PPH PSL 21 Januari 2021
PPH PSL 21 Januari 2021
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 152/ PMK.010/2015 ttg PTKP Pegawai Tidak
Tetap
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 262/ PMK.03/2010 ttg Tata Cara Pemotongan
PPh Pasal 21 Bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota PLRI dan
Pensiunannya Atas Penghasilan yang Menjadi Beban APBN atau APBD
Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER- 14/PJ/2013 Tentang Bentuk, Isi, Tata Cara
Pengisian dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pasal 26 Serta Bentuk Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
21dan/Atau Pasal 26
09/22/22
Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan
Pembayaran lain dengan nama/bentuk
apapun
1. Pekerjaan;
2. Jasa;
3. Kegiatan
yang dilakukan orang pribadi
SPDN SPLN
09/22/22
Pemotong PPh Pasal 21/26
09/22/22
Pemberi Kerja Bukan Pemotong
PPh Pasal 21/26
09/22/22
Penerima Penghasilan yang Dikenakan
PPh Pasal 21/26
pegawai;
penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,
THT, JHT, termasuk ahli warisnya;
bukan pegawai;
anggota dewan komisaris/pengawas yang tidak merangkap
sebagai pegawai;
mantan pegawai;
peserta kegiatan:
Peserta perlombaan
Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, kunjungan
kerja
Peserta/anggota kepanitiaan
Peserta pendidikan, pelatihan dan magang
Peserta kegiatan lainnya
09/22/22
Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal 21/26
Termasuk:
Natura/Kenikmatan dari:
09/22/22
Penghasilan yang Tidak Dikenakan
PPh Pasal 21/26
09/22/22
PPh Pasal 21:
Pegawai tetap dan Penerima Pensiun Berkala
09/22/22
Masa Perolehan Penghasilan Kurang dari 12 Bulan
1. WP OP DN meninggal
dunia atau meninggalkan 1. WP OP DN mulai bekerja
Indonesia selamanya; pada tahun berjalan;
2. Orang asing mulai
bekerja di Indonesia 2. WP OP DN pindah kerja
pada tahun berjalan ke pemberi kerja yang
untuk jangka waktu lebih lain
dari 6 bulan;
3. Karyawan pindah cabang
09/22/22
Penghitungan PPh Pasal 21
Dikurangi PTKP
09/22/22
PTKP Karyawati
Kawin
Tidak
Kawin Suami tidak
Kawin
berpenghasilan
25%
Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta
09/22/22
PPh Pasal 21
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas Peraturan
Menteri Keuangan RI Nomor 152/ PMK.010/2015
PPh Ps 21 Setahun
Upah kumulatif > Rp 4,5 jt s.d. Rp 10,2 jt sebulan
Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
PPh Pasal 21 Sebulan
Tarif PPh 21 = 5%
09/22/22
PPh Pasal 21:
Bukan Pegawai
Berkesinambungan Tidak
berkesinambungan Exc. Pasal 13 ayat (1) berkesinambungan
(50 % x Ph Bruto)
(50 % x Ph Bruto)
- (50 % x Ph Bruto)
PTKP sebulan,
Dihitung secara
Dihitung secara
kumulatif
kumulatif
Dalam hal Dokter Yang Praktik di RS/Klinik Jumlah Penghasilan Bruto adalah
Sebesar Jasa Dokter Yang Dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelum
Dipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik
09/22/22
PPh Pasal 21:
Lainnya
jasa produksi,
honorarium atau tantiem, gratifikasi,
imbalan yang penarikan dana
bonus atau imbalan pensiun
bersifat tidak teratur lain yang bersifat
tidak teratur
09/22/22
PPh Pasal 21:
Peserta Kegiatan
Tarif Pasal 17
UU PPh
Penghasilan Bruto
09/22/22
TETAP Ph NETO - PTKP
PEGAWAI BULANAN Ph BRUTO - PTKP
TIDAK TETAP
Ph BRUTO – 300 RIBU
HARIAN
Ph BRUTO(>4,5jt s.d 10,2jt) -
PTKP Harian
Ph BRUTO(>10,2jt) – PTKP
09/22/22
Penerima Penghasilan Tidak ber-NPWP
Diperhitungkan oleh
merupakan kredit
pemotong dengan
pajak dalam SPT
PPh Pasal 21 bulan-
Tahunan PPh
bulan selanjutnya
09/22/22
Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa Uang
Pesangon ditentukan sebagai berikut :
a.sebesar 0% (nol persen) atas penghasilan bruto sampai
dengan Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
b. sebesar 5% (lima persen) atas penghasilan bruto di atas
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
c.sebesar 15% (lima belas persen) atas penghasilan bruto di
atas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampaidengan
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
d.sebesar 25% (dua puluh lima persen) atas penghasilan bruto
di atas Rp 500.000.000.00(lima ratus juta rupiah)
09/22/22
1. Penghasilan tetap dan teratur setiap bulan
PKP x Tarif Pajak Psl 17 ayat (1) UU PPh
09/22/22
Tarif PPh Pasal 21 Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI d
an Anggota POLRI atas Honorarium dan imbalan dalam
Bentuk Apapun
1. 0% Bagi PNS Gol 1 dan II anggota
TNI, POLRI dengan Pangkat Tamtama
dan Bintara dan Pensiunanya
2. 5% Bagi PNS Gol III dan Anggota TNI,
POLRI dengan pangkat Perwira
Pertama dan Pensiunannya
3. 15% Bagi PNS Gol IV dan Anggota TNI,
POLRI dengan pangkat Perwira
Menengah dan Tinggi dan
Pensiunannya
09/22/22
PPh Pasal 26
Penghasilan Bruto
Memperhatikan
Ketentuan P3B
09/22/22
Saat terutang
PPh Pasal 21/26
09/22/22
Kewajiban Pemotong
09/22/22
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
09/22/22
Kewajiban Penerima Penghasilan
09/22/22
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21
Retto pada tahun 2019 bekerja pada perusahaan PT Jaya
Abadi dengan memperoleh gaji sebulan Rp5.750.000 dan
membayar iuran pensiun sebesar Rp 500.000. Retto
Soal 1 menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan
Januari penghasilan Retto dari PT Jaya Abadi hanya dari
gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Januari adalah
sebagai berikut:
Gaji Rp 5.750.000
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan:
5% X Rp5.750.000 Rp 287.500
2. Iuran pensiun: Rp 500.000 -
Rp 787.500
Penghasilan neto sebulan Rp 4.962.500
09/22/22
Penghasilan neto setahun adalah
12 X Rp4.962.500 Rp 59.550.000
PTKP (TK/0) Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 5.550.000
Catatan:
a. Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang
bekerja sebagai Pegawai
b. Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki
NPWP. Dalam hal pegawai yang bersangkutan belum memiliki NPWP, maka
jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada bulan Januari adalah sebesar:
120% x Rp 23.125= Rp 27.750.
09/22/22
Bambang Eko pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana,
menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan
Rp6.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti program
BPJS Ketenagakerjaan,premi Jaminan Kecelakaan Kerja
S
dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja
o
a dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji.
l PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua
setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Bambang
2 Eko membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari
gaji setiap bulan. Disamping itu PTCandra Kirana juga
mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Candra
Kirana membayar iuran pensiun untuk Bambang Eko
kepada dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp
100.000,00, sedangkan Bambang Eko membayar iuran
pensiun sebesar Rp 100.000,00. Pada bulan Juli 2019
Bambang Eko hanya menerima pembayaran berupa gaji.
09/22/22
Penghitungan PPh Pasal 21
bulan Juli 2019 adalah sebagai berikut:
Gaji Rp 6.000.000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 30.000
Premi Jaminan Kematian Rp 18,000
Penghasilan Bruto Rp 6.048.000
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan:
5% X Rp6.048.000,00 Rp 302.400
2. Iuran Pensiun Rp 100.000
3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 120.000 +
Rp 522.400-
Penghasilan neto sebulan Rp 5.525.600
09/22/22
Penghasilan neto setahun adalah
12 x Rp 5.525.600 = Rp66.307.200
PTKP (K/0)
- untuk WP Sendiri Rp54.000.000
- tambahan karena kawin Rp 4.500.000
Rp58.500.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 7.807.200
Pembulatan Rp7.807.000
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp 7.807.000 = Rp 390.350
PPh Pasal 21 bulan Juli
Rp 390.350 :12 = Rp 32.529
09/22/22
Nurcahyo dengan status belum menikah pada bulan
Januari 2019 bekerja sebagai buruh harian PT Cipta
Mandiri Sejahtera, la bekerja selama 10 hari dan
menerima upah harian sebesar Rp450.000.
Penghitungan PPh Pasal 21:
Upah sehari Rp 450.000
Dikurangi:Batas upah harian tidak dilakukan
pemotongan PPh = Rp 450.000
PPh Pasal 21 dipotong atas Upah sehari Rp 0
Sampai dengan hari ke-10, karena jumlah kumulatif upah
yang diterima belum melebihi Rp 4.500.000 maka tidak
ada PPh Pasal 21 yang dipotong.
09/22/22
Pada hari ke-11 jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi
Rp4.500.000, maka PPh Pasal 21 terutang dihitung
berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya.
Upah s.d hari ke-11 (Rp450.000 X 11) Rp 4.950.000
PTKP Sebenarnya:
11 X (Rp54.000.000/ 360) = Rp 1.650.000 -
PKP Rp 3.300.000
PPh Pasal 21 terutang s.d. hari ke-11
5% X Rp3.300.000 = Rp 165.000
PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d. hari ke-10 Rp 0,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke-11 Rp
165.000
Sehingga pada hari ke-11, upah bersih yang diterima
Nurcahyo sebesar:
Rp 450.000 - Rp 165.000 = Rp 285.000
09/22/22
Misalkan Nurcahyo bekerja selama 12 hari, maka
penghitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada
hari ke - 12 adalah sebagai berikut :
Upah sehari Rp 450.000
PTKP sehari:
- untuk WP sendiri (Rp54.000.000 / 360)= Rp 150.00 -
PKP Rp 300.00
PPh Pasal 21 terutang s.d. hari ke-12
5% X Rp 300.000 = Rp 15.000
Sehingga pada hari ke-12, Nurcahyo menerima upah
bersih sebesar:
Rp 450.000 - Rp 15.000 = Rp 435.000
09/22/22
Zaydan mengerjakan dekorasi sebuah kantor
dengan upah borongan sebesar Rp950.000,00,
pekerjaan diselesaikan dalam 2 hari.
Upah borongan sehari : Rp950.000 : 2 = Rp
475.000
Upah sehari diatas Rp450.000
PKP----Rp475.000 – Rp450.000 =Rp 25.000
Upah borongan terutang pajak:
2 hariX Rp25.000 = Rp 50.000