Anda di halaman 1dari 36

CUKAI

HASIL
TEMBAKAU
Masrun, S.H., M.H
Kepala Seksi Tindak Pidana Khusus
Kejaksaan Negeri Temanggung
CUKAI
Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan
terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai
sifat atau karakteristik yang ditetapkan
dalamUndang-Undang Cukai

Dasar Hukum:
UU Cukai No. 39 Tahun 2007 tentang Perubahan
Undang Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang
Cukai
SIFAT / KARAKTERISTIK BARANG KENA
CUKAI (BKC)
Pasal 2 UU Cukai No. 39 Tahun 2007

01. 03.
Konsumsi Pemakaian
Konsumsinya perlu dikendalikan Pemakaiannya dapat menimbulkan dampak
negatif bagi masyarakat atau lingkungan
hidup

02. 04.
Edar Pungutan
Peredarannya perlu diawasi Pemakaiannya perlu pembebanan pungutan
negara demi keadilan dan keseimbangan
JENIS BKC YANG KENA CUKAI
Sesuai Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai

Etil Alkohol (Etanol/Alkohol murni)

Minuman mengandung etil


alkohol (MMEA)

Hasil Tembakau
Pengertian Minuman
mengandung etil alkohol
(MMEA)
MMEA atau lazim dikenal dengan
minumankeras atau minuman beralkohol,
dalamterminologi cukai diartikan sebagai
semua
barang cair yang mengandung etil alcohol yang
dihasilkan dengan cara peragian, penyulingan,
atau cara lainnya, antara lainbir, shandy,
anggur, gin, whisky, dan yang sejenis, termasuk
konsentrat yang mengandung etil alkohol.
HASIL
TEMBAKAU
Meliputi Sigaret, Cerutu, Rokok Daun, Tembakau
Iris, Dan Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya,
dengan tidak mengindahkan digunakan atau tidak
bahan pengganti atau bahan pembantu dalam
pembuatannya
SIGARET
“Sigaret" adalah hasil tembakau yang
dibuat dari tembakau rajangan yang dibalut
dengan kertas
dengan cara dilinting, untuk dipakai, tanpa
mengindahkan bahan
pengganti atau bahan pembantu yang
digunakan dalam
pembuatannya

Sigaret terdiri dari:


- Sigaret kretek
- Sigaret putih, dan
- Sigaret kelembak kemenyan.
PELUNASAN CUKAI
Pasal 7 ayat (3) UU Cukai No. 39 Tahun 2007

PEMBAYARAN
Pembayaran wajib bayar ke Kas Negara
melalui Bank/Pos Persepsi atau melalui
Wajib Setor dalam rangka pemenuhan
kewajiban kepabeanan dan cukai. (PER-
33/BC/2016 pasal 1
PELEKATAN PITA CUKAI
Dilakukan oleh Pengusaha Pabrik atau
Importir.
PEMBUBUHAN TANDA PELUNASAN  Pengusaha Pabrik dilakukan
sebelum Hasil Tembakau atau
CUKAI LAINNYA
MMEA dikeluarkan dari Pabrik.
Tanda pelunasan cukai lainnya selain  Importir dilakukan sebelum
pelekatan pita cukai mendapatkan persetujuan diimpor
untuk dipakai.
DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU

Dana bagi hasil cukai hasil tembakau tahun


anggaran 2022 adalah sebesar
Rp3.870.600.000.000,00
(Pasal 1 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2/PMK.07 /2022)

Alokasi untuk Kab. Temanggung


Rp38.325.985.000
Lampiran BAB X No. 28 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 2/PMK.07 /2022)
PENGGUNAAN DANA BAGI HASIL CUKAI
Berdasarkan UU No. 39HASIL
Tahun 2007,TEMBAKAU
penggunaan dana bagi hasil cukai hasil
tembakau digunakan untuk

Peningkatan kualitas bahan Sosialisasi ketentuan di bidang


baku Cukai

Pembinaan industri Pemberantasan Barang Kena


Cukai (BKC) Ilegal

Pembinaan lingkungan sosial


ENGATURAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKA
PADA UU APBN 2022

Penerimaan DBH Cukai Hasil Tembakau, baik bagian


provinsi maupun bagian kabupaten/kota dialokasikan
untuk mendanai program sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
cukai, dengan prioritas pada bidang kesehatan untuk
mendukung program jaminan kesehatan nasional
terutama peningkatan kuantitas dan kualitas layanan
kesehatan dan pemulihan perekonomian di daerah.
PENGGUNAAN DAN PENGELOLAAN DANA

Bidang Kesehatan 40%

10% Bidang Penegakan


Hukum

Bidang Kesejahteraan
Masyarakat 50%

PASAL 11 PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 /PMK.07/2021 TENTANG PENGGUNAAN,
PEMANTAUAN, DAN EVALUASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU
01. 03.
OUR TEACHING
METHOD OUR TEACHERS
You can describe the topic of the You can describe the topic of the
section here section here

02. 04.
OUR ACADEMIC AREAS ENROLLMENT PROCESS
You can describe the topic of the You can describe the topic of the
section here section here
SANKSI DALAM UU
CUKAI

Sanksi dalam UU Cukai pada


umumnya terbagi menjadi dua, yaitu
sanksi administratif berupa denda dan
pencabutan izin serta sanksi pidana.
SANKSI ADMINISTRATIF

DENDA

Sanksi administrasi berupa denda adalah sanksi administrasi yang


dikenakan terhadap pelanggaran yang berkitan dengan kewajiban
pelaporan. Secara umum, sanksi ini dapat ditetapkan sebesar jumlah
tertentu yang bersifat tetap, persentase dari jumlah tertentu, atau suatu
angka perkalian dari jumlah tertentu.
TATA CARA PENGENAAN SANKSI DENDA DIATUR DALAM PERATURAN
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 20092008
TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA
DENDA DI BIDANG CUKAI
SANKSI ADMINISTRATIF

IZIN
Pasal 14 ayat (3a) UU Cukai

Pembekuan izin
Izin dapat dibekukan,
dalam hal:

a. adanya bukti permulaan yang cukup bahwa pemegang izin melakukan pelanggaran pidana
di bidang cukai;
b. adanya bukti yang cukup sehingga persyaratan perizinan tidak lagi dipenuhi; atau
c. pemegang izin berada dalam pengawasan kurator sehubungan dengan utangnya.
SANKSI ADMINISTRATIF

IZIN
Pasal 14 ayat (4) UU Cukai

Pencabutan izin
Izin dapat dicabut,
dalam hal:

a. atas permohonan pemegang izin yang bersangkutan;


b. tidak dilakukan kegiatan selama 1 (satu) tahun;
c. persyaratan perizinan tidak lagi dipenuhi;
d. pemegang izin tidak lagi secara sah mewakili badan
hukum atau orang pribadi yang berkedudukan di luar
Indonesia;
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 14 ayat (3a) UU Cukai

Pencabutan izin
e. pemegang izin dinyatakan pailit;
f. tidak dipenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3);
g. pemegang izin dipidana berdasarkan keputusan hakim
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melanggar ketentuan undang-undang ini;
h. pemegang izin melanggar ketentuan Pasal 30; atau
i. Izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai
dipindahtangankan, dikuasakan, dan/atau dikerjasamakan
dengan orang/pihak lain tanpa persetujuan Menteri.
SANKSI PIDANA
Sanksi Pidana menurut Soesilo

“Suatu perasaan tidak enak (sengsara) yang dijatuhkan oleh hakim


dengan vonis kepada orang yang telah melanggar undang-undang
hukum pidana.”

Hukuman (pidana) pokok, yang terbagi Hukuman (pidana) tambahan, yang terdiri
menjadi: atas:
 pencabutan beberapa hak yang tertentu;
 hukuman mati;  perampasan barang yang tertentu;
 hukuman penjara;  pengumuman putusan hakim.
 hukuman kurungan;
 hukuman denda;
 hukuman tutupan.
SANKSI PIDANA DALAM UU CUKAI
Pasal 50 (melakukan usaha tanpa izin)

Setiap orang yang tanpa memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam


pasal 14 menjalankan kegiatan pabrik, tempat penyimpanan, atau
mengimpor Barang Kena Cukai (BKC) dengan maksud mengelakkan
pembayaran cukai

Sanksi Pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun dan
pidana denda paling sedikit 2 kali nilai cukai dan paling banyak 10 kali
nilai cukai yang seharusnya dibayar.
SANKSI PIDANA DALAM UU CUKAI

Pasal 52 (Pengeluaran BKC dari TP/TBK mengakibatkan kerugian negara)

Pengusaha pabrik atau pengusaha tempat penyimpanan yang mengeluarkan BKC


dari pabrik atau tempat penyimpanan tanpa mengindahkan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada pasal 25 ayat (1) dengan maksud mengelakkan
pembayaran cukai

dipidana dengan penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun
dan pidana denda paling sedikit 2 kali nilai cukai dan paling banyak 10
kali nilai cukai yang seharusnya dibayar.
SANKSI PIDANA DALAM UU CUKAI

Pasal 53 (Memalsukan dokumen/dipalsukan)

Setiap orang yang sengaja memperlihatkan atau menyerahkan buku, catatan


dan/atau dokumen, sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat (1) atau laporan
Keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan dan
dokumen lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha, termasuk data elektronik
serta surat yang berkaitan dengan kegiatan dibidang cukai sebagaimana dimaksud
pada pasal 39 ayat (1b) yang palsu atau dipalsukan,

Sanksi pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 6 tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp. 75.000.000,00 dan paling banyak Rp. 750.000.000,00
SANKSI PIDANA DALAM UU CUKAI

Pasal 54 (Menjual BKC yang tidak dikemas/dilunasi cukainya) ->


Contoh: Rokok ilegal

Setiap orang yang menawarkan, menyerahkan, menjual atau


menyediakan untuk dijual BKC yang tidak dikemas untuk penjualan
eceran atau tidak dilekati pita cukai atau tidak dibubuhi tanda pelunasan
cukai lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 ayat (1)

Sanksi pidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun dan
pidana denda paling sedikit 2 kali nilai cukai dan paling banyak 10 kali nilai cukai yang
seharusnya dibayar.
SANKSI PIDANA DALAM UU CUKAI

Pasal 55 (Memalsukan pita cukai, membeli pita cukai palsu, mempergunakan pita
cukai bekas) -> Contoh: Rokok illegal diberi pita cukai paslu

Setiap orang yang :


• Membuat secara melawan hukum, meniru atau memalsukan pita cukai atau tanda
pelunasan cukai lainnya,
• Membeli , menyimpan, mempergunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan,
menyediakan untuk dijual, atau mengimpor pita cukai atau tanda pelunasan cukai lainnya
yang dipalsukan,
• Membeli, menyimpan, mempergunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan,
menyediakan, untuk dijual, atau mengimpor pita cukai atau tanda pelunasan cukai lainnya
yang sudah dipakai

Sanksi pidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 8 tahun dan dipidana denda paling sedikit 8
kali nilai cukai dan paling banyak 10 kali nilai cukai yang seharusnya dibayar.
SANKSI PIDANA DALAM UU CUKAI

Pasal 56 (Memiliki BKC hasil pidana)


Setiap orang yang menimbun, menyiapkan, memiliki, menjual, menukar,
memperoleh, atau memberikan BKC yang diketahui atau patut harus
diduga berasal dari tindak pidana berdasarkan undang-undang ini

Sanksi pidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling
lama 5 tahun dan pidana denda paling sedikit 2 kali nilai cukai dan paling
banyak 10 kali nilai cukai yang seharusnya dibayar..
SANKSI PIDANA DALAM UU CUKAI

Pasal 57 (merusak segel/tanda pengaman)


Setiap orang yang tanpa izin membuka, melepas, atau merusak kunci,
segel atau tanda pengaman sebagaimana diatur dalam undang-undang ini

Sanksi pidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling
lama 2 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 75.000.000,00 dan
paling banyak Rp. 750.000.000,00
SANKSI PIDANA DALAM UU CUKAI

Pasal 58 (Membeli/menggunakan pita cukai bukan haknya)

Setiap orang yang menawarkan, menjual atau menyerahkan pita cukai


atau tanda pelunasan cukai lainnya kepada yang tidak berhak atau
membeli, menerima atau menggunakan pita cukai atau tanda pelunasan
cukai lainnya yang bukan haknya

Sanksi pidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling
lama 5 tahun dan pidana denda paling sedikit 2 kali nilai cukai dan paling
banyak 10 kali nilai cukai yang seharusnya dibayar.
SANKSI PIDANA DALAM UU CUKAI

Pasal 58A

(1) Setiap orang yang secara tidak sah mengakses system elektronik yang
berkaitan dengan pelayanan dan pengawasan dibidang cukai dipidana dengan
penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp. 50.000.000,00 dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
(2) Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan tidak
terpenuhinya pungutan negara berdasarkan undang-undang ini dipidana penjara
paling sedikit 2 tahun dan paling lama 10 tahun dan pidana paling sedikit Rp.
1.000.000.000,00 dan paling banyak Rp. 5.000.000.000,00
SANKSI PIDANA DALAM UU CUKAI

Pasal 63 (Rampasan BKC dan barang lain yang tersangkut)

(1) BKC yang tersangkut tindak pidana berdasarkan ketentuan undang-


undang ini dirampas Negara
(2) Barang-barang lain yang tersangkut tindak pidana berdasarkan
ketentuan undang-undang ini dapat dirampas untuk Negara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian atas barang yang
dirampas untuk kepentingan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dengan peraturan menteri.
SANKSI PIDANA DALAM UU CUKAI

Pasal 65 (Tanggung jawab fasilitas pembebasan)

Pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir BKC,


penyalur, pengusaha TPE, atau pengguna BKC yang mendapat fasilitas
pembebasan cukai sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, bertanggung
jawab atas perbuatan orang yang dipekerjakan atau yang ditunjuk sebagai
wakil atau sebagai kuasa yang berhubungan dengan pekerjaan mereka
dalam rangka pelaksanaan undang-undang ini.
SANKSI PIDANA DALAM UU CUKAI

Pasal 66
(1) BKC dan barang lain yang berasal dari pelanggaran tidak dikenal dikuasai
negara dan berada dibawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan
apabila dalam jangka waktu 14 hari sejak dikuasai negara pelanggarnya tetap
tidak diketahui, BKC dan barang lain tersebut menjadi milik negara.
(2) BKC yang pemiliknya tidak diketahui, dikuasai negara dan berada dibawah
pengawasan serta wajib diumumkan secara resmi oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai untuk diselesaikan oleh yang bersangkutan dalam waktu 30 hari
terhitung sejak dikuasai negara, dan apabila dalam jangka waktu yang dimaksud
yang bersangkutan tidak menyelesaikan kewajibannya, BKC tersebut menjadi
milik negara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian BKC sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan menteri.
Perubahan UU Cukai dalam UU Harmonisasi
Peraturan Perpajakan

Beberapa ketentuan dalam UU Cukai diubah di dalam UU Harmonisasi


Peraturan Perpajakan (UU HPP)

UU HPP juga menggunakan prinsip pemidanaan sebagai upaya terakhir terkait


pelanggaran cukai. Hal ini mencakup pelanggaran perizinan, pengeluaran
barang kena cukai, barang kena cukai tidak dikemas, barang kena cukai yang
berasal dari tindak pidana, dan jual beli pita cukai.
Perubahan UU Cukai dalam UU Harmonisasi
Peraturan Perpajakan
UU HPP juga memasukkan perubahan besaran sanksi administratif terhadap pelanggaran
pidana terkait cukai, dengan rincian sebagai berikut:

Pemulihan Kerugian UU Cukai UU HPP


Pendapatan Negara

Saat Penyelidikan Belum diatur Membayar sanksi denda


sebesar 3x nilai cukai yang
seharusnya dibayar
Saat Penyidikan Membayar pokok cukai + Membayar sanksi denda
sanksi 4x cukai kurang sebesar 4x nilai cukai yang
dibayar seharusnya dibayar

“Integritas tidak diajarkan melainkan diteladankan.”
Terima Kasih!
Do you have any questions?
Masrun, S.H.,M.H
Kepala Seksi Tindak Pidana Khusus
Kejaksaan Negeri Temanggung

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai