Anda di halaman 1dari 40

PPH PASAL 21

PROJAS JURUSAN AKUNTANSI


POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2021
09/22/22
Dasar Hukum
 Pasal 21 UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

 Peraturan Menteri Keuangan RI No.122/PMK.010/2015 ttg Penyesuaian PTKP

 Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 152/ PMK.010/2015 ttg PTKP Pegawai Tidak
Tetap

 Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 262/ PMK.03/2010 ttg Tata Cara Pemotongan
PPh Pasal 21 Bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota PLRI dan
Pensiunannya Atas Penghasilan yang Menjadi Beban APBN atau APBD

 Peraturan DJP No.32/PJ/2015 ttg Pedoman Teknis Tata CaraPemotongan, Penyetoran


dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/Atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi

 Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER- 14/PJ/2013 Tentang Bentuk, Isi, Tata Cara
Pengisian dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pasal 26 Serta Bentuk Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
21dan/Atau Pasal 26

09/22/22
Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan
Pembayaran lain dengan nama/bentuk
apapun

1. Pekerjaan;
2. Jasa;
3. Kegiatan
yang dilakukan orang pribadi

SPDN SPLN

PPh Pasal 21 PPh Pasal 26

09/22/22
Pemotong PPh Pasal 21/26

 pemberi kerja yang terdiri dari:


a. orang pribadi dan badan;
b. cabang, perwakilan atau unit, dalam hal yang melakukan
sebagian atau seluruh administrasi yang terkait dengan
pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain adalah cabang, perwakilan atau unit
tersebut.
 bendahara atau pemegang kas pemerintah
 dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial
Tenaga Kerja dan badan-badan lain
 orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas serta badan yang melakukan pembayaran
sehubungan dengan penyerahan jasa
 Penyelenggara kegiatan

09/22/22
Pemberi Kerja Bukan Pemotong
PPh Pasal 21/26

 Kantor perwakilan negara asing


 Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan
Menteri Keuangan
 Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-
mata memperkerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan
bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas

09/22/22
Penerima Penghasilan yang Dikenakan
PPh Pasal 21/26

 pegawai;
 penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,
THT, JHT, termasuk ahli warisnya;
 bukan pegawai;
 anggota dewan komisaris/pengawas yang tidak merangkap
sebagai pegawai;
 mantan pegawai;
 peserta kegiatan:
Peserta perlombaan
Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, kunjungan
kerja
Peserta/anggota kepanitiaan
Peserta pendidikan, pelatihan dan magang
Peserta kegiatan lainnya

09/22/22
Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal 21/26

 penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur


 penghasilan penerima pensiun secara teratur
 uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan
hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 tahun;
 penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas
 imbalan kepada bukan pegawai;
 imbalan kepada peserta kegiatan;
 imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan
merupakan pegawai tetap pada perusahaan yang sama;
 imbalan kepada mantan pegawai;
 penarikan dana pensiun oleh pegawai.

Termasuk:
Natura/Kenikmatan dari:

• Wajib Pajak PPh Final


• Wajib Pajak Norma Penghitungan Khusus
09/22/22
Penghitungan Besarnya
Penghasilan

Uang rupiah Uang asing Natura/kenikmatan

sesuai dengan yang Kurs Menteri


Harga Pasar
diterima/diperoleh Keuangan

09/22/22
Penghasilan yang Tidak Dikenakan
PPh Pasal 21/26

 Pembayaran manfaat atau santunan asuransi


kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea siswa
 Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah
 Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah
disahkan Menkeu, iuran THT/JHT yang dibayar
pemberi kerja
 Zakat/sumbangan wajib keagamaan dari badan/
lembaga yang dibentuk/disahkan pemerintah
 Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (3) huruf l UU PPh

09/22/22
PPh Pasal 21:
Pegawai tetap dan Penerima Pensiun Berkala

Setiap Masa Pajak, Masa Pajak terakhir


kecuali Masa Pajak terakhir

Perkiraan Penghasilan Neto Selisih antara PPh yang


yang akan diterima selama terutang atas seluruh
setahun, penghasilan kena pajak
Penghasilan teratur selama setahun dengan PPh
sebulan dikali 12 yang telah dipotong masa-
masa sebelumnya

09/22/22
Masa Perolehan Penghasilan Kurang dari 12 Bulan

Disetahunkan Tidak Disetahunkan

1. WP OP DN meninggal
dunia atau meninggalkan 1. WP OP DN mulai bekerja
Indonesia selamanya; pada tahun berjalan;
2. Orang asing mulai
bekerja di Indonesia 2. WP OP DN pindah kerja
pada tahun berjalan ke pemberi kerja yang
untuk jangka waktu lebih lain
dari 6 bulan;
3. Karyawan pindah cabang

09/22/22
Penghitungan PPh Pasal 21

Pegawai tetap Penerima pensiun


Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi
Uang Pensiun Berkala
Dibayar Pemberi Kerja
Dikurangi dengan Dikurangi dengan

1. Biaya jabatan, 5% dari pengh.


Bruto maks. Rp6.000.000 per Biaya Pensiun, 5% dari pengh.
tahun atau Rp500.000 per bulan Bruto maks. Rp2.400.000 per
2. Iuran pensiun, THT/JHT yang tahun atau Rp200.000 perbulan
dibayar sendiri

Penghasilan Neto (setahun/disetahunkan)

Dikurangi PTKP

Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Pasal 17


PTKP:
PMK 101/PMK.010/2016

Rp54.000.000,- Untuk diri Wajib Pajak

Rp4.500.000,- Tambahan utk WP Kawin

Tambahan untuk setiap


anggota keluarga sedarah
semenda dalam garis
Rp4.500.000,-
keturunan lurus serta anak
angkat yg menjadi tanggungan
sepenuhnya maksimal 3 orang

penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun


kalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender

09/22/22
PTKP Karyawati

Kawin
Tidak
Kawin Suami tidak
Kawin
berpenghasilan

1. Diri sendiri; 1. Diri sendiri;


Hanya untuk 2. Status kawin; 2. Tanggungan
diri sendiri 3. Tanggungan maks 3.
maks 3.

menunjukkan ket. tertulis dari pemerintah daerah setempat


serendah-rendahnya kecamatan bahwa suami tidak menerima/
memperoleh penghasilan
09/22/22
Tarif

Sampai dengan Rp 50 juta


5% Sesuai
Pasal 17 ayat
(1) huruf a
UU PPh
Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta
15%

25%
Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta

Di atas Rp 500 juta 30%

09/22/22
PPh Pasal 21
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas Peraturan
Menteri Keuangan RI Nomor 152/ PMK.010/2015

Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah


Satuan, Borongan
Upah Kumulatif satu bulan
melebihi Rp 10.200.000
Upah/Uang Saku Harian
Dikali 12
≤ 450.000 >450.000 Dikurangi PTKP Setahun

Tidak Dipotong Dikurangi 450.000 Penghasilan Kena Pajak

Dipotong 5% Dikenakan Tarif Ps 17

PPh Ps 21 Setahun
Upah kumulatif > Rp 4,5 jt s.d. Rp 10,2 jt sebulan
Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
PPh Pasal 21 Sebulan
Tarif PPh 21 = 5%
09/22/22
PPh Pasal 21:
Bukan Pegawai

Berkesinambungan Tidak
berkesinambungan Exc. Pasal 13 ayat (1) berkesinambungan

(50 % x Ph Bruto)
(50 % x Ph Bruto)
- (50 % x Ph Bruto)
PTKP sebulan,
Dihitung secara
Dihitung secara
kumulatif
kumulatif

Dalam hal Dokter Yang Praktik di RS/Klinik Jumlah Penghasilan Bruto adalah
Sebesar Jasa Dokter Yang Dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelum
Dipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik

09/22/22
PPh Pasal 21:
Lainnya

Dewan Komisaris/ Peserta program


Pengawas non Mantan Pegawai Pensiun yang masih
Pegawai tetap Berstatus pegawai

jasa produksi,
honorarium atau tantiem, gratifikasi,
imbalan yang penarikan dana
bonus atau imbalan pensiun
bersifat tidak teratur lain yang bersifat
tidak teratur

Tarif Pasal 17 atas Penghasilan Bruto

09/22/22
PPh Pasal 21:
Peserta Kegiatan

Tarif Pasal 17
UU PPh

Penghasilan Bruto

Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang bersifat utuh


dan tidak dipecah

09/22/22
TETAP Ph NETO - PTKP
PEGAWAI BULANAN Ph BRUTO - PTKP
TIDAK TETAP
Ph BRUTO – 300 RIBU
HARIAN
Ph BRUTO(>4,5jt s.d 10,2jt) -
PTKP Harian

Ph BRUTO(>10,2jt) – PTKP

PENSIUNAN BERKALA Ph NETO - PTKP

((50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan)


BERKESINAMBUNGAN Kumulatif

BUKAN PEGAWAI BERKESINAMBUNGAN exc Psl 13 (1) (50% X Ph Bruto) Kumulatif

TIDAK BERKESINAMBUNGAN 50 % x Ph Bruto

KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI, Ph Bruto Kumulatif


PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI

PESERTA KEGIATAN Ph Bruto

09/22/22
Penerima Penghasilan Tidak ber-NPWP

PPh Pasal 21 sebesar 120%


lebih tinggi daripada PPh
Pasal 21 yang seharusnya
(20% lebih tinggi)

Setelah pemotongan sebelum pemotongan


PPh Pasal 21 bulan Ber-NPWP PPh Pasal 21 bulan
Desember Desember

Diperhitungkan oleh
merupakan kredit
pemotong dengan
pajak dalam SPT
PPh Pasal 21 bulan-
Tahunan PPh
bulan selanjutnya

Tidak berlaku untuk PPh Pasal 21 yang bersifat final


09/22/22
Ketentuan Khusus

Penghasilan bersumber dari


1. Uang Pesangon
APBN/D yang diterima oleh
2. Uang Manfaat Pensiun
Pejabat Negara, PNS,
3. THT/JHT
Anggota, TNI/Polri, dan
yang dibayarkan sekaligus
Pensiunannya

PP 68 Tahun 2010 PP 80 Tahun 2010

09/22/22
Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa Uang
Pesangon ditentukan sebagai berikut :
 a.sebesar 0% (nol persen) atas penghasilan bruto sampai
dengan Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
 b. sebesar 5% (lima persen) atas penghasilan bruto di atas
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
 c.sebesar 15% (lima belas persen) atas penghasilan bruto di
atas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampaidengan
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
 d.sebesar 25% (dua puluh lima persen) atas penghasilan bruto
di atas Rp 500.000.000.00(lima ratus juta rupiah)

09/22/22
1. Penghasilan tetap dan teratur setiap bulan
 PKP x Tarif Pajak Psl 17 ayat (1) UU PPh

2. Penghasilan tidak teratur berupa honorarium


dan imbalan lainnya dengan nama apapun tidak
termasuk SPPD (Bersifat Final)

 Penghasilan Bruto x Tarif PPh Psl 21

09/22/22
Tarif PPh Pasal 21 Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI d
an Anggota POLRI atas Honorarium dan imbalan dalam
Bentuk Apapun
1. 0% Bagi PNS Gol 1 dan II anggota
TNI, POLRI dengan Pangkat Tamtama
dan Bintara dan Pensiunanya
2. 5% Bagi PNS Gol III dan Anggota TNI,
POLRI dengan pangkat Perwira
Pertama dan Pensiunannya
3. 15% Bagi PNS Gol IV dan Anggota TNI,
POLRI dengan pangkat Perwira
Menengah dan Tinggi dan
Pensiunannya
09/22/22
PPh Pasal 26

Tarif Pasal 26:


20 %

Penghasilan Bruto

Memperhatikan
Ketentuan P3B
09/22/22
Saat terutang
PPh Pasal 21/26

Penerima penghasilan Pemotong

akhir bulan dilaku-


Saat dilakukannya kannya pembayaran
pembayaran atau
atau akhir bulan
saat terutangnya terutangnya
penghasilan penghasilan

09/22/22
Kewajiban Pemotong

 Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP


 Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan
PPh Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan
kalender.
 PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau
Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.
 Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir.
 Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps.
21/26 Untuk Setiap Masa Pajak
 Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan
 Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada
Penerima Penghasilan

09/22/22
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21

 Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:


 dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)
 diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun
atau pegawai berhenti
 Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
 Dibuat setiap kali ada pemotongan
 Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka
bukti potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan
 Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam
SPT Masa PPh Pasal 21

09/22/22
Kewajiban Penerima Penghasilan

 Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP


 Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai
tertentu Wajib Membuat Surat Pernyataan Yang Berisi Jumlah
Tanggungan Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau Pada
Saat Menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri
 Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan Keluarga
kpd Pemotong Pajak Pada Saat Mulai Bekerja Atau Mulai
Pensiun
 Wajib Membuat Surat Pernyataan Baru Dalam Hal Terjadi
Perubahan Tanggungan Keluarga Paling Lambat Sebelum
Mulai Tahun Kalender Berikutnya

09/22/22
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21
 Retto pada tahun 2019 bekerja pada perusahaan PT Jaya
Abadi dengan memperoleh gaji sebulan Rp5.750.000 dan
membayar iuran pensiun sebesar Rp 500.000. Retto
Soal 1 menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan
Januari penghasilan Retto dari PT Jaya Abadi hanya dari
gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Januari adalah
sebagai berikut:
 Gaji Rp 5.750.000
 Pengurangan:
 1. Biaya Jabatan:
 5% X Rp5.750.000 Rp 287.500
 2. Iuran pensiun: Rp 500.000 -
Rp 787.500
 Penghasilan neto sebulan Rp 4.962.500

09/22/22
 Penghasilan neto setahun adalah
 12 X Rp4.962.500 Rp 59.550.000
 PTKP (TK/0) Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 5.550.000

 PPh Pasal 21 terutang


 5% X Rp5.550.000 = Rp 277.500
 PPh Pasal 21 bulan Januari
 Rp 277.500 : 12 = Rp 23.125

 Catatan:
 a. Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang
bekerja sebagai Pegawai
 b. Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki
NPWP. Dalam hal pegawai yang bersangkutan belum memiliki NPWP, maka
jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada bulan Januari adalah sebesar:
120% x Rp 23.125= Rp 27.750.

09/22/22
 Bambang Eko pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana,
menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan
Rp6.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti program
BPJS Ketenagakerjaan,premi Jaminan Kecelakaan Kerja
S
dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja
o
a dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji.
l PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua
setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Bambang
2 Eko membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari
gaji setiap bulan. Disamping itu PTCandra Kirana juga
mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Candra
Kirana membayar iuran pensiun untuk Bambang Eko
kepada dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp
100.000,00, sedangkan Bambang Eko membayar iuran
pensiun sebesar Rp 100.000,00. Pada bulan Juli 2019
Bambang Eko hanya menerima pembayaran berupa gaji.

09/22/22
 Penghitungan PPh Pasal 21
 bulan Juli 2019 adalah sebagai berikut:
 Gaji Rp 6.000.000
 Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 30.000
 Premi Jaminan Kematian Rp 18,000
 Penghasilan Bruto Rp 6.048.000
 Pengurangan:
 1. Biaya Jabatan:
 5% X Rp6.048.000,00 Rp 302.400
 2. Iuran Pensiun Rp 100.000
 3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 120.000 +
 Rp 522.400-
 Penghasilan neto sebulan Rp 5.525.600

09/22/22
 Penghasilan neto setahun adalah
 12 x Rp 5.525.600 = Rp66.307.200
 PTKP (K/0)
 - untuk WP Sendiri Rp54.000.000
 - tambahan karena kawin Rp 4.500.000

Rp58.500.000
 Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 7.807.200
 Pembulatan Rp7.807.000
 PPh Pasal 21 terutang
 5% x Rp 7.807.000 = Rp 390.350
 PPh Pasal 21 bulan Juli
 Rp 390.350 :12 = Rp 32.529

09/22/22
 Nurcahyo dengan status belum menikah pada bulan
Januari 2019 bekerja sebagai buruh harian PT Cipta
Mandiri Sejahtera, la bekerja selama 10 hari dan
menerima upah harian sebesar Rp450.000.
 Penghitungan PPh Pasal 21:
 Upah sehari Rp 450.000
 Dikurangi:Batas upah harian tidak dilakukan
pemotongan PPh = Rp 450.000
 PPh Pasal 21 dipotong atas Upah sehari Rp 0
 Sampai dengan hari ke-10, karena jumlah kumulatif upah
yang diterima belum melebihi Rp 4.500.000 maka tidak
ada PPh Pasal 21 yang dipotong.

09/22/22
 Pada hari ke-11 jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi
Rp4.500.000, maka PPh Pasal 21 terutang dihitung
berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya.
 Upah s.d hari ke-11 (Rp450.000 X 11) Rp 4.950.000
 PTKP Sebenarnya:
 11 X (Rp54.000.000/ 360) = Rp 1.650.000 -
 PKP Rp 3.300.000
 PPh Pasal 21 terutang s.d. hari ke-11
 5% X Rp3.300.000 = Rp 165.000
 PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d. hari ke-10 Rp 0,00
 PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke-11 Rp
165.000
 Sehingga pada hari ke-11, upah bersih yang diterima
Nurcahyo sebesar:
 Rp 450.000 - Rp 165.000 = Rp 285.000

09/22/22
 Misalkan Nurcahyo bekerja selama 12 hari, maka
penghitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada
hari ke - 12 adalah sebagai berikut :
 Upah sehari Rp 450.000
 PTKP sehari:
 - untuk WP sendiri (Rp54.000.000 / 360)= Rp 150.00 -
PKP Rp 300.00
 PPh Pasal 21 terutang s.d. hari ke-12
 5% X Rp 300.000 = Rp 15.000
 Sehingga pada hari ke-12, Nurcahyo menerima upah
bersih sebesar:
 Rp 450.000 - Rp 15.000 = Rp 435.000

09/22/22
Zaydan mengerjakan dekorasi sebuah kantor
dengan upah borongan sebesar Rp950.000,00,
pekerjaan diselesaikan dalam 2 hari.
Upah borongan sehari : Rp950.000 : 2 = Rp
475.000
Upah sehari diatas Rp450.000
PKP----Rp475.000 – Rp450.000 =Rp 25.000
Upah borongan terutang pajak:
2 hariX Rp25.000 = Rp 50.000

PPh Pasal 21 = 5% X Rp50.000 = Rp2.500


09/22/22
09/22/22

Anda mungkin juga menyukai