاقِبَةُ الَّ ِذ‬
‫ين‬ َ ‫ف َك‬ َ ‫ض فَيَ ْنظُ ُروا َك ْي‬ ِ ‫ر‬
ْ ‫َأْل‬‫ا‬ ‫ي‬ ِ ‫ف‬ ‫وا‬ ‫ر‬
ُ ‫ي‬ ‫س‬ِ َ ‫ي‬ ‫م‬
ْ َ ‫ل‬َ ‫ف‬‫َأ‬
‫ين َأ ْمثَالُ َها‬
َ ‫ِمنْ قَ ْبلِ ِه ْم ۚ َد َّم َر هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْم ۖ َولِ ْل َكافِ ِر‬
Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di
muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan
bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka;
Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan
orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat)
seperti itu.
2) Metodologi Komparatif, Metode ini sangat
lazim dalam pernyataan ayat-ayat Al-Quran
sebagaimana dinyatakan dalam surat Ar-Rad: 4.
Ayat diatas memberikan keterangan bahwa
kurma dari Madinah berbeda dari kurma Jazirah
Arab.
َ َ ۢ َ ٰ ‫َأ‬ ٌ َّ ٰ ٌ ٰ ٰ َ َ ‫َأْل‬
‫ل‬
ٌۭ ‫ِي‬
‫خ‬ ‫ن‬ ‫و‬
َ ‫ع‬ٌ ۭ ‫ر‬
ْ ‫ز‬ ‫و‬
َ ٍ
‫ب‬ ‫ن‬ ‫ع‬
ْ ْ‫ن‬ ‫م‬
ِّ ‫ت‬ ۭ ‫ن‬ ‫ج‬
َ ‫و‬
َ ‫ت‬ ۭ ‫ر‬
َ ‫و‬
ِ ‫ج‬
َ ‫ت‬ ‫م‬
ُّ ‫ع‬ٌ ۭ ‫ِط‬ ‫ق‬ ‫ض‬ ِ ‫ر‬
ْ ‫ٱ‬ ‫ِى‬ ‫ف‬ ‫و‬َ
‫ض َها َع َل ٰى‬ َ ‫ضل ُ َب ْع‬ ِّ ‫ٓاء ٰ َو ِح ۢ ٍد َو ُن َف‬ ٍ ۢ ‫ان ُي ْس َق ٰى ِب َم‬ ٍ ۢ ‫انٌ َو َغ ْي ُر صِ ْن َو‬ۭ ‫و‬ َ ْ
‫ن‬ ِ‫ص‬
ُ
َ‫ت لق ْو ۢ ٍم َي ْعقِلون‬َ ِّ ۢ ٰ َ ٰ
ٍ ‫ض فِى ٱُأْل ُك ِل ۚ ِإنَّ فِى ذلِ َك ل َ َءا َي‬ ۢ ٍ ‫َب ْع‬
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan,
dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma
yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air
yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu
atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi kaum yang berfikir.
3) Metode Peramalan, Metode ini merupakan cara
untuk mengungkapkan apa yang akan terjadi di
masa yang akan datang. Salah satu contoh
peramalan yang terbukti benar dalam Al-Quran
mengenai kekalahan dan kemenangan perang
antara Romawi dan Persia sebagaimana
diterangkan dalam surat Ar-Rum ayat 2-4.
‫ض َوهُم ِّم ۢن َب ْع ِد َغ َل ِب ِه ْم‬ ِ ‫ ف ِٓى َأدْ َنى ٱَأْل ْر‬- ‫ٱلرو ُم‬ُّ ‫ت‬ ِ ‫ُغلِ َب‬
‫ض ِع سِ ِنينَ ۗ هَّلِل ِ ٱَأْل ْم ُر مِن َق ْبل ُ َوم ِۢن‬ ْ ‫فِى ِب‬- َ‫س َي ْغلِ ُبون‬َ
َ‫ح ٱ ْل ُمْؤ ِم ُنون‬ ‫ر‬ ْ
‫ف‬ ‫ي‬ ٍ
‫ذ‬ ۢ
ُ َ َ ‫َب ْع ُد ۚ َو َي ْو َمِئ‬
Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang
terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan
menanh, dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah
urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di
hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah
orang-orang yang beriman
4) Metode Observasi, Paradigma Al-Quran
mengenai metode observasi lebih sering
dihubungkan dengan metode pendidikan dan
pengajaran. Pendidikan Luqman atas anak-
anaknya merupakan contoh klasik yang sangat
menarik dalam kasus ini (QS. Lukman: 12-19).
5) Metode Pemicu, metode ini
dikembangkan melalui kesamaan
terobosan pada satu sistem yang belum
sesuai agama dan efektivitasnya sudah
terbukti oleh konsep Al-Quran.
6) Metode Klinis, Metode Klinis berhubungan
dengan perhatian individu atau kelompok yang
sangat intensif mengenai permasalahan yang
terjadi dalam masyarakat. Dengan kesadaran
penuh, Rasulullah memberikan perhatian khusus
terhadap status individu atau kelompok
sehingga muncul perasaan persaudaraan muslim
(QS. Al-Fath : 29).
‫ار‬ ‫َّ‬
‫ف‬ ‫ُ‬
‫ك‬ ‫ْ‬
‫ل‬ ‫ٱ‬ ‫‪a‬ى‬ ‫‪a‬‬‫َ‬
‫ل‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫‪a‬‬ ‫ٓاء‬
‫ُ‬ ‫دَّ‬ ‫شِ‬ ‫َأ‬ ‫‪a‬‬ ‫ٓ‬ ‫ۥ‬‫ه‬‫ُ‬ ‫ع‬‫َ‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫‪a‬‬ ‫ِين‬
‫َ‬ ‫ذ‬ ‫َّ‬
‫ل‬ ‫ٱ‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫ۚ‬ ‫ِ‬ ‫س ‪a‬ول ُ ٱهَّلل‬ ‫م َُّح َّم ۭ ٌد َّر ُ‬
‫ِ‬
‫ضاًۭل ِّم َن‪a‬‬ ‫ون‪َ a‬ف ْ‬ ‫س‪َّ a‬ج ۭ ًدا َي ْب َت ُغ َ‬ ‫ٓاء‪َ a‬ب ْي َن ُه ْم‪َ ۖ a‬ت َر ٰى ُه ْم‪ُ a‬ر َّك ًۭ‪a‬ع ا ُ‬ ‫ُر َح َم ُ‬
‫س‪ُ a‬جو ِد ۚ‬ ‫ض ٰ َوۭ‪ًa‬ن ا ۖ ‪ِa‬س ي َما ُه ْم فِ‪a‬ى ُو ُجو ِه ِه‪a‬م ِّم ْن‪َ a‬أ َث ِر ٱل ُّ‬ ‫ٱهَّلل ِ َو ِر ْ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ٰ‬
‫يل‪َ a‬ك َز ْر ٍع‪a‬‬ ‫ذل َِك‪َ a‬مثلُ ُه ْم‪ a‬فِ‪a‬ى ٱل َّت ْو َر ٰى ِة‪َ ۚ a‬و َمثلُ ُه ْم‪ a‬فِ‪a‬ى ٱِإْلن ِج ِ‬
‫س‪a‬وقِهِۦ‬ ‫از َرهُۥ َفٱ ْس‪َ a‬ت ْغ َل َظ َفٱ ْس‪َ a‬ت َو ٰى َع َل ٰى‪ُ a‬‬ ‫ش ْط َٔـ ُهۥ َف َٔـ َ‬ ‫َأ ْخ َر َج‪َ a‬‬
‫ار ۗ َو َعدَ ٱهَّلل ُ ٱ َّلذ َ‬
‫ِين‪aa‬‬ ‫ِيظ‪ِ aa‬ب ِه ُم‪ aa‬ٱ ْل ُك َّف َ‬ ‫اع‪ aa‬لِ َيغ َ‬ ‫ب‪ُّ aa‬‬
‫ٱلز َّر َ‬ ‫ُي ْع ِج ُ‬
‫ت ِم ْن ُهم َّم ْغف َِر ۭ ًة َوَأ ْج ًرا َعظِ ي ۢ ًما‬ ‫صل ٰ َِح ِ‬ ‫وا ٱل َّٰ‬ ‫وا َو َع ِملُ ۟‬ ‫َءا َم ُن ۟‬
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari
karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada
muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam
Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat
lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu
menyenangkan hati penanam- penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang
mu'min). Allah menjanjikan kepada orang- orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar.
7) Metode Prilaku, cara ini sangat mencolok
dalam islam terutama dalam
mengungkapakan kesadaran diri individual
atau kelompok sehingga nampak perbedaan
anatara mukmin, munafik, kafir dan fasik.
8) Metode Empiris/Induksi, metode ini sudah dikenal
luas di dunia ilmu pengetahuan modern terutama
dalam mengungkapkan dunia benda-benda mati.
Sedangkan, untuk benda benda hidup tabir ini
disingkapkan untuk mengungkapkan rahasia
DNA/RNA. Banyak obyek ilmu pengetahuan
dirangsang untuk diselidiki dengan metode ini.
Diantaranya teori Hibernisasi atau tidur panjang
yang ditemukan dalam kisah Ashabul Kahfi (QS.
Al-Kahfi: 10-25).
b. Metodologi Akal Ilmiah dalam Al-Quran
Perkembangan peradaban barat sudah lazim
membuat perbedaan tajam antara akal dan
wahyu. Untuk memahami peran sains dalam
tradisi keagamaan perlu dipahami bahwa akal
dan wahyu bersifat harmonis dan saling
melengkapi bukan antagonistik. Hal ini dalam
tradisi islam atas perspektif Al-Quran dapat
dibuktikan kesesuainya dan keharmonisan
antara keduanya
Bagi yang membaca Al-Quran dengan
seksama akan menemukan proses Al-Quran
membangun akal ilmiah sebagai landasan
sains. Proses tersebut terdiri dari pilar-pilar
sebagai berikut, yaitu:
1) Menolak keragu-raguan dalam perkara yang
pasti
2) Tidak mengikuti hawa nafsu dan emosi dalam
lapangan ilmupengetahuan
3) Menolak taklid buta kepada bapak-bapak dan
nenek moyang
4) Penolakan untuk tunduk terhadap tuan-tuan dan
pembesar-pembesar
5) Memerintahkan merenungkan ayat-ayat kauniyah
dan melarang beribadah dengan dimensi akal.
c. Teori Ilmiah dalam Al-Quran
Pengetahuan Al-Quran disajikan dalam bentuk yang
berbeda dari buku-buku teks fisika, kimia, biologi yang
berbasiskan metodologi ilmiah. Al-Quran mengikuti
garis lurus dalam menyampaikan informasi sementara
pengetahuan yang disampaikan sains diperoleh
setelah akumulasi data yang sangat lama. Sumber Al-
Quran adalah sang pencipta alam semesta. Ini berarti
Al-Quran akan menjadi suatu objek penelitian yang
menarik untuk mengungkapkan lebih jauh rahasia
alam semesta sehingga setiap penyataan Al-Quran
dapat dikembangkan dan menjadi berbagai ilmu baru
AGAMA SEBAGAI RAHMAT DAN
PEDOMAN HIDUP BAGI MANUSIA

Tuhan telah menurunkan bantuan dan bimbingan


yang merupakan pelita bagi manusia dalam
menjalani hidupnya. Bimbingan itu adalah akaldan
agama yang mengajarkan manusia mengenal
dirinya, mengenal penciptanya dan makhluk-
makhluk ciptaan lainnya. Namun ironisnya di
zaman setelah agama diturunkan masihbanyak
juga pemikir yang tidak mau menjadikan agama
sebagai pelitakehidupan.
“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang
diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan
bumi dan apa yang ada diantara
keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar
dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya
kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar
akan pertemuan dengan Tuhannya ” (QS. Lukman
[31]: 12-19).
Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan menjadi
penting jika dikaitkan dengan situasi kemanusiaan di zaman
modern ini. Kita mengetahui bahwa dewasa ini manusia
menghadapi berbagai persoalaan yang benar-benar
membutuhkan pemecahan segera. Problematika dalam
dunia modern justru disebabkan oleh pemikiran
perkembangan manusia sendiri. Ummat manusia telah
berhasil membangun peradaban ynag maju untuk dirinya
sendiri tetapi pada saat yang sama kita juga melihat bahwa
umat manusia telah menjadi tawanan dari hasil ciptaanya
sendiri. Dalam keadaan demikian, satu-satunya jalan keluar
adalah mengembangkan keilmuan modern dibawah rambu-
rambu ajaran agama
Pada dasarnya agama lahir dimuka bumi
mempunyai tujuan luhur untuk menyampaikan
pesan-pesan suci Tuhan. Diantara tujuan
terpentingnya adalah sebagai rahmat,
kebabahagian dan pembebasan termasuk di
dalamnya untuk membebaskan manusia dari tipu
daya duniawi. Karena itu, agama perlu dipahami
secara lebih dinamis dan kreatif untuk
memperkokoh peranan manusia dalam
kehidupan dimuka bumi sebagai khalifah Allah
KONSEP SAINS TERHADAP AGAMA
MENURUT AL-QURAN
Secara sederhana, sains dapat dikatakan sebagai
produk manusia dalam menyingkap realitas.
Terkait dengan pengertian ini, maka sains menjadi
tidak tunggal atau dengan kata lain akan ada lebih
dari satu sains. Sains satu dengan yang lain
dibedakan pada makna realitasnya dan metode
yang digunakan dalam mengetahui realitas
tersebut. Setiap bangunan ilmu pengetahuan atau
sains selalu berpijak pada tiga pilar utama, yakni
pilar ontologis, aksiologis dan epistemologis.
KONSEP SAINS TERHADAP
AGAMA MENURUT AL-QURAN
Menurut islam dalam perspektif Al-Quran, ketiga pilar tersebut
mencakup ruang lingkup sebagai berikut
1)Pilar ontologis, yakni hal yang menjadi subjek ilmu.
Sehubungan dengan ini maka agama harus menerima realitas
material maupun nonmaterial sebagaimana disebutkan disebutkan
dalam surat Al-Haqqah: 38-39,

‫ون‬ ِ ‫ َو َما اَل تُ ْب‬- ‫ون‬


َ ‫ص ُر‬ َ ‫ص ُر‬ ِ ‫فَٓاَل ُأ ْق‬
ِ ‫س ُم بِ َما تُ ْب‬
“Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat.
Dan dengan apa  yang tidak kamu lihat”.
2) Pilar aksiologis, yakni terkait dengan tujuan
ilmu pengetahuandibangun atau dirumuskan.
Tujuan utama sains adalah mengenal sang
pencipata melalui pola-pola ciptaa-Nya,
A‫ َويَتَفَ َّك ُرو َن‬A‫ ُجنُوبِ ِه ْم‬A‫ ًد ا َو َعلَ ٰى‬Aۭ‫ ًم ا َوقُ ُعو‬Aۭ َ‫ ٱهَّلل َ قِ ٰي‬A‫ يَ ْذ ُك ُرو َن‬A‫ٱلَّ ِذي َن‬
‫ ٰ َه َذا ٰبَ ِطاًۭل‬A ‫ت‬
َ ‫ا َخلَ ْق‬AA‫ا َم‬AAَ‫ َربَّن‬A ‫ض‬
ِ ‫ر‬ْ ‫َأْل‬ ‫ت َوٱ‬ ِ ‫ ٰ َم ٰ َو‬A ‫ٱلس‬
َّ A ‫ق‬ ِ ‫ى َخ ْل‬AAِ‫ف‬
‫اب ٱلنَّا ِر‬ َ ‫س ْب ٰ َحنَ َك فَقِنَا َع َذ‬ ُ
“(yaitu) orang -orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha
Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka (QS. Al-
Imran: 191).
3) Pilar epistemologis, yakni bagaimana atau
dengan apa kita mencapai ilmu pengetahuan.
Al-Quran merupakan sumber intelectualitas
dan spritualitas islam. Ia merupakan pijakan
bukan hanya bagi agama dan pengetahuan
spritual melainkan juga bagi semua ilmu
pengetauan.
ْ ِّ ٰ ْ َ ٰ
‫ين‬ َ ‫ب اَل َر ْي‬
َ ِ‫ب ۛ فِي ِه ۛ ُه ۭ ًدى لل ُمتَّق‬ ُ َ‫ذلِ َك ٱل ِكت‬
“(Al Quran) Ini adalah penerangan bagi seluruh
manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa” (Al-Baqarah 2).
Saintis muslim pada umumnya tidak tertarik pada
tema ini. Wacana islam dan sains tetap menjadi
isu pinggiran dalam kehidupan intelektual muslim
kontemporer. Walaupun demikian, pada level
populer ada sejumlah literatur yang berupaya
menunjukan bukti bagi penemuan ilmiah modern
dalam Al-Quran. Diantaranya literatur yang
sangat populer adalah karya dokter Muslim asal
Prancis, Maurice Bucaille dalam The Bible, the
Quran and Science
Untuk mewujudkan wacana islam dan sains
perlu memperhatikan beberapa hal-hal, yaitu:
1) Konsep agama terhadap Tuhan,
2) Konsep alam dalam Agama,
3) Kaitan antara konsep agama tentang alam,
4) Kajian Al-Quran dalam hubungannya dengan
sains,
5) Kerangka epistemologi antara agama dan
sains modern.
Idealnya, keberhasilan manusia dalam menjalani
segala perkembangan zaman tergantung sikap
dalam mengelolah dan mengaplisakasikan alam
semesta dalam rambu-rambu ajaran agama. Hal
ini menunutut manusia memahami jati dirinya
sebagai pemelihara danpenjaga kelangsungan
serta kelestraian alam.
ً‫ض َخلِي َف ۭة‬ ‫َأْل‬ ٓ ٰ
ِ ‫َوِإ ْذ َقال َ َر ُّب َك لِ ْل َملِئ َك ِة ِإ ِّنى َجاعِ ۭل ٌ فِى ٱ ْر‬
َ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada


para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka
bumi" (QS. Al-Baqarah[2]: 30).
َ ‫ون َوا َّلذ‬
‫ِين‬ َ ‫قُلْ َهلْ َي ْس َت ِوي ا َّلذ‬
َ ‫ِين َي ْع َل ُم‬
َ ‫اَل َي ْع َل ُم‬
‫ون‬
Katakanlah apakah sama orang yang
mengetahui dan orang yang tidak
mengetahui ? [Az Zumar ayat 9]
‫ِين‬ َّ ُ ُ
َ ‫ِين آ َمنوا مِنك ْم َوالذ‬ َّ ‫هَّللا‬
َ ‫َي ْر َف ِع ُ الذ‬
ٍ ‫ُأو ُتوا ا ْل ِع ْل َم َد َر َجا‬
‫ت‬
Allah akan mengangkat orang-rang yang
beriman di antara kalian dan juga orang-
orang yang diberikan ilmu beberapa
derajat [Al Mujadilah ayat 11].
‫ِإنَّ َما يَ ْخ َشى هَّللا َ ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْال ُعلَ َما ُء‬
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama."
(Faathir:28)
‫ك َط ِر ْي ًقا َي ْطلُبُ ِف ْي ِه ِع ْل ًما‪َ ،‬س َل َك هللاُ ِب ِه َط ِر ْي ًقا ِمنْ‬ ‫َمنْ َس َل َ‬
‫ب ْال ِع ْل ِم‪،‬‬ ‫ض ُع َأجْ ِن َح َت َها لِ َطالِ ِ‬ ‫ُق ْال َج َّن ِة‪َ ،‬وِإنَّ ْال َمالَِئ َك َة َل َت َ‬ ‫ِ‬ ‫ر‬ ‫ُ‬
‫ط‬
‫ت َو َمنْ ِفي‬ ‫َوِإنَّ ْال َعالِ َم َل َيسْ َت ْغ ِف ُر َل ُه َمنْ ِفي ال َّس َم َوا ِ‬
‫ف ْال َما ِء‪َ ،‬وِإنَّ َفضْ َل ْال َعالِ ِم‬ ‫ض‪َ ،‬و ْال ِح ْي َتانُ ِفي َج ْو ِ‬ ‫اَألرْ ِ‬
‫ب‪،‬‬‫َع َلى ْال َع ِاب ِد َك َفضْ ِل ْال َق َم ِر َل ْي َل َة ْال َب ْد ِر َع َلى َساِئ ِر ْال َك َوا ِك ِ‬
‫َوِإنَّ ْال ُع َل َما َء َو َر َث ُة اَأل ْن ِب َيا ِء‪َ ،‬وِإنَّ اَأل ْن ِب َيا َء َل ْم ي َُورِّ ُث ْوا ِد ْي َن ً‬
‫ارا‬
‫َوالَ ِدرْ َه ًما‪ِ ،‬إ َّن َما َورَّ ُثوا ْال ِع ْل َم‪َ ،‬ف َمنْ َأ َخ َذهُ َأ َخ َذ ِب َح ٍّظ َوا ِف ٍر‬
"Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia
mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan dia menempuh
jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan sesungguhnya
para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya
untuk penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang penuntut
ilmu akan dimintakan ampun untuknya oleh makhluk-makhluk
Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan yang ada di
tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan
sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas
seorang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan
pada malam purnama atas seluruh bintang, dan
sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para
Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi
mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang
mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian
yang sangat banyak." (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi)
‫ َدقَ ٍة‬A‫ص‬َ :A‫ث‬ ٍ َ‫ ثَال‬A‫ ِإالَّ ِم ْن‬Aُ‫ َع َملُه‬A‫ط َع‬ َ َ‫ ا ْنق‬A‫ آ َد َم‬A‫ ا ْب ُن‬A‫ات‬َ ‫ِإ َذا َم‬
ُ‫ح يَ ْد ُع ْو لَه‬
ٍ ِ ‫ل‬ ‫ا‬‫ص‬َ ‫د‬
ٍ َ ‫ل‬ ‫و‬
َ ‫و‬ ْ ‫َأ‬ ، ‫ه‬
ِ ِ ‫ب‬ ‫ع‬
ُ َ ‫ف‬َ ‫ت‬‫ن‬ْ ُ ‫ي‬ ‫م‬
ٍ ْ
‫ل‬ ‫ع‬
ِ ‫و‬ْ ‫َأ‬ ،‫َجا ِريَ ٍة‬
"Apabila seorang keturunan Adam meninggal
dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari
tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang
bermanfaat, atau seorang anak shalih yang
mendo'akannya." (HR. Muslim)

Anda mungkin juga menyukai